• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTAL BASED LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTAL BASED LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD YUSUF 10539 1178 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUHAMMAD YUSUF 10539 1178 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri”

(Surah Al-Ankabut Ayat 6)

Belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini, dan berharap untuk masa yang akan datang

(Albert Einstein)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Ayahanda Mahfuddin Yusuf dan Ibunda Siti Saniah serta kedua Saudaraku yang sangat tercinta, yang telah memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga malalui lantunan doa dan tetesan keringat serta telah membesarkan dan memberikan didikan baik moril maupun material.

Sekaligus wujud terima kasihku kepada seluruh keluarga serta sahabat-sahabat yang telah memberikan motivasi dalam suka maupun duka

(8)

(experiental based learning). Skripsi. Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(Dibimbing oleh: Ahmad Yani dan Abdul Haris)

Penelitian ini merupapakan penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dan yang diajar secara konvensional, serta menganalisis ada tidaknya perbedaan hasil belajar yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan variabel terikat yaitu hasil belajar fisika peserta didik dan variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMAN 6 Bantaeng dengan sampel sebanyak 61 peserta didik yakni 31 kelas kontrol dan 30 kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika yang berbentuk pilihan ganda dengan indikator yang mencakup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), dan sintesis (C5).. Hasil analisis deskriptif menunjukkan skor rata-rata hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA2 (kelas kontrol) SMAN 6 Bantaeng sebesar 15,032 dan standar deviasi sebesar 2,966 dan skor rata-rata hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1 (kelas eksperimen) sebesar 20,467 dan standar deviasi sebesar 2,930 . Uji homogenitas diperoleh Fhitung sebesar 1,099 dan Ftabel

sebesar 1,854 sehingga disimpulkan data bersifat homogen karena sesuai kriteria

< . Kemudian Uji T diperoleh thitung sebesar 6,977 dan ttabel sebesar 2,001. nilai thitung = 6,977 tidak berada didalam interval antara -2,001 dan 2,001, yang berarti H0 ditolak dan Hα diterima. Analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dengan peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng.

Kata kunci: Belajar fisika peserta didik, experiental based learning, Model Pembelajaran berbasis pengalamaan.

(9)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Berbasis Pengalaman (experiental based learning) terhadap hasil belajar fisika”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu disamping rasa syukur kehadirat Allah SWT., penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Mahfuddin Yusuf dan Ibunda Siti

(10)

terselesainya Studi (S1) penulis. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada kedua saudaraku yang tercinta Muhammad Salahuddin dan St. Sri Ida Mazidah atas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan, dan doanya untuk penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan dan setulusnya kepada ayahanda Dr. H.

Ahmad Yani, M.Si. selaku pembimbing I dan Ayahanda Drs. Abd. Haris, M.Si.

selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT. memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(11)

3. Ibu Nurlina, S.Si., M.Pd. dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda dan Ibunda Dosen Prodi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar. Pengorbanan dan jasa-jasa selama ini tidak akan pernah penulis lupakan untuk selamanya.

5. Bapak Wahid Hidayat, S, Pd. M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMAN 6 Bantaeng. Bapak Asman Iskandar, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Fisika SMAN 6 Bantaeng.

6. Rekan-rekan mahasiswa angakatan 2013 Prodi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, terkhusus kelas C yang telah bersama-sama menjalani masa perkuliahan, memberikan semangat dan bantuan serta kebersamaan yang bermakna. Semoga persaudaraan kita akan terus terajut untuk selamanya.

7. Adik-adikku peserta didik kelas XI IPA SMAN 6 Bantaeng, atas perhatian dan kerja samanya selama pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini tidak mengurangi rasa terima kasih penulis atas segala bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif sehingga

(12)

khasanah ilmu khususnya di bidang Pendidikan Fisika.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, 2020

Penulis

(13)

LEMBAR PENGESAHA . ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN . ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Hasil Belajar ... 7

2. Pembelajaran Fisika ... 11

3. Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 15

B. Kerangka Pikir ... 22

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 24

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 24

C. Definisi Operasional Variabel ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Populasi dan Sampel ... 27

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Deskriptif ... 32

2. Analisis Inferensial... 35

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

RIWAYAT HIDUP . ... 190

(15)

Tabel Halaman Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA

SMA Negeri 6 Bantaeng ... 32 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Hasil Belajar

Fisika Peserta Didik Kelas Eksperimen... 33 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Hasil Belajar

Fisika Peserta Didik Kelas kontrol ... 34

(16)

Gambar 2.1 Experiential Learning cyrcle ... 20 Gambar 4.1 Diagram kategorisasi dan frekuensi skor hasil

belajar fisika peserta didik kelas eksperimen

dan kelas control ... 35

(17)

