NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO
KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN
Skripsi
Disusun Oleh: Tomi Tritama Putra
20110220027 Program Studi Agribisnis
FAKULTAS PERTANIAN
MOTTO
Tegar Dalam Iman
Yakin Dalam Melangkah
Cakap Dalam Tindakan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul
“NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK
PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis yakin bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Supraptono dan Ibu Utami. Kakak pertama Tyas Herdini Pratami dan kakak kedua Rangga Herdianto Kurniawan;
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;
3. Dr. Ir. Sriyadi, MP selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;
4. Dr. Aris Slamet Widodo, M.Sc selaku dosen pembimbing pendamping dalam memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;
6. Kepala Desa Donokerto beserta jajaran staff yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian;
7. Semua pengusaha olahan Salak Pondoh di Desa Donokerto terimakasih untuk semua informasi yang diberikan selama penelitian berlangsung;
8. Megadhana Siswi Khasanti, yang senantiasa memberikan dukungan serta semangatnya kepada penulis;
9. MAPALA UMY, trimakasih untuk pengalaman yang telah diberikan kepada penulis;
10. Teman-teman Agribisnis UMY angkatan 2011 dan semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Yogyakarta, 29 Agustus 2016
DAFTAR ISI
1.Karakteristik dan Olahan Salak Pondoh ... 6
2.Industri Rumah Tangga ... 12
3.Biaya, Pendapatan dan Keuntungan ... 14
4.Konsep Nilai Tambah ... 16
C. Teknik dan Jenis Pengambilan Data ... 23
D. Pembatasan Masalah ... 24
F. Asumsi ... 24
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25
H. Teknik Analisis Data ... 27
2.Pendapatan ... 28
3.Keuntungan ... 28
4.Nilai Tambah ... 28
IV.KEADAAN UMUM WILAYAH ... 30
A. Topografi Dan Geografi Desa Donokerto ... 31
B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto ... 31
1.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 32
2.Jumlah Kepala Keluarga ... 32
3.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Masyarakat ... 33
D.Tingkat Pendidikan Dan Sarana Pendidikan Masyarakat ... 34
1.Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 34
2.Sarana Dan Pendidikan ... 34
E.Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat ... 35
1.Aset Tanah ... 35
2.Aset Sarana Transportasi ... 36
F. Proses Produksi Olahan Salak Pondoh ... 37
1.Produksi Kopi Salak Pondoh ... 37
2.Produksi Dodol Salak Pondoh ... 42
3.Produksi Wajik Salak Pondoh ... 47
V.ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Profil Industri Rumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 54
B.Analisis Keuntungan IndustriRumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 58
1.Analisis Biaya Olahan Salak Pondoh ... 58
2.Analisis Pendapatan Dan Keuntungan Olahan Salak Pondoh ... 70
C.Analisis Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh ... 71
1.Nilai Tambah Kopi Salak Pondoh ... 72
2.Nilai Tambah Dodol Salak Pondoh ... 72
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009 ... 2
Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015 ... 3
Tabel 3.Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 ... 8
Tabel 4. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 grambuah Salak segar. ... 10
Tabel 5. Cara Menghitung Nilai Tambah. ... 29
Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 32
Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 32
Tabel 8. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016. ... 33
Tabel 9. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016 ... 34
Tabel 10. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016. . 35
Tabel 11. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 36
Tabel 12.Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016. ... 36
Tabel 13.Profil pengrajin olahan Salak Pondoh di desa Donokerto Tahun 2016. ... 55
Tabel 14.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan Kopi Salak Pondoh. ... 59
Tabel 15.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan dodol Salak Pondoh. ... 63
Tabel 16.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan wajik Salak Pondoh. ... 67
Tabel 17.Pendapatan Dan Keuntungan Pengolahan Salak Pondoh Pada Skala Industri Rumah Tangga Di Desa Donokerto Tahun 2016 ... 70
Tabel 19.Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi dodol Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku. ... 73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran... 22
Gambar 2. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh ... 41
Gambar 3. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Question guide penelitian ... 79
NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI
KABUPATEN SLEMAN
Value Added Product Processed Raw Material Salak PondohHousehold Scale Industries In The Village Donokerto Turi Subdistrict Sleman Regency
Tomi Tritama Putra
Dr.Ir. Sriyadi M.P / Dr. Aris Slamet Widodo Agribusiness Department Faculty Of Agriculture
Muhammadiyah University Of Yogyakarta
Abstract
VALUE ADDED PRODUCT PROCESSED RAW MATERIAL SALAK PONDOH HOUSEHOLD SCALE INDUSTRIES IN THE VILLAGE DONOKERTO TURI SUBDISTRICT SLEMAN REGENCY. The purpose of this research are Describe profile processing business Salak Pondoh industri household scale.Find out the Cost revenue and profit of business processed Salak Pondoh household scale industries and find out the value added of processing business Salak Pondoh household industriesscale. Determination the location research be done use purposive namely Village Donokerto Sleman Regency. The samples were taken census of all households cultivate industrial processed products raw material Salak Pondoh in the village Donokerto.Based on the results Research there is 19 industries which consisted of 6 coffee Salak Pondoh industri, 9 dodol Salak Pondoh industri and 4 wajik Salak Pondoh industri. The coffee Salak Pondoh industri requires production costs Rp 276,475,- receive a profit of Rp 492,627,- with the added value of Rp 132,856,99, - with the ratio value added 1.16%. The dodol Salak Pondoh industri requires production costs Rp 227,943,- receive a profit of Rp 117,343,- with the added value of Rp 31,838,- with the ratio value added 0,71 %. The wajik Salak Pondoh industri requires production costs Rp 150,108,- receive a profit of Rp Rp 29,891,- with the added value of Rp. 10,716,- with the ratio value added 0,36 %.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salak (Salacca Edulis Reinw) merupakan tanaman khas Indonesia, hal ini
tercermin dari ragam jenis Salak yang dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah. Di
Indonesia telah diketahui beragam tanaman Salak dengan rasa buahnya yang
berbeda-beda satu sama lainnya. Salak tersebut antara lain, Salak Bali, Salak Banjarnegara,
Salak Codet, Salak Tasikmalaya, Salak Pondoh, Salak Madura dan masih banyak
sebagainya. Dari berbagai jenis Salak tersebut, Salak Pondoh merupakan Salak yang
disukai banyak orang atau konsumen karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis
buah Salak lainnya. Salak Pondoh asli Yogyakarta ini di sukai karena rasa manis
tidak asam atau sepat walaupun buahnya masih muda (Nasrulloh 2006).
Salak Pondoh memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Banyak
masyarakat menyukai buah ini sehingga konsumsi Salak untuk pasar lokal cukup
tinggi. Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan
Kabupaten dengan jumlah produksi Salak Pondoh terbesar dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota yang lainnya. Secara rinci jumlah produksi tiap Kabupaten/Kota
Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009
No. Kabupaten/ Luas panen Produksi Produksivitas
Kota (Rumpun) (kuintal) (kg/Rumpun)
1. Kulonprogo 83.188 21.376 25,70
2. Bantul 2.902 450 15,51
3. Gunungkidul 1.273 100 7,85
4. Sleman 4.642.602 603.791 13,00
5. Yogyakarta 0 0 0
Jumlah 4.729.965 625.717 62,06
Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta 2010
Permintaan buah Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya berasal
dari pasar lokal, tetapi juga berasal dari pasar ekspor seperti, China, Singapura dan
Amerika Serikat. Hal ini mendorong perkembangan budidaya Salak Pondoh terutama
di Kabupaten Sleman tumbuh sangat pesat, tersebar di hampir semua Kecamatan di
Kabupaten tersebut. Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman juga banyak yang
dikembangkan menjadi agrowisata Salak Pondoh.
