• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO

KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

Skripsi

Disusun Oleh: Tomi Tritama Putra

20110220027 Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MOTTO

Tegar Dalam Iman

Yakin Dalam Melangkah

Cakap Dalam Tindakan

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul

“NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK

PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis yakin bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku Bapak Supraptono dan Ibu Utami. Kakak pertama Tyas Herdini Pratami dan kakak kedua Rangga Herdianto Kurniawan;

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

3. Dr. Ir. Sriyadi, MP selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;

4. Dr. Aris Slamet Widodo, M.Sc selaku dosen pembimbing pendamping dalam memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis;

(4)

6. Kepala Desa Donokerto beserta jajaran staff yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian;

7. Semua pengusaha olahan Salak Pondoh di Desa Donokerto terimakasih untuk semua informasi yang diberikan selama penelitian berlangsung;

8. Megadhana Siswi Khasanti, yang senantiasa memberikan dukungan serta semangatnya kepada penulis;

9. MAPALA UMY, trimakasih untuk pengalaman yang telah diberikan kepada penulis;

10. Teman-teman Agribisnis UMY angkatan 2011 dan semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 29 Agustus 2016

(5)

DAFTAR ISI

1.Karakteristik dan Olahan Salak Pondoh ... 6

2.Industri Rumah Tangga ... 12

3.Biaya, Pendapatan dan Keuntungan ... 14

4.Konsep Nilai Tambah ... 16

C. Teknik dan Jenis Pengambilan Data ... 23

D. Pembatasan Masalah ... 24

F. Asumsi ... 24

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

H. Teknik Analisis Data ... 27

(6)

2.Pendapatan ... 28

3.Keuntungan ... 28

4.Nilai Tambah ... 28

IV.KEADAAN UMUM WILAYAH ... 30

A. Topografi Dan Geografi Desa Donokerto ... 31

B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto ... 31

1.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 32

2.Jumlah Kepala Keluarga ... 32

3.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Masyarakat ... 33

D.Tingkat Pendidikan Dan Sarana Pendidikan Masyarakat ... 34

1.Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 34

2.Sarana Dan Pendidikan ... 34

E.Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat ... 35

1.Aset Tanah ... 35

2.Aset Sarana Transportasi ... 36

F. Proses Produksi Olahan Salak Pondoh ... 37

1.Produksi Kopi Salak Pondoh ... 37

2.Produksi Dodol Salak Pondoh ... 42

3.Produksi Wajik Salak Pondoh ... 47

V.ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Profil Industri Rumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 54

B.Analisis Keuntungan IndustriRumah Tangga Olahan Salak Pondoh ... 58

1.Analisis Biaya Olahan Salak Pondoh ... 58

2.Analisis Pendapatan Dan Keuntungan Olahan Salak Pondoh ... 70

C.Analisis Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh ... 71

1.Nilai Tambah Kopi Salak Pondoh ... 72

2.Nilai Tambah Dodol Salak Pondoh ... 72

(7)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009 ... 2

Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015 ... 3

Tabel 3.Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 ... 8

Tabel 4. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 grambuah Salak segar. ... 10

Tabel 5. Cara Menghitung Nilai Tambah. ... 29

Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 32

Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 32

Tabel 8. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016. ... 33

Tabel 9. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016 ... 34

Tabel 10. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016. . 35

Tabel 11. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016. ... 36

Tabel 12.Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016. ... 36

Tabel 13.Profil pengrajin olahan Salak Pondoh di desa Donokerto Tahun 2016. ... 55

Tabel 14.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan Kopi Salak Pondoh. ... 59

Tabel 15.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan dodol Salak Pondoh. ... 63

Tabel 16.Biaya Eksplisit Dan Implisit Dalam Pengolahan wajik Salak Pondoh. ... 67

Tabel 17.Pendapatan Dan Keuntungan Pengolahan Salak Pondoh Pada Skala Industri Rumah Tangga Di Desa Donokerto Tahun 2016 ... 70

(9)

Tabel 19.Nilai Tambah Olahan Salak Pondoh Menjadi dodol Salak Pondoh Di Desa Donokerto Per 1 Kg Bahan Baku. ... 73

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran... 22

Gambar 2. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh ... 41

Gambar 3. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh ... 46

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Question guide penelitian ... 79

(12)
(13)

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI

KABUPATEN SLEMAN

Value Added Product Processed Raw Material Salak PondohHousehold Scale Industries In The Village Donokerto Turi Subdistrict Sleman Regency

Tomi Tritama Putra

Dr.Ir. Sriyadi M.P / Dr. Aris Slamet Widodo Agribusiness Department Faculty Of Agriculture

Muhammadiyah University Of Yogyakarta

Abstract

VALUE ADDED PRODUCT PROCESSED RAW MATERIAL SALAK PONDOH HOUSEHOLD SCALE INDUSTRIES IN THE VILLAGE DONOKERTO TURI SUBDISTRICT SLEMAN REGENCY. The purpose of this research are Describe profile processing business Salak Pondoh industri household scale.Find out the Cost revenue and profit of business processed Salak Pondoh household scale industries and find out the value added of processing business Salak Pondoh household industriesscale. Determination the location research be done use purposive namely Village Donokerto Sleman Regency. The samples were taken census of all households cultivate industrial processed products raw material Salak Pondoh in the village Donokerto.Based on the results Research there is 19 industries which consisted of 6 coffee Salak Pondoh industri, 9 dodol Salak Pondoh industri and 4 wajik Salak Pondoh industri. The coffee Salak Pondoh industri requires production costs Rp 276,475,- receive a profit of Rp 492,627,- with the added value of Rp 132,856,99, - with the ratio value added 1.16%. The dodol Salak Pondoh industri requires production costs Rp 227,943,- receive a profit of Rp 117,343,- with the added value of Rp 31,838,- with the ratio value added 0,71 %. The wajik Salak Pondoh industri requires production costs Rp 150,108,- receive a profit of Rp Rp 29,891,- with the added value of Rp. 10,716,- with the ratio value added 0,36 %.

(14)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salak (Salacca Edulis Reinw) merupakan tanaman khas Indonesia, hal ini

tercermin dari ragam jenis Salak yang dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah. Di

Indonesia telah diketahui beragam tanaman Salak dengan rasa buahnya yang

berbeda-beda satu sama lainnya. Salak tersebut antara lain, Salak Bali, Salak Banjarnegara,

Salak Codet, Salak Tasikmalaya, Salak Pondoh, Salak Madura dan masih banyak

sebagainya. Dari berbagai jenis Salak tersebut, Salak Pondoh merupakan Salak yang

disukai banyak orang atau konsumen karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis

buah Salak lainnya. Salak Pondoh asli Yogyakarta ini di sukai karena rasa manis

tidak asam atau sepat walaupun buahnya masih muda (Nasrulloh 2006).

Salak Pondoh memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Banyak

masyarakat menyukai buah ini sehingga konsumsi Salak untuk pasar lokal cukup

tinggi. Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan

Kabupaten dengan jumlah produksi Salak Pondoh terbesar dibandingkan dengan

Kabupaten/Kota yang lainnya. Secara rinci jumlah produksi tiap Kabupaten/Kota

(15)

Tabel 1. Produksi Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009

No. Kabupaten/ Luas panen Produksi Produksivitas

Kota (Rumpun) (kuintal) (kg/Rumpun)

1. Kulonprogo 83.188 21.376 25,70

2. Bantul 2.902 450 15,51

3. Gunungkidul 1.273 100 7,85

4. Sleman 4.642.602 603.791 13,00

5. Yogyakarta 0 0 0

Jumlah 4.729.965 625.717 62,06

Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta 2010

Permintaan buah Salak di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya berasal

dari pasar lokal, tetapi juga berasal dari pasar ekspor seperti, China, Singapura dan

Amerika Serikat. Hal ini mendorong perkembangan budidaya Salak Pondoh terutama

di Kabupaten Sleman tumbuh sangat pesat, tersebar di hampir semua Kecamatan di

Kabupaten tersebut. Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman juga banyak yang

dikembangkan menjadi agrowisata Salak Pondoh.

Kecamatan Turi Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang

masyarakatnya banyak membudidayakan Salak Pondoh. Hal ini disebabkan oleh

kondisi geografis yang cocok untuk mengusahakan budidaya tanaman Salak Pondoh.

Banyaknya produksi Salak Pondoh yang diusahakan oleh masyarakat, mengakibatkan

nilai jual Salak Pondoh menjadi rendah pada saat panen raya tiba.Tidak sedikit petani

yang menjual produksi Salak Pondoh dengan harga rendah. Bahkan terkadang banyak

yang tidak terjual dan akhirnya busuk, akibatnya para petani mengalami kerugian.

(16)

mencapai Rp 10.000 per Kg, namun ketika sedang panen raya harga dapat turun

menjadi Rp 2.000 per Kg.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan nilai hasil Salak Pondoh

terutama ketika harga Salak Pondoh segar sedang turun. Salah satu yang dilakukan

adalah melalui pengolahan buah Salak Pondoh segar menjadi produk olahan sehingga

mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salak Pondoh dapat diolah menjadi

produk olahan seperti Wajik, Sirup, Dodol, Suwar-suwar, Bakpia bahkan Salak

Pondoh Salak sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi petani Salak Pondoh.

Selain itu, produk olahan ini mempunyai masa simpan yang lebih lama dengan nilai

ekonomi yang jauh lebih tinggi dibanding buah Salak Pondoh segar.

Olahan Salak Pondoh yang banyak diusahakan di Kecamatan Turi adalah

Kopi Salak Pondoh, Wajik Salak Pondoh dan Dodol Salak Pondoh. Jumlah industri

rumah tangga olahan Salak Pondoh tersebar di beberapa Desa.

Tabel 2. Industri rumah tangga di Kecamatan Turi 2015

No. Kelurahan Industri rumah tangga

1. Bangunkerto 8

2. Donokerto 19

3. Girikerto 6

4. Wonokerto 5

Jumlah 40

Sumber :Data industri rumah tangga 2015 Kecamatan Turi

Berdasarkan tabel di atas desa yang banyak mengusahakan industri rumah

(17)

tangga yang ada di Desa Donokerto merupakan warisan atau melalui

pelatihan-pelatihan pengolahan Salak Pondoh yang diadakan oleh masyarakat. Namun

kebanyakan pengolahan masih menggunakan alat tradisional dalam menjalankan

produksinya, misalnya masih menggunakan tungku kayu bakar, proses penjemuran

masih mengandalkan sinar matahari, pengupasan dan pemotongan menggunakan

pisau, pengemasan masih sangat sederhana serta dalam proses produksi bahan baku

hanya mengambil dari warga masyarakat sekitar yang sudah terbiasa menyuplai Salak

Pondoh. Selain itu tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 1-4 orang dalam

keluarga. Kebanyakan produk hasil usaha dijual ke warung-warung sekitar, warga

masyarakat sekitar dan memungkinkan menjual ke luar kota bila ada pesanan, itu pun

melalui tangan ke 2 dalam proses penjualannya. Hal ini menunjukan bahwa proses

promosi yang ada masih sangat sederhana, yaitu hanya mencantumkan identitas

produsen dikemasan produk. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih dalam terkait

(18)

B.Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan diadakanya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan profil usaha pengolahan Salak Pondoh skala industri rumah

tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui biaya, pendapatan dan keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh

skala industri rumah tangga di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman.

3. Mengetahui nilai tambah dari usaha olahan Salak Pondoh skala industri rumah

(19)

C. Kegunaan Penelitian

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengtahuan secara

ringkas mengenai aspek-aspek yang berpengaruh dengan olahan berbahan baku Salak

Pondoh pada skala industri rumah tangga dan khususnya menambah pengalaman

dalam melakuakan penelitian ilmiah. Bagi petani Salak Pondoh, hasil penelitian ini

dapat dijadikan pertimbangan dalam pemasaran Salak Pondoh saat musim panen

raya. Bagi pelaku industi rumah tangga, semoga penelitian ini bisa dipakai sebagai

informasi yang bermanfaat. Bagi Pemerintah setempat guna menjadi bahan

pertimbangan untuk lebih memberdayakan masyarakat lokal supaya bisa lebih

(20)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik dan olahan Salak Pondoh

Tanaman Salak memiliki nama ilmiah (salacca edulis reinw cv pondoh). Dalam kajian

ilmiah termasuk dalam divisi (spermatophyta) tumbuhan berbiji dengan sub divisi

(angiospermae) berbiji tertutup, klas (monocotyledoneae) biji berkeping satu, bangsa (arecales),

suku (areacaceae palmae)keluarga palem, marga (salaca), jenis (salacca edulis reinw) dan anak

jenis (salacca edulis reinw cv pondoh). Tanaman Salak termasuk tergolong tanaman berumah

dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari

bunga betinanya. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun

rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan

atau tunas bunga buah Salak dalam jumlah yang banyak. (Soetomo, 2001).

Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah

daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga

meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing. Akar tumbuhan Salak dangkal,

panjang dan kuat seperti akar kelapa atauaren. Tanaman Salak dapat hidup bertahun-tahun

sehingga dapat mencapai ketinggian 1,5-8 meter, bergantunng pada jenisnya. Salak Pondoh

merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah

antara 2,5-7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang

(21)

Sampai saat ini banyak dijumpai jenis Salak yang berkembang luas dan agak spesifik

dikaitkan dengan daerah pembudidayannya, misal Salak codet (Jakarta), Salak Padang

Sidempuan (Medan), Salak Pondoh (Sleman, Yogyakarta), Salak Bongkok (Sumedang), Salak

Monanjaya (Tasikalaya), Salak Suwaru (Malang), Salak Bali (karangasem) dan sebagainya.

Banyaknya varietas Salak tersebut disebabkan oleh pengaruh iklim dan lingkungan yang

berbeda-beda. Disamping itu, kemungkinan juga karena adanya kawin silang antara tanaman

Salak itu sendiri. Karena masing-masing varietas Salak memilki kualitas yang berbeda-beda,

maka harga dari masing-masing varietas tersebut juga berbeda. Tentunya Salak yang memiliki

kualitas terbaik akan paling mahal harganya. Untuk saat ini, Salak Pondoh merupakan Salak

yang paling mahal diantara jenis Salak yang lainnya (Rochani, 2007).

Banyak varietas Salak yang bisa tumbuh di Indonesia, Salak Pondoh dari Yogyakarta

misalnnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta tanaman Salak Pondoh banyak dibudidayakan, salah

satu daerah yang banyak membudidayakan Salak Pondoh adalah Kabupaten Sleman. Produksi

Salak Pondoh di daerah tersebut terbilang sangat tinggi ditimbang dengan komuditas tanaman

(22)

Tabel 1. Produksi Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Sleman, 2013 - 2014 (Ton)

No. Jenis tanaman Jumlah(ton)

1. Alpokat 46.983

2. Durian 35.994

3. Jambu Biji 20.564

4. Jambu Air 15.970

5. Mangga 157.430

6. Nangka 176.686

7. Pepaya 89.499

8. Pisang 149.950

9. Rambutan 167.897

10. Salak 741.742

11. Sawo 30.992

Statistik Hortikultura Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

Salak Pondoh merupakan jenis Salak yang relatif paling digemari oleh konsumenkarena

mempunyai kelebihan. Salah satu keunggulan buah Salak Pondoh yang menonjol dari Salak

Pondoh adalah rasa yang manis meskipun buahnya masih muda. Menurut Rukmana (1999) Salak

Pondoh punya kelebihan tersendiri dibanding jenis Salak lain yaitu:

a) Kualitas rasa daging buah lebih manis tanpa rasa sepat meskipun buahnya masih muda.

b) Sifat buah yang relatif lebih tahan lama dibanding dengan jenis Salak lainnya.

c) Jika dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak perut.

d) Harga Salak Pondoh jauh lebih tinggi dibanding jenis Salak lainnya.

