BAB II. LANDASAN TEORI
F. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.
Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk
mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelmin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Tujuan pembelajaran kooperatif:
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. c. Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
Tabel 2.1 Langkah–Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.
Landasan teori dan empirik
a. John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokraasi.
Dewey dan Thelan memandang tingkah laku kooperatif sebagai dasar demokrasi, dan sekolah sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan pendidikan menurut Dewey dan Thelan adalah dengan menstrukturkan kelas dan aktivitas belajar siswa sedemikian rupa sehingga memodelkan hasil yang diinginkan.
b. Gordon Allport dan Relasi antar Kelompok.
Menurut Gordon Allport kontak langsung antar etnik yang terjadi di bawah kondisi status yang setara dibutuhkan untuk mengurangi kecurigaan ras dan etnis. Tiga kondisi dasar yang dirumuskan oleh Gordon Allport untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis, yaitu:
1. Kontak langsung antar etnik
2. Sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu seting tertentu.
3. Dimana seting itu secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar-etnis c. Belajar Berdasarkan Pengalaman.
Johnson dan Johnson memberikan pembelajaran berdasarkan pengalaman sebagai berikut. Belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi: bahwa anda akan belajar paling baik jika anda secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu, bahwa pengetahuan harus ditemukan oleh anda sendiri apabila pengetahuan itu hendak anda jadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku anda, dan bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran anda sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu.
d. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Akademik
Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Dalam penelitian Slavin, hasil-hasil penelitian menunjukkan teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam "setting" kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Muslimin dkk, 2000) seperti berikut ini.
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3. Memperbaiki kehadiran.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 5. Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.
6. Konflik antar pribadi berkurang. 7. Sikap apatis berkurang.
8. Motivasi lebih besar atau meningkat. 9. Hasil belajar lebih tinggi.
10. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi