• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewasa ini model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang popular, beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep pelajaran.16

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen baik tingkat kemampuan latar belakang social ekonomi maupun suku yang berbeda dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan dalam hal ini setiap anggota kelompok akan bekerja sama dalam menyelesaikan setiap masalah yang diberikan guru dan kerjasama belum berakhir jika salah satu anggota kelompok belum menguasai bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

Pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu social, sains, matematika, bahasa inggris sebagai bahasa kedua, membaca dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota, pinggiran dan pedesaan di Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari laporan tersebut, 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok control. Delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan, dan tidak satupun studi menunjukkan bahwa memberikan pengaruh negative.

Dari laporan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada tataran kenyataan pembelajaran kooperatif sangat baik sekali meningkatkan prestasi anak didik, sebab anak didik akan lebih kompetitif, dan salah satu alasan pembelajaran kooperatif adalah bahwa manusia mempunyai perbedaan yang merupakan suatu kekuatanuntuk saling melengkapi.

1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

a) Saling ketergantungan negative, hal ini dimaksud antar siswa saling membutuhkan sehingga menuntut adanya interaksi promotif yang

16

Budiyono, Budi Usodo &Yemi Kuswardi.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran Matematika. (Surakarta:UNS, 2012). h. 18

mungkin siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.

b) Interaksi tatap muka, siswa melakukan dialog bukan hanya dengan guru melainkan dengan sesama siswa. Siswa bisa menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain sehingga hasil belajar lebih variatif.

c) Akuntabilitas individual. Penilaian bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual sehingga diketahui anggota mana yang membutuhkan pertolongan.

d) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Siswa diarahkan agar mampu bersosialisasi dengan sesamanya sehingga siswa mempunyai sifat rasa hormat, dan perbedaan bukanlah kendala.

2. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

b) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar c) Menentukan tempat duduk

d) Merancang bahan/meningkatkan saling ketergantungan positif e) Menentukan peran siswa/menunjang saling ketergantungan positif f) Menjelaskan tugas akademik

g) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerjasama

h) Menyusun akuntabilitas individual i) Menyusun kerjasama kelompok

j) Menjelaskan prilaku siswa yang diharapkan k) Memantau prilaku siswa

l) Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas m) Melakukan intervensi/ mengajarkan ketrampilan bekerjasama n) Menutup pelajaran

o) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa p) Menilai kualitas kerjasama antar anggota kelompok

q) Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Diantara metode pembelajaran secara kooperatif adalah tipe STAD. Tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas Joha Hopkins adalah metode kooperatif yang paling sederhana. Inti dari tipe STAD (Student Teams Achievent Devisions) ini adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang yang heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutoriah kuir, satu sama lain atau melakukan diskusi. Dan setiap minggu atau 2 minggu secara individual diberi kuis dan diberi skor.

Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai criteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

Hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran anatar lain : penyusunan rencana pembelajaran, pembuatan soal, pembuatan kelompok, membuat draft aturan main dalam belajar kooperatif, dan membuat rencana evaluasi pembelajaran.

Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan pelaksanaan diantaranya, penyajian materi oleh guru, kegiatan kelompok, presentasi siswa, tes prestasi belajar, dan yang terakhir pemberian penghargaan. Kemudian penjelasan lebih lanjut dan detail masing-masing rencana kegiatan akan dijabarkan.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam

kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.17

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan” salah satu

pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai tipe yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini

17

Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. h. 32

paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok

untuk memecahkan suatu permasalahan”

Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu: 1) Penyajian kelas.

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.

2) Kegiatan kelompok.

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3) Kuis (Quizzes).

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

4) Skor kemajuan (perkembangan ) individu.

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.

5) Penghargaan kelompok.

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Suyanti karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.18

1). Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

2). Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota

18

Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h: 99-100

kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

3). Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar. 4). Keterampilan bekerja sama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

Menurut Arends, bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut19:

1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

3) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

4) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

19

Richard I Arends. 2007. Learning to Teach. Terjemahan oleh Soetjipto, Helly Prajitno & Soetjipto, Sri Mulyantini. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). H: 50

b. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD

Tabel 01.

Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap

pendahuluan

a. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang

materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.

b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah

direncanakan.

c. Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell

pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Tahap

pengembangan

a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan

secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.

b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai

bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS

bersama kelompoknya.

d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

3 Tahap penerapan

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban,

c. Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu : 1). Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. 20

2). Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran

20 Widowati, Budijastuti, Pembelajaran Kooperstif, Surabaya Universitas Negeri Surabaya.

menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks

Dokumen terkait