(23)

a) Salak Pondoh hitam

Salak Pondoh ini mempunyai kulit buah yang paling gelap bila dibandingkan dengan

Salak Pondoh lainyadan bentuk juga paling bulat. Bila dipetik pada bulan ke 5 setelah bunga

mekar akan terasa manis.

b) Salak Pondoh merah

Kulit buah berwarna merah kecoklatandengan ujung buah berwarna kehitaman, isi buah

normal, rasa dan aroma daging buah seperti nanas tetapi kalau tidak matang akan seperti apel.

Bentuk buah lonjong dan ukuran buahnya lebih besar dari Salak Pondoh hitam.

c) Salak Pondoh merah-hitam

Warna kulitnya merah gelap kekuningan. Buahnya berbentuk lonjong agak kebulatan.

Ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan Salak Pondoh lainya.

d) Salak Pondoh merah-kuning

Mempunyai kulit berwarna kemerahan mengenai ukuran dan isi buah seperti Salak

Pondoh lannya hanya rasanya agak masam.

e) Salak Pondoh Kuning

Dilihat dari bentuknya Salak Pondoh ini seperti Salak Pondoh hitam namun ukuran buah

jauh lebih besar, kulit berwarna kekuningan agak kecoklatan, rasa aroma daging buahnya

seperti Salak Pondoh hitam.

Salak Pondoh dalam produksinya tergantung pada periode atau musim panen tertentu.

(24)

November sampai Januari, panen sedang pada bulanMei sampai Juli dan panen kecil pada

bulan Februari sampai April.Buah Salak biasanya dimakan dalam bentuk segar, asinan atau

manisan dalam kaleng. Bagian buah yang dapat dimakan setelah dianalisis mengandung

vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi buah Salak dapat

dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 2. Kandungan dan gizi dalam tiap 100 gram buah Salak segar.

No. Kandungan gizi Proporsi (banyaknya)

1. Kalori 77,00 kal

2. Protein 0,40 g

3. Karbohidrat 20,90 g

4. Kalsiu 28,00 mg

5. Fosfor 18,00 mg

6. Zat besi 4,20 mg

7. Vitamin B1 0,04 mg

8. Vitamin C 2,00 mg

9. Air 78,00 mg

10. Bagian dapat dimakan 50%

Sumber : Rukmana, 1999

Dengan melihat tabel4 di atas Salak Pondoh memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan

tubuh manusia terdapat di Salak Pondoh, antara lain kalori, protein, kabohidrat, kalsum, fosfor,

zat besi, vitamin B1, vitamin C, dan air. Dari tabel diatas juga dapat dilihat 50% buah Salak

Pondoh bisa di konsumsi. Buah Salak Pondoh juga dapat diolah menjadi berbagai macam olahan

berbahan baku Salak Pondoh antara lain dodol Salak, wajik Salak, Kopi PondohSalak dan masih

banyak olahan berbahan baku Salak lainnya.

Olahan produk merupakan hasil dari proses berubahnya bahan baku mentah atau

setengah jadi menjadi bahan siap konsumsi. Buah Salak Pondoh dapat dikonsumsi dalam

(25)

input guna mendukung proses produksi. Menurut Rochani, Siti (2007) bahwa dengan mengolah

buah Salak Pondoh memiliki tujuan, yaitu:

1) Menambah nilai jual

Dengan mengadaan pengolahan pada buah Salak Pondoh, kita akan mendapatkan harga

yang lebih tinggi, dari pada kita menjual buah Salak Pondoh dalam keadaan segar.

2) Menambah kelengkapan gizi

Pengolahan buah Salak Pondoh menjadi jenis makanan dan minuman tertentu, sudah

pasti dengan menambahkan ke dalamnya zat makanan yang lainnya, misal gula atau susu.

Dengan demikian gizi yang kita peroleh dari olahan buah Salak Pondoh menjadi lebih lengkap.

3) Usaha pengawetan

Salak Pondoh yang diolah menjadi dodol, Salak Pondoh atau manisan dapat bertahan

dalam waktu yang lebih lama dibandingkan Salak Pondoh dalam keadaan segar yang hanya

mampu bertahan sekitar 6 hari setelah pemetikan. Namun, Salak Pondoh Salak Pondoh Salak

Pondoh dapat bertahan lama sampai berbulan-bulan karena sudah disterilisasi terlebih dahulu

sebelum dipasarkan.

4) Menambah minat pada buah

Dengan pengolahan buah Salak Pondoh menjadi beraneka macam olahan, minat

masyarakat untuk membeli Salak Pondoh juga meningkat.

(26)

Dengan pembelian Salak Pondoh sebagai salah satu buah yang dibutuhkan tubuh, tingkat

konsumsi pada buah juga mengalami peningkatan.

2. Industri Rumah Tangga

Menurut Badan Pusat Statistika (2014) bahwa penggolongan industri pengolahan

didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Industri besar

Ciri-ciri industri besar, yaitu memiliki modal besar, memiliki teknologi modern,

organisasii pembagian yang jelas dan memiliki tenga kerja lebih dari 100 orang. Contoh industri

ini adalah pesawat terbang, industri farmasi dan industri otomotif.

b. Industri sedang

Ciri-ciri industri sedang, yaitu modal yang cukup besar, teknologi yang cukup modern,

organisasi pembagian kerja jelas dan memiliki tenaga kerja antara 22-99 orang. Contoh industri

sedang adalah industri makanan dan industri konveksi.

c. Industri kecil

Ciri-ciri industri kecil, yaitu modal besar dari industri rumah tangga, teknologi masih

sederhana, pembagian kerja belum jelas dan memiliki tenaga kerja antar 5-19 orang. Contoh

(27)

d. Industri rumah tangga

Ciri-ciri industri rumah tangga, yaitu modal kecil, teknologi sederhana, pembagian tugas

dan tanggung jawab sama pada setiap orang, tenaga kerja antara 1-4 orang. Contoh industri

rumah tangga adalah industri kerajinan dan industri tahu tempe.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Industri rumah tangga merupakan penggolongan

industri yang paling rendah bila dilihat dari segi jumlah tenaga kerja dan jumlah omset

penjualannya. Adapun ciri-ciri industri rumah tangga adalah sebagai berikut :

a. Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang.

b. Memiliki modal yang sangat terbatas.

c. Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga.

d. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya.

e. Tidak adanya sitem pembagian kerja yang jelas.

f. Bahan baku yang digunakan diperoleh dari wilayah sekitar.

g. Memiliki omset penjualan rata-rata per tahun adalah kurang dari 1 Milyar rupiah.

3. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan

Menurut Soekartawi (2006) biaya ialah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam

suatu usaha. Biaya jugaa merupakan semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyatakan

dalam bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku. Menurut ilmu ekonomi, biaya merupakan

semua pengorbanan yang dikeluarkan guna menunjang kegiatan proses produksi. Menurut Noer

(28)

dalam bentuk benda dan jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya dibagi menjadi 5

macam yaitu biaya tetap, biaya variable, biaya implisit, biaya eksplisit dan total biaya.

Menurut Suratiyah (2006), biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

besarnya jumlah produksi, misalnya biaya gaji. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya

dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi, misalnya biaya bahan baku. Biaya eksplisit adalah

semua pengeluaran yang digunakan untuk membayar faktor produksi, bahan-bahan, transportasi

dan energi.Didalam biaya eksplisit juga terdapat biaya penyusutan peralatan, yaitu penggantian

kerugian penggunaan nilai uang yang disebabkan karena waktu dan penggunaan modal

tetap.Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya

produksi meskipun tidak dibayar secara nyata, misalnya upah tenaga kerja dalam keluarga.

Pendapatan usaha secara ekonomis mempunyai dua pengertian, yaitu pendapatan kotor

(gross farm income) dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor yaitu produk

olahan yang dihasilkan baik yang dijual maupun yang belum terjual, sedangkan pendapatan

bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dengan total pengeluaran selama

produksi (Widiasanti, 2006 :17) dalam Arnando, Cici (2015). Pendapatan kotor sering dikenal

dengan istilah pendapatan, sedangkan pendapatan bersih sering dikenal dengan istilah

keuntungan.

Menurut Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa pendapatan adalah selisih antara total

penerimaan dengan semua biaya yang benar-benar dikeluarkan selama proses produksi

berlangsung. Dimana total penerimaan sendiri didapat dari hasil perkalian antara jumlah produk

(29)

mengurangi pendapatan kotor (penerimaan) dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari

luar (Widiasanti, 2006).

Keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan semua biaya

pengorbanan baik yang nyata dikeluarkan maupun yang tidak benar-benar nyata dalam proses

memproduksi produk. Selain itu, keuntungan adalah selisih antara jumlah pendapatan dengan

jumlah total biaya yang tidak benar-benar nyata dikeluarkan guna mendukung proses produksi

(Soekartawi 2006). Pendapat lain dikemukakan oleh Winardi (2000) bahwa pendapatan bersih

atau keuntungan adalah keseluruhan hasil yang diperoleh dikurangi biaya-biaya atau

benda-benda yang dijual dari hasil penjualan akan dicapai laba kotor dan dengan jalan mengurangi

pengeluaran untuk menghasilkan benda dari laba kotor akan dicapai laba perusahaan dan bila

pajak pendapatan dikurangi laba perusahaan maka akan diperoleh laba bersih atau pendapatan

bersih atau keuntungan. Keuntungan merupakan kegiatan perusahaan yang mengurangkan

beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang di peroleh. Apabila hasil

penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh

keuntungan (Sadono Sukirno, 2005).

4. Konsep Nilai Tambah

Menurut haryami (1987) dalam Sudiyono (2004) ada dua cara untuk menghitung nilai

tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor

yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu

faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah

(30)

harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan

tenaga kerja.

Besarnya nilai tambah pada proses pengolahan didapat dan pengurangan biaya bahan

baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.

Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan

menejemen yang dapat dinyatakan secara matemtik sebagai berikut:

Nilai Tambah = f (K,B,T,U,H,h,L) Keterangan :

K = Kapasitas Produksi

B = Bahan Baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan

U = Upah tenaga kerja

H = Harga output h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai).

B.Penelitian Sebelumnya

Afrida, Amalia(2004) yang melakukan penelitian berjudul Analisis Nilai Tambah

Pengolahan Salak (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa ParSalakan,

Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana proses pengolahan Salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis

besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan Salak sampai menjadi produk

(31)

tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan Salak yaitu dodol Salak, kurma Salak, keripik

Salak dan sirup Salak. Usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai

menjadi tempe. Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol Salak

sebesar Rp 11.270/Kg, kurma Salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik Salak sebesar 5.326,67/Kg,

dan pada sirup Salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat

pada pengolahan kurma Salak.

Anas, Rizki (2007). Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri

Keripik Salak (Studi Kasus di Unit Usaha Werdhi Guna Food, Kecamatan Bebandem,

Kabupaten Karangasem), Bali. Nilai tambah yang dihasilkan produk keripik Salak yaitu untuk

setiap 1 kg Salak adalah Rp 4.117,60 dengan rasio nilai tambah 53,5 %. Keuntungan yang

diperoleh unit usaha Werdhi Guna Food dalam satu hari sebesar Rp 331.907,89. Keuntungan ini

diperoleh dari jumlah penerimaan sebesar Rp 1.200.000,00 dikurangi biaya total sebesar Rp

868.092,11 yang dikeluarkan. Agroindustri produk keripik Salak unit usaha Werdhi Guna Food

layak dikembangkan karena jumlah produk yang di hasilkan melebihi BEP serta R/C Ratio lebih

dari 1.Strategi pertumbuhan dengan memanfaatkan kekuatan agroindustri dilakukan untuk

meraih peluang yang ada antara lain : meningkatkan volume penjualan; melakukan penetrasi dan

perluasan pasar; melakukan pemanfaatan teknologi. Kata kunci : nilai tambah, keuntungan,

kelayakan usaha, strategi, keripik Salak.

Hapsari, Hepi (2003) Peningkatan Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Usaha

Pengolahan Salak Manonjaya Di Kabupaten Tasikmalaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai tambah terbesar diperoleh dari pengolahan manisanSalak Rp 10,443,23/Kg dan

pendapatan tertinggi diperoleh dari pembuatan dodol Salak Rp326,579,16 per proses produksi.

(32)

produk. Penetrasi pasar dilakukandenganpeningkatan promosi, ekspansi pasar dan iklan

komersial. Pengembangan produk dilakukan dengan peningkatan mutu (bentuk, rasa, kemasan)

dan diversifikasi produk.

Indarwati, Viana (2004) Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah Dan Strategi

Pengembangan Komoditas Salak Di Kabupaten Jember. Hasil analisis menunjukkan bahwa

usahatani Salak secara finansial layak diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp 3.136.340,42,

Net B/C sebesar 1,64, Gross B/C sebesar 1,30, IRR sebesar (19,76%), PR sebesar 1,72dan

Payback period(jangka waktu pengembalian) modal 5,1tahun atau 5 tahun 1 bulan 6 hari pada

tingkat suku bunga (12,3%). Usahatani Salak tidak peka (tidak sensitif) terhadap perubahan yaitu

penurunan produksi Salak sebesar (10%) dan penurunan harga (5%) sehingga masih tetap layak

untuk diusahakan. Pengolahan Salak menjadi dodol Salak dapat memberikan nilai tambah

sebesar Rp 8.169,62 per kilogram bahan baku. Faktor pendorong tertinggi adalah (D1)

kesesuaian agroklimat dengan nilai TNB sebesar 1,61 dan faktor penghambat tertinggi adalah

(H7) motivasi untuk pengolahan Salak kurang dengan nilai TNB sebesar 1,91. Strategi

pengembangan yang sebaiknya dirumuskan adalah (1) menghimpun petani untuk melakukan

perawatan tanaman Salak lebih intensif, (2) penyuluhan yang berkesinambungan dan

pendampingan kepada pengolah Salak, dan (3) dilakukannya diversifikasi olahan Salak.

C.Kerangka Pemikiran

Salak Pondoh merupakan komuditi tanaman buah yang banyak di budidayakan didaerah

Yogyakarta. Namun, pada saat panen raya harga buah Salak Pondoh sangat rendah. Untuk

mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengolahan berbahan baku Salak Pondoh guna meningkatkan

(33)

merupakan industri rumah tangga.Industri rumah tangga ini merupakan usaha pengolahan yang

dalam pengerjaannya masih sangat sederhana dan volume produk yang dihasilkan masih relatif

sedikit. Di Desa Donokerto industri rumah tangga olahan Salak Pondoh terdiri dari industri kopi

Pondoh, wajik Salak Pondoh dan dodol Salak Pondoh. Keberadaan industri rumah tangga olahan

Salak Pondoh sangat dipengaruhi oleh umur pemilik, pengalaman, jenis kelamin dan pendidikan.

Dalam proses pembuatan produk olahan Salak Pondoh dibutuhkan berbagai faktor

produksi seperti peralatan dan mesin, bahan baku, tenaga kerja dan modal. Adanya penggunaan

input tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya biaya yang akan dikeluarkan. Biaya tersebut

meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit yang dimaksud diantaranya biaya

bahan baku, biaya bahan pendukung, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya peralatan serta

mesin. Biaya implisit yang dimaksud terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa

tempat sendiri dan biaya modal sendiri.

