• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

1. Pembelajaran Kooperatif

A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif adalah sebuah kata yang memiliki arti bersifat kerja sama, bersedia membantu. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.1

Anita Lie menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan jika sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada yang umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.2

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki tingkat keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah subyek (mata pelajaran).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa

1

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 15.

2

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 16. .

belajar dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda dan berasal dari ras, suku, serta jenis kelamin yang berbeda pula. Di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Di dalam kelompok tersebut siswa dapat berdiskusi dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tinggi. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Kelompok belajar konvensional adalah kelompok belajar yang sering diterapkan disekolah, seperti kelompok diskusi. Perbedaan tersebut dapat di lihat pada table 2.1. berikut:3

Tabel 2.1. Perbedaan kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

3

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 58.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar-anggota kelompok.

Pemantauan melalaui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas terapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:4

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. 3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2

sampai 5 siswa.

4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.

Pembelajaran kooperatif menekankan pada struktur-struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi.

4

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 131.

Ada unsur yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin siswa bekerja secara kooperatif. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:5

1) Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri, sebagai berikut:6

1) Setiap anggota memiliki peran,

2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya,

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok akan membantu meningkatkan sikap positif terhadap materi laju reaksi. Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu

5

Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h.6.

6

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007),h. 20.

sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok.7

Setiap model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan pembelajaran untuk dicapai. Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara berkelompok.8 Kemudian, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu:9

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif selain banyak mencakup beragam tujuan sosial, juga mampu memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik lainnya.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. 3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif lainnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student ariented), terutama untuk

7

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 132.

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 67.

9

mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan usia.

Peningkatan belajar terjadi tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Di samping itu pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan Student Teams

Learning (STL) yang menekankan pada pencapaian ujian dan

kesuksesan kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompok dan dalam hal memahami suatu pelajaran. Dalam STL siswa tidak hanya bekerja menyelesaikan sesuatu tetapi juga mempelajari sesuatu secara kelompok.

Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari STL memiliki banyak bentuk, diantaranya: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition), Jigsaw, TPS Think-Pair-Share), NHT (Numbered Head Together).10

10

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 134.

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa di bagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Di dalam kelompok siswa di beri kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi.

TGT (Team Games Tournament) merupakan metode

pembelajaran dimana siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang yang heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama, dan etnis, sehingga masing-masing anggota dapat di latih kecakapan sosialnya. Kelompok tersebut kemudian melakukan suatu turnamen yang dilaksanakan tiap pekan. Dalam turnamen tersebut siswa berkompetisi dengan anggota kelompok lain agar dapat menyumbangkan poin pada kelompok masing-masing.

TAI (Team Accelerated Instruction) merupakan metode pembelajaran yang mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu. Tiap anggota kelompok akan di beri soal-soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil kerja mereka diperiksa oleh anggota tim lain. Jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan metode pembelajaran yang sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal dan kuis.

Jigsaw adalah metode pembelajaran dimana siswa di bagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari materi yang diberikan. Selanjutnya tiap anggota bergabung dengan anggota masing-masing untuk mendiskusikan dan saling mengajarkan satu sama lain.

TPS (Think-Pair-Share) atau berpikir berpasangan berbagi telah dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam TPS guru mengajukan suatu pertanyaan dan meminta siswa untuk berpikir sendiri mencari jawaban. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan jawaban. Kemudian pasangan-pasangan tersebut saling berbagi keseluruh kelas.

NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama atau lebih dikenal dengan kepala bernomor yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Dalam NHT siswa di bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan tiap anggota kelompok di beri nomor. Siswa berdiskusi memecahkan sebuah masalah, kemudian guru memanggil salah satu nomor dari tiap kelompok dan masing-masing siswa dengan nomor tersebut menjawab tanpa bantuan dari anggota kelompok lainnya.

Penghargaan kelompok (teams reward) diberikan kepada kelompok yang telah mencapai kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok diharapkan sebagai penguatan yang dapat memotivasi anggota kelompok untuk belajar dan bekerja sebaik mungkin dalam memberikan konstribusi untuk kelompoknya agar menjadi kelompok yang tebaik. Dengan demikian tiap kelompok memiliki tujuan kelompok (group goal) yang merupakan sasaran yang harus dicapai semua anggota.

Sebagai individu setiap siswa harus bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas dan memahami materi yang diberikan. Tujuan dan kesuksesan kelompok ditentukan oleh kesungguhan semua anggota kelompok dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai individu dan saling meyakinkan bahwa setiap individu dalam kelompok tersebut siap menghadapi tes perorangan.

