UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN
DI SMP Al-HUDA KEBON JERUK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh: MARIA ULFA
104018200672
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirrohmanirrohim…
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Maria Ulfa
Nim : 104018200672
TTL : Jakarta, 30 Mei 1986
Jurusan/Prodi : KI- Manajemen Pendidikan
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Upaya Kepala Sekolah Dalam Pengembangan
Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Di SMP Al-Huda Kebon Jeruk.
Dosen Pembimbing : 1. Dra. Yefnelty, Z. M,Pd.
2. Dra. Manerah.
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya sendiri maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2009 Penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat manusia
menuju jalan kebenaran, Amien…..
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari, tentunya tidak luput dari
bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Yefnelty. Z. M.Pd, ketua jurusan Kependidikan Islam, serta
pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya
dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Mu’arif Syam, M. Pd, sekretaris jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dra. Manerah, dosen pembimbing II yang tak berhenti memberikan
saran produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. H. Nurrochim, MM, dosen penasehat akademik
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Kependidikan Islam program studi
Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan
selama penulis kuliah.
7. Ibu Dra. Nur Azizah, Kepala Sekolah SMP Al-Huda Kebon Jeruk, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah yang dipimpin beliau.
8. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff SMP Al-Huda Kebon Jeruk, terima
kasih atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis
9. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-bukunya yang telah
dipinjamkan kepada penulis sebagai pedoman dalam kajian teori yang
penulis susun dalam skripsi ini.
10.Almarhum Ayahanda tercinta, Bpk. H. Abdul Majid dan Ibunda Hj.
Sa’anah, yang telah berjuang tanpa mengenal lelah untuk mengasuh,
mendidik, mendo’akan dan berkorban baik moril maupun materil. Terima
kasih atas semua jasa-jasa beliau. RobbigfirliiWaliwalidayyaa
WarhamhumaKamaaRobbayaaniisoghiiro……
11.Kedua kakak (Mamai dan Rini) dan adik (Dicky) tersayang, terima kasih
atas semua dukungan yang diberikan kepada penulis.
12.Semua teman-teman seperjuangan jurusan Kependidikan Islam
Manajemen Pendidikan angkatan 2004, khususnya E. Sri Nurhilmy, Iin
Mutmainnah, Rani sofiani, Nani Mayadianti yang selalu kompak dan
semangat baik dalam suka maupun duka, serta teman-teman BIASS 2004
yang selalu menyemangati penulis untuk terus berjuang. I Miss You All....
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas
amal baik mereka. Amin…………
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umunya bagi pembaca sekalian.
Wassalamualaikum wr.wb.
Jakarta, 26 Juni 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. HAKEKAT KEPALA SEKOLAH 1. Pengertian Kepala Sekolah ... 9
2. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah ... 11
3. Fungsi Kepala Sekolah... 11
4. Indikator Kinerja Kepala Sekolah ... 13
B. PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU 1. Pengertian Kompetensi Guru ... 14
2. Macam-macam Kompetensi Guru ... 16
3. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru ... 19
4. Indikator Kompetensi Guru ... 23
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi ... 24
C. MUTU PEMBELAJARAN 1. Pengertian Mutu Pembelajaran ... 25
2. Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 28
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran .. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Pengolahan Data ... 35
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 35
G. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 44
B. Analisis dan Interpretasi Data ... 44
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR TABEL
1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 36
2 : Dimensi I: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan . 44
3 : Dimensi II: Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan ... 46
4 : Dimensi III: Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran
sesuai dengan bidang studi yang diajarkan... 47
5 : Dimensi IV: Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai
metodologi dan strategi pembelajaran... 48
6 : Dimensi V: Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai
media dan sumber belajar ... 49
7 : Dimensi VI: Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi
Pembelajaran ... 51
8 : Dimensi VII: Kemampuan dalam menyusun program
pembelajaran ... 52
9 : Dimensi VIII: Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur
penunjang ... 53
10 : Dimensi IX : Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan
berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja ... 54
11 : Rekapitilasi Prosentase Upaya Kepala Sekolah dalam
Pengembangan Kompetensi Guru untuk Meningkatkan Mutu
DAFTAR LAMPIRAN
1 : Data Hasil Angket Guru Setiap Dimensi ... 63
2 : Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 64
3 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 65
4 : Angket Penelitian Guru ... 68
5 : Surat Pengajuan Proposal Skripsi ... 73
6 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 74
7 : Surat Bimbingan Skripsi ... 75
8 : Surat Keterangan Penelitian ... 76
9 : Berita Acara Ujian Komprehensif ... 77
10 : Daftar Referensi ... 78
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMP Al-Huda Kebon Jeruk”, dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dan kompetensi yang dimaksud dalam pengembangan ini yaitu kompetensi profesional guru dalam pembelajaran yang meliputi beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kecakapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya meliputi: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi kependidikan, kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, serta kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja
Kompetensi profesional ini merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi profesionalnya.