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang
masyarakatnya banyak membudidayakan Salak Pondoh. Hal ini disebabkan oleh
kondisi geografis yang cocok untuk mengusahakan budidaya tanaman Salak Pondoh.
Banyaknya produksi Salak Pondoh yang diusahakan oleh masyarakat, mengakibatkan
nilai jual Salak Pondoh menjadi rendah pada saat panen raya tiba.Tidak sedikit petani
yang menjual produksi Salak Pondoh dengan harga rendah. Bahkan terkadang banyak
yang tidak terjual dan akhirnya busuk, akibatnya para petani mengalami kerugian.
mencapai Rp 10.000 per Kg, namun ketika sedang panen raya harga dapat turun
menjadi Rp 2.000 per Kg.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan nilai hasil Salak Pondoh
terutama ketika harga Salak Pondoh segar sedang turun. Salah satu yang dilakukan
adalah melalui pengolahan buah Salak Pondoh segar menjadi produk olahan sehingga
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salak Pondoh dapat diolah menjadi
produk olahan seperti Wajik, Sirup, Dodol, Suwar-suwar, Bakpia bahkan Salak
Pondoh Salak sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi petani Salak Pondoh.
Selain itu, produk olahan ini mempunyai masa simpan yang lebih lama dengan nilai
ekonomi yang jauh lebih tinggi dibanding buah Salak Pondoh segar.
Olahan Salak Pondoh yang banyak diusahakan di Kecamatan Turi adalah
Kopi Salak Pondoh, Wajik Salak Pondoh dan Dodol Salak Pondoh. Jumlah industri
rumah tangga olahan Salak Pondoh tersebar di beberapa Desa.
Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015
No. Kelurahan Industri rumah tangga
1. Bangunkerto 8
2. Donokerto 19
3. Girikerto 6
4. Wonokerto 5
Jumlah 40
Sumber :Data industri rumah tangga 2015 Kecamatan Turi
Berdasarkan tabel di atas desa yang banyak mengusahakan industri rumah
tangga yang ada di Desa Donokerto merupakan warisan atau melalui
pelatihan-pelatihan pengolahan Salak Pondoh yang diadakan oleh masyarakat. Namun
kebanyakan pengolahan masih menggunakan alat tradisional dalam menjalankan
produksinya, misalnya masih menggunakan tungku kayu bakar, proses penjemuran
masih mengandalkan sinar matahari, pengupasan dan pemotongan menggunakan
pisau, pengemasan masih sangat sederhana serta dalam proses produksi bahan baku
hanya mengambil dari warga masyarakat sekitar yang sudah terbiasa menyuplai Salak
Pondoh. Selain itu tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 1-4 orang dalam
keluarga. Kebanyakan produk hasil usaha dijual ke warung-warung sekitar, warga
masyarakat sekitar dan memungkinkan menjual ke luar kota bila ada pesanan, itu pun
melalui tangan ke 2 dalam proses penjualannya. Hal ini menunjukan bahwa proses
promosi yang ada masih sangat sederhana, yaitu hanya mencantumkan identitas
produsen dikemasan produk. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih dalam terkait
B.Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan diadakanya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan profil usaha pengolahan Salak Pondoh skala industri rumah
tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui biaya, pendapatan dan keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh
skala industri rumah tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman.
3. Mengetahui nilai tambah dari usaha olahan Salak Pondoh skala industri rumah
C. Kegunaan Penelitian
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengtahuan secara
ringkas mengenai aspek-aspek yang berpengaruh dengan olahan berbahan baku Salak
Pondoh pada skala industri rumah tangga dan khususnya menambah pengalaman
dalam melakuakan penelitian ilmiah. Bagi petani Salak Pondoh, hasil penelitian ini
dapat dijadikan pertimbangan dalam pemasaran Salak Pondoh saat musim panen
raya. Bagi pelaku industi rumah tangga, semoga penelitian ini bisa dipakai sebagai
informasi yang bermanfaat. Bagi Pemerintah setempat guna menjadi bahan
pertimbangan untuk lebih memberdayakan masyarakat lokal supaya bisa lebih
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik dan olahan Salak Pondoh
Tanaman Salak memiliki nama ilmiah (salacca edulis reinw cv pondoh). Dalam kajian
ilmiah termasuk dalam divisi (spermatophyta) tumbuhan berbiji dengan sub divisi
(angiospermae) berbiji tertutup, klas (monocotyledoneae) biji berkeping satu, bangsa (arecales),
suku (areacaceae palmae)keluarga palem, marga (salaca), jenis (salacca edulis reinw) dan anak
jenis (salacca edulis reinw cv pondoh). Tanaman Salak termasuk tergolong tanaman berumah
dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari
bunga betinanya. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun
rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan
atau tunas bunga buah Salak dalam jumlah yang banyak. (Soetomo, 2001).
Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah
daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga
meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing. Akar tumbuhan Salak dangkal,
panjang dan kuat seperti akar kelapa atauaren. Tanaman Salak dapat hidup bertahun-tahun
sehingga dapat mencapai ketinggian 1,5-8 meter, bergantunng pada jenisnya. Salak Pondoh
merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah
antara 2,5-7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang
Sampai saat ini banyak dijumpai jenis Salak yang berkembang luas dan agak spesifik
dikaitkan dengan daerah pembudidayannya, misal Salak codet (Jakarta), Salak Padang
Sidempuan (Medan), Salak Pondoh (Sleman, Yogyakarta), Salak Bongkok (Sumedang), Salak
Monanjaya (Tasikalaya), Salak Suwaru (Malang), Salak Bali (karangasem) dan sebagainya.
Banyaknya varietas Salak tersebut disebabkan oleh pengaruh iklim dan lingkungan yang
berbeda-beda. Disamping itu, kemungkinan juga karena adanya kawin silang antara tanaman
Salak itu sendiri. Karena masing-masing varietas Salak memilki kualitas yang berbeda-beda,
maka harga dari masing-masing varietas tersebut juga berbeda. Tentunya Salak yang memiliki
kualitas terbaik akan paling mahal harganya. Untuk saat ini, Salak Pondoh merupakan Salak
yang paling mahal diantara jenis Salak yang lainnya (Rochani, 2007).
