• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBINAAN GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN : Penelitian Kuantitatif pada Sekolah Dasar di Kota Ternate.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBINAAN GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN : Penelitian Kuantitatif pada Sekolah Dasar di Kota Ternate."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR RUMUS ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Asumsi ... 15

F. Hipotesis ... 17

G. Metode Penelitian ... 18

H. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Mutu Proses Pembelajaran ... 20

1. Pengertian ... 20

2. Indikator-Indikator Mutu Proses Pembelajaran ... 24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... 26

4. Tujuan Penjaminan Mutu ... 30

B. Kompetensi Pedagogik ... 33

1. Pengertian ... 34

(2)

2. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah ... 57

D. Guru ... 64

1. Pengertian ... 64

2. Peran Guru ... 66

E. Pengaruh Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Pedagogik terhadap Mutu Proses Pembelajaran ... 67

F. Hasil Penelitian Lain ... 70

G. Kerangka Berpikir ... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 76

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 77

1. Variabel Penelitian ... 77

2. Definisi Operasional ... 78

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 79

1. Populasi Penelitian ... 79

2. Sampel Penelitian ... 80

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data ... 82

2. Instrumen Penelitian ... 83

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 89

E. Teknik Pengolahan Data ... 94

F. Waktu dan Tempat Penelitian ...106

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ...108

1. Seleksi Data ...108

2. Klasifikasi Data ...108

B. Analisis Deskriptif ...110

(3)

D. Uji Asumsi ...124

1. Uji Normalitas ...124

2. Uji Linearitas ...126

3. Uji Multikolinearitas ...127

4. Uji Heterokedastisitas ...128

E. Pengujian Hipotesis Penelitian ...129

1. Analisis Korelasi ...129

2. Analisis Regresi ...132

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...134

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...146

B. Rekomendasi ...149

DAFTAR PUSTAKA ...152

LAMPIRAN-LAMPIRAN : A. Rekapitulasi Data Responden ...157

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ...166

C. Instrumen dan Kisi-Kisi Instrumen ...170

D. Gambaran Responden dan Variabel ...178

E. Uji Asumsi ...184

F. Pengolahan Data ...187

G. Korespondensi ...193

(4)
(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan Indonesia berada di bawah rata-rata negara berkembang lainnya. Hal tersebut berdasarkan hasil survei World Competitiveness Year Book tahun 1997-2007 yang menunjukkan bahwa dari 47 negara yang disurvei, pada tahun 1997 Indonesia berada pada urutan 39, pada tahun 1999, berada pada urutan 46. Tahun 2002, dari 49 negara yang disurvei, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati posisi ke-53. Menurut laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, tahun 2005 posisi Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik. Selain itu, menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP), kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 177 negara di dunia. Sedangkan menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang merupakan lembaga konsultan dari Hongkong menyatakan kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, di antara 12 negara Asia yang diteliti, Indonesia satu tingkat di bawah Vietnam.

(6)

Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Jepang, juga mendominasi peringkat atas, sementara Malaysia menempati urutan 10 untuk matematika, dan 20 untuk sains.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan oleh data dari Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP), dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

(7)

Walaupun demikian, masih ada berita menggembirakan. Para anak bangsa ternyata cukup berprestasi di ajang olimpiade MIPA tingkat internasional, dan hampir setiap tahun para siswa kita yang mengikuti olimpiade Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi memperoleh medali emas. Mereka mengalahkan para siswa dari negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Belanda, Australia (Istamar Syamsuri dalam http://kappa.binus.ac.id/makalah peningkatan kompetensi guru/). Peraih emas itu, di antaranya terdapat mutiara hitam dari Indonesia Timur Irian Jaya yang mengharumkan nama bangsa. Hal ini untuk mempertegas bahwa sebenarnya, anak Indonesia, dari manapun asalnya, memiliki potensi kuat untuk menjadi juara olimpiade. Anak Indonesia memiliki potensi kuat juga untuk menjadi ahli MIPA, menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan IPTEK di tanah air menyamai negara lainnya.

(8)

kesempatan yang sama untuk mengembangkan bakat dan minatnya terhadap bidang ilmu pengetahuan, maka di Indonesia akan tumbuh ilmuan-ilmuan yang tidak kalah dengan negara lain yang sudah maju. Kapan?

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(9)

Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja guru itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, melakukan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan dan upaya-upaya lainnya yang relevan.

Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal yakni dalam proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri (Feiby Ismail, 2008:1 dalam http://rosachemist88.blog.uns.ac.id/2010/04/24/) dan keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan bagaimana mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut.

(10)

peserta didik adalah siswa belajar hanya untuk memenuhi kewajiban, masuk kelas tanpa persiapan, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, merasa tersisihkan karena tidak dihargai pendapatnya, merasa terkekang, membolos, siswa merasa haknya dipenjara, terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasana belajar menjadi monoton dan akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan.

Upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas guru untuk mengembangkan suasana, proses dan bahan pembelajaran yang dapat menggugah, mendorong dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan yang ada pada diri mereka masing-masing dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik (kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak).

Peningkatan mutu guru dan mutu sekolah, dapat disebut sebagai suatu perpaduan antara knowledge-skill, art dan entrepreneurship. Suatu perpaduan yang diperlukan untuk membangun keseimbangan antara berbagai tekanan, tuntutan, keinginan, gagasan-gagasan, pendekatan dan praktik. Perpaduan tersebut berujung pada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan sehingga terwujud proses pembelajaran yang berkualitas. Semua upaya peningkatan mutu sekolah harus melewati variabel ini. Proses pembelajaran merupakan faktor yang langsung menentukan kualitas sekolah.

(11)

secara pasti. Terdapat keterkaitan berbagai variabel yang sulit untuk diindentifikasi mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi. Hasil pembelajaran tidak bisa diestimasi secara matematis pasti. Anak yang kecapekan atau kurang gizi atau memiliki persoalan pribadi, jelas akan mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Demikian pula kemiskinan dan kondisi keluarga akan berpengaruh. Siswa yang memiliki motivasi dan yang tidak memiliki motivasi akan berbeda dalam kaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Pengaruh eksternal dan internal dalam diri siswa ikut mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Dan sekali lagi, tidak semua pengaruh tersebut dapat dikendalikan oleh kepala sekolah dan guru. Sebagai suatu proses interaksi antara siswa dan guru berkaitan dengan materi tertentu, maka tidak hanya kondisi siswa yang berpengaruh, tetapi juga kondisi guru tidak kalah pentingnya, turut mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pendapat bijak mengatakan bahwa, “jika ingin melihat prestasi siswa maka lihatlah kualitas gurunya”.

Kondisi guru yang bervariasi berarti kualitas dan hasil pembelajaran juga akan bervariasi. Semakin tinggi kesenjangan kualitas guru maka semakin tinggi kesenjangan prestasi siswa. Untuk itu, sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeholders mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

(12)

setiap usaha peningkatan mutu pendidikan. Fungsi dan perannya menjadi sangat strategis, sehingga sangat beralasan apabila pengawasan profesional ditujukan kepada aspek akademik yaitu berupa bantuan untuk memperbaiki pembelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pembelajaran, kegiatan supervisi akademik harus dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan supervisi atau dalam penelitian ini disebut sebagai pembinaan guru oleh kepala sekolah, dalam bidang akademik, merupakan suatu kegiatan pengawasan profesional yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik. Pengamatan pada masalah akademik yang dimaksud adalah pengamatan yang langsung, yaitu berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam membantu siswa di dalam proses belajar. Kegiatan pembinaan guru oleh kepala sekolah bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kinerja profesional guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk peningkatan mutu pembelajaran pada siklus berikutnya (Hadis, 2010:81).

Peningkatan kepuasan kerja guru dalam bekerja juga dapat ditingkatkan melalui layanan supervisi oleh kepala sekolah. Kepuasan kerja guru berkaitan dengan profesionalisme, motivasi dan kinerja guru (Fraser, 1985:13 dalam Hadis, 2010:10). Guru yang puas dalam bekerja cenderung profesional, motivasi kerja dan kinerjanya bagus serta kaya dengan ide-ide ilmiah (Hartwell, 1995 dalam Hadis, 2010:10).

(13)

di kelas. Kesepuluh kompetensi tersebut mencakup: (1) menguasai bahan atau materi pelajaran, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan pendidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar siswa, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

Kesepuluh kompetensi guru tersebut kemudian mengalami penyederhanaan dan penyempurnaan, yaitu menjadi empat kompetensi utama yang harus dikuasai oleh para guru meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan professional (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Kompetensi pedagogik, sebagai salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(14)

pustakawan, laboran dan sebagainya. Adapun keluaran lembaga pendidikan adalah, berupa tamatan dengan kapabilitas yang dikuasai sebagai buah dari kegiatan belajar (Owen dan Gagne dalam Hadis, 2010:70).

Selain layanan supervisi kepala sekolah berkontribusi signifikan terhadap profesionalisme dan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, layanan supervisi kepala sekolah juga berpengaruh dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran di kelas. Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa layanan supervisi pengajaran yang diberikan oleh kepala sekolah sebagai manajer organisasi sekolah dan sebagai supervisor kepada guru dapat meningkatkan motivasi kerja dan kinerja guru di sekolah (Wahjosumidjo dalam Hadis, 2010:64).

Sistem pendidikan tingkat sekolah di kelas memiliki tiga komponen besar yang menyusun sistem pendidikan yaitu komponen input, proses dan output (Hamalik dalam Hadis, 2010:72). Upaya yang harus diakukan agar proses pendidikan yang terjadi di kelas menghasilkan produk berupa peserta didik yang sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja (Sallis dalam Hadis, 2010:72), yaitu: (1) kontrol mutu dan (2) penjaminan mutu. Kedua langkah tersebut merupakan ruh dari manajemen mutu terpadu. Esensi dari manajemen mutu terpadu adalah perubahan budaya dan perbaikan secara terus-menerus serta pemenuhan kebutuhan pelanggan sebagai prioritas utama.

(15)

dan pendidikan di tingkat kelas yang sangat besar. Melalui layanan supervisi dari kepala sekolah, profesionalisme dan kinerja guru dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas (Hadis, 2010:76).

Melalui layanan supervisi pula, para guru diharapkan menerapkan kendali dan jaminan mutu sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membelajarkan siswa di kelas dan melaksanakan pembelajaran yang benar dari awal sampai akhir. Oleh karena itu para guru di sekolah harus menerapkan siklus pembelajaran yang benar sebagai manifestasi dari peningkatan mutu secara kontinu (continous improvement).

Adapun siklus pembelajaran yang continous improvement, yaitu berawal dari perencanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kemudian evaluasi proses dan hasil pembelajaran di kelas dan seterusnya, sehingga siklus pembelajaran di kelas berlangsung terus-menerus melalui perbaikan secara kontinu.

(16)

Berangkat dari uraian di atas maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini perlu membatasi beberapa istilah yang selanjutnya akan disebut sebagai variabel penelitian ke dalam definisi operasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah pengertian antara peneliti dan pembaca. Berikut adalah definisi operasional setiap variabel dalam penelitian ini, yaitu:

Mutu Proses Pembelajaran dalam penelitian ini adalah taraf ketercapaian guru dalam menerapkan tahapan penyelenggaraan pembelajaran yang ideal di dalam kelas yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sebagaimana yang dinyatakan dalam responnya terhadap pernyataan-pernyataan ketiga kegiatan pembelajaran tersebut.

(17)

Sedangkan yang dimaksud dengan pembinaan guru oleh kepala sekolah dalam penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kepala sekolah yang dimaksudkan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas mengajar guru di kelas pada saat peserta didik sedang dalam proses mempelajari sesuatu, sebagaimana yang direspon oleh guru. Indikator yang dijadikan pedoman dalam pengukuran pembinaan guru oleh kepala sekolah antara lain: penelitian proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru.