Pengembangan kompetensi guru merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan oleh semua pihak sekolah guna meningkatkan kualitas guru dan kualitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut. Tujuan ini dimaksudkan agar sekolah mampu memberdayakan tenaga pendidik yang berkualitas tinggi dan terjamin mutunya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,
dan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,
terbuka dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan pendidikan suatu bangsa.
Pada saat ini, persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan
masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlidungan profesi
yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga
menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut
timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling
mempengaruhi.
Permasalahan guru di Indonesia tersebut baik secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan masalah mutu kompetensi guru yang masih belum
memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut ikut menentukan mutu
pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah, salah satu
penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia
harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu
kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasi
guru.
Kompetensi guru hingga kini pun masih banyak dipertanyakan orang, baik di
kalangan pakar pedidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap
hari, media masa khususnya media masa cetak baik harian maupun mingguan
memuat berita tentang guru, berita-berita tersebut ironisnya banyak yang
cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan
umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak
Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu problematika
yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan mutu pendidikan tidak
kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang sebenarnya. Ada yang merisaukan
ukuran mutu karena mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu
bidang pelajaran, karena melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar,
karena melihat rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu,
menyadari pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu oleh setiap
lembaga pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidiknya
yaitu guru. Mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat besar
pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan harus membina dan mengembangkan secara khusus
kompetensi guru dengan tujuan agar mereka termotivasi untuk kreatif, imajinatif
dan progresif, sehingga siswa yang di didik menjadi berkualitas, dan berguna bagi
lingkungan masyarakat dimana ia tinggal, maupun bagi nusa dan bangsa.
Guru yang memiliki kompetensi menjadi dambaan setiap siswa dan akan
berakibat tinggi rendahnya mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
Namun kenyataan kini, banyak guru yang belum melengkapi berbagai kompetensi
yang dituntut, sehingga dalam pelaksanaan belajar mengajar berakibat rendahnya
kualitas pendidikan. Oleh karena itu wajar saja kalau saat ini pendidikan
mengahadapi persoalan mutu.
Masalah guru senantiasa mendapat perhatian yang serius, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan
khususnya. Mengingat bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya
dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Mengenai pengembangan
kompetensi guru juga diperkuat oleh adanya undang-undang No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen sebagaimana yang tercantum pada pasal 34 tentang
pembinaan dan pengembangan, dimana pembinaan dan pengembangan
kompetensi guru tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh
pemerintah atau pemerintah daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
ujung tombak dalam pendidikan, karena peranan guru sangat mempengaruhi
terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, dijelaskan bahwa ” kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas kprofesionalan”.1 Dan kompetensi yang harus dimiliki sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.2
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui massa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.3
Oleh karena itu untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah sabagai
pemimpin hendaknya dapat mengembangkan kompetensi para gurunya agar mutu
pengajaran yang dilakukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak
semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini
dikarenakan kurangnya pembinaan dan pengembangan kompetensi terhadap para
guru, dan semua itu diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga
mutu pendidikan pun dapat dicapai dengan baik. Karena bermutu tidaknya suatu
sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada kualitas tenaga pendidik
yaitu guru. Kualitas tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kualitas
out put sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi
kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah.
1
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Bandung: Fokus Media), h.4.
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h. 26.
3
Untuk itu pengembangan kompetensi guru perlu dilakukan agar guru selalu
memiliki sikap terbuka dan mengikuti perkembangan baru dalam bidang
pendidikan. Pada dasarnya pengembangan kompetensi guru yang dilakukan
adalah untuk menambah keterampilan dan merubah sikap yang dapat
membangkitkan semangat untuk bekerja.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kompetensi guru merupakan hal penting
yang harus dimiliki, sehingga harus selalu dikembangkan sesuai dengan tuntutan
di bidang pendidikan, agar guru memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keahlian
sebagaimana diharapkan. Pengembangan kompetensi guru ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan guru, yang pada gilirannya
akan mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri.
Demikian penting pengembangan kompetensi terhadap guru, namun kadang
oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah sehingga
timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Mengenai SMP Al-Huda, sekolah ini telah berdiri sejak tahun 1986, dimana
sekolah tersebut berada dibawah naungan yayasan Al-Huda. SMP Al-Huda
bertempat di jalan Raya Kebon Jeruk Jakarta Barat, dan didirikan oleh beberapa
masyarakat setempat salah satunya yaitu H. Abdul Hamid Halimun (Almarhum).
Kemudian sekolah ini diketuai oleh H. Abdul Rasyid Hamid, S.E, M.Si. Pendirian
SMP Al-Huda ini tidak hanya didasarkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang berada disekitar sekolah tersebut saja, namun keberadaan SMP
Al-Huda ini juga sebagai salah satu usaha umat Islam untuk menyampaikan
pendidikan Islam sedini mungkin untuk perkembangan kehidupan jasmaniah dan
rohaniah sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan,
serta untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai betapa
pentingnya arti sebuah pendidikan.
Adapun Visi sekolah ini yaitu unggul dalam disiplin dan berkualitas
berlandaskan iman dan takwa. Dengan Misi melaksanakan pembelajaran yang
menumbuhkan semangat keunggulan dan bermanfaat bagi seluruh warga sekolah,
serta menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama secara utuh.
Dalam perkembangannya SMP Al-Huda terbilang cukup baik dari tahun ke
tahun, hal ini dapat terlihat secara kuantitas maupun kualitas sekolah ini yang
semakin terus meningkat. Secara kuantitas, siswa SMP Al-Huda terus meningkat
dan bertambah jumlahnya sampai tahun pelajaran 2008/2009 ini. Sedangkan
secara kualitas dari tahun ketahun sekolah ini pun terus meningkat, baik kualitas
hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikulernya.
Kemudian dilihat dari kualitas dan kuantitas tenaga kependidikannya baik
guru, staf, dan lain sebagainya sekolah ini memiliki perkembangan yang cukup
baik. Ini terlihat dari kompetensi yang dimiliki ketika proses pembelajaran di
sekolah sedang berlangsung. Namun kompetensi-kompetensi yang dimiliki
guru-guru tersebut masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Karena dilihat dari
berbagai bentuk perubahan dan perkembangan sains dan teknologi yang terjadi
saat ini, menuntut bagi para pendidik untuk lebih mengembangkan kompetensi
yang ada. Dan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin jika kualitas sekolah
tersebut akan menurun suatu saat, jika pembangunan di internal sekolah itu sendiri
tidak dilakukan. Dan pengembangan yang dilakukan terhadap para pendidik
tersebut berguna untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang.
Untuk itulah, pendidik dituntut untuk terus berupaya meningkatkan kualitas
dan kompetensinya, yang tentunya semua itu merupakan tanggung jawab diri
pendidik itu sendiri. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengikuti
program pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak sekolah maupun
lembaga-lembaga di luar sekolah.
Pengembangan perlu dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kompetensi
pendidik, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengembangkan serta
meningkatkan kemampuan intelektual para pendidik dan memberi bekal kepada
tenaga pendidik dalam menghadapi tantangan tugas sekarang maupun yang akan
Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian, yaitu mengenai: "UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMP AL-HUDA KEBON JERUK ”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam latar belakang masalah, maka
identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya perencanaan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kompetensi sumber daya guru yang berkualitas.
2. Kurangnya volume atau frekuensi program pendidikan yang dapat
mengembangkan dan meningkatkan efesiensi & efektivitas kerja tenaga
pendidik.
3. Belum dimiliki atau terdapatnya program pengembangan kompetensi guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Al-Huda Kebon Jeruk.
4. Belum diketahui adanya perbedaan kompetensi antara guru yang telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan guru yang belum mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
5. Belum banyak diketahui tentang hasil pengembangan kompetensi guru
terhadap peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.
6. Kurangnya pembinaan terhadap keterampilan guru dalam peningkatan
kualitas pembelajaran.
7. Kurangnya pengembangan terhadap media serta metodologi pembelajaran
dalam peningkatan proses belajar mengajar.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan penulis yang terbatas,
maka masalah yang akan diteliti penulis batasi pada:
1. Pengembangan kompetensi guru. Maksud dari pengembangan tersebut
adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional, dimana
layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik
memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh guru, sehingga dapat
meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
2. Kompetensi guru. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi
profesional guru dalam pembelajaran yang meliputi kemampuan dan
keterampilan guru dalam menerapkan landasan kependidikan, menguasai
materi atau bahan pembelajaran, menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi, mampu menggunakan dan mengembangkan berbagai alat,
media, sumber belajar yang relevan, serta mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pembelajaran.
D.
Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah, selanjutnya penulis rumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimanakah upaya kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi
guru-guru agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran?
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu untuk:
1. Masukan bagi kepala sekolah untuk memprogramkan kegiatan
pengembangan kompetensi guru agar dapat meningkatkan mutu
pembelajaran.
2. Masukan bagi para guru, dan dapat dijadikan pedoman untuk lebih
meningkatkan kemampuan dan keterampilan, maningkatkan mutu proses
belajar mengajar dan rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas.
3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dan bagi mereka
yang berminat untuk membahas topik ini dan dalam merencanakan serta
BAB II
KAJIAN TEORI
A. HAKEKAT KEPALA SEKOLAH 1. Pengertian Kepala Sekolah
Soewadji menyatakan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan
yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan
disekolah. Berkembangnya kerjasama yang harmonis, minat terhadap
perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan
mutu professional diantara guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan
kepala sekolah.4
Menurut Ngalim Purwanto kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan
diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang
maupun kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah
suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok hingga tercapai tujuan-tujuan
dari kelompok itu secara bersama.
