• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran merupakan upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa dengan tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa secara teori, akan tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien (Sugihartono, dkk, 2013: 81). Ilmu Pengetahuan Alam dapat dipahami melalui sebuah proses yang dilandasi dengan sikap ilmiah. IPA diajarkan tidak sekedar menghafal berbagai macam fakta dan konsep yang ada, akan tetapi melalui proses dengan praktek untuk melakukan penyelidikan terhadap gejala alam yang ada. Hal tersebut sejalan dengan Asy’ari (2006: 22) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA merupakan kegiatan investigasi yang mendorong siswa untuk selalu aktif dan memiliki keingintahuan terhadap permasalahan alam sekitar. Melalui sebuah proses, pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan mampu menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Menurut Susanto (2013: 170) pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah terhadap konsep-konsep IPA.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar, tidak semata-mata untuk memberi pemahaman tentang konsep IPA. Akan tetapi, pembelajaran IPA memberikan makna yang lebih luas lagi. Melalui sebuah proses dan sikap ilmiah yang dikembangkan pembelajaran IPA bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) (Susanto, 2011: 171-172)

16

tujuan pembelajaran IPA di SD yaitu : 1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ; 3) Menggambarkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang SMP.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran IPA adalah kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui proses aktif untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah berdasarkan permasalahan yang ada di alam sekitar sehingga siswa mampu memahami konsep IPA dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. B.Keterampilan Proses IPA

1. Pengertian Keterampilan Proses IPA

Menurut Susanto (2013: 168-169) keterampilan proses IPA merupakan keterampilan untuk menggali dan memahami tentang alam yang dilakukan oleh para ilmuan seperti, mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan. Pendapat tersebut sejalan dengan Sapriati (2009: 4) yang

17

menyatakan bahwa keterampilan proses IPA adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berdasarkan langkah kegiatan untuk menguji suatu hal yang biasa dilakukan oleh para ilmuan pada saat membangun atau membuktikan suatu teori.

Keterampilan proses IPA melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam memproses pengetahuan, serta menemukan dan mengembangan fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan siswa. Hal tersebut dilakukan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk langsung terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti yang dilakukan oleh para ilmuan (Putra, 2013: 56). Siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri yang sebelumnya akan dihadapkan pada suatu masalah. Siswa dituntut untuk dapat berfikir bagaimana cara mengatasi masalah berdasarkan fakta yang ada. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dalam pembelajarannya menekankan pada aktivitas siswa. Seperti yang tertulis pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa keterampilan proses IPA merupakan suatu usaha untuk memahami keadaan dengan cara menemukan suatu konsep berdasarkan fakta yang ada. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan suatu sikap dan nilai dengan melibatkan aktifitas berfikir.

18

Sehingga siswa dapat menemukan suatu kebenaran atau pembuktian tentang gejala alam yang terjadi. Kegiatan tersebut melatih siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peran Keterampilan Proses IPA

Keterampilan Proses IPA memiliki peran yang sangat penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran, menurut Trianto (2010: 148) keterampilan proses IPA memiliki peran-peran sebagai berikut: 1) membantu siswa dalam mengembangkan pikirannya; 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; 3) meningkatkan daya ingat; 4) memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu; 5) membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Keterampilan tersebut baik untuk dilatihkan mengingat peran yang begitu penting yaitu agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam mengembangkan pikirannya untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang IPA. Selain itu keterampilan tersebut juga dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik-terpadu pada kurikulum 2013 seperti saat ini. Pada kurikulum 2013 pembelajarannya yang menekankan pada aktifitas siswa dan siswa dituntut untuk menemukan serta mampu menyelesaikan masalah sendiri. Menurut Muhammad (Trianto, 2010 : 150) tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut ; 1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar; 2) Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya; 3) Menemukan dan membangun

19

sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi; 4) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian , dan fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut; 5) Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat; 6) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan.

3. Pengembangan Keterampilan Proses IPA

Keterampilan proses IPA yang diajarkan kepada siswa sangatlah penting, hal tersebut dapat kita ketahui dari adanya tujuan yang ingin dicapai dalam melatihkan keterampilan proses IPA. Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam melatihkan keterampilan proses. Guru dalam melaksanakan pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dan guru harus mampu mendesai pembelajaran yang dapat meningkatkan antusisme siswa sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajarannya. Terlebih pada pembelajaran IPA, guru harus memahami bagaimana cara membelajarkan IPA kepada siswa. Menurut Carind & Sund (1989:16) terdapat cara yang dapat dilakukan guru dalam mengajarkan IPA yaitu: 1) Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPA dasar.