Berdasarkan uraian definisi operasional variabel-variabel yang selanjutnya akan diteliti, berikut rumusan permasalahan dalam penelitian ini:

1) Bagaimanakah gambaran pelaksanaan pembinaan guru oleh kepala sekolah di Sekolah Dasar di Kota Ternate?

2) Bagaimanakah gambaran kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kota Ternate?

3) Bagaimanakah gambaran mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar di Kota Ternate?

4) Adakah pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate?

5) Adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate?

(18)

7) Adakah pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu: 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan pembinaan guru oleh kepala sekolah, gambarankompetensi pedagogik guru dan gambaran mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar dalam wilayah Kota Ternate. b) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap mutu proses

pembelajaran di Sekolah dasar dalam wilayah Kota Ternate.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka hasil penelitian ini memiliki kegunaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah kajian teori dalam bidang penjaminan mutu pendidikan, juga menjadi studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian bagi tenaga edukatif dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada dunia pendidikan saat ini.

2. Manfaat Praktis

a. Menentukan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh pembuat kebijakan (misalnya kepala sekolah atau stakeholder lainnya) dalam mendorong mutu para guru.

b. Sebagai indikator untuk memprediksi karakteristik laju kinerja guru dalam pengembangan diri menuju guru yang profesional.

c. Sebagai dasar perencanaan bagi pembinaan karir guru.

E. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar merupakan pernyataan yang kebenarannya diterima oleh semua pihak sehingga dapat dijadikan kerangka dasar bagi proses suatu penelitian. Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Urusan pendidikan di daerah kini menjadi tanggung jawab daerah yang

(20)

langsung memberi layanan pada masyarakat. Pemerintah telah menyerahkan hak dan kewenangan melaksanakan pendidikan bukan hanya di tingkat provinsi melainkan sampai di tingkat kabupaten/kota (Suhardan, 2010:133). 2) Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah mengawasi jalannya

pendidikan untuk mendongkrak mutu bila tidak ditindaklanjuti dengan pembinaan gurunya, tidak akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar di kelas. Kegiatan pembinaan guru merupakan bagian yang tak mungkin dipisahkan dalam setiap usaha peningkatan mutu pembelajaran (Suhardan, 2010:199).

3) Salah satu kompetensi utama yang harus dikuasai oleh para guru sebagai agen pembelajaran adalah adalah kompetensi pedagogik (Hadis, 2010:21). 4) Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Supervisi pendidikan berkepentingan terhadap upaya peningkatan kemampuan profesional guru yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran (Djam’an Satori, 1997:3 dalam Suhardan, 2010:28). 5) Guru merupakan sumberdaya manusia yang mampu mendayagunakan

(21)

6) Pengertian pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

F. Hipotesis

Bentuk hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif, yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2010:103). Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini:

1) Terdapat pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap mutu proses pembelajaran.

2) Terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran.

3) Terdapat pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik.

4) Terdapat pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran.

Secara statistik, pola pengaruh dalam hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 --- 0 berarti tidak ada pengaruh

Ha : ρ ≠ 0 --- “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar

atau kurang dari nol, berarti ada pengaruh.

(22)

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional karena penelitian ini berusaha menyelidiki pengaruh antara beberapa variabel penelitian yaitu variabel pembinaan guru oleh kepala sekolah dan variabel kompetensi pedagogik guru sebagai variabel bebas (independent variable) terhadap mutu proses pembelajaran, yang merupakan variabel terikat / variabel tergantung (dependent variable).

(23)

H. Lokasi dan Populasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate memiliki 7 (tujuh) wilayah kecamatan yang tersebar di beberapa pulau kecil. Empat kecamatan berada di dalam pulau Ternate sedangkan tiga kecamatan yang lain berada di luar pulau Ternate. Berdasarkan pertimbangan atas karakteristik wilayah tersebut, yaitu di dalam dan di luar pulau Ternate, maka peneliti menetapkan lokasi penelitian ini adalah di wilayah dalam pulau Ternate saja.

Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Kota Ternate yang berada di 4 (empat) wilayah kecamatan di dalam pulau Ternate, Kota Ternate.

(24)

76 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pembinaan guru oleh kepala sekolah, kompetensi pedagogik guru dan mutu proses pembelajaran serta pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran di antara variabel-variabel tersebut.

Perhitungan diperoleh melalui pengolahan dengan menggunakan teknik-teknik statistik pada program SPSS 17 for Windows dan program Excel for Windows.

(25)

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah komponen-komponen yang bisa diukur dan dinilai sehingga dapat ditemukan hubungan setiap variabelnya. Variabel juga merupakan suatu konstruk yang bervariasi. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik.

b. Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah mutu proses pembelajaran.

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti ini disebut sebagai paradigma penelitian. Berikut adalah paradigma dalam penelitian ini, yaitu:

(26)

Keterangan:

X1 : Independent Variable X2 : Independent Variable Y : Dependent Variable

rX₁Y : Pengaruh variabel X1 terhadap Y rX₂Y : Pengaruh variabel X2 terhadap Y rX₁X₂ : Pengaruh variabel X1 terhadap X2

RX₁X₂Y : Pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel dependen.

2. Definisi Operasional dalam Penelitian

Untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga terdapat keseragaman landasan berpikir antara peneliti dengan pembaca. Sesuai dengan judul penelitian ini maka pengertian dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Mutu Proses Pembelajaran dalam penelitian ini adalah taraf ketercapaian guru dalam menerapkan tahapan penyelenggaraan pembelajaran yang ideal di dalam kelas yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sebagaimana yang dinyatakan dalam responnya terhadap pernyataan-pernyataan ketiga kegiatan pembelajaran tersebut.

