MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
)
Oleh
MUHIBAH NIM.1811018300002
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MUHIBAH NIM.1811018300002
Pembimbing :
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
i
kelas IV MI Attaqwa Kaliabang Tengah Bekasi Utara Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Tipe STAD (Student Teams achievement Divisions) Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar pengaruh tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV MI ATTAQWA dan untuk mengetahui alasan mengapa tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajran PKn.
Adapun permasalahan, apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada pelajaran PKn siswa kelas IV MI ATTAQWA meningkatkan hasil belajar secara signifikan, dan mengapa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PKn.
Metode yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK bentuk penelitian yang bertujuan mengatasi persoalan yang dihadapi oleh guru dan berusaha memperbaiki serta meningkatkan mutu hasil pembelajaran di kelas,dengan demikian, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dari siklus I sampai siklus III dapat disimpulkan bahwa STAD meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV MI ATTAQWA secara signifikan. Pembelajaran tipe STAD menjadikan suasana belajar lebih kondusif, siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri, serta dapat menumbuhkan tanggungjawab, sikap membangun kerjasama dengan semua teman sehingga dapat memotivasi semangat belajar siswa.
Siswa juga bebas berpendapat dan tanpa ragu untuk mengungkapkan.Pengaruh pembelajaran tipe STAD terhadap hasil belajar PKn dikelas IV MI AT-TAQWA yaitu dari sebelum menggunakan tipe STAD nilai rata-rata hanya 40,52.
Setelah dilakukan tindakan dengan tipe STAD mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 70,33.Pembelajaran tipe STAD menjadikan suasana belajar lebih kondusif, siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri, serta dapat menumbuhkan tanggungjawab, sikap membangun kerjasama dengan semua teman sehingga dapat memotivasi semangat belajar siswa.
ii
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan salah satu peryaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pendidikan ( S.Pd ) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan baik. Mudah-mudahan ilmu
yang penulis peroleh menjadi ilmu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri
maupun orang lain serta mendapatkan keberkahan dan dapat mengamalkannya.
Amin
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda nabi besar
yaitu Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapat syafa’at di
hari kemudian nanti.
Penulis sadar betul bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi
penulis telah berusaha maksimal untuk mencapai segala kesempurnaan itu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada penulis dapat menyelesaikan
skripsi walaupun banyak sekali hambatan-hambatanya. Tetapi dengan do’a dan
semangat yang ada, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan moril dari berbagai pihak, baik lingkungan keluarga, teman-teman guru,
kepala sekolah MI Attaqwa Kaliabang Tengah, Universitas, Fakultas dan program
studi. Oleh karena itu paling pertama penulis sampaikan dengan sepenuh hati
mengucapkan ribuan terimakasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang
selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil dalam mendidik demi
kemajuan dan keberhasilan anak-anaknya, penulis tidak dapat membalas
kebaikannya dan hanya bisa berdoa semoga kebaikan beliau dibalas oleh dengan
ganjaran pahala yang berlipat ganda.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini, ucapan terima kasih
iii
2. Dr. Fauzan, MA.,Ketua Program StudiPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI), Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.
3. Didin Syafruddin, MA, Ph.D.,Pembimbing Skripsi yang
disela-selakesibukannya masih bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Kepala Madrasah dan dewan Guru Madrasah Ibtidaiyah MI Attaqwa
Kaliabang Tengah yang telah membantu dan memotivasi dalam penulisan
skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Dual Mode System Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga yang mendukung hingga selesainya penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu yang turut
membantu demi selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dan
bermanfaat sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat menjadi
masukan bagi pengelola MI Attaqwa Kaliabang Tengah selain bermanfaat bagi
pembacaumumnya dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis.
Jakarta, Nopember 2014
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
B A B I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. ManfaatPenelitian ... 5
B A B II : KAJIAN TEORI A.Pendidikan Kewarganegaraan... 6
a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 6
b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn. ... 7
c. Karakteristik Pembelajaran PKn ... 9
d. Tujuan Mata Pelajaran PKn ... 10
e. Fungsi PKn ... 11
f. Visi dan Misi Mata Pelajaran PKn ... 12
B.Prestasi Belajar ... 13
a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .... 16
b. Pengukuran Hasil Belajar ... 20
C.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 23
v
c. Keuntungandan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD ... 31
D.Penelitian Yang Relevan ... 32
E. Kerangka Berfikir ... 34
F. Hipotesis Tindakan ... 35
B A B III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 36
C. Subjek Penelitian. ... 39
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 39
E. Tahapan Intervensi Tindakaan ... 40
F. Data dan Sumber Data ... 45
G. Istrumen Pengumpulan Data ... 45
H. TeknikPengumpulan Data ... 45
I. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 47
B A B IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 48
1. Observasi Awal ... 48
2. Pelaksanaan Siklus I ... 49
3. Pelaksanaan Siklus II ... 59
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 67
B A B V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 69
B. Saran – Saran ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai nilai
yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
unggul, handal dan bermoral semenjak dini (usia dini). Hal yang menjadi
hambatan selama ini dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dengan metode yang menarik, menantang dan
menyenangkan. Sering kali penyampaian materi pelajaran PKn dilakukan
dalam bentuk ceramah. Sehingga proses pembelajaran PKn cenderung
membosakan dan kurnag menarik minat para siswa yang pada akhirnya
prestasi belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka
pada pembelajaran PKn setiap jenjang pendidikan, kita harus melakukan
pembatasan sesuai dengan kemampuan siswa pada tingkat masing-masing.