Kesempatan yang sama meraih keberhasilan (equal opportunities for success). Dalam suatu kelompok belajar kooperatif semua anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan dan mengkontribusikan nilai untuk pencapaian skor kelompok.

b. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2007) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat 5 prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:11

1) Saling Ketergantungan Positif

Anggota kelompok siswa harus mengatakan bahwa mereka memerlukan kerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik atas tugas-tugas yang diberikan. 3) Tatap Muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan utnuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

pembelajaran untuk membentuk sinergi yang

menguntungkansemua anggota. 4) Komunikasi Antaranggota

11

Masing-masing anggota kelompok harus memiliki kemampuan mendengarkan dan mengutarakan pendapat, menanggapi suatu masalah dan mengembangkan ide-idenya untuk keberhasilan kelompok.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Siswa harus mengevaluasi efektifitas kelompok mereka saat

bekerja kelompok. Kelompok perlu mempertahankan

keberhasilannya dan mampu memperbaiki kekurangannya, hal ini akan menolong siswa untuk memecahkan masalah dan mengerti pentingnya keterampilan kooperatif.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah utama yang harus dipenuhi. Terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu:12

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

12

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif ada 10 hal yang perlu diperhatikan agar dapat berjalan dengan sukses, yaitu:13

1) jangan pernah menggunakan tingkatan kelompok.

2) menginformasikan dan bekerja sama dengan orang tua, kepala sekolah, dan anggota masyarakat sebelum mengubah struktur kelas anda.

3) jangan memandang kemampuan sosial dari siswa, berhati-hati dalam mengelompokkan mereka.

4) jangan biarkan interaksi yang melebihi metodologi pimpinan anda. 5) bentuk kelompok untuk bekerja sama (melalui pembentukan tim

dan pembentukan kelas) sebelum masuk ke dalam tugas akademik. 6) mulailah dengan sangat terstruktur dan tugas kooperatif singkat,

lakukan perlahan untuk proyek-proyek yang tidak terstruktur dan panjang.

7) ketika anda siap untuk tugas akademis, mulailah dengan tugas-tugas yang berkapasitas baik walaupun tugas-tugas terendah.

8) jangan biarkan interaksi antar siswa tidak terstruktur hingga siswa memperoleh keterampilan untuk bekerja sama.

9) jangan mencoba menemukan sesuatu dengan terbalik: dimulai dengan terbukti, strategi interaksi sisw ayang terstruktur.

13

Kagan, Spencer. 1999. Cooperative Learning: Seventeen Pros and Seventeen Cons plus Ten Tips for Success. Kagan Online Magazine. Diakses dari http://www.kaganonline.com/KaganClub/ FreeArticles.html

10)buatlah kegiatan mudah untuk diri Anda dan siswa. Belajar satu strategi baru dengan baik sebelum mencoba strategi baru berikutnya.

d. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Akademik

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif.

Menurut hasil penelitian Linda Lundgreen menunjukkan bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah adalah sebagai berikut:14

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

3) Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah. 4) Memperbaiki kehadiran.

5) Angka putus sekolah menjadi rendah.

6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 7) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

8) Konflik antar pribadi berkurang. 9) Sikap apatis berkurang.

10)Pemahaman yang lebih mendalam. 11)Motivasi lebih besar.

12)Hasil belajar lebih tinggi. 13)Retensi lebih lama.

14)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Selain itu, pembelajaran kooperatif mendorong keaktifan dalam percakapan dan kerjasama pemecahan masalah di dalam kelas dan

14

lingkungan akademis. Ini juga memberi kuasa dan kebebasan kepada siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.15

e. Keunggulan Pembelajaran Koopertaif

Setiap model pembelajaran memiliki suatu keunggulan sari model pembelajaran yang lainnya. Menurut Jarolimek & Parker (1993) dalam Isjoni, mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:16

1) Saling ketergantungan positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Sedangkan menurut Roger dan David Johnson pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, diantaranya:17

1) Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian tujuan pembelajaran dibanding pola interaksi kompetitif dan individual.

2) Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan guru.

3) Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara kooperatif.

15

Ghazi Ghaith. 2003. Effects of the Learning Together Model of Cooperative Learning on English as a Foreign Language Reading Achievement, Academic Self-Esteem, and Feelings of School Alienation. American University of Beirut. In Bilingual Research Journal, 27:3 Fall 2003. p. 452. http://www.informaworld.com/smpp/content.htm.

16

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 24.

17

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 136.

4) Siswa lebih efektif antarpribadi, lebih mampu menerima perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik.

Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang lebih akrab yang terbentuk pada kalangan siswa tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.

f. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Ada hal yang harus diperhatikan agar pembelajaran kooperatif dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai perbedaan dengan metode pembelajaran alternatif, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik prinsipil berikut ini, diantaranya tujuan kelompok, tanggung jawab individual, kesempatan sukses yang sama, kompetisi tim, spesialisasi tugas dan adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.18

Menurut Isjoni kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu factor dari dalam (intern) dan factor dari luar (ekstern). Factor dari dalam, yaitu:19

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

18

Robert A. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 26

19

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 25.

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Kelemahan pembelajaraan kooperatif yang lainnya, yaitu:20 1) Dalam kelompok dengan keahlian bercampur, seringkali siswa

yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok.

2) Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas pada tingkatan yang paling mendasar.

3) Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.

Dokumen terkait