(27)

pemanfaatan teknologi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar (EHB) serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sebagaimana yang dinyatakan dalam respon guru terhadap pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kemampuan tersebut.

c. Sedangkan yang dimaksud dengan pembinaan guru oleh kepala sekolah dalam penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kepala sekolah yang dimaksudkan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas mengajar guru di kelas pada saat peserta didik sedang dalam proses mempelajari sesuatu, sebagaimana yang direspon oleh guru. Indikator yang dijadikan pedoman dalam pengukuran pembinaan guru oleh kepala sekolah antara lain: penelitian proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

(28)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara yang tersebar di 84 sekolah di 4 (empat) kecamatan dalam pulau Ternate.

Tabel 3.1

Populasi Sekolah Dasar per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah

1 Ternate Utara 21 2 Ternate Selatan 24 3 Ternate Tengah 28 4 Pulau Ternate 11 Total 84

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dianggap mewakili seluruh populasi secara representatif. Pengertian sampel menurut Sugiyono (2009:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Besarnya sampel suatu penelitian dapat dilakukan dengan menarik sebagian atau seluruh dari populasi yang akan diteliti. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mengambil semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

(29)

Penentuan besarnya ukuran sampel (n) dengan menggunakan rumus (Sarwono, 2006:120) sebagai berikut:

=

. ²

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Populasi

d = Presisi yang ditetapkan 1 = Angka konstan

Presisi adalah rentang interval toleran yang dikehendaki peneliti. Biasanya besaran presisi pada penelitian bidang-bidang sosial yaitu antara 5% sampai 10%. Pada penelitian ini, peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh sampel sebanyak:

= 84 . (0,1)² + 184

= 45.65217 46

Dengan populasi yang sebanyak 84 sekolah maka sesuai dengan rumus di atas maka jumlah sekolah yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 46 sekolah. Kemudian, untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing wilayah kecamatan, menggunakan rumus (dikutip oleh Listianawati, 2010:78):

(30)

ᵢ =

ᵢ ×

Keterangan:

ni = Angka sampel pada posisi ke-i Ni = Populasi ke-i

N = Populasi total

n = Sampel yang diambil dalam penelitian

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kecamatan Populasi Sampel Penelitian

1 Ternate Utara 21 12 2 Ternate Selatan 24 13 3 Ternate Tengah 28 15

4 Pulau Ternate 11 8

JUMLAH 84 48

Sesuai perhitungan dengan menggunakan rumus 3.2 di atas maka sampel yang seharusnya diambil adalah sebanyak 46 sekolah namun peneliti mengambil sebanyak 48 sekolah dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang guru dari masing-masing sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data atau

(31)

dengan kata lain, pengumpulan data adalah suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk memperoleh data dalam upaya pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199).

Jenis angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek dan jawaban yang diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu yaitu berupa tanda checklist ().

Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannya dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif yang sudah disediakan. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam penelitian ini adalah agar :

a. Mudah diisi oleh responden.

b. Dengan angket, responden memiliki keleluasaan dalam menjawab pertanyaan karena tidak terpengaruh oleh sikap mental hubungan antara peneliti dengan responden.

c. Pengumpulan data lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya. d. Responden tidak dituntut untuk berfikir keras dalam mencari jawaban

setiap pertanyaan karena alternatif jawaban telah tersedia.

2. Instrumen Penelitian

(32)

dilakukan oleh peneliti untuk merumuskan pertanyaan untuk memperoleh data serta memudahkan dalam menyusun instrumen (alat pengumpul data) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan variabel-variabel yang dianggap penting untuk ditanyakan dan mengacu pada teori-teori mendasar.

2) Menetapkan indikator dari setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan pada responden berdasarkan teori yang diuraikan.

3) Membuat kisi-kisi angket untuk variabel X1, variabel X2 dan variabel Y. Adapun kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kisi-kisi angket variabel X1 yaitu Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket

Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah

Variabel

- Melakukan observasi untuk mengetahui kondisi pembelajaran mengenai kegiatan siswa dan guru di kelas

(Variabel X1) - Mengumpulkan data mengenai kelengkapan administrasi pembelajaran di kelas

- Mengumpulkan data mengenai peralatan/fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran

- Menanyakan pada guru mengenai permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran

- Menanyakan pada guru mengenai tindakan yang dipilih ketika menghadapi permasalahan

(33)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

- Bersama guru menganalisis kemajuan dan kemandegan siswa dalam proses pembelajaran

- Menilai perilaku guru saat mengajar

- Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam proses pembelajaran administrasi kelas seperti silabus, RPP, SAP per semester yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran - Membantu guru dalam menghadapi

permasalahan siswa

- Membantu guru dalam peningkatan penampilan ketrampilan mengajar

- Memberikan semangat kerja pada guru

4) Peningkatan

- Mendorong guru untuk melakukan penilaian atas dirinya sendiri

- Memfasilitasi guru dengan menyediakan referensi-referensi yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran

- Memberikan kesempatan pada guru untuk berdiskusi dengan sesama guru / rekan sejawat

- Melaksanakan evaluasi mengenai kemajuan guru

(34)

b. Kisi-kisi angket variabel X2 yaitu Kompetensi Pedagogik. Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Kompetensi Pedagogik

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

Kompetensi Pedagogik

1) Menguasai

karakteristik peserta

- Memahami karakteristik fisik, intelektual, emosional dan moral

(Variabel X2) didik - Mengidentifikasi potensi siswa

- Mengidentifikasi kemampuan awal siswa

2) Menguasai teori dan prinsip belajar

- Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif

- Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis

3) Pengembangan kurikulum/silabus

- Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

- Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik siswa

- Memilih materi pelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

- Megembangkan indikator dan instrumen penilaian

4) Perancangan pembelajaran

- Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

- Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik

Menyusun perancangan pembelajaran yang lengkap untuk kegiatan di lapangan

5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

6) Memfasilitasi potensi siswa

- Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal

- Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik termasuk kreativitasnya

7) Berkomunikasi secara efektif

(35)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

- Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik dan seterusnya

8) Menyelenggarak an evaluasi proses dan hasil

- Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

- Menentukan prosedur penilaian

- Mengembangkan instrumen penilaian

- Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar

- Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar dan evaluasi - Menggunakan informasi hasil penilaian dan

evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan

- Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan

evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

10) Melakukan tindakan

- Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan

reflektif - Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan mata pelajaran

(36)

c. Kisi-kisi angket variabel Y yaitu Mutu Proses Pembelajaran.