Lampiran Halaman Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 46

A.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 74

A.3 Bahan Bacaan ... 112

Lampiran B B.1 Soal ... 140

B.2 Penyelesaian, Kunci Jawaban dan kategori soal ... 152

Lampiran C C.1 Analisis Deskriptif ... 171

C.2 Pengkategorian ... 175

C.3 Analisis Inferensial ... 176

Lampiran D D.1 Dokumentasi Penelitian... 180

Lampiran E E.1 Berita Acara Ujian Proposal ... 181

E.2 Surat Keterangan perbaikan Proposal ... 182

E.3 Surat Izin Penelitian LP3M ... 183

E.4 Surat Izin Penelitian BKPMD ... 184

E.5 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Surat ... 185

E.6 Keterangan validasi ... 186

E.7 Kartu Kontrol Skripsi ... 187

E.8 Kartu Kontrol Penelitian ... 188

E.9 Surat Keterangan Sekolah... 189

(18)

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang di dalamnya ada dua subyek yaitu pendidik dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pendidik adalah mengolah pembelajaran lebih efektif, dinamis, efisien dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara subyek pengajar. Berdasarkan hasil survei peserta didik sering mengatakan pelajaran fisika susah, apalagi yang berkaitan dengan rumus- rumus, melihat peserta didik pada saat pendidik mengajar, peserta didik tampaknya tidak menyenangi pelajaran fisika, sulitnya peserta didik memahami konsep fisika, mengakibatkan peserta didik sangat sulit menjelaskan konsep fisika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan dirinya. Adapun harapan dalam suatu keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari peserta didik setelah memperoleh pelajaran, yang mana dalam proses pencapaian dapat dipengaruhi dari berbagai faktor.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah gaya belajar. Peserta didik memiliki cara tersendiri dalam belajar, sehigga peserta didik dapat menyerap dan mengola informasi yang diberikan secara maksimal. Sebagian peserta didik memiliki cara belajar berbeda dengan yang lainnya. Sebagian peserta didik mengaku belajar lebih baik dengan suatu cara tertentu dan sebagian yang lain mengaku dapat belajar dengan cara yang lain. Maka setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang

1

(19)

unik, tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk dari pada gaya belajar yang lain. Setiap peserta didik memiliki potensi belajar yang berbeda. Akibat dari potensi belajar yang berbeda maka guru harus memiliki strategi belajar yang dapat merangsang peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran kemudian dapat mengingat secara efektif mengenai materi yang diajarkan. Maka dari itu ditawarkan sebuah strategi atau pendekatan dalam pembelajaran yaitu Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experiental Learning )

Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experiental Learning ) memberikan peluang dan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar secara aktif dengan cara sendiri atau individual. Rumusan pengertian tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberikan peserta didik seperangkat/ serangkaian situasi atau keadaan belajar yang dimana terdapat keterlibatan pengalaman yang nyata yang dirancang sedemikian rupa oleh guru. Langkah seperti ini dapat mengarahkan sekaligus menunjukkan peserta didik kepada suatu proses investigasi langsung dan eksplorasi yang alami pada suatu keadaan pemecahan masalah/ daerah mata pelajaran tertentu. Pembelajaran experiential dikembangkan berdasarkan teori Kolb, yang menekankan pada peran sentral dari pengalaman dalam proses belajar (Hasirci, 2006:39).

Menurut Fathurrahaman (2015:42) pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental Learning) adalah” proses induktif, berpusat pada pembelajar dan berorientasi pada aktivitas refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menerapkanapa yang telah diperoleh

(20)

dari pengalaman”. Pembelajaran berbasis pengalamnan terjadi ketika pembelajar melakukan beberapa hal yaitu berpartisipasi dalam kegiatan (aktivitas), menyelidiki secara kritis pengalaman dalam aktivitas, mengambil manfaat dari pengalaman yang diperoleh dan menerapkan pengalaman yang diperoleh dengan situasi yang baru (Fathurrahaman, 2015:42)

Pembelajaran berbasis pengalaman seperti yang telah dikemukakan oleh Faturrahman di atas bahwa pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental Learning) adalah” proses induktif, berpusat pada pembelajar dan berorientasi pada aktivitas refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menerapkanapa yang telah diperoleh dari pengalaman. Pembelajaran yang berpusat pada pembelajar ini menghedaki agar peserta didik mampu untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Maka dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memaksimalkan pembelajaran dengan berdasarkan pengalaman agar peserta didik mampu untuk mengingat aktifitas belajar dan materi belajar yang telah dipelajari dengan pendekatan tersebut sehingga pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna.

Dalam prosesnya, pembelajaran berbasis pengalaman dapat memberikan pengaruh untuk menekankan pada penemuan konsep oleh peserta didik. Sehingga prosesnya akan bercirikan student centered (pembelajaran yang berpusat pada peserta didik), guru sebagai fasilitator, sistem kolaboratif, proses konstruksi pengetahuan oleh peserta didik, dan pengembangan kompetensi produktif peserta didik secara aktual. Dengan cara demikian, diharapkan kompetensi-kompetensi yang dituntut dalam kurikulum

(21)

dapat dikembangkan dengan baik. Pendekatan pembelajaran tersebut dapat diterapkan apabila peserta didik dan guru menjadi mitra dalam pembelajaran sehingga pendekatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Model experiential learning yang mengajak peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran melalui pengalaman diharapkan memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas sehingga peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul ”Pengaruh Pembelajaran Bebasis Pengalaman (Experiental Learning) terhadap Hasil Belajar Fisika.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020?

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020?

3. Apakah terdapat perbedaan yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dan pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian

(22)

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang susunan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yakni:

1. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020

2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dengan pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah dapat berfungsi sebagai referensi dan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1.1 Memperkaya pengatahuan guru mengenai Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

1.2 Memudahkan guru untuk mentransfer materi ajar.

(23)

b. Bagi Peserta didik

1.1 Memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang berkaitan dengan pemahaman konsep ketika guru menggunakan metode pembelajaran berbasis pengalaman

1.2 Meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap materi yang diajarkan karena dengan metode ini peserta didik akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1.1 Memberikan informasi mengenai pengaruh pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) sebagai salah satu pembelajaran inovatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran secara umum.

1.2 Sebagai bahan refernsi bagi tenaga pendidik lainnya berkaita dengan model pembelajaran yang membantu peningkatan mutu pembelajaran.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Hasil belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seprti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk cakupan dan tanggung jawab guru (Sabri, 2005:20).

Kemudian menurut Hamdani (2011:71) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas karena proses kognitif yang dilakukan si pembelajar.

Adapun pendapat Sudjana (Asep, 2012:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pngetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Kemudian Gange (Sagala, 2014:13) mengemukakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry (Sagala, 2014:13) berpendapat bahwa belajar adalah proses yang berlangsung

25

(25)

dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester (Sagala, 2014:13) mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.

Belajar adalah merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 1987:2). Untuk menangkap isi pesan belajar, maka dalam belajar individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi;

(2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Menurut Dimiyati dan Mudjiono dalam bukunya Slameto, mengemukakan bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau tidak

(26)

terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami oleh siswadan pendidik baik ketika para siswa itu disekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri (Slameto, 1987:32).

Hasil belajar menurut Gange (1979:51) bahwa kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik (learner’s performance).

Kemudian menurut Sudjana (Majid, 2015:27) bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang melakukannya. Adapun tingkatan-tingakatan hasil belajar yaitu pertama, istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Kedua, baik sekali/optimal : apabila sebagian (76 %- 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Ketiga, baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya (60% - 75%) saja dikuasai oleh siswa kemudian yang terakhir, kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa (Syaeful dan Aswan,1997: 52). Secara umum, hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh para pelajar yang menggambarkan hasil kegiatan guru dalam menfasilitasi dan menciptakan kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain, tujuan usaha guru itu terukur dengan hasil belajar siswa.

(27)

Ada beberapa fakor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi individu atau anak yang sedang belajar itu sendiri. Fator individu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, kondisi fisiologis anak seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan kondisi psikologis anak seperti minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan-kemampuan kongnitif. Kemudian faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi luar anak didik, faktor dari luar terdiri atas dua bagian anatara lain, faktor lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik /alam termasuk keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya sedangkan lingkungan sosial lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Abu & Joko, 2005:105-107).

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pada dasarnya penilaian hasil belajar adalah puncak dari suatu kegiatan pembelajaran yang memperlihatkan kemempuan yang dimiliki peserta didik akibat perbuatan belajar. Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif, adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, untuk mengetahui dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensi, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif; (2) Aspek afektif, adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi; dan (3) Aspek psikomotorik, mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.

(28)

2. Pembelajaran Fisika

Kata dasar dari pembelajaran adalah belajar. Pengertian belajar sudah banayak dikemukakan oleh para ahli psiokologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Secara psikologi belajar adalahsuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil darai interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dam belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan (Slameto, 1987:2).

Menurut Gange dalam bukunya Ahmad Sabari belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatan (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi (Sabari, 2005:25). Belajar menurut pandangan B.F. Skinner dalam bukunya Slameto belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu periilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon (Slameto, 1987:26)

(29)

Berdasarkan pengertian di atas , maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan dan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi, mengalami hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan individu.

Pendapat tersebut diartikan bahwa tuntutan yang berlangsung secara formal akan memberi pengaruh pada terbentuknya pengetahuan, pemahaman, kecakapan, kemampuan ataupun aspek lain yang mengalami perkembangan.

Seperti diketahui bahwa mata pelajaran fisika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan cabang ilmu, maka karakteristik ilmu pengetahuan alam juga merupakan karateristik fisika yang ditandai dengan : yang pertama, fisika terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum- hukum tentang gejala alam ini. yang kedua, fisika merupakan kegiatan ilmuan berupa pemikiran penelitian, observasi, dan eksperimen melalui observasi dapat dipahami konsep fisika secara tepat melalui eksperimen sehingga teori-teori fisika dapat di uji kebenarannya. Kemudian yang ketiga, konsep fisika pada dasarnya dapat dinyatakan dalam angka sehingga hasil-hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam rumusan kuantitatif dan matematik. Dan yang terakhir fisika selalau bersifat progresif dan komulatif. Berisfat progresif maskudnya selalau berkembang maju kearah yang lebih sempurna. Bersifat komulatif maksudnya setiap penelitian selalu berdasarkan pada penemuan- penemuannya.