Banyak varietas Salak yang bisa tumbuh di Indonesia, Salak Pondoh dari Yogyakarta
misalnnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta tanaman Salak Pondoh banyak dibudidayakan, salah
satu daerah yang banyak membudidayakan Salak Pondoh adalah Kabupaten Sleman. Produksi
Salak Pondoh di daerah tersebut terbilang sangat tinggi ditimbang dengan komuditas tanaman
Tabel 1. Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 (Ton)
No. Jenis tanaman Jumlah(ton)
1. Alpokat 46.983
2. Durian 35.994
3. Jambu Biji 20.564
4. Jambu Air 15.970
5. Mangga 157.430
6. Nangka 176.686
7. Pepaya 89.499
8. Pisang 149.950
9. Rambutan 167.897
10. Salak 741.742
11. Sawo 30.992
Statistik Hortikultura Daerah Istimewa Yogyakarta 2015
Salak Pondoh merupakan jenis Salak yang relatif paling digemari oleh konsumenkarena
mempunyai kelebihan. Salah satu keunggulan buah Salak Pondoh yang menonjol dari Salak
Pondoh adalah rasa yang manis meskipun buahnya masih muda. Menurut Rukmana (1999) Salak
Pondoh punya kelebihan tersendiri dibanding jenis Salak lain yaitu:
a) Kualitas rasa daging buah lebih manis tanpa rasa sepat meskipun buahnya masih muda.
b) Sifat buah yang relatif lebih tahan lama dibanding dengan jenis Salak lainnya.
c) Jika dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak perut.
d) Harga Salak Pondoh jauh lebih tinggi dibanding jenis Salak lainnya.
a) Salak Pondoh hitam
Salak Pondoh ini mempunyai kulit buah yang paling gelap bila dibandingkan dengan
Salak Pondoh lainyadan bentuk juga paling bulat. Bila dipetik pada bulan ke 5 setelah bunga
mekar akan terasa manis.
b) Salak Pondoh merah
Kulit buah berwarna merah kecoklatandengan ujung buah berwarna kehitaman, isi buah
normal, rasa dan aroma daging buah seperti nanas tetapi kalau tidak matang akan seperti apel.
Bentuk buah lonjong dan ukuran buahnya lebih besar dari Salak Pondoh hitam.
c) Salak Pondoh merah-hitam
Warna kulitnya merah gelap kekuningan. Buahnya berbentuk lonjong agak kebulatan.
Ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan Salak Pondoh lainya.
d) Salak Pondoh merah-kuning
Mempunyai kulit berwarna kemerahan mengenai ukuran dan isi buah seperti Salak
Pondoh lannya hanya rasanya agak masam.
e) Salak Pondoh Kuning
Dilihat dari bentuknya Salak Pondoh ini seperti Salak Pondoh hitam namun ukuran buah
jauh lebih besar, kulit berwarna kekuningan agak kecoklatan, rasa aroma daging buahnya
seperti Salak Pondoh hitam.
Salak Pondoh dalam produksinya tergantung pada periode atau musim panen tertentu.
November sampai Januari, panen sedang pada bulanMei sampai Juli dan panen kecil pada
bulan Februari sampai April.Buah Salak biasanya dimakan dalam bentuk segar, asinan atau
manisan dalam kaleng. Bagian buah yang dapat dimakan setelah dianalisis mengandung
vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi buah Salak dapat
dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 2. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 gram buah Salak segar.
No. Kandungan gizi Proporsi (banyaknya)
1. Kalori 77,00 kal
2. Protein 0,40 g
3. Karbohidrat 20,90 g
4. Kalsiu 28,00 mg
5. Fosfor 18,00 mg
6. Zat besi 4,20 mg
7. Vitamin B1 0,04 mg
8. Vitamin C 2,00 mg
9. Air 78,00 mg
10. Bagian dapat dimakan 50%
Sumber : Rukmana, 1999
Dengan melihat tabel4 di atas Salak Pondoh memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan
tubuh manusia terdapat di Salak Pondoh, antara lain kalori, protein, kabohidrat, kalsum, fosfor,
zat besi, vitamin B1, vitamin C, dan air. Dari tabel diatas juga dapat dilihat 50% buah Salak
Pondoh bisa di konsumsi. Buah Salak Pondoh juga dapat diolah menjadi berbagai macam olahan
berbahan baku Salak Pondoh antara lain dodol Salak, wajik Salak, Kopi PondohSalak dan masih
banyak olahan berbahan baku Salak lainnya.
Olahan produk merupakan hasil dari proses berubahnya bahan baku mentah atau
setengah jadi menjadi bahan siap konsumsi. Buah Salak Pondoh dapat dikonsumsi dalam
input guna mendukung proses produksi. Menurut Rochani, Siti (2007) bahwa dengan mengolah
buah Salak Pondoh memiliki tujuan, yaitu:
1) Menambah nilai jual
Dengan mengadaan pengolahan pada buah Salak Pondoh, kita akan mendapatkan harga
yang lebih tinggi, dari pada kita menjual buah Salak Pondoh dalam keadaan segar.
2) Menambah kelengkapan gizi
Pengolahan buah Salak Pondoh menjadi jenis makanan dan minuman tertentu, sudah
pasti dengan menambahkan ke dalamnya zat makanan yang lainnya, misal gula atau susu.
Dengan demikian gizi yang kita peroleh dari olahan buah Salak Pondoh menjadi lebih lengkap.
3) Usaha pengawetan
Salak Pondoh yang diolah menjadi dodol, Salak Pondoh atau manisan dapat bertahan
dalam waktu yang lebih lama dibandingkan Salak Pondoh dalam keadaan segar yang hanya
mampu bertahan sekitar 6 hari setelah pemetikan. Namun, Salak Pondoh Salak Pondoh Salak
Pondoh dapat bertahan lama sampai berbulan-bulan karena sudah disterilisasi terlebih dahulu
sebelum dipasarkan.
4) Menambah minat pada buah
Dengan pengolahan buah Salak Pondoh menjadi beraneka macam olahan, minat
masyarakat untuk membeli Salak Pondoh juga meningkat.
Dengan pembelian Salak Pondoh sebagai salah satu buah yang dibutuhkan tubuh, tingkat
konsumsi pada buah juga mengalami peningkatan.
2. Industri Rumah Tangga
Menurut Badan Pusat Statistika (2014) bahwa penggolongan industri pengolahan
didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Industri besar
Ciri-ciri industri besar, yaitu memiliki modal besar, memiliki teknologi modern,
organisasii pembagian yang jelas dan memiliki tenga kerja lebih dari 100 orang. Contoh industri
ini adalah pesawat terbang, industri farmasi dan industri otomotif.
b. Industri sedang
Ciri-ciri industri sedang, yaitu modal yang cukup besar, teknologi yang cukup modern,
organisasi pembagian kerja jelas dan memiliki tenaga kerja antara 22-99 orang. Contoh industri
sedang adalah industri makanan dan industri konveksi.
c. Industri kecil
Ciri-ciri industri kecil, yaitu modal besar dari industri rumah tangga, teknologi masih
sederhana, pembagian kerja belum jelas dan memiliki tenaga kerja antar 5-19 orang. Contoh
d. Industri rumah tangga
Ciri-ciri industri rumah tangga, yaitu modal kecil, teknologi sederhana, pembagian tugas
dan tanggung jawab sama pada setiap orang, tenaga kerja antara 1-4 orang. Contoh industri
rumah tangga adalah industri kerajinan dan industri tahu tempe.
Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Industri rumah tangga merupakan penggolongan
industri yang paling rendah bila dilihat dari segi jumlah tenaga kerja dan jumlah omset
penjualannya. Adapun ciri-ciri industri rumah tangga adalah sebagai berikut :
a. Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang.
b. Memiliki modal yang sangat terbatas.
c. Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga.
d. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota
keluarganya.
e. Tidak adanya sitem pembagian kerja yang jelas.
f. Bahan baku yang digunakan diperoleh dari wilayah sekitar.
g. Memiliki omset penjualan rata-rata per tahun adalah kurang dari 1 Milyar rupiah.
3. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan
Menurut Soekartawi (2006) biaya ialah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
suatu usaha. Biaya jugaa merupakan semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyatakan
dalam bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku. Menurut ilmu ekonomi, biaya merupakan
semua pengorbanan yang dikeluarkan guna menunjang kegiatan proses produksi. Menurut Noer
dalam bentuk benda dan jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya dibagi menjadi 5
macam yaitu biaya tetap, biaya variable, biaya implisit, biaya eksplisit dan total biaya.
Menurut Suratiyah (2006), biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
besarnya jumlah produksi, misalnya biaya gaji. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi, misalnya biaya bahan baku. Biaya eksplisit adalah
semua pengeluaran yang digunakan untuk membayar faktor produksi, bahan-bahan, transportasi
dan energi.Didalam biaya eksplisit juga terdapat biaya penyusutan peralatan, yaitu penggantian
kerugian penggunaan nilai uang yang disebabkan karena waktu dan penggunaan modal
tetap.Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya
produksi meskipun tidak dibayar secara nyata, misalnya upah tenaga kerja dalam keluarga.
Pendapatan usaha secara ekonomis mempunyai dua pengertian, yaitu pendapatan kotor
(gross farm income) dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor yaitu produk
olahan yang dihasilkan baik yang dijual maupun yang belum terjual, sedangkan pendapatan
bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dengan total pengeluaran selama
produksi (Widiasanti, 2006 :17) dalam Arnando, Cici (2015). Pendapatan kotor sering dikenal
dengan istilah pendapatan, sedangkan pendapatan bersih sering dikenal dengan istilah
keuntungan.
Menurut Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa pendapatan adalah selisih antara total
penerimaan dengan semua biaya yang benar-benar dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung. Dimana total penerimaan sendiri didapat dari hasil perkalian antara jumlah produk
mengurangi pendapatan kotor (penerimaan) dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari
luar (Widiasanti, 2006).
Keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan semua biaya
pengorbanan baik yang nyata dikeluarkan maupun yang tidak benar-benar nyata dalam proses
memproduksi produk. Selain itu, keuntungan adalah selisih antara jumlah pendapatan dengan
jumlah total biaya yang tidak benar-benar nyata dikeluarkan guna mendukung proses produksi
(Soekartawi 2006). Pendapat lain dikemukakan oleh Winardi (2000) bahwa pendapatan bersih
atau keuntungan adalah keseluruhan hasil yang diperoleh dikurangi biaya-biaya atau
benda-benda yang dijual dari hasil penjualan akan dicapai laba kotor dan dengan jalan mengurangi
pengeluaran untuk menghasilkan benda dari laba kotor akan dicapai laba perusahaan dan bila
pajak pendapatan dikurangi laba perusahaan maka akan diperoleh laba bersih atau pendapatan
bersih atau keuntungan. Keuntungan merupakan kegiatan perusahaan yang mengurangkan
beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang di peroleh. Apabila hasil
penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh
keuntungan (Sadono Sukirno, 2005).
4. Konsep Nilai Tambah
Menurut haryami (1987) dalam Sudiyono (2004) ada dua cara untuk menghitung nilai
tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu
faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah
harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan
tenaga kerja.
Besarnya nilai tambah pada proses pengolahan didapat dan pengurangan biaya bahan
baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.
Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan
menejemen yang dapat dinyatakan secara matemtik sebagai berikut:
Nilai Tambah = f (K,B,T,U,H,h,L) Keterangan :
K = Kapasitas Produksi
B = Bahan Baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga output h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai).
B.Penelitian Sebelumnya
Afrida, Amalia(2004) yang melakukan penelitian berjudul Analisis Nilai Tambah
Pengolahan Salak (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa ParSalakan,
Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana proses pengolahan Salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis
besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan Salak sampai menjadi produk
tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan Salak yaitu dodol Salak, kurma Salak, keripik
Salak dan sirup Salak. Usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai
menjadi tempe. Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol Salak
sebesar Rp 11.270/Kg, kurma Salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik Salak sebesar 5.326,67/Kg,
dan pada sirup Salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat
pada pengolahan kurma Salak.
Anas, Rizki (2007). Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri
Keripik Salak (Studi Kasus di Unit Usaha Werdhi Guna Food, Kecamatan Bebandem,
Kabupaten Karangasem), Bali. Nilai tambah yang dihasilkan produk keripik Salak yaitu untuk
setiap 1 kg Salak adalah Rp 4.117,60 dengan rasio nilai tambah 53,5 %. Keuntungan yang
diperoleh unit usaha Werdhi Guna Food dalam satu hari sebesar Rp 331.907,89. Keuntungan ini
diperoleh dari jumlah penerimaan sebesar Rp 1.200.000,00 dikurangi biaya total sebesar Rp
868.092,11 yang dikeluarkan. Agroindustri produk keripik Salak unit usaha Werdhi Guna Food
layak dikembangkan karena jumlah produk yang di hasilkan melebihi BEP serta R/C Ratio lebih
dari 1.Strategi pertumbuhan dengan memanfaatkan kekuatan agroindustri dilakukan untuk
meraih peluang yang ada antara lain : meningkatkan volume penjualan; melakukan penetrasi dan
perluasan pasar; melakukan pemanfaatan teknologi. Kata kunci : nilai tambah, keuntungan,
kelayakan usaha, strategi, keripik Salak.
Hapsari, Hepi (2003) Peningkatan Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Usaha
Pengolahan Salak Manonjaya Di Kabupaten Tasikmalaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai tambah terbesar diperoleh dari pengolahan manisanSalak Rp 10,443,23/Kg dan
pendapatan tertinggi diperoleh dari pembuatan dodol Salak Rp326,579,16 per proses produksi.
produk. Penetrasi pasar dilakukandenganpeningkatan promosi, ekspansi pasar dan iklan
komersial. Pengembangan produk dilakukan dengan peningkatan mutu (bentuk, rasa, kemasan)
dan diversifikasi produk.
Indarwati, Viana (2004) Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah Dan Strategi
Pengembangan Komoditas Salak Di Kabupaten Jember. Hasil analisis menunjukkan bahwa
usahatani Salak secara finansial layak diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp 3.136.340,42,
Net B/C sebesar 1,64, Gross B/C sebesar 1,30, IRR sebesar (19,76%), PR sebesar 1,72dan
Payback period(jangka waktu pengembalian) modal 5,1tahun atau 5 tahun 1 bulan 6 hari pada
tingkat suku bunga (12,3%). Usahatani Salak tidak peka (tidak sensitif) terhadap perubahan yaitu
penurunan produksi Salak sebesar (10%) dan penurunan harga (5%) sehingga masih tetap layak
untuk diusahakan. Pengolahan Salak menjadi dodol Salak dapat memberikan nilai tambah
sebesar Rp 8.169,62 per kilogram bahan baku. Faktor pendorong tertinggi adalah (D1)
kesesuaian agroklimat dengan nilai TNB sebesar 1,61 dan faktor penghambat tertinggi adalah
(H7) motivasi untuk pengolahan Salak kurang dengan nilai TNB sebesar 1,91. Strategi
pengembangan yang sebaiknya dirumuskan adalah (1) menghimpun petani untuk melakukan
perawatan tanaman Salak lebih intensif, (2) penyuluhan yang berkesinambungan dan
pendampingan kepada pengolah Salak, dan (3) dilakukannya diversifikasi olahan Salak.