2) Guru harus memperoleh pengetahuan tentang IPA dan pengetahuan tentang masyarakat yang saling bergantung.

3) Mendorong siswa untuk melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian jawaban bagi masalah dalam IPA dan masyarakat teknologi.

20

4) Mengajarkan siswa untuk belajar sambil melakukan (learning by doing) dan kemudian merefleksikannya.

5) Guru harus menggunakan banyak pendekatan atau model dalam pembalajaran IPA.

6) Melibatkan siswa secara aktif menggunakan pendekatan discovery dan inkuiri terbimbing.

Selain itu juga terdapat lima aspek yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan keterampilan proses siswa menurut Harlen (Bundu, 2006: 32) yaitu:

1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam menangani setiap materi dan fenomena yang terjadi. Siswa dapat menggunakan panca indera untuk mencari tahu, mempertanyakan, memikirkan dan melakukan interpretasi serta meneliti lebih lanjut suatu permasalahan yang dihadapinya.

2) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Dalam berkelompok, memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut melatih siswa untuk saling bertukar pikiran, mendengar pendapat teman, serta menyamakan persepsi antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu persoalan.

3) Mendengarkan ide yang dikemukakan siswa dan telaah hasil yang mereka peroleh serta pelajari keterampilan proses apa yang digunakan dalam menyusun ide tersebut. Guru harus bisa mengetahui bagaimana siswa memperoleh data atau informasi untuk mendukung pendapat yang mereka paparkan.

21

4) Mendorong adanya review kritis siswa dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan. Guru mendorong siswa mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan untuk menyamakan persepsi. Hal tersebut meminimalisir pemerolehan konsep yang salah dan membantu menyadarkan keterampilan proses yang dibutuhkan siswa.

5) Menyiapkan teknik yang luwes untuk pengembangan keterampilan proses. Guru harus menggunakan metode yang dirasa mampu meningkatkan keterampilan proses siswa. Penggunaan alat dan media pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran dan dapat melibatkan siswa untuk ikut berperan secara langsung.

4. Aspek-aspek Keterampilan Proses IPA Dasar

Ada berbagai macam Keterampilan Proses IPA yang dapat dikembangkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Putra (2013: 56) keterampilan yang dapat dikembangkan antara lain; a) mengamati, b) mengklasifikasi, c) mengukur, d) berkomunikasi, e) menjelaskan atau menguraikan, f) meramalkan, g) mengumpulkan, mencatat dan menafsirkan data, h) mengidentifikasi dan mengontrol variable, i) definisi operasional, j) membuat hipotesis, k) melakukan percobaan, l) membuat dan menggunakan model. Sedangkan menurut Carin & Sund ( 1989: 10) menerangkah bahwa keterampilan Proses IPA untuk anak SD antara lain ; a) mengamati, b) mengklasifikasi c) mengukur, d) hipotesis atau prediksi, e) deskripsi, f) membuat kesimpulan berdasarkan data, g) membuat pertanyaan lebih dalam tentang alam, h) merumuskan masalah, i) menerencanakan

22

penelitian termasuk eksperimen, j) membawa eksperimen, k) membangun prinsip, hukum, dan teori berdasarkan data.

Sementara, Sapriati (2009: 4) menggolongkan keterampilan Proses IPA menjadi dua golongan yaitu Keterampilan proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA terintegrasi. Khusus untuk keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka. Sedangkan keterampilan proses IPA yang terintegrasi mencakup keterampilan memformulasikan hipotesis, menamai variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasikan data, dan melakukan penyelidikan.

Pendapat Sapriati sejalan dengan Rezba (2006: 4-5) yang menyebutkaan bahwa keterampilan proses tingkat dasar meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Keterampilan proses terpadu meliputi: menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen. Keterampilan proses IPA dasar merupakan keterampilan awal yang harus dimiliki siswa sebagai pondasi dalam mengembangkan keterampilan proses IPA yang lebih komplek yaitu keterampilan proses IPA terintegrasi. Keterampilan proses IPA terintegrasi merupakan keterampilan yang menggabungkan beberapa keterampilan dalam satu kegiatan dimana keterampilan proses IPA dasar sebagai pondasinya.

23

Berdasarkan uraian diatas, maka analisis keterampilan proses IPA difokuskan pada keterampilan proses IPA dasar. Keterampilan proses yang dilatihkan siswa hendaknya disesuaikan dengan kesiapan intelektual siswa (Hikmawati, 2012: 47). Mengingat keterampilan proses IPA dasar merupakan dasar yang harus di kuasai siswa sebelum menguasai keterampilan proses lanjutan. Maka dari itu, pembelajaran yang dilakukan disusus secara logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa karena keberhasilan siswa dalam belajar IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses merupakan suatu perubahan tingkah laku siswa yang belum paham terhadap permasalahan IPA menjadi tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan (Hikmawati, 2012:47).