(30)

Pada dasarnya pembelajaran mengandung serangkaian proses yang pelaksanaannya oleh guru dan peserta didik yang didasari pada hubungan timbal balik yang berlangsung secara edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Hamdani (2011:71) bahwa pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku peserta didikberubah ke arah yang lebih baik.

Pendapat tersebut relevan dengan pendapat Nata (Fathurrohman, 2015:18) yang menyatakan bahwa pada intinya pembelajaran adalah usaha yang dilkakukan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya terjadi perubahan tingkah laku. Kemudian Fathurrohman (2015:16) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Di sisi lain, pembelajaran juga mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai konotasi yang berbeda. Menurut Degeng (Fathurrohman, 2015:17) bahwa pembelajaran memusatkan pada bagaimana membelajarkan peserta didik dan bukan pada apa yang dipelajari peserta didik. kadang dalam menyebut pembelajaran dan pengajaran terjadi kesalahan istilah. Menurut Fathurrohman (2015:18) menyebutkan bahwa interaksi antara guru dan peserta didik yang sifatnya teacher centered dapa digunakan istilah pengajaran atau teaching. Namun kalau untuk menyebutkan interaksi antara guru dan peserta didik yang sifatnya student centered digunakan istilah

(31)

pembelajaran atau instruction/learning. Pada pengajaran pembelajaran terjadi interaksi tarik-menarik atau aktif antara guru dan peserta didik, namun pada pengajaran interaksi rata-rata didominasi oleh guru tanpa ada umpan balik dari peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada lingkungan belajarnya yang pada akhirnya memberi perubahan tingkah laku, daya pikir, maupun keterampilan kepada peserta didik. Pembelajaran fisika adalah salah satu pembelajaran yang membutuhkan banyak media dalam menjelaskan materi pengajaran. Fisika bukan hanya pelajaran yang membahas tentang konsep atau teori saja, melainkan memerlukan pengalaman langsung yang dilakukan oleh peserta didik. Untuk itu akan terlaksana pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

Menurut Rusman (2016:381) bahwa jenis pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu: pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Roy (Rusman, 2016:381) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru merupakan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik merupakan

(32)

pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.

3. Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiental Learning) a. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman

(Experiental Learning)

Metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dilandasi oleh teori Dewey (2002:212), yaitu prinsip pembelajaran dengan melakukan (learning by doing). Metode ini berbeda dengan apa yang disebut dengan istilah “belajar dari pengalaman (learning from experience)” karena konteks

“pengalaman” dalam metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah berbeda. Usher dan Solomon (Moon, 2004:104) menyatakan bahwa pengalaman dalam konteks

“learning from experience” diinterpretasikan sebagai segala bentuk kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengalaman dalam konteks “learning from experience” merupakan sebuah pengalaman tertentu yang di dalamnya terdapat pengetahuan yang disampaikan dengan suatu pendekatan tertentu seperti observasi dan refleksi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Evans (Moon, 2004:104) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dapat diinterpretasikan sebagai situasi dimana proses pendidikan diselenggarakan dalam bentuk program pendidikan yang bersifat formal.

(33)

Metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) merupakan suatu metode pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalaman secara langsung. Oleh sebab itu, metode pembelajaran ini akan berfungsi ketika siswa berperan serta dan bersikap kritis dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkan dalam bentuk lisan maupun tulis sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) menggunakan pengalaman sebagai kasalisator untuk menolong siswa me-ngembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (2005:123) experiential learning merupaka metode yang bertumpu pada proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam situasi pengalaman, dalam tugas sehari- hari, maupun pengalaman dalam tugas pekerjaan. Metode experiential learning sangat cocok jika digunakan dalam pembelajaran keterampilan. Kemudian, menurut David Kolb (dalam Bhat, 2002:5), metode experiential learning adalah suatu proses belajar yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung.

Metode experiential learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun

(34)

pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiental learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran (Cahyani, 2009:1). Kemudian menurut Baht (2002:5) experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makana dari pengalaman langsung.

Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada siswa yang dilandaskan pada pemikiran bahwa orang-orang belajar terbaik dari pengalaman secara langsung. Pengalaman belajar akan benar-benar efektif jika menggunakan seluruh siklus dalam model pembelajaran experiential learning, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang dan perencanaan tindakan.

Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau cara berpikir baru.

Menurut Nasution (1995:190), Istilah learning by experience atau belajar melalui pengalaman juga sering diidentikkan dengan istilah learning by doing atau belajar sambil melakukan. experiencing means living throught actual situation.

(35)

All product of learning are achieved by the learner throught his own activity. Mengalami berarti menghayati situasisituasi sebenarnya. Semua hasil belajar diperoleh melalui kegiatan sendiri.

Dengan begitu peserta didik akan memperoleh pengalamannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Bagaimanapun pengalaman merupakan seluruh kegiatan dan hasil yang komplek dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar yang tumbuh dengan lingkungan di sekitarnya yang berubah dalam perjalanan waktu.