Hendiyat soetopo dan Wasty Soemanto secara umum menyatakan “pemimpin
adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan bila perlu
memaksa orang lain agar ia mau menerima pengaruh selanjutnya berbuat sesuatu
yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu” 5. Dari beberapa pengertian pemimpin diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan
memiliki kekuasaan penuh membawa bawahannya untuk mencapai tujuan yang
telah diprogramkan bersama sesuai dengan norma yang berlaku.
Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan
sebagai seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
4
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan tanggungjawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994), h. 60
5
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang
menerima pembelajaran.
Jabatan kepala sekolah berbeda dengan pemimpin bisnis/ pemimpin
kemasyarakatan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi akan
terjadinya perubahan agar ia mampu menyesuaikan dengan keadaan sehingga
organisasinya tetap hidup.
Kepala sekolah juga menghadapi situasi dan kondisi yang relative stabil
dimana siswa tidak dapat cepat berubah, mereka sangat bergantung kepada
susunan atau program pembelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah,
perubahan program pembelajaran hanya terjadi bila pemerintah memulainya.
Rasa tanggungjawab harus dimiliki oleh seorang pemimpin terhadap
kepemimpinannya, tidak terkecuali pemimpin pendidikan. Seorang kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat berpengaruh dilingkungan sekolah yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan dan bila perlu memaksa orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh
sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi
seorang manajer yang efektif karena esensi kepemimpinan adalah kepengikutan
dari bawah.
2. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah
Kepala seolah sebagai pelaksana kepemimpinan pendidikan disekolah harus
memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
Keterampilan dan kemampuan yang menggambarkan tugas dan
tanggungjawab kepala sekolah dalam penerapan kepemimpinan pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang kurikulum. b. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang Public Relation. c. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan guru dan
d. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang personalia.
e. Kepala sekolah sebagai pemimpin personalia di bidang non pengajaran.
f. Kepala sekolah sebagai pemimpin didalam mengadakan hubungan dengan kantor departemen pendidikan dan kebudayaan.
g. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan bimbingan.
h. Kepala sekolah adalah pemimpin dalam artikulasi dengan sekolah-sekolah lain.
i. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengelolaan pelayanan, rumah sekolah, dan perlengkapan.
j. Kepala sekolah sebagai pemimpin dibidang pengorganisasian.6
Kepala sekolah adalah orang yang memiliki peranan, tugas dan
tanggungjawab yang besar, sehingga dengan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa yang mejadi tugas dan tanggungjawab seorang kepala sekolah tidak hanya
satu bidang akan tetapi meliputi banyak bidang terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran.
3. Fungsi Kepala Sekolah
Kepala sekolah tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran jalannya
sekolah secara teknis akademis saja. Akan tetapi, banyaknya masalah baru yang
ditimbulkan harus menjadi tanggungjawab kepala sekolah untuk dipecahkan dan
dilaksanakan.
Berdasarkan semakin kompleksnya masalah yang ada, maka fungsi kepala
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai Educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program ekselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
b. Kepala sekolah sebagai Manajer
6
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai Administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
d. Kepala sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
e. Kepala sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan keauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas.
f. Kepala sekolah sebagai Innovator
Sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
g. Kepala sekolah sebagai Motivator
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar.(PSB)7.
4. Indikator Kinerja kepala Sekolah
Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya yang
berjudul “Kepemimpinan dan Supervisi pendidikan”, Indikator Kinerja kepala
Sekolah secara umum meliputi:
a. Meningkatkan diri dan staf secara profesional. b. Meningkatkan pembelajaran di sekolah.
c. Menyusun dan meningkatkan program sekolah. d. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disiplin. e. Menumbuhkan profesi dalam bidang kerja masing-masing.
f. Mengusahakan hubungan dengan masyarakat secara intim dan terpadu.
g. Menyediakan dan mengelola fasilitas yang memadai.
h. Mengembangkan etika profesional dan hubungan secara intim dengan staf dan supervisor.
i. Mengelola pengadaan, pendayagunaan dan pelaporan keuangan sekolah.
j. Mengatur pelayanan khusus (special-service) di sekolah.8
Sedangkan E. Mulyasa dalam bukunya “Menjadi Kepala Sekolah
Professional” yang mengutip pendapatnya Sellis tentang peningkatan kinerja
tenaga kependidikan, kualitas sekolah, kepala sekolah professional harus
memperhatikan indikasi sebagai berikut:
1) Mempunyai visi dan daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi lembaga kependidikan dan peserta didik yang ada disekolah.
2) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
3) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. 4) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan
dan kebijakan lembaga atau sekolah.
7
E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2004) h. 98-120. 8
5) Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat), bahwa terdapat “chanel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya.
6) Pemimpin mendukung pengembangan tebaga kependidikan. 7) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul
tanpa dilandasi bukti yang kuat.
8) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.
9) Menjamin struktur yang menggambarkan tanggungjawab yang jelas.
10) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
11) Membangun tim kerja yang efektif.
12) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.9
B. PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
1. Pengertian Kompetensi Guru
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti: “(kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”.10
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen, dijelaskan bahwa “ kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.11
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang
dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru dari beberapa pendapat, antara lain menurut Broke and Stone
“Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru
yang penuh arti”. Sementara Charles mengemukakan bahwa “kompetensi
9
E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2004) h. 86. 10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosda Karya, 2003) cet. Ke-15, h. 14
11
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan”12.
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang mengutip Mc.Ahsan mengemukakan bahwa kompetensi “ is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, whish become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particularcognitive, affective and psikomotor behaviors” yang artinya kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan13
Adapun kompetensi guru menurut Moh. Uzer Usman yaitu “Teacher
competency is the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties
appropriately”. Yang artinya kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan
layak 14. Artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan professional.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan
bertanggungjawab sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien.
2. Macam-macam Kompetensi Guru
Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut
memiliki seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Dalam
peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
12
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007) h. 25
13
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006)cet. Ke-9, h. 38.
14
pasal 2 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki sebagai agen
pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi “ kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi sosial”.15 Hal ini dipaparkan sebagai berikut: a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik.
3) Pengembangan kurikulum/ silabus. 4) Perancangan pembelajaran.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
7) Evaluasi hasil belajar.
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.16
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Karena itu,
pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Untuk itu guru harus
mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian,
diantaranya:
1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama.
3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat.
4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru.
5) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.17
15
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h. 26.
16
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan
kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru
dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan
dengan kompetensi ini di antaranya:
1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan. 2) Pemahaman dalam bidang psikologi kependidikan.
3) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran. 8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang
9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.18
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota
masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:
1) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional.
2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan.
3) Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual
maupun secara kelompok.
17
, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 18.
18
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.19
Secara teoritis empat jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu
sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya empat jenis kompetensi
tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Diantara empat jenis kompetensi
itu saling menjalin secara terpadu dalam diri guru professional.
Jadi dari uraian teori mengenai kompetensi, professional, dan hakikat guru di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi professional guru adalah
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dimiliki guru
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal sehingga memungkinkan guru dapat membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
3. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru
Sondang P Siagian dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya
Manusia mengemukakan bahwa “pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan 20. Dengan kata lain, pengembangan adalah sikap kegiatan yang dimaksudkan untuk
19
, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-5, h. 18-19.
20
mengubah kelakuan, yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan
sikap.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai pengembangan kompetensi guru,
penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai
pengembangan personil karena bila dilihat dari kaca mata manajemen, guru
adalah sebagai tenaga personil dari sebuah lembaga atau organisasi.
Sudarwan Danim yang mengutip Castetter, mengemukakan empat langkah
pengembangan personalia, yaitu:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
d. Evaluasi 21
Dan Sudarwan Danim pun mengemukakan tiga manfaat pengembangan
personalia, yaitu:
1) Peningkatan performansi personalia sesuai dengan posisinya
saat ini
2) Pengembangan keterampilan personalia untuk mengantisipasi
tugas-tugas baru yang bersifat reformasi
3) Merangsang pertumbuhan diri personalia bagi penciptaan
kepuasan kerja secara individual.22
Dari tujuan pengembangan tersebut diatas, ternyata pengembangan
kompetensi tenaga edukatif tidak berbeda dengan tujuan pengembangan personil
yang telah diuraikan, yaitu untuk meningkatkan performans dan meningkatkan
keterampilan dan keahlian pokok yang harus dimiliki, keterampilan konseptual,
teknikal dan pribadi untuk dapat melaksanakan tugasnya secara professional.
Selanjutnya Castetter merumuskan bahwa pengembangan personil mencakup
beberapa kegiatan, baik kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang yang
masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Kegiatan pengembangan personalia
ini dilakukan dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu, yaitu: menganalisis
21
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2002) Cet. Ke-1, h. 36 22
kebutuhan, merumuskan tujuan dan sasaran, mendesain program,
mengimplementasikan dan mendeliverikan program, serta mengevaluasi
program23.
Dalam pengembangan ini ada dua kegiatan, yaitu: (1) yang khusus
direncanakan dan diterapkan oleh system sekolah (pendekatan formal), (2) yang
dilakukan oleh personil itu sendiri (pendekatan informal).