- Mengacu pada silabus dan RPP

- Memperhatikan karakteristik siswa dalam penyusunan RPP

- Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

(Variabel Y) 2) Pelaksanaan Proses

- Menghargai karakteristik dan keberagaman peserta didik

- Pengelolaan waktu belajar dalam kelas sesuai jadwal

- Melaksanakan pembelajaran secara terstruktur (pendahuluan, inti, penutup)

- Melibatkan siswa secara aktif

3) Penilaian hasil pembelajaran

- Melakukan penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi dan sebagai perbaikan proses pembelajaran

- Melakukan penilaian secara konsisten, sistematik dan terprogram

- Melakukan penilaian dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan

- Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran

(37)

Pertanyaan-pertanyaan dalam angket untuk variabel X1, variabel X2 dan variabel Y disusun dengan menggunakan skala enam alternatif jawaban yang diberi skor 1 sampai 6, mulai dari Sangat Tidak Sesuai (STS) hingga Sangat Sesuai (SS). Tujuan dari penggunaan tipe respon enam skala ini adalah untuk menghindari kecenderungan responden dalam memilih respon yang berada di tengah.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan analisis statistik selanjutnya, sebaiknya angket diuji ke-valid-annya terlebih dahulu. Karena alat pengukuran dalam penelitian harus memenuhi syarat utama penelitian yaitu valid (sahih) dan reliabel (dapat dipercaya) sehingga pengukuran yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Sementara instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Dengan diketahui ketajaman validitas dan reliabilitas alat pengumpul data maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

a) Validitas Instrumen

(38)

mencari koefisien korelasi untuk melihat validitas tiap item, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Sarwono, 2006:133) sebagai berikut:

=

∑!"# ∑ (∑!")#(∑ ) (∑ )$ %∑&"# (∑&")# $

Keterangan:

rxy = Korelasi antara setiap nomor item dengan jumlah skor total X = Jumlah skor setiap item

Y = Jumlah skor total

X2 = Jumlah kuadrat skor tiap item Y2 = Jumlah kuadrat skor total n = Jumlah sampel

Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak dilakukan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Masrun, 1979 dalam Sugiyono, 2010:179). Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen penelitian menggunakan program SPSS 17 maupun Microsoft Excel pada batasan r tabel dengan signifikansi 0,05 dan uji 2 sisi atau dengan menggunakan batasan 0,3. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan r tabel dengan n = 144 maka didapatkan nilai 0,176 (pada nilai yang mendekati yaitu n =

(39)

125) atau dibulatkan menjadi 0,18 yang artinya jika nilai korelasi item lebih dari batasan tersebut maka item dianggap valid.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka data yang dikumpulkan dari 144 responden (r tabel dengan n = 144 adalah 0,18) dinyatakan sebagai berikut:

1) Validitas Instrumen Mutu Proses Pembelajaran (Variabel Y)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 44 item valid dari total 44 item untuk angket mutu proses pembelajaran. Rangkuman interpretasi validitas instrumen mutu proses pembelajaran per item disajikan di halaman lampiran. 2) Validitas Instrumen Kompetensi Pedagogik (Variabel X2)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 40 item valid dari total 40 item untuk angket kompetensi pedagogik. Rangkuman interpretasi validitas instrumen kompetensi pedagogik per item disajikan di halaman lampiran. 3) Validitas Instrumen Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah (Variabel X1)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 40 item valid dari total 40 item untuk angket pembinaan guru oleh kepala sekolah. Adapun rangkuman interpretasi validitas instrument pembinaan guru oleh kepala sekolah per item disajikan di halaman lampiran.

Tabel 3.6

Validitas Instrumen per Variabel Penelitian

Variabel r tabel Keterangan

X1 0,2 Valid

X2 0,2 Valid

(40)

b) Reliabilitas Instrumen

Apabila suatu alat ukur telah dinyatakan valid maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas. Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan (Santosa, 2005:251).

Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok skor ganjil dan kelompok skor genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri. Untuk kelompok ganjil skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Setelah dihitung, diperoleh koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus Spearman Brown melalui langkah-langkah berikut :

1. Menghitung koefisien korelasi dalam rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2009:359), yaitu:

=

' .( ())

Keterangan :

ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

2. Menguji signifikansi koefisien korelasi ( r1 ) melalui uji independen antara variabel dengan rumus sebagai berikut (Algifari, 2000:57):

(41)

* =

(+√ '

- –( /+) #

Sedangkan untuk kriteria pengujian yang digunakan adalah untuk tingkat signifikansi tertentu (90%) dengan dk = n – 2

3. Cara membaca hasil:

Jika kedua variabel memiliki korelasi tinggi maka akan terdapat tanda bintang (**) pada nilai korelasi tersebut. Dan jika tidak maka artina instrument yang dibuat masih harus direvisi untuk mendapatkan hasil yang terbaik (Wahyono, 2006:275). Secara rinci, hasil reliabilitas variabel dalam penelitian ini ditampilkan di halaman lampiran.

1) Reliabilitas Instrumen Mutu Proses Pembelajaran (Variabel Y)

Berdasarkan perhitungan, ternyata diperoleh hasil korelasi Product Moment antara total ganjil dan total genap untuk variabel Y (Mutu Proses Pembelajaran) adalah sebesar 0,909. Hal ini menunjukkan korelasi yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel Y tentang Mutu Proses Pembelajaran dinyatakan reliabel (signifikan).