To “learn from experience” is to make a backward and forward connection between that we do things and what we enjoy for suffer from things in consequence. Menurut Hani’ah (2004:134) bahwa Untuk “belajar dari pengalaman” adalah membuat hubungan antara peristiwa yang lalu dan kemudian (yang akan datang) dari apa kita melakukan sesuatu dan apakah kita senang atau menderita dari suatu pengaruh. Sebagian besar penemuan tentang hubungan pengalaman konkret dan pembelajaran abstrak dianggap bersumber dari John Dewey penulis Experience and Education yang mengatakan dalam bukunya Mel Silberman (2014:3) yang berjudul Handbook Experiential Learning bahwa: hanya sekadar memiliki pengalaman itu tidaklah berarti sama dengan belajar darinya.

Tindakan dan pikiran harus dihubungkan.

Kemudian Baharudin dan Esa (2010:75) menegaskan Model experiental learning memberikan kesempatan pada peserta

(36)

didik untuk mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik.

b. Tahap Pembelajaran Experiential Learning

M. Munir dan Rini (2013:93-96) menyatakan bahwa Pembelajaran experiential learning terdiri 4 tahap, yaitu : Tahap pengalaman nyata, Tahap observasi refleksi, Konseptualisasi dan Tahap implementasi

Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk lingkaran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Experiential Learning cycle

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tahap pengalaman konkrit (concrete), pada tahap ini peserta didik belum

(37)

memiliki kesadaran tentang hakikat dari suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Tahap pengamatan aktif dan reflektif (observation and reflection), pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam dunia sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi. Tahap konseptualisasi (forming abstract concept), setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan, selanjutnya diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil pengamatannya. Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.

Tahap eksperimentasi aktif (testing in new Situation), tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus bersifat produk yang nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan- aturan kedalam situasi nyata. Belajar harus memberikan ruang

(38)

kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan, M. Saechan (2008:82-84).

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiental Learning)

Menurut Taufik (2009:21) menyatakan bahwa terdapat 4 ciri model pembelajaran berbasis masalah (experiental learning) yaitu, keterlibatan siswa dimana siswa aktif melakukan sesuatu, terjadi relevansi terhadap topik pada experiental learning, tanggung jawab siswa dalam experiental learning ditingkatkan, dan penggunaan experiental learning bersifat luwes, baik settingannya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya

(39)

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas menuntut seperangkat kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yang terfokus pada hakikat sains yang terbangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.

Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) dan konvensional dengan subjek yang berbeda. Pembelajaran berbasis pengalaman (eperiental based learning) dilakukan dengan tahap sebagai berikut antara lain, membagikan bahan bacaan kepada peserta didik, guru mendemonstrasikan hal hal penting pada sub materi yang akan dipelajari, membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok untuk selanjutnya melakukan percobaan atau praktikum sesuai dengan LKPD yang dibagikan kemudian mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam presentasi.

Pembelajaran kovensional dilakukan dengan metode ceramah yaitu guru sepenuhnya memberikan penjelasan materi yang dipelajari.

Dari penjabaran di atas, bahwa model experiential learning dalam pembelajaran fisika peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bantaeng diharapkan mampu memudahkan peserta didik dalam menerima materi dan mengaktifkannya dalam pembelajaran.

(40)

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir terhadap permasalahan penelitian di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: ”Terdapat perbedaan yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) dan yang diajar secara kenvensional pada peserta didik Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng.”

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian true experiment. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bantaeng yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental Based Learning)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMA Negeri 6 Bantaeng, B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) dan pembelajaran konvensional

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control Group Design. yang digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X O1 - O2

(42)

X = Perlakuan

O1 = nilai posttest kelompok eksperimen O2 = nilai posttest kelompok kontrol

Pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar peserta didik = (O1: O2)

(Sugiyono, 2016: 112)

C. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan persepsi, maka variabel penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis pengalaman dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan dengan tahap pelaksanaan antara lain membagikan bahan bacaan kepada peserta didik lalu guru mendemonstrasikan hal-hal penting pada materi yg dipelajari kemudian membagikan LKPD kepada kelompok yang telah dibagi dan membimbing peserta didik untuk menyelesaikan LKPD serta mengarahkannya dalam presentasi.

2. Pembelajaran Konvensional yang dimaksud dalam penelitia ini adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode ceramah yang mana guru sepenuhnya memberikan penjelasan mengenai materi yang dipelajari

3. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh peserta didik setelah diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dan pembelajaran konvensional dengan menggunakan tes hasil belajar fisika dalam ranah kognitif berupa soal pilihan ganda dengan indikator yang mencakup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), dan sintesis (C5).

(43)

D. Prosedur penelitian

Prosedur dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan penelitian, (2) tahap pelaksanaan penelitian dan (3) tahap pengolahan data dan analisis data.

1. Tahap persiapan penelitian

a. Observasi ke sekolah dan berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng mengenai keadaan peserta didik, pencapain hasil belajar Fisika peserta didik, menentukan materi pelajaran yang akan dijadikan sebagai materi penelitian, waktu penelitian dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian.

b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang meliputi persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal yang diberikan setelah proses belajar mengajar.

c. Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

d. Membuat instrumen penelitian dalam bentuk tes pilhan ganda sebanyak 30 butir soal.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Memberikan perlakuan treatment kepada kelas eksperimen dengan cara menerapkan pembelajaran berbasis pengalaman sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan setiap serinya.