Dalam pendapatnya, Sudarwan Danim membuat suatu model proses
pengembangan yang terdiri dari:
a) Perencanaan pengembangan personil
Perencanaan pengembangan personil ini merupakan perencanaan
makro yang meliputi aspek pengembangan menyangkut isu-isu pokok,
seperti program apa yang diharapkan dapat dikerjakan, apa batasannya,
dan bagaimana urutan prioritasnya, penanggungjawab dan sifatnya,
prioritasnya dan tanggungjawab, dan lain sebagainya dari seluruh
tingkat administrasi yang terlibat dalam kegiatan pengembangan.
b) Pemprograman pengembangan personil
Maksud dari pemprograman pengembangan personil ini adalah
mentransformasikan perencanaan makro kedalam suatu rangkaian
perencanaan mikro, berupa desain operasional dan program
pengembangan.
c) Pengevaluasian program pengembangan personil
Dimana tahap ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat keberhasilan
pengembangan yang telah direncanakan dan kelemahan-kelemahan
dalam proses penyelenggaraan.
Untuk itu guru sebagai personil edukatif dituntut juga untuk mengembangkan
bidang pekerjaannya sesuai dengan rumusan-rumusan diatas karena memang
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah demikian
maju dengan pesatnya, sehingga lembaga sekolah dituntut untuk bisa mengikuti
gerak langkah kemajuan itu, dimana semua personil yang terlibat didalamnya
23
harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Tenaga edukatif atau guru sebagai
salah satu personil dilembaga sekolah harus mengembangkan kompetensi demi
keberhasilan pelaksanaan tugas profesionalnya, disamping melaksanakan inovasi
dan mengatasi tantangan yang menghadangnya.
Sedangkan menurut Sondang P Siagian, disamping bermanfaat bagi
organisasi, kegiatan program pengembangan sudah barang tentu bermanfaat pula
bagi para anggota organisasi.24
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa
sekolah sebagai suatu organisasi dipandang perlu untuk mengadakan
pengembangan personalia, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah
pengembangan kompetensi guru. Dimana pengembangan kompetensi guru
tersebut menyangkut tiga hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan.
Perencanaan kegiatan tersebut merupakan kegiatan merencanakan proses
pembelajaran, pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan melaksanakan dan
memimpin atau mengelola proses pembelajaran, sedangkan evaluasi kegiatan
dimaksudkan untuk menilai kemajuan proses pembelajaran.
Kegiatan pengembangan tenaga kependidikan yakni guru, dilakukan atas
prakarsa institusi, kelompok maupun individu. Dilihat dari perspektif institusi,
kegiatan ini diperuntukan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.
Pengembangan tenaga kependidikan atas prakarsa institusi adalah penting.
Namun yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal tenaga
kependidikan untuk menjalani proses personalisasi.
Dari paparan di atas diketahui bahwa kewajiban untuk mengembangkan
kompetensi professional guru adalah kewajiban guru itu sendiri, atasan dari guru
tersebut seperti kepala sekolah dan supervisor sebagai kepanjangan tangan dari
institusi yang berkaitan dengan dunia kependidikan.
24
Dalam pengembangan kompetensi guru mengenai hal-hal tentang
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan ini menurut penulis bisa
mencakup bagaimana sekolah atau individu guru dalam merencanakan
pengembangan kompetensi professional keguruannya, seperti berencana untuk
senantiasa mengembangkan kompetensi professional guru seperti: berencana
mengikuti pelatihan-pelatihan, membeli buku-buku dan sebagainya.
Sedangkan pelaksanaan adalah sesuau yang dikerjakan berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik individu guru yang bersangkutan
atau oleh sekolah atau juga institusi terkait.
Adapun kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan-pelaksanaan yang telah dilakukan atau dikerjakan, apakah perencanaan yang
dibuat sudah terlaksana atau belum, sesuai dengan rencana atau tidak, serta
berhasil atau tidaknya perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kompetensi
guru, oleh institusi sekolah atau guru itu sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pengembangan kompetensi guru
dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kecakapan-kecakapan serta untuk
menambah pengetahuan yang dimiliki oleh para guru, sehingga dengan adanya
kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru menjadi lebih berkualitas dan
kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dengan kata lain,
pengembangan kompetensi guru tersebut adalah merupakan serangkaian bantuan
yang berwujud layanan professional, dimana layanan tersebut diberikan oleh
orang ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya), kepada
guru dengan maksud agar dapat meningkatkan baik kualitas guru maupun kualitas
proses dan hasil pengajaran sehinga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat
tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap guru,
maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja
seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses
pengajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga guru tersebut
pendidik. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan diantaranya adalah
aspek afektif, kognitif dan psikomotorik guru dalam pendidikan dan pengajaran
yang meliputi aspek pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian guru, sehingga guru diharapkan dapat lebih professional dalam
menjalankan tugasnya.
