• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. MUTU PEMBELAJARAN

Dari waktu kewaktu peranan pendidikan sebagai wahana pengembangan kualitas SDM telah disadari oleh berbagai pihak. Pendidikan membentuk manusia pembangunan dengan cara mengarahkan manusia pada pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya, serta sakaligus mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini

26

menjadikan manusia lebih mengenali kemampuannya untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ Mutu adalah ukuran baik buruk suatu kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian, dan sebagainya.27

Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi, yaitu normatif dan deskriptif. Dalam artian normatif, mutu itu berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan nyatanya, misalnya hasil tes prestasi belajar.28

Dengan demikian pengertian mutu dari beberapa pendapat di atas adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses.

Dan sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran, perlu dikemukakan juga definisi belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya yang telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.

Pengertian belajar sebagaimana dikemukakan para ahli pendidikan adalah menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychologi: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Demikian juga Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory, berpendapat Learning is a Change in organism due to experience which can offect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh

27

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 768.

28

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan Witting dalam bukunya Psychologi of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Yang artinya belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.29

Di kalangan para ahli psikologis terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Namun baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa dalam definisi maupun konsep, belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu30.

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut diatas adalah karena adanya perbedaan sudut pandang yang wajar. Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Dan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Adapun istilah pembelajaran erat kaitannya dengan belajar dan diperkirakan relatif baru digunakan oleh para pakar pendidikan yaitu sekitar tahun 1970-an. Dalam literatur Indonesia pada Konsep Teknologi Pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran (Instruction) dan pengajaran (Teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional saja, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2002), Cet. VII, h. 89-90.

30

Dr. Abin Syamsuddin Makmun, M.A, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Bambang Trimansyah, 1998)cet ke-2, h. 110.

kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Dan menurut Gagne dan Biggrs sebagaimana dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.31

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang mempengaruhi perubahan siswa selama kegiatan belajar berlangsung, dan tidak hanya melihat dari hasil belajarnya saja tetapi seluruh komponen yang berhubungan dengan belajar. Adapun komponen- komponen yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran antara lain:

a. Tujuan pembelajaran b. Materi/ bahan pembelajaran c. Metode pembelajaran d. Media/ sarana pembelajaran e. Evaluasi pembelajaran

Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan pengertian mutu dan pembelajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud mutu pembelajaran adalah kualitas atau suatu gambaran yang menjelaskan baik buruknya hasil yang dicapai anak didik dalam proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dan masalah mutu pembelajaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh system pendidikan di Negara kita. Berbagai usaha dan program telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran tersebut.

2. Upaya peningkatan mutu pembelajaran

Pendidikan membentuk manusia pembangunan dengan cara mengarahkan manusia pada pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya sekaligus mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini menjadikan manusia lebih mengenali kemampuannya sehingga tahu menggunakannya untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi.

31

Dr. Hj. Tengku Zahara Djaafar, M. Pd, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Universitas Negeri Padang, 2001), h. 1-2.

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membawa tuntutan baru bagi pendidikan, yaitu penyediaan manusia-manusia yang mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Hanya pendidikan yang memiliki proses pembelajaran yang bermutu sajalah tuntutan tersebut dapat terpenuhi. Sehubungan dengan hal itu, meningkatkan mutu pembelajaran menjadi sangat esensial karena pembelajaran adalah bagian dari sebuah proses pendidikan.

Banyak pakar pendidikan di Indonesia yang telah memberikan resep mengenai usaha yang perlu ditempuh untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai dan proses untuk mencapainya. Dan faktor-faktor yang terkait dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.

Adapun upaya peningkatan mutu menurut Zamroni dalam bukunya yang berjudul meningkatkan mutu sekolah, dapat dicapai melalui:

a. Peningkatan Kualitas Lulusan.

Peningkatan kualitas sekolah senantiasa bermuara pada peningkatan kualitas lulusannya. Dalam pengertian yang paling dasar pada kurikulum berbasis kompetensi sebagaimana yang ada Indonesia dewasa ini, kualitas lulusan adalah tercapainya standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas maka kualitas tidak hanya terkait dengan standar kualitas tersebut, melainkan terdapat tolok ukur lain.

b. Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar

Inti dari sekolah adalah interaksi guru dan siswa, khususnya di ruang-ruang tertentu di sekolah. Ruang-ruang tertentu bisa berupa ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktek, lapangan olah raga, ataupun fasilitas lainnya yang memungkinkan berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru-siswa tersebut berlangsung secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dengan melibatkan kurikulum dan fasilitas. Kurikulum sudah diolah dengan sedemikian rupa oleh guru sehingga berada pada diri guru, sedangkan fasilitas berada diluar dari guru, misalnya berupa buku, lembar kerja, alat peraga, dan yang lainnya. Kualitas proses belajar mengajar ditentukan oleh kualitas interaksi guru-siswa tersebut. Kualitas interaksi guru-siswa ditentukan oleh status kesiapan guru

untuk melaksanakan proses pembelajaran di satu sisi dan pada sisi lain ditentukan oleh kesiapan siswa untuk menjalani proses pembelajaran32.

Sehubungan dengan usaha meningkatan mutu pembelajaran di sekolah, peran kepala sekolah yang menyandang tiga predikat, yaitu sebagai pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan itu tidak kecil. Sebagai pemimpin usaha yang dapat dilakukannya guna meningkatkan mutu pembelajaran adalah menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan menantang. Usaha ini akan membawa dampak positif bagi tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru. Selain itu guru-guru juga didorong untuk lebih kreatif serta memiliki kerja tinggi. Sebagai administrator pendidikan usaha yang dapat dilakukannya adalah melalui peningkatan dan pengembangan fasilitas sekolah antara lain gedung sekolah, sarana belajar mengajar di kelas, keuangan dan lain-lain. Sedangkan sebagai supervisor pendidikan usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan guru beserta seluruh staf sekolah diantaranya melalui rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, dan penataran.

Untuk itu pembelajaran dikatakan bermutu jika tujuan instruksional khusus (TIK) tercapai secara maksimal sebagai wujud dari target pencapaian daya serap siswa. Pada kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi indikator mutu pembelajaran adalah apabila tercapainya target kompetensi. Oleh karena itu kepala sekolah, guru, siswa dan para staff sekolah hendaknya turut serta berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran

Usaha meningkatkan mutu pembelajaran bukanlah pekerjaan mudah tanpa banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang yang mengusahakan peningkatan mutu pembelajaran untuk memperhatikan segala faktor yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut perlu diidentifikasi agar usaha yang dilakukan berjalan lancar.

32

Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2007)cet. Pertama, h.2-4.

Berdasarkan identifikasi dari segala faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran agar diketahui sebab kegagalan setiap usaha yang dilakukan. Dari sini ditentukan cara-cara terbaik untuk kelancaran dan keberhasilan setiap usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran adalah: a. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki

dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.

b. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .

c. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.

d. Kurikulum; adanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal; e. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi lain sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja 33

Faktor-faktor tersebut diatas tidak lain adalah komponen-komponen dari sekolah, ini menunjukkan bahwa usaha meningkatkan mutu pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan memperhatikan satu atau sebagian saja dari komponen sekolah tetapi harus seluruhnya, karena setiap komponen dapat mempengaruhi mutu pembelajaran.

D. KERANGKA BERFIKIR

33

Dokumen terkait