(44)

b. Memberikan tes akhir posttest untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik antara kelas kontrol dan kelas eksperimen 3. Tahap pengolahan data dan analisis data

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

a. Mengolah dan menganalisis data hasil posttest, membandingkan hasil belajar analisis tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen b. Membahas hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan data-

data tersebut.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Kelompok populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng tahun ajaran 2019/2020

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara random sampel (acak kelas) dengan asumsi seluruh peserta didik kelas XI IPA adalah homogen, dimana penempatan peserta didik pada setiap kelas tidak berdasarkan rangking

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes hasil belajar. Tes hasil belajar ini berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal yang diberikan setelah proses belajar mengajar telah

(45)

selesai untuk mendapatkan data hasil belajar fisika peseta didik. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis pengalaman terhadap hasil belajar peserta didik

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti materi pelajaran.

Analisis ini akan memberikan gambaran tentang skor hasil belajar fisika peserta didik yang diperoleh berupa skor tertinggi, skor terendah, skor ideal yang akan dicapai.

Adapun langkah-langkahnya yaitu:

a. Urutkan data yang terkecil sampai yang terbesar b. Hitung jarak atau rentangan (R)

R=data tertinggi-data terendah c. Batas skala = Kategori (K) = 5

d. Hitung panjang kelas interval (P) dengan rumus.

P= ( ) ( )

e. Tentukan batas data terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan menghitung kelas interval selanjutnya membuat kategorisasi yakni:Sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

2. Analisis Inferensial a. Uji Homogenitas

(46)

Pengujian homogenitas varians suatu kelompok data, dapat dilakukan dengan Uji F.

(Sugiyono, 2016:276)

b. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji independent sample t test dengan bantuan Ms. Excel 2007. Uji ini

digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis pengalaman terhadap hasil belajar fisika.

Hipotesis yang disusun adalah hipotesis dua arah, yaitu : : Rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1

yang diajar dengan pembelajaran berbasis pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) lebih rendah atau sama dengan rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik XI IPA2

yang diajar dengan pembelajaran tanpa berbasis pengalaman (konvensional).

: Rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1 yang diajar dengan pembelajaran fisika berbasis pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) lebih tinggi dari rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik XI IPA2 yang

(47)

diajar dengan pembelajaran fisika tanpa berbasis pengalaman (konvensional).

Uji hipotesis ini adalah uji hipotesis dua arah atau dua pihak yang memiliki kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika –t1-α/2 <

thitung < +t1-α/2, dimana t1-α/2 didapat dari daftar distribusi t dengan dk

= (n1+n2-2) dan peluang (1-α/2). Untuk harga t lainnya H0 ditolak.

(Sudjana, 2013:239-240) Hipotesis statistik:

Keterangan:

: Rata-rata skor hasil belajar kelas eksperimen.

: Rata-rata skor hasil belajar kelas kontrol.

Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus statistik parametris dengan uji T-tes berdasarkan uji homogenitas, yaitu sebagai berikut

̅ ̅ √

(Sugiyono, 2016:273) Dengan:

̅1 = Rerata skor tes pemecahan masalah fisika kelompok eksperimen ̅2 = Rerata skor tes pemecahan masalah fisika kelompok kontrol S = Variansi gabungan kelompok Kontrol dengan kelompok ekperimen

n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen

(48)

n2 = jumlah sampel pada kelompok kontrol Sedangkan varians gabungan diperoleh dengan rumus

√( ) ( )

(Sugiyono, 2016:187) Dengan:

S = varians gabungan kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol n1 = Jumlah sampel pada kelompok ekperimen

n2 = Jumlah sampel pada kelompok kontrol

S1 = varians (standar deviasi) pada kelompok ekperimen S2 = varians (standar deviasi) pada kelompok kontrol

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah bagian statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data tanpa bermaksud membuat kesimpulan tetapi hanya menjelaskan kelompok data. Pengolahan statistik deskriptif digunakan untuk menyatakan karakteristik distribusi nilai responden. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan aplikasi Ms. Excel 2007. Berikut tabel statistik skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1 (Kelas Eksperimen) dan kelas XI IPA2 (Kelas Kontrol).

Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng

Statistik

Nilai Statistik

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Subjek 30 31

Standar Deviasi 2,930 2,966

Skor tertinggi 26 21

Skor terendah 16 10

Rentang data 10 11

Kategori 5 5

Skor rata-rata 20,467 15,032

Skor maksimum 30 30

Skor minimum 0 0

Sumber : Data hasil pengolahan (2019)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata skor hasil belajar

(50)

peserta didik kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bantaeng pada tes akhir (post-test) sebesar 20,467 dan rata-rata skor hasil belajar peserta didik kelas XI IPA2 SMA Negeri 6 Bantaeng pada tes akhir (post-test) sebesar 15,032.