Sebagaimana Kosasih menyatakan bahwa radius ruang lingkup pengajaran
PKn di Madrasah Ibtidaiyah dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang
dapat dijangkau geografi dan sejarah.1 Terutama gejala dan masalah sosial
kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup murid MI tersebut.
Menyimak dari pernyataan di atas bahwa ruang lingkup yang dipelajari PKn
adalah manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu segala gejala
dan masalah serta peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat
dijadikan sumber dan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). PKn adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis
sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran PKn yang tidak
bersumber kepada masyarakat, tidak mungkin akan mencapai sasaran dan
tujuan pelajaran PKn. Oleh karena itu Kosasih selanjutnya mengatakan
1
Kosasih Djahiri, Konsep Nilai Dalam Pendidikan PKn, Bandung : Ikip Bandung, 1989, h. 125.
bahwa: “Pengajaran PKn yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan”.
Dalam pelaksanaan pendidikan, guru merupakan komponen yang
sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat
tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya
peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari pembenahan kemampuan guru.
Salah satu kemampuan yang harus dimilki guru adalah bagaimana merancang
suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang
akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh satu
strategi tertentu saja.2
Dengan demikian apabila guru telah melaksakan profesinya sebagai
guru secara profesional serta banyak menguasai strategi pembelajaran, maka
tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai secara optimal.
Begitu besarnya peran dan tanggung jawab seorang guru, maka
selayaknyalah profesi seorang guru dilakukan secara profesional. Pada
dasarnya, guru yang profesional adalah yang dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara profesional. Hal ini dikarenakan guru tidak hanya
bertugas untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya. Tetapi guru
juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan
penilai (evaluator).3
Selain itu, didalam UU No 14 Tahun 2005 di dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.4
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. 1 h. 4
3
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), h.14
4
Dalam upaya peningkatan pendidikan, maka standar proses Pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan serta standar-standar lainnya, tanpa didukung oleh standar proses yang baik dan memadai, maka standar tersebut tidak memilki nilai apa-apa. Oleh karena itu, standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Salah satu tantangan mendasar dalam pengajaran PKn saat ini adalah bagaimana mecari strategi pembelajaran yang inovatif yang memungkinkan meningkatnya mutu proses pembelajaran. Perkembangan dan kemajuan IPTEK membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar di dalam kelas akan tetapi peserta didik dapat belajar di luar kelas. Dengan belajar di luar kelas peserta didik akan lebih leluasa menemukan ide-ide yang diperoleh dari informasi berbagai sumber, melatih siswa utuk memecahkan suatu masalah yang ada di masyarakat. Maka dengan demikian siswa bisa secara kritis dan kreatif serta dapat melakukan aktivitas dalam belajar.
Dalam rangka meningkatkan kaualitas pendidikan diperlukan strategis pembelajarn yang diharapkan mampu memperbaiki proses pembelajaran yang telah berlangsung. salah satu tolok ukur keberhasilan guru dalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Prestasi belajar mata pelajaran PKn di kelas IV MI Attaqwa Kaliabang Tengah Bekasi Utara Kota Bekasi menunjukkan nilai yang kurang memuaskan. jika dilihat dari hasil ulangan harian, sebagain besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65. dari 27 siswa, hanya 65.92 % (17 siswa) yang sudah memenuhi KKM, sedangkan 35,08 % (10 siswa belum memenuhi KKM).
Berdasarkan pernyataan di atas, dianggap perlu memperkenalkan, memahami, mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran dengan Pemanfaatan Model Kooperatif Tipe STAD PKn MI dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar PKn Siswa
B. Identifikasi Masalah
1. Pengajaran yang dilakukan selama dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sebagian besar masih dominan dengan
menggunakan metode ceramah.
2. Pemberian materi yang pengajaran yang tidak runtut yang disebabkan guru
kurang menguasai materi yang diajarkan, dan selama dalam proses
pembelajaran media yang digunakan hanya papan tulis.
3. Guru hanya menggunakan Model Pembelajaran yang bersifat berfokus
pada penguasaan materi tanpa menghiraukan kontribusi yang didapat oleh
siswa setelah KBM selesai pada mata pelajaran PKn.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas permasalahan dapat di rumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) pada pelajaran PKn siswa kelas IV MI
Attaqwa dapat meningkatkan hasil belajar secara signifikan?