C.Kerangka Pemikiran
Salak Pondoh merupakan komuditi tanaman buah yang banyak di budidayakan didaerah
Yogyakarta. Namun, pada saat panen raya harga buah Salak Pondoh sangat rendah. Untuk
mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengolahan berbahan baku Salak Pondoh guna meningkatkan
merupakan industri rumah tangga.Industri rumah tangga ini merupakan usaha pengolahan yang
dalam pengerjaannya masih sangat sederhana dan volume produk yang dihasilkan masih relatif
sedikit. Di Desa Donokerto industri rumah tangga olahan Salak Pondoh terdiri dari industri kopi
Pondoh, wajik Salak Pondoh dan dodol Salak Pondoh. Keberadaan industri rumah tangga olahan
Salak Pondoh sangat dipengaruhi oleh umur pemilik, pengalaman, jenis kelamin dan pendidikan.
Dalam proses pembuatan produk olahan Salak Pondoh dibutuhkan berbagai faktor
produksi seperti peralatan dan mesin, bahan baku, tenaga kerja dan modal. Adanya penggunaan
input tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya biaya yang akan dikeluarkan. Biaya tersebut
meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit yang dimaksud diantaranya biaya
bahan baku, biaya bahan pendukung, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya peralatan serta
mesin. Biaya implisit yang dimaksud terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa
tempat sendiri dan biaya modal sendiri.
Proses produksi Salak Pondoh menghasilkan output berupa kopi Salak Pondoh, dodol
Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh. Setiap output tersebut jika dijual dengan harga yang
berlaku akan menghasilkan penerimaan. Jumlah penerimaan dapat digunakan untuk menghitung
pendapatan yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah penerimaan dari pengusahaan olahan
Salak Pondoh dengan total biaya eksplisit yang dikeluarkan selama kegiatan produksi
berlangsung. Untuk menghitung keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh yang didapat yaitu
dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan total biaya implisit yang dikeluarkan
selama proses produksi berlangsung. Nilai tambah olahan Salak Pondoh dapat dilihat dari nilai
keuntungan dibandingkan dengan seberapa besar jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu
alur berfikir dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran sebagai
berikut :
III. METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
analisis, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi sekarang. Penelitian deskripsi memusatkan perhatian pada
masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung,
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.variable yang diteliti bisa
tunggal bisa juga lebih dari satu (Noor, Juliansyah. 2011).
A. Penentuan Sampel Wilayah
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di
Desa Donokerto Kabupaten Sleman. Dengan pertimbagan industri rumah tangga
olahan Salak Pondoh banyak terdapat di Desa Donokerto.
Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel yang diambil secara sensus yaitu semua industri rumah
tangga yang mengusahakan produk olahan berbahan baku Salak Pondoh yang ada di
Desa Donokerto dijadikan responden. Industri rumah tangga yang ada di Desa
Donokerto berjumlah 19 industri terdiri dari 6 industri olahan kopi Salak Pondoh, 9
industri olahan dodol Salak Pondoh dan 4 industri olahan wajik Salak Pondoh.
Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Dalam
hal ini sumber yang terkait adalah pemilik industri rumah tangga di Desa Donokerto.
Teknik pengambilan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Metode
wawancara ditujukan untuk menggali guna memperoleh data tentang profil industri
rumah tangga yang meliputi identitas pengusaha, identitas industri rumah tangga dan
proses produksi. Metode observasi ditujukan untuk mengamati langsung
proses-proses yang terjadi di tempat penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
sudah dibukukan atau dicetak sehingga data tersebut sudah tersedis. Data ini
ditujukan untuk menggali data terkait keadaan umum Desa Donokerto secara
keseluruhan.Adapun teknik yang digunakan yaitu dokumentasi.
Asumsi dan pembatasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian, terdapat beberapa asumsi yang digunakan
untuk memudahkan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Industri rumah tangga olahan Salak Pondoh memiliki jumlah produksi
yangsama setiap bulan pada masing-masing olahan Salak Pondoh.
2. Variabel – variabel yang tidak diamati seperti usahatani Salak Pondoh dianggap
3. Faktor produksi berupa tenaga kerja dalam keluarga, diasumsikan menerima
upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.
4. Seluruh produk olahan Salak Pondoh terjual.
Sedangkan untuk pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Produk olahan Salak Pondoh yang diteliti terdiri dari kopi Salak, dodol Salak
dan wajik Salak.
2. Objek dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga olahan Salak Pondoh
yang mempunyai jumlah tenaga kerja 4.
3. Harga bahan output dan input yang digunakan merupakan harga yang berlaku
di daerah penelitian.
4. Data produksi olahan Salak Pondoh yang diambil yaitu data produksi 1 bulan
sebelum diadakannya penelitian.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Produk olahan Kopi Salak Pondoh yang dihasilkan dari proses produksi biji
Salak Pondoh basah menjadi bahan konsumsi yang dihitung dalam satuan
kilogram (Kg).
2. Produk olahan berupa dodol Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh yang
dihasilkan dari proses produksi daging Salak Pondoh mentah menjadi bahan
konsumsi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
4. Bahan produksi Dodol Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, santan
kelapa, gula jawa dan tepung ketan.
5. Bahan produksi wajik Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, parutan
kelapa dan gula pasir.
6. Proses produksi olahan Salak Pondoh dihitung dalam satu kali proses produksi.
7. Industri rumah tangga adalah unit usaha yang bersifat tradisional yang dalam
penggunaan tenaga kerjanya hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
dan dalam pengorganisasian dan managemennya tidak ada pembagian tugas
dan pembukuan yang jelas.
8. Biaya produksi adalah semua yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya agar
produk yang diharapkan bisa terwujud, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
9. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk mendukung
proses produksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
10. Biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh produsen
dalam proses pembuatan olahanSalak Pondoh biaya ini berupa tenaga kerja
dalam keluarga dan biaya bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah
(Rp).
11. Penerimaan adalah hasil yang diterima oleh produsen olahan Salak Pondoh
yang didapat dari penjualan atas produk yang dihasilkan. Penerimaan ini
diperoleh dari perkalian antara jumlah produk olahan Salak Pondoh dengan
12. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan olahan Salak Pondoh yang
dikurangi dengan seluruh pengorbanan yang dikeluarkan secara nyata (biaya
eksplisit) untuk memproduksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan
rupiah (Rp).
13. Keutungan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang meliputi
biaya yang secara nyata dikeluarkan (biaya eksplisit) dan biaya yang tindak
secara nyata dikeluarkan (biaya implisit), dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
14. Nilai tambah adalah nilai yang didapat dari pengolahan 1 kilogram Salak
Pondoh segar menjadi produk olahan seperti dodol Salak Pondoh, wajik Salak
Pondoh dan Salak Pondoh Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk
menggambarkan keadaan dan kondisi industri rumah tangga olahanSalak Pondoh
yang ada di Desa Donokerto. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan
kedua dan ketiga, karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan data berupa angka dan
kata-kata. Untuk lebih jelas dan terperinci akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Biaya
TC = TEC + TIC Keterangan :
TC = Total Cost (Total Biaya)
TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit)
TIC = Total Implisit Cost (Total Biaya Implisit)
2. Pendapatan
Untuk menghitung pendapatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = TP – TEC Keterangan :
NR = Net Revenue (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit)
3. Keuntungan
Untuk menghitung keuntungan dari industri olahan Salak Pondoh tersebut
menggunakan rumus sebagai berikut :
= TR – (TEC + TIC) Keterangan :
= Keuntungan (Rp)
TP = Total Penerimaan (Rp) TEC = Total Biaya Eksplisit (Rp)
B. Nilai Tambah
Rumus menghitung nilai tambah dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
Tabel 1. Cara Menghitung Nilai Tambah
No Output, input dan harga Nilai
1 Output (pack/minggu/hari) A
2 Input bahan baku (kg/minggu/hari) B
3 Input tenaga kerja (jam/minggu/hari) C
4 Faktor konversi D = (a)/(b)
5 Koefisien tenaga kerja E
6 Harga produk (Rp/kg) F
7 Upah tenaga kerja (Rp/jam) G
Penerimaan dan keuntungan (Rp/kg)
8 Input bahan baku H
9 Input lainnya I
10 Produksi J = (d)x(f)
11 a. Nilai tambah K1 = (j)-(i)-(h)
b. Rasio nilai tambah (%) K2 = (k1)/(j)
Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan pembahasan sebagai berikut:
a. Perkiraan nilai tambah dalam satuan rupiah (Rp).
