• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

7. Pembelajaran IPS

Sebelum membahas mengenai materi permasalahan sosial pada mata pelajaran IPS, maka perlu diketahui beberapa hal, sebagai berikut:

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003:424), ilmu pengetahuan sosial diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial (seperti sejarah, ekonomi, geografi).

IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, dan antropologi Menurut Solehatin (2007:15) pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan. Mata pelajaran yang dapat dijadikan sumber pada pengajaran IPS yaitu geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan sosiologi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Geografi: mengungkapkan kesuburan tanah, jenis-jenis mata pencaharian penduduk, jenis dan penyebaran sumber daya, transportasi-komunikasi, iklim dan pengaruhnya terhadap kehidupan, pemukiman, tenaga air, globe dan peta, dan lain sebagainya.

2) Sejarah: mengungkapkan peristiwa-peristiwa berdasarkan kurun waktunya.

3) Ekonomi: mengungkapkan usaha memenuhi kebutuhan materi dari sumber daya dan modal yang terbatas, produksi bahan kebutuhan, pengangkutannya, distribusinya.

4) Antropologi: mengungkapkan bagaimana kemampuan manusia menciptakan hasil-hasil kebudayaan dengan perkembangannya dari keadaan yang sederhana kepada keadaan yang maju.

5) Ilmu politik: menyajikan pelajaran tentang pemerintahan, kenegaraan, proses politik, dan tentang kebijaksanaan.

6) Sosiologi: mengungkapkan relasi sosial manusia dengan segala faktor dan pengorganisasiannya.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali” para siswa supaya nantinya mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering berkembang secara tidak terduga. “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang-bidang keilmuwan yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan yaitu mereka memandang IPS sebagai suatu ilmu, IPS mempelajari hubungan antara manusia dan sekelilingnya sebagai anggota masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu ilmu yang memiliki kajian luas antara manusia dan dunianya.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut adanya kebersamaan. Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang dapat digunakan dalam kehidupannya. Pada kurikulum 1994, materi pelajaran IPS di SD dibagi menjadi dua bagian, yakni sejarah dan materi pengetahuan sosial. Pengajaran IPS di sekolah diharapkan dapat melatih sikap peka dan tanggap untuk bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah berfungsi untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan kebanggaan terhadap perkembangan masyarakat. Jadi pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan untuk mengantarkan siswa supaya memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar

Ruang lingkup pengajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau oleh geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup murid-murid Sekolah Dasar.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem Sosial dan Budaya.

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. B. Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Kurniawati (2009) meneliti tentang penggunaan metode pembelajaran tipe Jigsaw II untuk meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa kelas X dalam pembelajaran ekonomi di SMAN 1 Jogonalan Klaten. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II mampu meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa Kelas X SMAN 1 Jogonalan Klaten dalam pembelajaran Ekonomi. Data peningkatan dari setiap aspek adalah sebagai berikut: 1) peningkatan motivasi sebesar 12.5%; 2) peningkatan partisipasi sebesar 5%; 3) peningkatan prestasi sebesar 17.5%.

Yuwita (2008) meneliti tentang keefektifan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II yang melibatkan siswa dalam pembelajaran Matematika pada sekolah inklusi di kelas XII IPS 2 MAN Maguwoharjo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II pada umumnya cukup efektif mengaktifkan siswa untuk terlibat dalam diskusi kelompok. Peningkatan keterlibatan siswa pada siklus II meningkat 2.58% dari siklus I.

Endarwati (2009) meneliti tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan operasi hitung pada bentuk aljabar di SMP 3 Godean. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran matematika ada peningkatan pada keterlibatan siswa dan prestasi belajar siswa. Peningkatan keterlibatan siswa dari siklus I sampai dengan tes akhir sebesar 10.14%.

Wulansih (2009) meneliti tantang peningkatan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta pada pokok bahasan zat dan wujudnya melalui pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Jigsaw II. Hasil dari penelitian tersebut adalah penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan peningkatan 73.33% untuk konsep sifat-sifat zat, 63.33% untuk konsep definisi masa jenis zat, 60% untuk konsep definisi zat, dan 43.33% untuk konsep kapilaris.

Rine Pertiwi, dkk. Meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa naik sebesar 15,21%. Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I diperoleh hasil rata-rata siswa mencapai 75,35 dengan persentase ketuntasan 65% dan siklus II nilai rata-rata mencapai 85,5 dengan persentase 85%.

Yulius (2011) meneliti tentang peningkatan minat dan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan metode karya wisata siswa kelas X Semester I SMA Surya Mandala Barong Tongkak Kutai Barat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan metode karya wisata terbukti meningkatkan minat dan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa kelas X semester I SMA Surya Mandala, Barong Tongkok, Kutai Barat Tahun Pelajaran 2009/2010. Peningkatan minat menulis paragraph deskripsi sebesar 74.29%, dan untuk kemampuan menulis paragraf deskripsi mengalami peningkatan nilai 2.23 poin untuk aspek kesesuaian judul, 1.78 poin untuk aspek perincian objek, 1.15 poin untuk sudut pandang, 0.57 poin untuk aspek diksi, 0.49 poin untuk aspek tata bahasa, 0.67 poin untuk aspek ejaan, dan 0.41 poin untuk aspek kerapian dan kebersihan.

Elentaty (2011) meneliti tentang peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah tentang pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam

terhadap masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan multimedia

pembelajaran pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia ternyata mampu meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah tentang pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat Indonesia. Nilai minat belajar siswa mengalami peningkatan 3.37 poin, dan nilai prestasi belajar meningkat sebesar 4.67 poin.

Purnomo (2012) meneliti tentang peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan metode eksperimen pada materi sifat-sifat cahaya siswa kelas

V SD Negeri 1 Bakung, Klaten semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA tentang materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Bakung, Klaten semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan minat sebesar 6.05 poin, dan untuk peningkatan prestasi belajar sebesar 36.37%.

Literature Map

Gambar 2.1 Literature Map Mengenai Penelitian-penelitian yang Relevan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw II

Minat dan Prestasi Belajar

Kurniawati (2009) Jigsaw II, motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar

Endarwati (2009) Jigsaw II dan keterlibatan siswa

Yuwita (2008) Jigsaw II dan keaktifan siswa

Elentaty (2011) Pemanfaatan multimedia, minat, dan prestasi belajar

Yulius (2011) Karya wisata, minat, dan kemampuan menulis paragraf

Jaya (2011) penemuan terbimbing, hasil belajar, dan minat belajar

Yang perlu diteliti: Teknik Jigsaw II, minat,

dan prestasi belajar

Purnomo (2012) Eksperimen, minat, dan prestasi belajar Rine Pertiwi, Jigsaw II dan

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah minat, prestasi, dan metode kooperatif tipe Jigsaw II. Ketiga variable tersebut belum pernah digunakan secara bersamaan dalam sebuah penelitian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peneliti menyumbangkan hal baru dalam dunia penelitian pendidikan. C. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran pokok di tingkat SD. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk membimbing siswa supaya dapat belajar dengan mudah dan memiliki prestasi yang baik pada mata pelajaran IPS. Metode kooperatif tipe Jigsaw II yang memanfaatkan pembagian kelompok dalam belajar dianggap mampu menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menjadi lebih aktif, dan menimbulkan suasana yang partisipatif sehingga mendorong timbulnya rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran. Dengan timbulnya ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran maka minat siswa untuk belajar akan cenderung tinggi, dan minat yang tinggi dalam diri siswa akan berdampak positif bagi prestasi belajar siswa. Sehingga jika pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan, maka minat dan prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode-metode pembelajaran tradisional seperti metode ceramah.