Jika skor hasil belajar peserta didik pada kelas XI IPA1 (Kelas Eksperimen) dan kelas XI IPA2 (Kelas Kontrol) SMA Negeri 6 Bantaeng dikategorisasikan dalam skala lima yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan data acuan adalah data kelas eksperimen yang termuat dalam tabel distribusi frekuensi maka akan diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas Eksperimen

Kategori Interval Frekuensi Persentase (%)

Sangat rendah X ≤ 17 6 20,000

Rendah 18 ≤ X ≤ 19 7 23,334

Sedang 20 ≤ X ≤ 21 6 20,000

Tinggi 22 ≤ X ≤ 23 6 20,000

Sangat tinggi X ≥ 24 5 16,667

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas, terdapat 6 peserta didik yang tergolong dalam interval skor 0 – 17 yakni kategori sangat rendah dengan persentase 20,000 %, terdapat 7 peserta didik yang tergolong dalam kategori rendah yakni interval 18 – 19 dengan persentase 23,334

% , untuk interval 20 – 21 ada 6 peserta didik yang masuk dalam ketegori tersebut yakni ketegori sedang dengan persentase 20,000 %, , peserta didik yang tergolong dalam interval skor 22 – 23 ada 6 peserta didik dengan persentase 20,000 % tergolong dalam kategori tinggi, dan

(51)

peserta didik yang tergolong dalam interval skor 24 – 30 ada 5 peserta didik dengan persentase 16,667 % yang tergolong dalam kategori sangat tinggi.

Jadi, berdasarkan data di atas lebih banyak peserta didik berada pada interval skor 18-19 yang tergolong dalam kategori rendah dengan persentase 23,334 %.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas kontrol

Kategori Interval Frekuensi Persentase (%)

Sangat rendah X ≤ 17 25 80,645

Rendah 18 ≤ X ≤ 19 3 9,677

Sedang 20 ≤ X ≤ 21 3 9,677

Tinggi 22 ≤ X ≤ 23 0 0

Sangat tinggi X ≥ 24 0 0

Sumber : Data hasil pengolahan (2019) Berdasarkan skor hasil belajar pada kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, terdapat 25 peserta didik yang tergolong dalam interval skor 0 – 17 yakni kategori sangat rendah dengan persentase 80,645 %, peserta didik yang tergolong dalam interval skor 18-19 adalah 3 peserta didik dengan presentase 9,677 % yakni kategori rendah, peserta didik yang tergolong dalam interval skor 20 – 21 ada 3 dengan presentase 9,677 % yaitu kategori sedang, sedangkan untuk kategori tinggi dan sangat tinggi tidak peserta didik yang masuk dalam kategori tersebut. Jadi, berdasarkan data di atas lebih banyak peserta didik berada pada interval skor 0 - 17 dengan presentase sebesar 80,645 % yang tergolong dalam kategori sangat rendah

Adapun diagram kategorisasi skor dan frekuensi hasil belajar

(52)

fisika peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1.Diagram kategorisasi dan frekuensi skor hasil belajar fisika peserta didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

2. Analisis Inferensial a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi Ms.

Excel 2007, hasil dari pengujian homogenitas dengan uji yaitu dibandingkan dengan . Diperoleh

yaitu 1.099 dan pada = ( ) = ( ) = 1.854. Adapun kriterianya yaitu jika < , berarti varians homogen, sebaliknya jika > , maka varians tidak homogen. Kriteria yang terpenuhi adalah

0 5 10 15 20 25

Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Frekuensi

Kategori

eksperimen kontrol

(53)

< yaitu 1.099 < 1.854, maka kelompok tersebut dikatakan varians homogen.

b. Uji hipotesis (uji-T)

Berdasarkan data pada tabel lampiran skor hasil belajar kelas kontrol (X1) dan kelas eksperimen (X2) diperoleh nilai rata-rata dan variansi gabungan, yaitu ̅ = 15,032, ̅ = 20,467, dan s = 3,043. Dengan demikian nilai statistik :

̅ ̅

=

= 6,977

Nilai t(1-0,5/2) dengan dk = 59 dari daftar distribusi student adalah 2,001. Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika thitung terletak antara -2,001 dan 2,001 dan tolak H0 jika t mempunyai nilai lain. Dari penelitian didapat thitung = 6,977 dan ini jelas tidak ada dalam daerah penerimaan, jadi H0 ditolak. Hal ini berarti Rata- rata skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1 yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) lebih tinggi dari rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik XI IPA2 yang diajar dengan pembelajaran fisika tanpa berbasis pengalaman (konvensional). Dengan kata lain terdapat perbedaan yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman dan yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

B. Pembahasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) terhadap hasil belajar fisika

(54)

peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial, maka hasil yang diperoleh pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bantaeng pada kelas eksperimen yaitu rata-rata skor peserta didik adalah 20,467 dan standar deviasi yaitu 2,930, sedangkan pada kelas kontrol terlihat bahwa rata-rata skor peserta didik yaitu 15,032 dan standar deviasi yaitu 2,966.