Bundu (2006: 19) menjelaskan bahwa untuk tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses IPA dasar. Dalam keterampilan proses IPA dasar yang akan diteliti dibatasi pada keterampilan observasi, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Peneliti tidak meneliti keterampilan mengklasifikasi dan mengukur karena tidak setiap pembelajaran IPA mencakup materi yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan tersebut. Berikut ini diuraikan keterampilan proses IPA dasar yang akan dianalisis dalam penelitian ini:

1) Keterampilan Observasi

Menurut Abruscato (Sapriati, 2009: 4.7) menyatakan bahwa observasi merupakan kegiatan mencari informasi atau data mengenai benda atau suatu kejadian. Rezba (2006: 30) menjelaskan bahwa observasi adalah deskripsi sebuah sifat dan karakteristik objek dengan menggunakan panca indera antara lain pembau, perasa, penglihatan, pendengaran, dan peraba. Hal tersebut sejalan dengan Bundu

24

(2006: 25) yang menjelaskan bahwa keterampilan observasi adalah kemampuan dalam menggunakan indera untuk memperoleh data atau informasi.

Adapun ciri-ciri yang dapat dikenali pada saat siswa melakukan pengamatan antara lain; a) menggunakan indera-indera tidak hanya penglihatan; b) pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu; c) pengidentifikasian banyak sifat; d) melakukan pengamatan kuantitatif; e) melakukan pengamatan kualitatif (Trianto, 2010: 144-145).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan observasi merupakan kegiatan untuk menemukan informasi dengan menggunakan panca indera. Sehingga dengan menggunakan panca indera dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dari suatu objek yang diamati, karena indera yang digunakan untuk mengamati akan berkolaborasi untuk menemuka data. Data dapat diperoleh dengan pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu, pengidentifikasian banyak sifat, melakukan pengamatan kuantitatif dan melakukan pengamatan kualitatif.

2) Keterampilan Komunikasi

Mengkomunikasikan adalah kegiatan mendeskripsikan apa yang orang amati tentang objek, subtansi, atau peristiwa secara efektif. Komunikasi yang baik pada dasarnya ialah aktivitas memberi dan menerima informasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan grafik, diagram, peta, simbol, chart dan rubrik (Rezba, 2006: 49-50). Sementara Bundu (2006: 26) menjelaskan keterampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki baik secara lisan maupun tulisan berupa laporan,

25

grafik, gambar, diagram atau tabel yang dapat disampaikan kepada orang lain. Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah bersama karena semua orang perlu menyampaikan ide dan gagasanya untuk menyamakan persepsi. Contoh kegiatan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan, suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan lain yang sejenis (Dimyati & Mudjiono, 2006: 143). Adapun ciri-ciri aktifitas yang dilakukan siswa dalam mengkomunikasikan menurut Hadiat (Bundu, 2006: 31) antara lain, a) membaca grafik, tabel, atau diagram; b) menjelaskan hasil percobaan; c) mendiskusikan hasil percobaan; d) menyampaikan laporan secara sistematis.

Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan merupakan kemampuan dalam menyampaikan hasil pengamatan, diskusi, maupun pengetahuan dengan lisan maupun tertulis dapat berupa grafik, gambar, diagram, peta, simbol, rubrik, tabel, atau laporan untuk memecahkan masalah sehingga tercipta persepsi yang sama. Melalui kegiatan mengkomunikasikan, anak dapat memberikan dan memperoleh informasi tentang suatu hal atau kegiata yang sudah dilakukan.

3) Keterampilan Prediksi

Memprediksi adalah sebuah ramalan tentang apa yang kemungkinan akan terjadi dalam pengamatan masa depan (Rezba, 2006: 134). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler (Sapriati, 2009: 4.49) meyatakan bahwa keterampilan dalam memperkirakan suatu kejadian yang akan terjadi di masa depan berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi di masa sekarang. Hal tersebut ditegaskan dengan pernyataan Sapriati (2009; 4.49) bahwa memprediksi

26

merupakan dugaan suatu kejadian di masa yang akan datang berdasarkan kejadian yang sudah terjadi. Keteraturan dalam lingkungan menjadikan acuan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola apa yang mungkin dapat diamati dikemudian hari (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 144). Adapun ciri-ciri aktivitas siswa dalam memprediksi menurut Hadiat (Bundu, 2006: 63) yaitu, a) menggunakan pola; b) menghubungkan pola-pola yang ada; c) memperkirakan peristiwa yang terjadi.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan memprediksi merupakan kemampuan dalam memperkirakan suatu peristiwa yang akan terjadi berdasarkan kejadian-kejadian yang sudah terjadi sebelumnya, sehingga terbentuk pola yang memungkinkan untuk memprediksi kejadian masa yang akan datang.