2) Reliabilitas Instrumen Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah

(Variabel X1)

(42)

disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel X1 tentang Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah dinyatakan reliabel (signifikan).

3) Reliabilitas Instrumen Kompetensi Pedagogik (Variabel X2)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas ternyata diperoleh hasil korelasi Product Moment antara total ganjil dan total genap untuk variabel X2 (Kompetensi Pedagogik) adalah sebesar 0,968. Hal ini menunjukkan korelasi yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel X2 tentang Kompetensi Pedagogik dinyatakan reliabel (signifikan).

Tabel 3.7

Reliabilitas Instrumen per Variabel Penelitian

Variabel r Keterangan

X1 0,964 Reliabel

X2 0,968 Reliabel

Y 0,909 Reliabel

E. Teknik Pengolahan Data

(43)

Langkah-langkah dalam mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data, yaitu dengan memeriksa jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Memberi bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan kemudian menghitung jumlah skor.

Sangat Sesuai = 6

Sesuai = 5

Agak Sesuai = 4 Agak Tidak Sesuai = 3 Tidak Sesuai = 2 Sangat Tidak Sesuai = 1

3. Menghitung total skor dari alternatif jawaban responden untuk setiap variabel dan sub variabel.

4. Menghitung nilai rata-rata umum skor responden dari masing-masing variabel dengan rumus Weighted Means Scored (WMS). Walaupun rumus ini sama dengan rumus rata-rata frekuensi, dengan perbedaan pada penggantian symbol f dengan symbol w, namun secara konsep keduanya berbeda. Weighted Mean (rata-rata berbobot) berangkat dari pengertian bahwa data tidak mempunyai bobot yang sama, tergantung dari besar kepentingan yang diberikan pada data tersebut. Adapun rumus WMS adalah sebagai berikut (Santoso, 2003:103) :

Ẍ =

∑324+12!2

(44)

Keterangan :

Xᵢ = Data yang ke i n = Jumlah data wᵢ = bobot dari data X

5. Mencocokkan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria masing-masing variabel yang telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan rentang skala sikap dalam alat ukur. Adapun kriteria variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Penafsiran Data

Skor Penafsiran 5,01 – 6,00 Sangat Baik 4,01 – 5,00 Baik 3,01 – 4,00 Cukup Baik 2,01 – 3,00 Kurang Baik 1,01 – 2,00 Tidak Baik 0,01 – 1,00 Sangat Tidak Baik

6. Kemudian, mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel penelitian dengan menggunakan rumus berikut (Nurgiyantoro, 2009:95) :

T = 50 + 10 7! Ẍ 8 9

Keterangan:

T = Skor baku

X = Data skor mentah rata-rata dari masing-masing responden X = Rata-rata

S = Simpangan baku 50 dan 10 = Bilangan konstanta.

(45)

7. Mencari skor rata-rata tiap sekolah yaitu sebanyak 48 sekolah sebagai unit penelitian.

Untuk menggunakan rumus di atas maka langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Mencari skor terbesar dan terkecil

b. Mencari rentangan dengan rumus sebagai berikut : R = Skor terbesar – Skor terkecil

c. Mencari banyak kelas atau BK dengan rumus : BK = 1 + 3,3 log n

d. Mencari panjang kelas atau I dengan rumus : i = <=;

e. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus : X = ∑ ? !%

f. Mencari simpangan baku (standar deviasi) dengan rumus :

S = - % ∑ ?!² (∑?!)% (% ) #

g. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan rumus (Nurgiyantoro, 2009:95) :

Ti = 50 + 10 7 A A

8 9

8. Menguji Asumsi penelitian a. Uji Normalitas

Rumus 3.8

Rumus 3.9

Rumus 3.10

Rumus 3.11

Rumus 3.12

(46)

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan teknik analisa yang akan digunakan selanjutnya. Teknik statistik parametrik memungkinkan untuk digunakan dalam penelitian jika penyebaran datanya normal sedangkan teknik statistik non parametrik memungkinkan digunakan dalam penelitian bila penyebaran datanya tidak normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas yaitu jika signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal dan jika signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal (Priyatno, 2010:42).

b. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisa statistik korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak (Priyatno, 2010:42).

Jika signifikansi pada Linierity > 0,05 maka hubungan antara dua variabel tidak linier dan jika signifikansi pada Linierity < 0,05 maka hubungan antara dua variabel dinyatakan linier. Jika hubungan antara variabel telah dinyatakan linier maka telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis korelasi Product Moment.

c. Uji Multikolinearitas

(47)

variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas ada beberapa metode, antara lain dengan cara membandingkan nilai r2 dengan R2 hasil regresi atau dengan melihat nilai Tolenrance dan VIF.

Uji multikolinearitas dengan membandingkan nilai r2 atau R2 hasil regresi dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows (Priyatno, 2010:62). Metode pengambilan keputusan untuk uji multikolinearitas yaitu jika r2 < R2 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas, sedangkan jika r2 > R2 maka terjadi masalah multikolinearitas.

Metode pengambilan keputusan yaitu jika semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah multikolinearitas. Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

d. Uji Heterokedastisitas

(48)

melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Spearman’s rho untuk uji heterokedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi.

Uji Spearman’s rho yaitu dengan mengkorelasikan nilai residual hasil regresi dengan masing-masing variabel independen (Priyatno, 2010:67).

Metode pengambilan keputusan pada uji Heterokedastisitas dengan Spearman’s rho yaitu jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas, tetapi jika signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi masalah heterokedastisitas.