Hasil analisis skor yang diperoleh peserta didik dapat dilakukan pengkategorisasian skor ideal menggunakan skala lima. Skor hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen dengan persentase terbesar berada pada kategori rendah yakni 23,334 %, sedangkan pada kelas kontrol persentase skor hasil belajar fisika peserta didik berada pada kategori sangat rendah yakni 80,645 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding hasil belajar fisika peserta didik pada kelas kontrol.

Hasil analisis selanjutnya adalah analisis inferensial yang pertama untuk uji homogenitas yang menunjukkan bahwa kelas tersebut berasal dari kelas yang homogen dilihat dari Fhitung < Ftabel (1,099 < 1,,854), dan analisis yang kedua yaitu uji hipotesis yang menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA1 yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learing) lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA2 yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang berarti antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based

(55)

learning) dan yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini memberi indikasi bahwa pembelajaran berbasis pengalaman merupakan salah satu pembelajaran fisika yang efektif digunakan untuk mencapai hasil belajar fisika yang lebih baik.

Hasil yang telah diperoleh tersebut, sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Amir, Musdalifa dkk, 2015 : 212) bahwa Secara umum hasil penilaian peserta didik terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan rata-rata berada dalam kategori sangat positif. Dari hasil tersebut, dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman diterima positif oleh peserta didik.

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) sebesar 20,467 yang berada pada kategori sedang dengan persentase 20,000 %.

2. Rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional sebesar 15,032 yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 80,645 %.

3. Skor hasil belajar fisika peserta didik antara yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) dan yang diajar dengan pembelajaran konvensional memiliki perbedaan yang berarti dimana rata-rata skor hasil belajar fisika yang diajar dengan pembelajaran berbasis pengalaman lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata skor hasil belajar fisika yang diajar dengan pembelajaran konvensional sehingga dapat disimpulkam pembelajaran berbasis pengalaman memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar fisika dan dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat direkomendasikan baik untuk guru dan peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Bagi pendidik, diharapkan dapat menggunakan pembelajaran pengalaman (experiental based learning) sebagai salah satu alternatif dalam mata

(57)

pelajaran fisika untuk mencapai hasil belajar fisika yang diharapkan serta menjadikan peserta didik dominan aktif di dalam kelas.

2. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama diharapkan agar penelitian yang dilakukan lebih disempurnakan lagi.

3. Bagi pengembangan ilmu, diharapkan pembelajaran berbasis pengalaman (experiental based learning) dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, I Komang. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Experiential terhadap Konsep Diri dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA. Hal 6.

Asep, Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Pressindo.

Baharudin, Esa N.W. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogjakarta : Ar- Ruzz Media.

Fathurrahman. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Gange, R.M., Briggs L. J. 1979. Pinciple of Intructional Design. (2nded). New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung.

Hasirci, O. K. 2006. Learning Styles of Prospective Primary School Teachers:

The Cukurova University Case. Journal of Theory and Practice in Education, 2(1), 15-25.

Kasmadi, Nia S.S. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung:

Alfabeta.

Kolb, A. Y., Kolb, D. A. 2005. Learning Styles and Learning Spaces: Enhancing Experiential Learning in Higher Education. Academy of Management Learning & Education, 4(2), 193-212.

Minanti, Dwi F. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman (Experiental Learning) Terhadap Pengetahuan Prosedural Fisika Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta Didik Kelas X MA DDI Takkalasi Barru.

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar. Vol 5.

No. 1: 2-3.

Robert, T. G. 2006. A Philosophical Examination of Experiential Learning Theory for Agricultural Educators. Journal of Agricultures Education, 47(1), 17- 29.

Sagala. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Silberman, Mel (terj. M. Khozim,). 2014. Handbook Experiential Learning.

Bandung : Nusa Media.

Sudjana. 2013. Metode Statistika. Bandung: Torsito.

(59)

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Uji coba kelayakan penggunaan KIT IPA dilakukan untuk menguji apakah rancangan KIT yang dibuat sudah bisa diterapkan sebelum dicobakan di kelas. Dari hasil penilaian, model KIT

Tahap refleksi, guru bersama dengan pengamat mendiskusikan mengenai data yang diperoleh dari hasil pengamatan proses belajar mengajar dan kendala yang terjadi pada

Konsekuensi lebih lanjut dari metode laku di atas tampak jelas, bahwa metode berfilsafat Damardjati Supadjar dimulai dari laku terhadap diri sendiri dan selalu

17 Menerapkan tata laksana perikanan yang bertang-gungjawab 80 18 Menerapkan penanganan dan penyimpanan hasil tangkap 80 19 Melakukan penangkapan ikan dengan berbagai alat 80 20

Oleh karena itu, menyelamatkan daerah dari sampah dengan melalui komunikasi kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi demi menyampaikan pesan tentang “LISA”

Pacar tersayang, Arda Galatio yang telah banyak membantu penulis selama kegiatan PKPA berlangsung. Terima kasih untuk bantuan-bantuan berarti yang diberikan

Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan

Menurut Landa (2010) iklan merupakan komunikasi visual yang mengatasnamakan sebuah instansi atau pihak untuk menyampaikan suatu informasi yang spesifik yang ditujukan