Proses produksi Salak Pondoh menghasilkan output berupa kopi Salak Pondoh, dodol

Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh. Setiap output tersebut jika dijual dengan harga yang

berlaku akan menghasilkan penerimaan. Jumlah penerimaan dapat digunakan untuk menghitung

pendapatan yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah penerimaan dari pengusahaan olahan

Salak Pondoh dengan total biaya eksplisit yang dikeluarkan selama kegiatan produksi

berlangsung. Untuk menghitung keuntungan dari usaha olahan Salak Pondoh yang didapat yaitu

dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan total biaya implisit yang dikeluarkan

selama proses produksi berlangsung. Nilai tambah olahan Salak Pondoh dapat dilihat dari nilai

keuntungan dibandingkan dengan seberapa besar jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu

(34)

alur berfikir dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran sebagai

berikut :

(35)

III. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi

analisis, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi sekarang. Penelitian deskripsi memusatkan perhatian pada

masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung,

mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.variable yang diteliti bisa

tunggal bisa juga lebih dari satu (Noor, Juliansyah. 2011).

A. Penentuan Sampel Wilayah

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di

Desa Donokerto Kabupaten Sleman. Dengan pertimbagan industri rumah tangga

olahan Salak Pondoh banyak terdapat di Desa Donokerto.

Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan sampel yang diambil secara sensus yaitu semua industri rumah

tangga yang mengusahakan produk olahan berbahan baku Salak Pondoh yang ada di

Desa Donokerto dijadikan responden. Industri rumah tangga yang ada di Desa

Donokerto berjumlah 19 industri terdiri dari 6 industri olahan kopi Salak Pondoh, 9

industri olahan dodol Salak Pondoh dan 4 industri olahan wajik Salak Pondoh.

Teknik Pengumpulan Data

(36)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Dalam

hal ini sumber yang terkait adalah pemilik industri rumah tangga di Desa Donokerto.

Teknik pengambilan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Metode

wawancara ditujukan untuk menggali guna memperoleh data tentang profil industri

rumah tangga yang meliputi identitas pengusaha, identitas industri rumah tangga dan

proses produksi. Metode observasi ditujukan untuk mengamati langsung

proses-proses yang terjadi di tempat penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

sudah dibukukan atau dicetak sehingga data tersebut sudah tersedis. Data ini

ditujukan untuk menggali data terkait keadaan umum Desa Donokerto secara

keseluruhan.Adapun teknik yang digunakan yaitu dokumentasi.

Asumsi dan pembatasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian, terdapat beberapa asumsi yang digunakan

untuk memudahkan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Industri rumah tangga olahan Salak Pondoh memiliki jumlah produksi

yangsama setiap bulan pada masing-masing olahan Salak Pondoh.

2. Variabel – variabel yang tidak diamati seperti usahatani Salak Pondoh dianggap

(37)

3. Faktor produksi berupa tenaga kerja dalam keluarga, diasumsikan menerima

upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.

4. Seluruh produk olahan Salak Pondoh terjual.

Sedangkan untuk pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Produk olahan Salak Pondoh yang diteliti terdiri dari kopi Salak, dodol Salak

dan wajik Salak.

2. Objek dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga olahan Salak Pondoh

yang mempunyai jumlah tenaga kerja  4.

3. Harga bahan output dan input yang digunakan merupakan harga yang berlaku

di daerah penelitian.

4. Data produksi olahan Salak Pondoh yang diambil yaitu data produksi 1 bulan

sebelum diadakannya penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Produk olahan Kopi Salak Pondoh yang dihasilkan dari proses produksi biji

Salak Pondoh basah menjadi bahan konsumsi yang dihitung dalam satuan

kilogram (Kg).

2. Produk olahan berupa dodol Salak Pondoh dan wajik Salak Pondoh yang

dihasilkan dari proses produksi daging Salak Pondoh mentah menjadi bahan

konsumsi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

(38)

4. Bahan produksi Dodol Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, santan

kelapa, gula jawa dan tepung ketan.

5. Bahan produksi wajik Salak Pondoh adalah daging Salak Pondoh, parutan

kelapa dan gula pasir.

6. Proses produksi olahan Salak Pondoh dihitung dalam satu kali proses produksi.

7. Industri rumah tangga adalah unit usaha yang bersifat tradisional yang dalam

penggunaan tenaga kerjanya hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga

dan dalam pengorganisasian dan managemennya tidak ada pembagian tugas

dan pembukuan yang jelas.

8. Biaya produksi adalah semua yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk

memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya agar

produk yang diharapkan bisa terwujud, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk mendukung

proses produksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10. Biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh produsen

dalam proses pembuatan olahanSalak Pondoh biaya ini berupa tenaga kerja

dalam keluarga dan biaya bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah

(Rp).

11. Penerimaan adalah hasil yang diterima oleh produsen olahan Salak Pondoh

yang didapat dari penjualan atas produk yang dihasilkan. Penerimaan ini

diperoleh dari perkalian antara jumlah produk olahan Salak Pondoh dengan

(39)

12. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan olahan Salak Pondoh yang

dikurangi dengan seluruh pengorbanan yang dikeluarkan secara nyata (biaya

eksplisit) untuk memproduksi olahan Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp).

13. Keutungan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang meliputi

biaya yang secara nyata dikeluarkan (biaya eksplisit) dan biaya yang tindak

secara nyata dikeluarkan (biaya implisit), dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

14. Nilai tambah adalah nilai yang didapat dari pengolahan 1 kilogram Salak

Pondoh segar menjadi produk olahan seperti dodol Salak Pondoh, wajik Salak

Pondoh dan Salak Pondoh Salak Pondoh, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk

menggambarkan keadaan dan kondisi industri rumah tangga olahanSalak Pondoh

yang ada di Desa Donokerto. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan

kedua dan ketiga, karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan data berupa angka dan

kata-kata. Untuk lebih jelas dan terperinci akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Biaya

(40)

TC = TEC + TIC Keterangan :

TC = Total Cost (Total Biaya)

TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit)

TIC = Total Implisit Cost (Total Biaya Implisit)

2. Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = TP – TEC Keterangan :

NR = Net Revenue (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Penerimaan)

TEC = Total Eksplisit Cost (Total Biaya Eksplisit)

3. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan dari industri olahan Salak Pondoh tersebut

menggunakan rumus sebagai berikut :

= TR – (TEC + TIC) Keterangan :

= Keuntungan (Rp)

TP = Total Penerimaan (Rp) TEC = Total Biaya Eksplisit (Rp)

(41)

B. Nilai Tambah

Rumus menghitung nilai tambah dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

Tabel 1. Cara Menghitung Nilai Tambah

No Output, input dan harga Nilai

1 Output (pack/minggu/hari) A

2 Input bahan baku (kg/minggu/hari) B

3 Input tenaga kerja (jam/minggu/hari) C

4 Faktor konversi D = (a)/(b)

5 Koefisien tenaga kerja E

6 Harga produk (Rp/kg) F

7 Upah tenaga kerja (Rp/jam) G

Penerimaan dan keuntungan (Rp/kg)

8 Input bahan baku H

9 Input lainnya I

10 Produksi J = (d)x(f)

11 a. Nilai tambah K1 = (j)-(i)-(h)

b. Rasio nilai tambah (%) K2 = (k1)/(j)

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan pembahasan sebagai berikut:

a. Perkiraan nilai tambah dalam satuan rupiah (Rp).

(42)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten memiliki luas areal sebesar 57.482

Ha yang terdiri dari 17 kecamatan yaitu Mayudan, Godean, Minggir, Gamping,

Seyegan, Sleman, Ngaglik, Mlati, Tempel, Turi, Prambanan, Kalasan, Berbah,

Ngemplak, Pakem, Depok dan Cangkringan. Kabupeten Sleman merupakan daerah

dengan kondisi fisik pegunungan lereng gunung Merapi. Secara georafis, Kabupaten

Sleman terletak diantara 110°33°00° - 110°13°00° Bujur Timur dan 7°34°51 -

7°47°30° Lintang Selatan. Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten boyolali

Provinsi Jawa Tengah untuk sebelah utara, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah

untuk sebelah timur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo

Provinsi DIY dan Kabupaten Mangelang Jawa tengah, sedangkan untuk sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten

Gunugn Kidul, Provinsi D.I. Yogyakarta.

Kabupaten Sleman dikenal dengan istilah kota Salak Pondoh, sebagai asal

buah Salak Pondoh dan telah menjadi kebanggaan Kabupaten Sleman. Kecamatan

Turi merupakan wilayah paling utara di Kabupaten sleman, yang berbatasan

langsung dengan Kabupaten Magelang.Kecamatan Turi sering disebut sentra Salak

Pondoh karena kebanyakan masyarakat banyak yang menanam dan mengolah buah

Salak Pondoh yang menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Sleman.

Kecamatan Turi memiliki ketinggian wilayah mencapai50 - 2.500 meter

(43)

berbukit dan pegunungan.Luas wilayah kecamatan sekitar 43.09 km2 yang terbagi

kedalam 4desa yaitu Bangunkerto, Donokerto, Girikerto dan Wonokerto. Sebagai

sentra Salak Pondoh di wilayah ini dikembangkan beberapa objek wisata antara lain

agrowisata Salak Pondoh dan desa wisata untuk mengembangkan potensi masyarakat

setempat.

A. Topografi dan Geografi Desa Donokerto

Desa Donokerto merupakan satu dari 4 desa yang ada di Kecamatan Turi

Kabupaten Sleman. Desa Donokerto terdiri dari 16 padukuhan yaitu Surodadi,

Karanganyar, Randusongo, Gabungan, Dukuh, Donoasih, Gondang, Jomboran,

Kenaruhan, Gading Kulon,Gading Wetan, Klegung, Turi, Ngemplak, Balong, dan

Bandaran. Luas daerah Desa Donokerto sebesar 741 Ha, secara administrative

batas-batas Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Girikerto dan Desa Wonokerto

2. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Pandowoharjo dan Desa

Trimulyo.

3. Sebelah timur berbatasan langsung dengan desa Purbowinangun.

4. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Bangunkerto.

Topografi merupakan penjelasan tentang keadaan kondisi tanah suatu

daerah.Topografi Desa Donokerto sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi

(44)

B. Keadaan Penduduk Desa Donokerto 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk merupakan seberapa besar suatu daerah dihuni oleh

sekelompok manusia. Struktur jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa

Donokerto bisa dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.

Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 4.712 49.40

Perempuan 4.826 50.60

Jumlah 9.538 100

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016.

Berdasarkan Tabel 6, jumlah penduduk Desa Donokerto sebanyak 9.538 jiwa

yang terdiri dari 4.712 jiwa laki-laki dan 4.826 jiwa perempuan. Sehingga Desa

Donokerto kebanyakan dihuni oleh kaum perempuan yang mencapai jumlah

persentase lebih dari setengah dari total jumlah penduduk yaitu 50,60 %.

2. Jumlah Kepala Keluarga

Kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab penuh atas

kelangsungan hidup anggota keluarganya. Kebanyakan yang menjadi kepala keluarga

adalah seorang suami atau laki-laki, akan tetapi tidak memungkinkan untuk seorang

perempuan bisa menjadi kepala keluarga apabila sudah tidak memiliki suami dan

tidak memiliki anak laki-laki yang belum cukup umur dan belum berkeluarga.

Adapun jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Donokerto pada tahun 2015

(45)

Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.

Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Kepala Keluarga Laki-laki 2495 80.14

Kepala Keluarga Perempuan 618 19.86

Jumlah 3113 100

Sumber :Monografi Desa Donokerto tahun 2016

Berdasarkan Tabel 7, jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Donokerto

didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 2495 jiwa yang mencapai angka persentase

sebesar 80.14%. Sedangkan untuk jumlah kepala keluarga yang dipegang oleh

perempuan yaitu sebanyak 618 jiwa yang mencapai angka persentase sebanyak

19.86%. Oleh karena itu, laki-laki masih memegang peranan penting dalam kegiatan

rumah tangga karena sewajarnya sebuah keluarga dipimpin oleh seorang laki-laki.

C. Jumlah penduduk menurut Mata Pencaharian Masyarakat

Mata pencaharian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat

Desa Donokerto guna menghidupi dirinya, keluarganya maupun anggota yang lain

yang menjadi tanggungan hidupnya. Ada banyak sekali struktur mata pencaharian

yang dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto baik usaha untuk dirinya

sendiri maupun untuk orang lain atau dipekerjakan untuk orang lain. Adapun struktur

mata pencaharian masyarakat Desa Donokerto terbagi dalam beberapa kategori

(46)

Tabel 3. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Donokerto 2016.

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Pegawai negeri sipil 975

ABRI 71

Pegawai swasta 496

Wiraswasta/pedagang 350

Tani 2232

Pensiunan 212

Jasa 131

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 8, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan dari warga

masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai tani sebanyak 2232 jiwa. Hal itu

terjadi karena didukung dengan lingkungan Desa Donokerto yang memiliki lahan

pesawahan dan perkebunan yang masih banyak. Sedangkan untuk mata pencaharian

paling sedikit yaitu ABRI dengan jumlah 71 jiwa,

D. Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan Masyarakat 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pendidikan yaitu ilmu yang diperoleh atau dilakukan oleh warga masyarakat

Desa Donokerto.Tingkat pendidikan merupakan jenjang dari masyarakat Desa

Donokerto dalam memperoleh gelar pendidikan. Adapun tingkatan pendidikan yang

(47)

Tabel 4. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tidak sekolah 1738 19.23

Belum tamat SD 819 8.59

Tamat SD 1138 12.94

SLTP 1145 13.25

SLTA 3477 36.45

D 1,2 72 0.75

D 3 299 4.13

S 1 303 4.17

S 2 42 0.44

S 3 5 0.05

Jumlah 9.538 100

sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan warga

masyarakat Desa Donokerto merupakan lulusan SLTA yaitu sebanyak 3477 jiwa

dengan jumlah persentase sebesar 36.45 %. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak

mengecap pendidikan formal yaitu sebanyak 1738 jiwa dengan jumlah persentase

sebanyak 19.23 %.

2. Sarana Pendidikan

Dalam memperoleh ilmu tidak terlepas dari sarana dan prasarana kegiatan

pembelajaran yaitu gedung sekolah, lembaga pendidikan luar sekolah. Berikut ini

tabel sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran yang ada di Desa Donokerto

(48)

Tabel 5. Sarana Dan Prasarana Kegiatan Pembelajaran di Desa Donokerto 2016.

Gedung pendidikan Jumlah

TK/PAUD 3

SD 5

SLTP 2

SLTA Pesantren

2 1 Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 10, data jumlah gedung pendidikan di Desa Donokerto

yaitu TK ada 3 gedung, sekolah dasar 5 gedung, SLTP 2 gedung SLTA 2 gedung dan

pesantren ada 1 gedung. Sarana pendidikan di desa Donokerto sudah termasuk

mencukupi karena sudah memenuhi kebutuhan masyarakat wajib belajar hingga

SLTA.

E. Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat

Penguasaan aset ekonomi masyarakat merupakan kekayaan yang dimiliki

masyarakat atas hasil kerjaannya. Aset yang ada di masyarakat biasanya berupa

benda yang belum bisa dilihat bila ditukar ke nilai rupiah.Pengusaan aset ekonomi

masyarakat di Desa Donokerto terbagi kedalam 3 macam yaitu aset tanah, aset sarana

dan aset perumahan.