Selanjutnya, uji Heterokedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Metode pengambilan keputusan pada uji heterokedastisitas dengan melihat scatterplot yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi.

e. Analisis Korelasi

(49)

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dihitung dengan mempergunakan rumus koefisien korelasi Product Moment sebagai berikut :

=

∑ !² (∑ !& ∑! ∑& ²$ ∑ &² ∑ & ²$

Langkah-langkah analisis korelasi Product Moment dilakukan melalui SPSS 17 for Windows berikut (Priyatno, 2010:46). Sebagai patokan untuk mengukur kuat lemahnya pengaruh (hubungan) antar dua variabel, peneliti menggunakan patokan dari Sugiyono (2009:231). Menurut Sugiyono, pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Inerpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Kriteria 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sedangkan untuk pengujian hubungan, apakah hubungan signifikan atau tidak maka bisa menggunakan signifikansi 0,05. Artinya jika signifikansi < 0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan, sedangkan jika signifikansi > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan. Signifikan artinya meyakinkan atau berarti. Dalam penelitian mengandung arti bahwa kesimpulan pada sampel dapat diberlakukan pada populasi. Jika tidak

(50)

signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada populasi, atau hanya berlaku pada sampel saja.

Secara lebih lengkap, langkah-langkah pengujian signifikansinya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Ho : Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y Ha : Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y b. Menentukan signifikansi.

c. Pengambilan keputusan

Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima Signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Penjelasan mengenai koefisien determinasi secara lengkap akan diuraikan kemudian.

g. Analisis Regresi

(51)

digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana (Sugiyono, 2009:261) :

Ŷ = C + DX

Keterangan :

Ŷ = Harga-harga variabel Y X = Harga-harga variabel X

C = Harga garis regresi, apabila X=0

D = Koefisien regresi, perubahan yang terjadi pada variabel

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Mencari harga-harga Xi, Yi, Xi2, Yi2, XiYi

2. Mencari harga C dan D untuk persamaan regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2009:262) :

C =

(∑ ᵢ ∑ ᵢ² ∑ ᵢ ∑ ᵢ ᵢ ∑ ᵢ² ∑ ᵢ ²

D =

∑ ᵢ ᵢ ∑ ᵢ ∑ ᵢ ∑ ᵢ² ∑ ᵢ ²

3. Menyusun pasangan data untuk variabel X dan variabel Y 4. Mencari persamaan untuk koefisien regresi sederahana

h. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui signifikan-tidaknya korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Uji signifikansi dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sugiyono, 2009:230) :

Rumus 3.15

Rumus 3.16

(52)

* =

( √ '

Keterangan :

r = Koefisien korelasi n = Banyaknya responden

Kriteria analisis hipotesis berdasarkan uji t (taraf signifikansi 95%) adalah : t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima, sedangkan

t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak.

i. Uji Determinasi

Pengujian determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X (variable independent) terhadap variabel Y (variable dependent), maka digunakan uji determinasi. Adapun rumus yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut (Listianawati, 2010:104):

KD = r2 x 100% Keterangan :

KD = Koefisien distribusi yang dicari r2 = Koefisien korelasi.

Koefisien ini disebut koefisien penentu karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen (Sugiyono, 2009:231).

Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan melihat nilai Adjusted R Square. Dikatakan, karena persamaan regesi menggunakan lebih dari

Rumus 3.18

(53)

satu variabel maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan persamaan adalah koefisien determinasi yang diisesuaikan atau Adjusted R Square (Santosa & Ashari, 2005:161).

Signifikansi koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai F hitung dan nilai Sig atau dengan membandingkan dengan nilai F tabel. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig < α = 0,05 maka kesimpulan yang bisa diambil adalah menolak Ho yang berarti koefisien determinasi adalah signifikan secara statistik.

j. Analisis Korelasi dan Regresi Berganda

Analisis korelasi berganda dipakai dalam penelitian ini untuk melihat prediksi efek dari setiap variabel secara bersama-sama, dan memiliki fungsi untuk memprediksi suatu hasil penelitian berdasarkan pada perubahan nilai-nilai variabel independen. Secara umum, persamaan regresinya adalah :

Ŷ = C + D X + D'X'

Sementara untuk menguji hipotesa yang memprediksikan efek perubahan di atas dapat menggunakan rumus berikut (Sugiyono, 2010:222) :

RIJ J' = - (²KL+ (²KL# ' (L+L#KL+ (KL# (L+L#

Keterangan :

RIJ J' = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y

Rumus 3.20

(54)

+ = Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

# = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

+ # = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

Selanjutnya, apakah koefisien korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak maka harus diuji signifikansinya dengan rumus (Sugiyono, 2010:223) :

MN = ;² / P(+QR²) (SQTQ+)

Keterangan :

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel s

Hasil perhitungan yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila F hitung > F tabel, maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahap pertama merupakan penyebaran angket dan tahap yang kedua sebagai tahap pengumpulan angket.

(55)

Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan surat ijin penelitian yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Nasional Kota Ternate dan Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Ternate yaitu dimulai pada tanggal 18 Februari sampai dengan tanggal 18 Maret 2011. Angket disebarkan di 48 sekolah kepada 144 orang guru SD di 4 (empat) wilayah kecamatan di dalam pulau Ternate, Kota Ternate.

(56)

146 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan akhir dari rangkaian kajian terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Sebagai bagian akhir maka bab ini akan menyajikan benang merah terhadap pembahasan pada bab sebelumnya. Di samping itu untuk melengkapi kajian ini akan dikemukakan juga beberapa saran yang relevan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

(57)

2. Kompetensi pedagogik guru sekolah dasar di Kota Ternate secara umum tergolong baik. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata penguasaan guru yang sangat baik terhadap karakteristik peserta didiknya, kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus, guru sangat mampu dalam penyelenggaraan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, guru pun sangat baik dalam memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi tadi serta sangat baik dalam melakukan tindakan reflektif. Adapun penguasaan guru dalam berkomunikasi secara efektif selama proses pembelajaran adalah kemampuan yang paling baik di antara kemampuan lain yang juga tergolong dalam kategori sangat baik. Adapun kemampuan guru yang lain masih tergolong baik, di antaranya yaitu kemampuan guru dalam penguasaan teori dan prinsip belajar, kemampuan guru dalam merancang sebuah pembelajaran, guru mampu memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan mampu memfasilitasi potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya.