4. Indikator Kompetensi Guru
Mutu pada dasarnya adalah suatu pengertian yang abstrak dan subyektif,
karena berdasarkan sudut pandang seseorang atau berdasarkan dengan
syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini mutu kompetensi
guru adalah dimana guru tersebut dengan kompetensi yang dimilikinya dapat
melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Diantara indikator kompetensi
guru secara umum ialah:
a. Melaksanakan tugas belajar mengajar dengan memakai perencanaan bahan pembelajaran, persiapan mengajar, hadir dikelas sesuai dengan jadwal. Melaksanakan berbagai teknik dan metode mangajar untuk lebih memudahkan pemahaman siswa, melaksanakan evaluasi terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan.
b. Pengelolaan kelas dan mengelola interaksi pembelajaran, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan suasana kondusif. c. Membantu siswa ketika menghadapi kesulitan baik yang
berhubungan langsung dengan pelajaran maupun tidak.
d. Selalu berusaha meningkatkan kepentingan belajar dengan mencari metode-metode baru dalam menyampaikan bahan pelajaran.
e. Selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan bidang studi yang dipegangnya dengan mengikuti kegiatan ilmiah berupa diskusi atau seminar.
f. Bertanggungjawab untuk membantu sesama guru dan membantu sekolah dalam kegiatan pengembangan kurikulum serta berpartisipasi dalam kepanitiaan yang diselenggarakan oleh sekolah.25
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru
25
Pengembangan kompetensi guru merupakan proses perubahan kemampuan
professional guru secara bertahap kearah yang lebih baik untuk terciptanya suatu
kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru merupakan bagian dari kegiatan
peningkatan tenaga kependidikan.
Kualitas guru dalam mengajar pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang datangnya dari dalam
dirinya dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor
internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensi, sikap dan kepribadian.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain
adalah kepala sekolah, anak didik, dan sarana prasarana sekolah.
Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
kompetensi antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi
kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif,
kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi
lingkungan dan sarana prasarana.26
Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan
pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk
selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih
kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang
juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta
kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam pengajaran (pendidikan dan pelatihan, seminar, dan
penataran-penataran).
C. MUTU PEMBELAJARAN 1. Pengertian mutu pembelajaran
Dari waktu kewaktu peranan pendidikan sebagai wahana pengembangan
kualitas SDM telah disadari oleh berbagai pihak. Pendidikan membentuk manusia
pembangunan dengan cara mengarahkan manusia pada pemanfaatan potensi yang
ada pada dirinya, serta sakaligus mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini
26
menjadikan manusia lebih mengenali kemampuannya untuk mengatasi setiap
masalah yang dihadapi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ Mutu adalah ukuran baik buruk
suatu kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian, dan
sebagainya.27
Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi, yaitu
normatif dan deskriptif. Dalam artian normatif, mutu itu berdasarkan
pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan dalam artian
deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan nyatanya, misalnya hasil tes
prestasi belajar.28
Dengan demikian pengertian mutu dari beberapa pendapat di atas adalah
ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang
ingin dicapai oleh suatu proses.
Dan sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran, perlu
dikemukakan juga definisi belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar
adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian
biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya yang telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam
buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Pengertian belajar sebagaimana dikemukakan para ahli pendidikan adalah
menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychologi: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Demikian juga Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning
and Memory, berpendapat Learning is a Change in organism due to experience
which can offect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
27
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 768.
28
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Sedangkan Witting dalam bukunya Psychologi of Learning mendefinisikan
belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism behavioral
repertoire that occurs as a result of experience. Yang artinya belajar ialah
perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.29
Di kalangan para ahli psikologis terdapat keragaman dalam cara menjelaskan
dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Namun baik secara eksplisit
maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa
dalam definisi maupun konsep, belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu30.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut diatas adalah karena
adanya perbedaan sudut pandang yang wajar. Selain itu, perbedaan antara satu
situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga
dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Dan dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Adapun istilah pembelajaran erat kaitannya dengan belajar dan diperkirakan
relatif baru digunakan oleh para pakar pendidikan yaitu sekitar tahun 1970-an.
Dalam literatur Indonesia pada Konsep Teknologi Pendidikan, dibedakan istilah
pembelajaran (Instruction) dan pengajaran (Teaching). Pembelajaran disebut juga
kegiatan instruksional saja, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja
agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan
pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2002), Cet. VII, h. 89-90.
30
kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Dan
menurut Gagne dan Biggrs sebagaimana dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar,
pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.31 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses
yang mempengaruhi perubahan siswa selama kegiatan belajar berlangsung, dan
tidak hanya melihat dari hasil belajarnya saja tetapi seluruh komponen yang
berhubungan dengan belajar. Adapun komponen- komponen yang dapat
mempengaruhi mutu pembelajaran antara lain:
a. Tujuan pembelajaran
b. Materi/ bahan pembelajaran
c. Metode pembelajaran
d. Media/ sarana pembelajaran
e. Evaluasi pembelajaran
Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan pengertian mutu dan pembelajaran
secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
mutu pembelajaran adalah kualitas atau suatu gambaran yang menjelaskan baik
buruknya hasil yang dicapai anak didik dalam proses interaksi anak didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dan masalah mutu
pembelajaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh system
pendidikan di Negara kita. Berbagai usaha dan program telah dikembangkan
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran tersebut.