1. Aset Tanah

Aset tanah merupakan kekayaan akan tanah yang dimiliki oleh masyarakat

Desa Donokerto. Adapun penguasaan aset tanah yang dimiliki oleh warga masyarakat

(49)

Tabel 6. Penguasaan Aset Tanah Masyarakat di Desa Donokerto Tahun 2016.

Aset tanah Jumlah

Tidak memiliki tanah 15

Tanah  0,1 Ha 421

Tanah antara 0,1 – 0,5 Ha 1.408

Tanah antara 0,51 – 1 Ha 634

Tanah > 1 Ha 45

Jumlah 2.523

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Berdasarkan Tabel 11, kebanyakan masyarakat memiliki tanah antara 0,1–0,5

Ha sebanyak 1.408 jiwa hal ini dikarenakan banyak warga masyarakat yang memiliki

mata pencaharian sebagai petani dan berkebun. Sedangkan untuk pemilik tanah >1

Ha biasanya akan menjadi juragan tanah yang mampu mempekerjakan warga

masyarakat Desa Donokerto guna mengolah tanah yang ada. Untuk warga masyarakat

yang tidak memiliki tanah yaitu sebanyak 15 jiwa, hal ini dimungkinkan warga

tersebut memang tidak mampu untuk membeli tanah atau tidak mempunyai keinginan

untuk memiliki tanah dikarenakan tidak mampu untuk mengolahnya.

2. Aset Sarana Transportasi

Sarana transportasi maryarakat merupakan alat mobilitas penduduk guna lebih

efisien dalam melakukan kegiatan ekonomi. Tabel 12 menunjukan sarana masyarakat

(50)

Tabel 7. Sarana Transportasi masyarakat di desa Donokerto Tahun 2016.

Sarana transportasi Jumlah (unit)

Sepeda 395

Sepeda motor 1099

Taksi 7

Mobil dinas 7

Mobil pribadi 105

Truk 6

Sumber : Monografi Desa Donokerto 2016

Pada Tabel 12, dijelaskan bahwa sarana transportasi masyarakat Desa

Donokerto adalah kendaraan pribadi. Jumlah kendaraan pribadi yang paling banyak

adalah sepeda motor dengan 1099 unit, sedangkan truk merupakan kendaraan

transportasi paling sedikit dengan jumlah 6 unit.

F. Proses produksi produk olahan Salak Pondoh

1. Kopi Salak Pondoh

a. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat

tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki

nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :

a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci biji Salak Pondoh yang masih kotor

dan tempat penyimpanan biji Salak Pondoh.

b) Pisau dan golok, alat untuk memotong biji Salak Pondoh menjadi 4 bagian

c) Tampah, alat untuk menjemur biji Salak Pondoh hingga kering

(51)

e) Wajan, alat untuk menyangrai biji Salak Pondoh

f) Sutil, alat untuk mengaduk biji Salak Pondoh di wajan saat disangrai.

g) Mesin giling kopi, alat untuk menggiling biji Salak menjadi kopi

h) Timbangan, alat untuk mengukur berat pada saat proses pengemasan

i) Shiller, alat untuk menutup melekatkan kemasan kopi Salak Pondoh

b. Cara membuat kopi Salak Pondoh

Cara membuat kopi Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang

mudah. Biasanya dalam proses pembuatan kopi Salak Pondoh dari biji Salak Pondoh

basah seberat 10 kg akan menghasilkan 5 kg kopi Salak Pondoh. Apabila kopi Salak

Pondoh dibungkus dalam kemasan seberat 100 gram akan menghasilkan 45 bungkus

kopi Salak Pondoh. Adapun cara membuat kopi Salak Pondoh yang ada di Desa

Donokerto adalah sebagai berikut :

a) Pencucian

Biji Salak Pondoh yang diterima pengrajin biasanya masih dalam keadaan

kotor serta daging buah Salak masih ada yang melekat. Untuk itu dilakukan proses

pencucian biji Salak Pondoh agar menjadi bersih. Pencucian biji Salak Pondoh juga

dilakukan untuk menyortir biji Salak Pondoh yang rusak. Pencucian dilakukan

menggunakan air yang mengalir dengan membersihkan permukaan biji Salak Pondoh

(52)

b) Pemotongan

Pemotongan biji Salak Pondoh bertujuan untuk mempercepat proses

pengeringan pada saat dijemur. Biji Salak Pondoh memiliki tekstur yang keras

sehingga untuk memotongnya diperlukan pisau/golok yang tajam. Setiap biji Salak

Pondoh dipotong menjadi 4 bagian. Biasanya dalam proses pemotongan ini

memerlukan waktu sekitar 1.5 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

c) Penjemuran

Proses penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada biji

Salak Pondoh. Biji Salak Pondoh yang sudah di potong-potong di jemur

menggunakan tampah. Biasanya penjemuran dilakukan diatas genting supaya bisa

kerkena matahari langsung. Bila cuaca cerah proses penjemuran memerlukan waktu

40 jam untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

d) Pembersihan

Pembersihan biji Salak Pondoh dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

melekat pada saat proses penjemuran. Biji Salak Pondoh yang sudah selesai dijemur

kemudian dibersihkan dengan membilas biji Salak Pondoh dengan air mengalir.

Proses pembersihan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Biasanya untuk proses

(53)

e) Penggilingan

Proses penggilingan biji Salak Pondoh bertujuan untuk menghaluskan biji

Salak Pondoh hingga menjadi bubuk kopi Salak Pondoh. Proses penggilingan

biasanya membutuhkan waktu 12 menit untuk setiap 1 kg biji Salak Pondoh.

f) Pengemasan

Proses pengemasan kopi Salak Pondoh membutuhkan waktu 5 menit untuk

setiap bungkus. Berat satu kemasan kopi Salak Pondoh mencapai 100 gram.

Pengemasan produk kopi Salak Pondoh dikemas dengan bungkus alumunium fiol, ini

bertujuan untuk tetap menjaga kualitas kopi tetap terjamin.Kemasan lalu dipress

supaya udara tidak bisa masuk. Proses pengemasan dari 9.16 kg kopi Salak Pondoh

akan menghasilkan 45 bungkus kopi Salak Pondoh.

Untuk lebih jelas alur proses pembuatan kopi Salak Pondoh pada industri

rumah tangga di Desa Donokerto. Di bawah ini terdapat bagan proses produksi kopi

(54)

Gambar 1. Bagan proses produksi kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto

g) Pemasaran

Sistem pemasaran kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana

yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah

saja.Produk kopi Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko

oleh-oleh dan warga sekitar. Adapun alur proses pemasaran kopi Salak Pondoh yang ada

di Desa Donokerto adalah sebagai berikut :

Biji kopi Salak Pondoh Pencucian (2 jam) Pemotongan (8 jam)

Penjemuran (40 jam)

Pembersihan (1 jam)

Sangrai (2 jam)

(55)

i. Produsen Konsumen

Alur ini terjadi pada pembelian yang dilakukan oleh warga sekitar dan warga

yang sengaja untuk membeli guna memenuhi kebutuhannya. Biasanya dalam

pembeliannya melakukan pemesanan terlebih dahulu, jadi tidak bisa langsung datang

dan mengambil produknya. Alur ini lebih menguntungkan kepada pengrajin karena

tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk proses pendistribusian kopi Salak Pondoh.

ii. Produsen Pengecer Konsumen

Alur ini melibatkan 2 pelaku pemasaran yaitu produsen dan pengecer agar

bisa ke tangan konsumen.Biasanya alur ini yang banyak dilakukan oleh pengrajin

kopi Salak Pondoh di Desa Donokerto, karena banyaknya pengecer. Pengecer yang

dimaksudkan disini adalah took oleh-oleh yang banyak terdapat diwilayah Sleman

dan Yogyakarta. Konsumen tidak perlu repot-repot datang ke pengrajin untuk

membeli kopi Salak Pondoh.