3. Secara umum mutu proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar di Kota Ternate tergolong sangat baik. Sekolah telah mampu dalam artian tergolong dalam kategori sangat baik melakukan perencanaan untuk sebuah proses pembelajaran dan penilaian terhadap hasil pembelajaran tersebut. Adapun untuk pelaksanaan proses pembelajaran masih tergolong baik.

(58)

lain, pengaruh pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran masih tergolong sedang.

5. Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel selanjutnya, diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar di Kota Ternate. Artinya pengaruh variabel kompetensi pedagogik yang dimiliki guru mempunyai hubungan yang dikategorikan sangat kuat terhadap mutu proses sebuah pembelajaran. 6. Terdapat pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap

kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kota Ternate. Atau dengan kata lain, adanya pengaruh yang dapat dikatakan tergolong kuat hubungannya antara pelaksanaan kegiatan pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru terhadap mutu proses sebuah pembelajaran. 7. Terdapat pengaruh pembinaan guru oleh kepala sekolah dan kompetensi

pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar di Kota Ternate. Jika dilihat pengaruh pelaksanaan kegiatan pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru terhadap mutu sebuah proses pembelajaran maka hubungan di antara ketiganya adalah tergolong dalam kategori memiliki hubungan yang sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan sebelumnya. 8. Terlihat bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru mempunyai

(59)

sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hubungan yang dimiliki oleh kompetensi pedagogik terhadap mutu proses pembelajaran yang lebih tinggi yaitu tergolong dalam kategori sangat kuat daripada nilai hubungan antara pembinaan guru oleh kepala sekolah terhadap mutu proses pembelajaran yang termasuk dalam kategori sedang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini maka peneliti merekomendasikan beberapa hal bagi keberlanjutan perbaikan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar di Kota Ternate yang mencakup :

1. Kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang supervisor diharapkan dapat menjalankan kegiatan supervisi akademik secara proaktif dan lebih baik lagi, yaitu dengan melakukan fungsi dari supervisi akademik tersebut terdiri dari melaksanakan penelitian proses pembelajaran, melaksanakan penilaian proses pembelajaran, melaksanakan perbaikan proses pembelajaran dan melaksanakan peningkatan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.

(60)

pembelajaran juga memotivasi guru untuk mau belajar terus-menerus dan meningkatkan kemampuan mengajarnya .

3. Guru mempunyai peran utama dalam kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya menerapkan kendali dan jaminan mutu sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membelajarkan siswa di kelas dan dalam melaksanakan pembelajaran yang benar dari awal sampai akhir serta menerapkan siklus pembelajaran yang benar sebagai manifestasi dari peningkatan mutu secara kontinu (continuous improvement).

4. Guru hendaknya dapat lebih terbuka kepada kepala sekolah mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapinya terutama menyangkut kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga bersama-sama dengan kepala sekolah mencari jalan keluarnya.

(61)
(62)

152

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. (2000). Analisis Regresi Teori (Teori, Kasus dan Solusi). Cetakan 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Andiny, L. (2008). Perbedaan Self-Efficacy antara Guru yang Mengajar di SMA ‘Plus’ dengan yang Mengajar di SMA Non ‘Plus’. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok: tidak diterbitkan.

Bafadal, Ibrahim. (2006). –Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah– Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Dari Sentralisasi menuju Desentralisasi. Cetakan kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Chodidjah, Ida Siti. (2008). Kontribusi Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah dan Partisipasi Guru dalam Kegiatan MGMP terhadap Pelaksanaan Pembelajaran. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Cooper. (1978). Perspectives on Personnel / Human Resource Management. Richard D. Irwin, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Peranan Guru dalam Peningkatan Proses Belajar Mengajar dan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

(63)

Hadis, A. dan B, Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Hamalik. (2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hasyim, Aceng. (2009). Kontribusi Kompetensi Pedagogik dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Mengajar Guru. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan –Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan–. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Idris, Ecep. (2009). Kontribusi Kinerja Komite Sekolah dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan. Ismail, Feiby. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. [online]. Tersedia: http:

//rosachemist88.blog.uns.ac.id/2010/04/24/penelitian-tindakan-kelas/. (11 Januari 2011)

Kasmadi, Hartono. (1993). Penelitian Tindakan Kelas. [online]. Tersedia: http: //rosachemist88.blog.uns.ac.id/2010/04/24/penelitian-tindakan-kelas/. (11 Januari 2011)

Listianawati, I. (2010). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru SMK di Kecamatan Katapang. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mukhtar, H dan Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Muslim, Sri Banun. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Gambar

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Populasi Sekolah Dasar per Kecamatan
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan kadar glukosa darah pada hewan percobaan, yang diberikan ekstrak daun sirih merah disebabkan oleh kandungan flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak daun sirih

Kasus yang dirawat dengan: advanced wound dressing , tindakan necrotomy-debridement , tidak diberikan insulin SC, dan dilakukan pemberian nutrisi IV akan

Selain itu untuk meningkatkan kinerja yang maksimal perlu diberikan reward yang terus meningkat dari waktu ke waktu, serta menciptakan suasana yang menyenangkan

Menurut Dalman (2013: 156), Model Membaca Total adalah sebuah bentuk atau pola pembelajaran membaca pemahaman yang di dalamnya berisi tujuan, sumber belajar,

Sedangkan kawasan tambak yang berada Kecamatan Kasemen dan Kecamatan Pontang sebelah selatan (huruf E) merupakan daerah yang baik untuk dijadikan lahan pertambakan, karena

Dengan merestrukturisasi keduanya menjadi entitas anak terkendali yang dimiliki secara langsung oleh Perseroan, maka pembinaan dan dukungan yang diperlukan dapat diberikan langsung

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebab masalah yang terjadi pada staff kitchen yaitu penerapan personal hygiene dalam meningkatkan kualitas makanan di Restaurant Hotel Kartrika Wijaya