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten memiliki luas areal sebesar 57.482
Ha yang terdiri dari 17 kecamatan yaitu Mayudan, Godean, Minggir, Gamping,
Seyegan, Sleman, Ngaglik, Mlati, Tempel, Turi, Prambanan, Kalasan, Berbah,
Ngemplak, Pakem, Depok dan Cangkringan. Kabupeten Sleman merupakan daerah
dengan kondisi fisik pegunungan lereng gunung Merapi. Secara georafis, Kabupaten
Sleman terletak diantara 110°33°00° - 110°13°00° Bujur Timur dan 7°34°51 -
7°47°30° Lintang Selatan. Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten boyolali
Provinsi Jawa Tengah untuk sebelah utara, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah
untuk sebelah timur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo
Provinsi DIY dan Kabupaten Mangelang Jawa tengah, sedangkan untuk sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Gunugn Kidul, Provinsi D.I. Yogyakarta.
Kabupaten Sleman dikenal dengan istilah kota Salak Pondoh, sebagai asal
buah Salak Pondoh dan telah menjadi kebanggaan Kabupaten Sleman. Kecamatan
Turi merupakan wilayah paling utara di Kabupaten sleman, yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Magelang.Kecamatan Turi sering disebut sentra Salak
Pondoh karena kebanyakan masyarakat banyak yang menanam dan mengolah buah
Salak Pondoh yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Sleman.
Kecamatan Turi memiliki ketinggian wilayah mencapai50 - 2.500 meter
berbukit dan pegunungan.Luas wilayah kecamatan sekitar 43.09 km2 yang terbagi
kedalam 4desa yaitu Bangunkerto, Donokerto, Girikerto dan Wonokerto. Sebagai
sentra Salak Pondoh di wilayah ini dikembangkan beberapa objek wisata antara lain
agrowisata Salak Pondoh dan desa wisata untuk mengembangkan potensi masyarakat
setempat.
A. Topografi dan Geografi Desa Donokerto
Desa Donokerto merupakan satu dari 4 desa yang ada di Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman. Desa Donokerto terdiri dari 16 padukuhan yaitu Surodadi,
Karanganyar, Randusongo, Gabungan, Dukuh, Donoasih, Gondang, Jomboran,
Kenaruhan, Gading Kulon,Gading Wetan, Klegung, Turi, Ngemplak, Balong, dan
Bandaran. Luas daerah Desa Donokerto sebesar 741 Ha, secara administrative
batas-batas Desa Donokerto adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Girikerto dan Desa Wonokerto
2. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Pandowoharjo dan Desa
Trimulyo.
3. Sebelah timur berbatasan langsung dengan desa Purbowinangun.
4. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Bangunkerto.
Topografi merupakan penjelasan tentang keadaan kondisi tanah suatu
daerah.Topografi Desa Donokerto sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi
B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk merupakan seberapa besar suatu daerah dihuni oleh
sekelompok manusia. Struktur jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa
Donokerto bisa dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.
Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Laki-laki 4.712 49.40
Perempuan 4.826 50.60
Jumlah 9.538 100
Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016.
Berdasarkan Tabel 6, jumlah penduduk Desa Donokerto sebanyak 9.538 jiwa
yang terdiri dari 4.712 jiwa laki-laki dan 4.826 jiwa perempuan. Sehingga Desa
Donokerto kebanyakan dihuni oleh kaum perempuan yang mencapai jumlah
persentase lebih dari setengah dari total jumlah penduduk yaitu 50,60 %.
2. Jumlah Kepala Keluarga
Kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab penuh atas
kelangsungan hidup anggota keluarganya. Kebanyakan yang menjadi kepala keluarga
adalah seorang suami atau laki-laki, akan tetapi tidak memungkinkan untuk seorang
perempuan bisa menjadi kepala keluarga apabila sudah tidak memiliki suami dan
tidak memiliki anak laki-laki yang belum cukup umur dan belum berkeluarga.
Adapun jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Donokerto pada tahun 2015
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.
Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Kepala Keluarga Laki-laki 2495 80.14
Kepala Keluarga Perempuan 618 19.86
Jumlah 3113 100
Sumber :Monografi Desa Donokerto tahun 2016
Berdasarkan Tabel 7, jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Donokerto
didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 2495 jiwa yang mencapai angka persentase
sebesar 80.14%. Sedangkan untuk jumlah kepala keluarga yang dipegang oleh
perempuan yaitu sebanyak 618 jiwa yang mencapai angka persentase sebanyak
19.86%. Oleh karena itu, laki-laki masih memegang peranan penting dalam kegiatan
rumah tangga karena sewajarnya sebuah keluarga dipimpin oleh seorang laki-laki.
C. Jumlah penduduk menurut Mata Pencaharian Masyarakat
Mata pencaharian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat
Desa Donokerto guna menghidupi dirinya, keluarganya maupun anggota yang lain
yang menjadi tanggungan hidupnya. Ada banyak sekali struktur mata pencaharian
yang dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto baik usaha untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain atau dipekerjakan untuk orang lain. Adapun struktur
mata pencaharian masyarakat Desa Donokerto terbagi dalam beberapa kategori
Tabel 3. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016.
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
Pegawai negeri sipil 975
ABRI 71
Pegawai swasta 496
Wiraswasta/pedagang 350
Tani 2232
Pensiunan 212
Jasa 131
Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016
Berdasarkan Tabel 8, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan dari warga
masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai tani sebanyak 2232 jiwa. Hal itu
terjadi karena didukung dengan lingkungan Desa Donokerto yang memiliki lahan
pesawahan dan perkebunan yang masih banyak. Sedangkan untuk mata pencaharian
paling sedikit yaitu ABRI dengan jumlah 71 jiwa,
D. Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan Masyarakat 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Pendidikan yaitu ilmu yang diperoleh atau dilakukan oleh warga masyarakat
Desa Donokerto.Tingkat pendidikan merupakan jenjang dari masyarakat Desa
Donokerto dalam memperoleh gelar pendidikan. Adapun tingkatan pendidikan yang
Tabel 4. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016
Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Tidak sekolah 1738 19.23
Belum tamat SD 819 8.59
Tamat SD 1138 12.94
SLTP 1145 13.25
SLTA 3477 36.45
D 1,2 72 0.75
D 3 299 4.13
S 1 303 4.17
S 2 42 0.44
S 3 5 0.05
Jumlah 9.538 100
sumber : Monografi Desa Donokerto 2016
Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan warga
masyarakat Desa Donokerto merupakan lulusan SLTA yaitu sebanyak 3477 jiwa
dengan jumlah persentase sebesar 36.45 %. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak
mengecap pendidikan formal yaitu sebanyak 1738 jiwa dengan jumlah persentase
sebanyak 19.23 %.