2. Dodol Salak Pondoh

a. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam proses produksi kopi Salak Pondoh masih sangat

tradisional yaitu menggunakan peralatan rumah tangga biasa yang relative memiliki

nilai beli yang rendah atau murah. Adapun alat yang digunakan yaitu :

a) Baskom. Alat ini dugunakan untuk mencuci Salak Pondoh yang masih kotor dan

(56)

b) Pisau, alat untuk mengupas, memotong Salak Pondoh dan bahan lainnya

c) dandang, alat untuk mengkukus Salak Pondoh menjadi mudah dihancurkan.

d) Tumbukan, digunakan untuk menghaluskan buah Salak Pondoh

e) Centong, alat untuk mengambil adonan Salak Pondoh yang sudah halus

f) Parutan dan saringan, alat yang digunakan untuk membuat santan dari buah kelapa

g) Tungku dan kayu, media perapian untuk menyangrai biji Salak Pondoh

h) Wajan dan sutil, alat untuk memasak adonan dodol Salak Pondoh

i) Nampan, tempat penyimpanan dodol Salak yang sudah matang

b. Cara membuat dodol Salak Pondoh

Cara membuat dodol Salak Pondoh menjadi kopi Salak Pondoh terbilang

mudah. Rata-rata dalam proses pembuatan dodol Salak Pondoh dari Salak Pondoh

basah seberat 15 kg akan menghasilkan 9 kg dodol Salak Pondoh. Dodol Salak

Pondoh di kemas menggunakan kemasan plastic kecil berbentuk tabung dengan

panjang rata-rata 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondoh akan menghasilkan 100

biji dodol dengan berat berkisar 10 gram. Selanjutnya dodol akan dikemas kembali

dengan kemasan pastik besar dengan isi setiap bungkus 20 biji dodol Salak Pondoh

berat berkisar 200 gram. Untuk setiap 1 kg dodol Salak Pondohakan menghasilkan

rata-rata 5 bungkus dodol Salak Pondoh dalam kemasan besar. Adapun cara

(57)

a) Pengupasan Salak Pondoh

Salak Pondoh yang datang ke pengrajin masih dengan kulitnya, sehingga

perlu adanya pengupasan kulit terlebih dahulu.Pengupasan kulit yang dilakukan oleh

pekerja menggunakan pisau. Dalam pengupasan kulit Salak Pondoh, biasanya dalam

1 kg Salak Pondoh mampu dikerjakan tidak kurang dari 5 menit. Dalam proses

pengupsan kulit juga dilakukan proses sortasi untuk meminimalisir Salak Pondoh

jelek masuk ke tahap selanjutnya. Dalam proses pengupasan kulit Salak Pondoh

terjadi penyusutan timbangan kira-kira 10 %.

b) Pencucian

Jika Salak Pondoh yang sudah dikupas selesai semua, tahap selanjutnya yaitu

dicuci dengan cara meremas-remas daging Salak Pondoh yang bertujuan untuk

menghilangkan kotoran yang masih melekat pada daging buah Salak, serta untuk

menghilangkan ari-ari yang menempel pada daging Salak Pondoh.

c) Pengukusan

Daging Salak Pondoh yang sudah bersih akan langsung dikukus untuk

membuat daging Salak Pondoh mudah untuk dihancurkan. Pengukusan

membutuhkan waktu berkisar 15 menit untuk setiap 1 kg daging Salak Pondoh.

Dengan dikusus daging Salak Pondoh akan menjadi lembek dan akan memudahkan

dalam proses penumbukan.

(58)

Proses penumbukan menggunakan alat tumbuk tradisional dan manual

menggunakan tenaga tangan. Proses penumbukan daging Salak Pondoh bertujuan

untuk mengaluskan daging Salak Pondoh agar bisa lebih menyatu dengan bahan

lainnya. Penumbukan membuhtukan waktu rata-rata 20 menit untuk setiap 1kg

daging Salak Pondoh

e) Pembuatan bahan pendukung

Untukmembuat dodol Salak Pondoh diperlukan bahan lain seperti santan, gula

jawa dan tepung ketan. Pembuatan dodol Salak Pondoh menggunakan kelapa

sehingga perlu untuk diparut untuk memnghasilkan santan, 4 buah kepala akan

menghailkan sekitar 3-4 liter santan

kental. sedangkan untuk gula jawa dirajang tipis-tipis untuk mempermudah

mencairan gula jawa pada sat proses pemasakan. Dalam proses ini membutukan

waktu sekitar 1 jam untuk setiap 10 kg Salak Pondoh.

f) Pemasakan

Pemasakan bertujuan untuk mencampurkan daging Salak Pondoh yang sudah

halus dengan bahan-bahan pendukung pembuatan dodol Salak Pondoh. Proses

pemasakan masih menggunakan alat-alat yang sederhana sehingga membutuhkan

waktu yang lama. Proses pemasasakan dengan memasukan semua bahan dimasukan

dalam wajan kemudian diaduk terus menerus selama 3-4 jam. Dalam proses

(59)

Adonan dimasak hingga berubah warna menjadi coklat gelap dan adonan menjadi

lengket atau kental.

g) Pengemasan

Pengemasan dilakukan menggunakan kemasan plastik kecil dengan berat

sekitar 10 gram dan panjang sekitar 4 cm. untuk setiap 1 kg dodol Salak akan

menghasilkan sekitar 100 biji kemasan kecil. Kemudian dodol Salak Pondoh akan

dikemas lagi dalam kemasan besar dengan isi 20 biji kemasan kecil seberat sekitar

200 gram. Sehingga untuk setiap 1 kg dodol Salak akan menghasilkan kira-kira 5

bungkus dodol Salak Pondoh siap jual. Untuk proses pengemasan dilakukan selama 8

jam untuk 10 kg dodol Salak

Untuk lebih jelas alur proses pembuatan dodol Salak Pondoh pada industri

rumah tangga di Desa Donokerto, dibawah ini terdapat bagan proses produksi dodol

(60)

Gambar 2. Bagan proses produksi dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto

d. Pemasaran

Sistem pemasaran dodol Salak Pondoh di Desa Donokerto masih sederhana

yaitu tidak adanya sistem promosi dan pemasarannya dilakukan disekitar wilayah

saja.Produk Salak Pondoh dipasarkan di wilayah sekitar yaitu pada toko oleh-oleh

Salak Pondoh Pengupasan (2 jam) Pencucian (0.5 jam)

Pengukusan (0.5 jam)

Penumbukan (1 jam)

Pembuatan bahan pendukung (1 jam)

Gambar

Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran
Tabel 1. Cara Menghitung Nilai Tambah
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Desa Donokerto Tahun 2016.
Tabel 4. Tingkat pendidikan Desa Donokerto 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kontribusi pendapatan dari usaha industri kerajinan bambu (IKB) pada pendapatan total rumah tangga pengrajin tergolong besar sekali. Adanya pendapatan dari usaha IKB mampu

industri rumah tangga pengolahan gula merah dan kadar natrium metabisulfit pada. gula merah diindustri rumah tangga Desa Baung

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah apakah terasi bermerek dan terasi hasil olahan industri rumah tangga yang dijual di beberapa pasar tradisional di

Nilai tambah ( value added ) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian masih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap rumah tangga buruh pengolah kerupuk kulit ikan skala industri rumah tangga di Desa Kenanga Kabupaten

Nilai tambah ( value added ) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian masih

Tercapainya target yang merupakan ukuran keberhasilan kegiatan IbM Inovasi Produk Berbahan Baku Komoditas Pisang Unggulan Industri Rumah Tangga di Kecamatan

Kontribusi pendapatan dari usaha industri kerajinan bambu (IKB) pada pendapatan total rumah tangga pengrajin tergolong besar sekali. Adanya pendapatan dari usaha IKB mampu