4) Keterampilan Inferensi

Menurut Abruscato (Sapriati, 2009: 4.44), menginferensi/ menduga/ menyimpulkan secara sementara adalah kemampuan dalam membuat kesimpulan menggunakan logika dari observasi yang dilakukan. Sejalan dengan Bundu (2006: 28) menjelaskan bahwa menginferensi adalah penarikan kesimpulan dan penjelasan dari hasil pengamatan dalam membangun dugaan dari pengamatan dapat menggunakan informasi yang sudah diketahui pada pengamatan masa lalu dan informasi baru yang secara langsung diterima melalui pengamatan (Rezba, 2006: 112). Adapun perilaku siswa yang dapat dilakukan pada saat penginferensian yaitu, a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; b) mengajukan penjelasan-penjelasan dalam pengamatan (Trianto, 2010: 145).

27

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menginferensi adalah kemampuan dalam membuat kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan dapat melibatkan informasi yang telah diperoleh pada pengalaman terdahulu.

5. Indikator Keterampilan Proses IPA Dasar

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka indikator keterampilan proses dasar yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan Observasi a) Menggunakan alat indera.

b) Pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu. c) Pengidentifikasian banyak sifat.

d) Melakukan pengamatan kuantitatif. e) Melakukan pengamatan kualitatif. 2) Keterampilan Komunikasi

a) Mendeskripsikan apa yang diamati. b) Menyusun laporan secara sistematis.

c) Menyampaikan dalam bentuk grafik, gambar, tabel, simbol, atau peta. d) Menjelaskan hasil percobaan/ pengamatan.

e) Mendiskusikan hasil percobaan/ pengamatan. 3) Keterampilan Prediksi

a) Menggunakan pola/ menghubungkan pola-pola yang ada. b) Memperkirakan peristiwa yang akan terjadi.

28 4) Keterampilan Inferensi

a) Membuat kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan.

b) Mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengalaman terdahulu C.Pembelajaran Tematik-Terpadu

1. Pengertian Pembelajaran Tematik-Terpadu

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pasal 11 ayat 2 menjelaskan bahwa “Pembelajaran tematik-terpadu merupakan muatan pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tema-tema”. Pembelajaran tematik-terpadu menurut Majid (2014: 86) yaitu pendekatan pembelajaran bertema yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran tematik-terpadu dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan pengetahuannya tidak dibatasi dalam disiplin ilmu tertentu yang dapat mengembangkan baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan secara seimbang dan menyeluruh (Hidayah, 2015:38-39). Kemendikbud (Hidayah, 2015: 38) menegaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu materi pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, sehingga siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna karena siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep pembelajaran yang dikaitkan dengan konsep lain yang telah siswa kuasai.

29

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik-terpadu adalah pembelajaran bertema yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan dimana pembelajaran yang diberikan dikaitkan dengan konsep lain yang sudah siswa kuasai sehingga pembelajaran lebih bermakna, dengan begitu pembelajaran tersebut dapat mengembangkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

2. Prinsip Pembelajaran Tematik-Terpadu

Menurut Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah prinsip yang digunakan dalam pembelajaran tematik-terpadu dalam kurikulum 2013 antara lain :

1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

30

9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11)pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat; 12)pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja

adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Sedangkan Majid (2014: 89) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik-terpadu memiliki beberapa prinsip antara lain:

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi satu pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2) Pembelajaran tematik-terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang saling terkait. Dengan demikian materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

31

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan penbelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat di padukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi awal yang di padukan tidak terlalu di paksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin di padukan tidak usah di padukan.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik-Terpadu

Menurut Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menerangkan bahwa karakteristik pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dan perkembangan peserta didik. Adapun karakteristik pembelajaran tematik terpadu menurut Majid (2014: 89-90) antara lain:

1) Berpusat pada siswa.

Pembelajaran yang dilaksanakan lebih menekankan pada aktifitas siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek namun subyek pembelajaran.

2) Memberikan pengalaman langsung.

Pembelajaran yang menekankan pada akifitas siswa, siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan dituntut untuk menyelesaikannya sehingga siswa memiliki pengalaman langsung sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas.

32

Pembelajaran tematik-terpadu difokuskan pada tema tertentu. Pembelajaran tidak akan terlihat dalam mata pelajaran tersendiri melaikan satu pokok bahasan

Dokumen terkait