2. Sarana Pendidikan
Dalam memperoleh ilmu tidak terlepas dari sarana dan prasarana kegiatan
pembelajaran yaitu gedung sekolah, lembaga pendidikan luar sekolah. Berikut ini
tabel sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran yang ada di Desa Donokerto
Tabel 5. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016.
Gedung pendidikan Jumlah
TK/PAUD 3
SD 5
SLTP 2
SLTA Pesantren
2 1 Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016
Berdasarkan Tabel 10, data jumlah gedung pendidikan di Desa Donokerto
yaitu TK ada 3 gedung, sekolah dasar 5 gedung, SLTP 2 gedung SLTA 2 gedung dan
pesantren ada 1 gedung. Sarana pendidikan di desa Donokerto sudah termasuk
mencukupi karena sudah memenuhi kebutuhan masyarakat wajib belajar hingga
SLTA.
E. Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat
Penguasaan aset ekonomi masyarakat merupakan kekayaan yang dimiliki
masyarakat atas hasil kerjaannya. Aset yang ada di masyarakat biasanya berupa
benda yang belum bisa dilihat bila ditukar ke nilai rupiah.Pengusaan aset ekonomi
masyarakat di Desa Donokerto terbagi kedalam 3 macam yaitu aset tanah, aset sarana
dan aset perumahan.
1. Aset Tanah
Aset tanah merupakan kekayaan akan tanah yang dimiliki oleh masyarakat
Desa Donokerto. Adapun penguasaan aset tanah yang dimiliki oleh warga masyarakat
Tabel 6. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016.
Aset tanah Jumlah
Tidak memiliki tanah 15
Tanah 0,1 Ha 421
Tanah antara 0,1 – 0,5 Ha 1.408
Tanah antara 0,51 – 1 Ha 634
Tanah > 1 Ha 45
Jumlah 2.523
Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016
Berdasarkan Tabel 11, kebanyakan masyarakat memiliki tanah antara 0,1–0,5
Ha sebanyak 1.408 jiwa hal ini dikarenakan banyak warga masyarakat yang memiliki
mata pencaharian sebagai petani dan berkebun. Sedangkan untuk pemilik tanah >1
Ha biasanya akan menjadi juragan tanah yang mampu mempekerjakan warga
masyarakat Desa Donokerto guna mengolah tanah yang ada. Untuk warga masyarakat
yang tidak memiliki tanah yaitu sebanyak 15 jiwa, hal ini dimungkinkan warga
tersebut memang tidak mampu untuk membeli tanah atau tidak mempunyai keinginan
untuk memiliki tanah dikarenakan tidak mampu untuk mengolahnya.
2. Aset Sarana Transportasi
Sarana transportasi maryarakat merupakan alat mobilitas penduduk guna lebih
efisien dalam melakukan kegiatan ekonomi. Tabel 12 menunjukan sarana masyarakat
Tabel 7. Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016.
Sarana transportasi Jumlah (unit)
Sepeda 395
Sepeda motor 1099
Taksi 7
Mobil dinas 7
Mobil pribadi 105
Truk 6
Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016
Pada Tabel 12, dijelaskan bahwa sarana transportasi masyarakat Desa
Donokerto adalah kendaraan pribadi. Jumlah kendaraan pribadi yang paling banyak
adalah sepeda motor dengan 1099 unit, sedangkan truk merupakan kendaraan
transportasi paling sedikit dengan jumlah 6 unit.
F. Proses produksi produk olahan Salak Pondoh
1. Kopi Salak Pondoh
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat
tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki
nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :
a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci biji Salak Pondoh yang masih kotor
dan tempat penyimpanan biji Salak Pondoh.
b) Pisau dan golok, alat untuk memotong biji Salak Pondoh menjadi 4 bagian
c) Tampah, alat untuk menjemur biji Salak Pondoh hingga kering
e) Wajan, alat untuk menyangrai biji Salak Pondoh
f) Sutil, alat untuk mengaduk biji Salak Pondoh di wajan saat disangrai.
g) Mesin giling kopi, alat untuk menggiling biji Salak menjadi kopi
h) Timbangan, alat untuk mengukur berat pada saat proses pengemasan
i) Shiller, alat untuk menutup melekatkan kemasan kopi Salak Pondoh
b. Cara membuat kopi Salak Pondoh
Cara membuat kopi Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang
mudah. Biasanya dalam proses pembuatan kopi Salak Pondoh dari biji Salak Pondoh
basah seberat 10 kg akan menghasilkan 5 kg kopi Salak Pondoh. Apabila kopi Salak
Pondoh dibungkus dalam kemasan seberat 100 gram akan menghasilkan 45 bungkus
kopi Salak Pondoh. Adapun cara membuat kopi Salak Pondoh yang ada di Desa
Donokerto adalah sebagai berikut :
a) Pencucian
Biji Salak Pondoh yang diterima pengrajin biasanya masih dalam keadaan
kotor serta daging buah Salak masih ada yang melekat. Untuk itu dilakukan proses
pencucian biji Salak Pondoh agar menjadi bersih. Pencucian biji Salak Pondoh juga
dilakukan untuk menyortir biji Salak Pondoh yang rusak. Pencucian dilakukan
menggunakan air yang mengalir dengan membersihkan permukaan biji Salak Pondoh
b) Pemotongan
Pemotongan biji Salak Pondoh bertujuan untuk mempercepat proses
pengeringan pada saat dijemur. Biji Salak Pondoh memiliki tekstur yang keras
sehingga untuk memotongnya diperlukan pisau/golok yang tajam. Setiap biji Salak
Pondoh dipotong menjadi 4 bagian. Biasanya dalam proses pemotongan ini
memerlukan waktu sekitar 1.5 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.
c) Penjemuran
Proses penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada biji
Salak Pondoh. Biji Salak Pondoh yang sudah di potong-potong di jemur
menggunakan tampah. Biasanya penjemuran dilakukan diatas genting supaya bisa
kerkena matahari langsung. Bila cuaca cerah proses penjemuran memerlukan waktu
40 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.
d) Pembersihan
Pembersihan biji Salak Pondoh dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat pada saat proses penjemuran. Biji Salak Pondoh yang sudah selesai dijemur
kemudian dibersihkan dengan membilas biji Salak Pondoh dengan air mengalir.
Proses pembersihan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Biasanya untuk proses
e) Penggilingan
Proses penggilingan biji Salak Pondoh bertujuan untuk menghaluskan biji
Salak Pondoh hingga menjadi bubuk kopi Salak Pondoh. Proses penggilingan
biasanya membutuhkan waktu 12 menit untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.
f) Pengemasan
Proses pengemasan kopi Salak Pondoh membutuhkan waktu 5 menit untuk
setiap bungkus. Berat satu kemasan kopi Salak Pondoh mencapai 100 gram.
Pengemasan produk kopi Salak Pondoh dikemas dengan bungkus alumunium fiol, ini
bertujuan untuk tetap menjaga kualitas kopi tetap terjamin.Kemasan lalu dipress
supaya udara tidak bisa masuk. Proses pengemasan dari 9.16 kg kopi Salak Pondoh
akan menghasilkan 45 bungkus kopi Salak Pondoh.