2. Upaya peningkatan mutu pembelajaran
Pendidikan membentuk manusia pembangunan dengan cara mengarahkan
manusia pada pemanfaatan potensi yang ada pada dirinya sekaligus
mengembangkannya seoptimal mungkin. Ini menjadikan manusia lebih mengenali
kemampuannya sehingga tahu menggunakannya untuk mengatasi setiap masalah
yang dihadapi.
31
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membawa tuntutan baru
bagi pendidikan, yaitu penyediaan manusia-manusia yang mampu menyesuaikan
diri terhadap berbagai perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Hanya pendidikan yang memiliki proses
pembelajaran yang bermutu sajalah tuntutan tersebut dapat terpenuhi. Sehubungan
dengan hal itu, meningkatkan mutu pembelajaran menjadi sangat esensial karena
pembelajaran adalah bagian dari sebuah proses pendidikan.
Banyak pakar pendidikan di Indonesia yang telah memberikan resep
mengenai usaha yang perlu ditempuh untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai dan proses untuk
mencapainya. Dan faktor-faktor yang terkait dalam peningkatan mutu ada dua
aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek
proses mencapai hasil tersebut.
Adapun upaya peningkatan mutu menurut Zamroni dalam bukunya yang
berjudul meningkatkan mutu sekolah, dapat dicapai melalui:
a. Peningkatan Kualitas Lulusan.
Peningkatan kualitas sekolah senantiasa bermuara pada peningkatan kualitas lulusannya. Dalam pengertian yang paling dasar pada kurikulum berbasis kompetensi sebagaimana yang ada Indonesia dewasa ini, kualitas lulusan adalah tercapainya standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas maka kualitas tidak hanya terkait dengan standar kualitas tersebut, melainkan terdapat tolok ukur lain.
b. Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar
untuk melaksanakan proses pembelajaran di satu sisi dan pada sisi lain ditentukan oleh kesiapan siswa untuk menjalani proses pembelajaran32.
Sehubungan dengan usaha meningkatan mutu pembelajaran di sekolah, peran
kepala sekolah yang menyandang tiga predikat, yaitu sebagai pemimpin,
administrator, dan supervisor pendidikan itu tidak kecil. Sebagai pemimpin usaha
yang dapat dilakukannya guna meningkatkan mutu pembelajaran adalah
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan menantang. Usaha ini
akan membawa dampak positif bagi tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru.
Selain itu guru-guru juga didorong untuk lebih kreatif serta memiliki kerja tinggi.
Sebagai administrator pendidikan usaha yang dapat dilakukannya adalah melalui
peningkatan dan pengembangan fasilitas sekolah antara lain gedung sekolah,
sarana belajar mengajar di kelas, keuangan dan lain-lain. Sedangkan sebagai
supervisor pendidikan usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
kemampuan guru beserta seluruh staf sekolah diantaranya melalui rapat, diskusi,
seminar, observasi kelas, dan penataran.
Untuk itu pembelajaran dikatakan bermutu jika tujuan instruksional khusus
(TIK) tercapai secara maksimal sebagai wujud dari target pencapaian daya serap
siswa. Pada kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi indikator mutu
pembelajaran adalah apabila tercapainya target kompetensi. Oleh karena itu
kepala sekolah, guru, siswa dan para staff sekolah hendaknya turut serta berperan
aktif dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran
Usaha meningkatkan mutu pembelajaran bukanlah pekerjaan mudah tanpa
banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang yang
mengusahakan peningkatan mutu pembelajaran untuk memperhatikan segala
faktor yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut perlu
diidentifikasi agar usaha yang dilakukan berjalan lancar.
32
Berdasarkan identifikasi dari segala faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran agar diketahui sebab kegagalan setiap usaha yang dilakukan. Dari
sini ditentukan cara-cara terbaik untuk kelancaran dan keberhasilan setiap usaha
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran adalah:
a. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
b. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
c. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
d. Kurikulum; adanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal; e. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi lain sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja 33
Faktor-faktor tersebut diatas tidak lain adalah komponen-komponen dari
sekolah, ini menunjukkan bahwa usaha meningkatkan mutu pembelajaran tidak
dapat dilakukan dengan memperhatikan satu atau sebagian saja dari komponen
sekolah tetapi harus seluruhnya, karena setiap komponen dapat mempengaruhi
mutu pembelajaran.
D. KERANGKA BERFIKIR
33
Pentingnya peranan pendidikan dalam membentuk Sumber Daya Manusia,
setiap lembaga pendidikan perlu meningkatkan mutu pendidikannya, khususnya
dalam meningkatkan kompetensi guru, karena guru merupakan komponen
manusiawi yang memiliki keunikan dalam berfikir maupun dalam bekerja.
Adapun yang menjadi kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah bahwa
guru yang kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan kehlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
Oleh karena itu,