Untuk lebih jelas alur proses pembuatan kopi Salak Pondoh pada industri
rumah tangga di Desa Donokerto. Di bawah ini terdapat bagan proses produksi kopi
Gambar 1. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto
g) Pemasaran
Sistem pemasaran kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana
yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah
saja.Produk kopi Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko
oleh-oleh dan warga sekitar. Adapun alur proses pemasaran kopi Salak Pondoh yang ada
di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :
Biji kopi Salak Pondoh Pencucian (2 jam) Pemotongan (8 jam)
Penjemuran (40 jam)
Pembersihan (1 jam)
Sangrai (2 jam)
i. Produsen Konsumen
Alur ini terjadi pada pembelian yang dilakukan oleh warga sekitar dan warga
yang sengaja untuk membeli guna memenuhi kebutuhannya. Biasanya dalam
pembeliannya melakukan pemesanan terlebih dahulu, jadi tidak bisa langsung datang
dan mengambil produknya. Alur ini lebih menguntungkan kepada pengrajin karena
tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk proses pendistribusian kopi Salak Pondoh.
ii. Produsen Pengecer Konsumen
Alur ini melibatkan 2 pelaku pemasaran yaitu produsen dan pengecer agar
bisa ke tangan konsumen.Biasanya alur ini yang banyak dilakukan oleh pengrajin
kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto, karena banyaknya pengecer. Pengecer yang
dimaksudkan disini adalah took oleh-oleh yang banyak terdapat diwilayah Sleman
dan Yogyakarta. Konsumen tidak perlu repot-repot datang ke pengrajin untuk
membeli kopi Salak Pondoh.
2. Dodol Salak Pondoh
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat
tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki
nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :
a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci Salak Pondoh yang masih kotor dan
b) Pisau, alat untuk mengupas, memotong Salak Pondoh dan bahan lainnya
c) dandang, alat untuk mengkukus Salak Pondoh menjadi mudah dihancurkan.
d) Tumbukan, digunakan untuk menghaluskan buah Salak Pondoh
e) Centong, alat untuk mengambil adonan Salak Pondoh yang sudah halus
f) Parutan dan saringan, alat yang digunakan untuk membuat santan dari buah kelapa
g) Tungku dan kayu, media perapian untuk menyangrai biji Salak Pondoh
h) Wajan dan sutil, alat untuk memasak adonan dodol Salak Pondoh
i) Nampan, tempat penyimpanan dodol Salak yang sudah matang
b. Cara membuat dodol Salak Pondoh
Cara membuat dodol Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang
mudah. Rata-rata dalam proses pembuatan dodol Salak Pondoh dari Salak Pondoh
basah seberat 15 kg akan menghasilkan 9 kg dodol Salak Pondoh. Dodol Salak
Pondoh di kemas menggunakan kemasan plastic kecil berbentuk tabung dengan
panjang rata-rata 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondoh akan menghasilkan 100
biji dodol dengan berat berkisar 10 gram. Selanjutnya dodol akan dikemas kembali
dengan kemasan pastik besar dengan isi setiap bungkus 20 biji dodol Salak Pondoh
berat berkisar 200 gram. Untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondohakan menghasilkan
rata-rata 5 bungkus dodol Salak Pondoh dalam kemasan besar. Adapun cara
a) Pengupasan Salak Pondoh
Salak Pondoh yang datang ke pengrajin masih dengan kulitnya, sehingga
perlu adanya pengupasan kulit terlebih dahulu.Pengupasan kulit yang dilakukan oleh
pekerja menggunakan pisau. Dalam pengupasan kulit Salak Pondoh, biasanya dalam
1 kg Salak Pondoh mampu dikerjakan tidak kurang dari 5 menit. Dalam proses
pengupsan kulit juga dilakukan proses sortasi untuk meminimalisir Salak Pondoh
jelek masuk ke tahap selanjutnya. Dalam proses pengupasan kulit Salak Pondoh
terjadi penyusutan timbangan kira-kira 10 %.
b) Pencucian
Jika Salak Pondoh yang sudah dikupas selesai semua, tahap selanjutnya yaitu
dicuci dengan cara meremas-remas daging Salak Pondoh yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang masih melekat pada daging buah Salak, serta untuk
menghilangkan ari-ari yang menempel pada daging Salak Pondoh.
c) Pengukusan
Daging Salak Pondoh yang sudah bersih akan langsung dikukus untuk
membuat daging Salak Pondoh mudah untuk dihancurkan. Pengukusan
membutuhkan waktu berkisar 15 menit untuk setiap 1 kg daging Salak Pondoh.
Dengan dikusus daging Salak Pondoh akan menjadi lembek dan akan memudahkan
dalam proses penumbukan.
Proses penumbukan menggunakan alat tumbuk tradisional dan manual
menggunakan tenaga tangan. Proses penumbukan daging Salak Pondoh bertujuan
untuk mengaluskan daging Salak Pondoh agar bisa lebih menyatu dengan bahan
lainnya. Penumbukan membuhtukan waktu rata-rata 20 menit untuk setiap 1kg
daging Salak Pondoh
e) Pembuatan bahan pendukung
Untukmembuat dodol Salak Pondoh diperlukan bahan lain seperti santan, gula
jawa dan tepung ketan. Pembuatan dodol Salak Pondoh menggunakan kelapa
sehingga perlu untuk diparut untuk memnghasilkan santan, 4 buah kepala akan
menghailkan sekitar 3-4 liter santan
kental. sedangkan untuk gula jawa dirajang tipis-tipis untuk mempermudah
mencairan gula jawa pada sat proses pemasakan. Dalam proses ini membutukan
waktu sekitar 1 jam untuk setiap 10 kg Salak Pondoh.
f) Pemasakan
Pemasakan bertujuan untuk mencampurkan daging Salak Pondoh yang sudah
halus dengan bahan-bahan pendukung pembuatan dodol Salak Pondoh. Proses
pemasakan masih menggunakan alat-alat yang sederhana sehingga membutuhkan
waktu yang lama. Proses pemasasakan dengan memasukan semua bahan dimasukan
dalam wajan kemudian diaduk terus menerus selama 3-4 jam. Dalam proses
Adonan dimasak hingga berubah warna menjadi coklat gelap dan adonan menjadi
lengket atau kental.
g) Pengemasan
Pengemasan dilakukan menggunakan kemasan plastik kecil dengan berat
sekitar 10 gram dan panjang sekitar 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak akan
menghasilkan sekitar 100 biji kemasan kecil. Kemudian dodol Salak Pondoh akan
dikemas lagi dalam kemasan besar dengan isi 20 biji kemasan kecil seberat sekitar
200 gram. Sehingga untuk setiap 1 kg dodol Salak akan menghasilkan kira-kira 5
bungkus dodol Salak Pondoh siap jual. Untuk proses pengemasan dilakukan selama 8
jam untuk 10 kg dodol Salak
Untuk lebih jelas alur proses pembuatan dodol Salak Pondoh pada industri
rumah tangga di Desa Donokerto, dibawah ini terdapat bagan proses produksi dodol
Gambar 2. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto
d. Pemasaran
Sistem pemasaran dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana
yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah
saja.Produk Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko oleh-oleh
Salak Pondoh Pengupasan (2 jam) Pencucian (0.5 jam)
Pengukusan (0.5 jam)
Penumbukan (1 jam)
Pembuatan bahan pendukung (1 jam)