2. Mengapa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran
PKn?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendalami ada tidaknya pengaruh penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams achievement Divisions) dalam
meningkatkan hasil belajar PKn.
2. Menganalisis faktor - faktor yang meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PKn di kelas IV MI Attaqwa dengan penerapan model
Pembelajaran Kooperatif.
E. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Peneliti
a) Sebagai syarat menyelesaikan studi pada Program S.1 Non PGMI.
b) Mendapat temuan atau gambaran tentang pemanfaatan Model
Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran PKn.
2. Bagi guru
a) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dapat dijadikan sebagai salah satu model yang
dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
b) Memberikan masukan bagi guru bahwa Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat
membantu meningkatkan hasil belajar PKn.
3. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn.
b) Dapat menciptakan daya nalar siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam
Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran
Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk
menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai
wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter
yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan
dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD 1945.5
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu,
masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam
penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2)
yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama,
perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
5
Depdiknas.. Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran. Buku IV. (Jakarta: Dikmenum Depdiknas, 2007). H. 7
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung
kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan di atas melalui
musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan
sebagai usaha untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara
maupun antar warga negara dengan negara. Serta pendidikan bela negara
agar menjadi warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral
serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran
bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal
sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan
pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan
serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu
keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan
memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian
tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru
mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang agar
siswa tidak merasa kebosanan dalam mengikuti pembelajaran portofolio.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Guru. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai
berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi,
berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya.
Membicarakan masalah guru yang baik, mengemukakan sepuluh kriteria
yang baik adalah: 1) memahami dan menghormati siswa, 2) menguasai
bahan pelajaran yang diberikan, 3) menyesuaikan metode pengajaran
dengan bahan pelajaran, 4) menyesuaikan bahan pengajaran dengan
kesanggupan individu, 5) mengaktifkan siswa dalam belajar, 6)
memberikan pengetahuan sehingga terhindar dari sikap verbalisme, 7)
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa, 8) mempunyai tujuan
tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya, 9) tidak terikat
oleh teks book, dan 10) tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan
pengetahuan saja kepada siswa melainkan senantiasa membentuk pribadi
anak.
2)Siswa. Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu
mendapat perhatian, lebih-lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn
bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran yang kurang disenangi
karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini. Karena itu dalam
interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan
faktor-faktor yang menyangkut siswa
3)Sarana dan Prasarana. Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik
jika sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap
seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.
4)Strategi Pembelajaran. Strategi pembelajaran PKn adalah strategi
pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor
yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses
pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara
optimal seluruh sencesiswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan
nalar. Dalam pembelajaran siswa aktif, metode-metode yang dianjurkan
antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi, eksperimen, pemberian
disesuaikan dengan mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana
yang tersedia.
c. Karakteristik Pembelajaran PKn
Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah
dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran
dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan
pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa
dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan
karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri. Dalam standar isi 2006
dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn dalam kurikulum
perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah
pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kuliah
PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga
negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (S-K
Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).
Dalam hal tujuan, PKn persekolahan memiliki tujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi
b) Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban
misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis
dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik
demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis,
partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.
Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran
dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya
dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan
antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan
(discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir
kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini
merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.
d. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
a) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
c) Berkembang secara positif, dinamis, dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan
Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik,
hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan Kewarganegaraan (civics skill)
meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain
percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral
luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan
berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan
perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran Kewarganegaraan
merupakan bidang kajian Interdisipliner artinya materi keilmuan
Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu
politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral, dan
filsafat.6
e. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai fungsi yang sempurna
terhadap perkembangan anak didik. Hal ini diungkapkan dalam Buku
Panduan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan kuikulum 1994 adalah
sebagai berikut.
a) Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis
dan terbuka, yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu
menjawab tantangan yang terjadi didalam masayarakat, tanpa
kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang merdeka bersatu dan
berdaulat.
b) Mengembangkan dan membina siswa menuju terwujudnya manusia
seutuhnya yang sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, berlandaskan Pancasila.
6
c) Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara
sesama warga negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar
mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
f. Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain
mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran
Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi sikap
dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu
memahami dan menguasai pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan
prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics. Setelah menguasai
pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap
dan karakter sebagai warga negara yang baik serta memiliki keterampilan
Kewarganegaraan dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, keterampilan menentukan posisi diri,
serta kecakapan hidup (life skills).
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi aspek-aspek antara lain adalah sebagai berikut:
a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan
b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
c) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
e) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f) Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
h) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
B. Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”. Prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang sudah dikerjakan”.7
Sedangkan dalam
sumber yang lain diterjemahkan sebagai berikut, “hasil yang tinggi yang telah dicapai seseorang”.
7
Pengertian prestasi dalam Kamus Bahasa Indonesia Populer, yaitu hasil
yang telah dicapai.8 Dapat dikatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai oleh perbuatan yang telah dilakukan dua definisi di atas dapatlah
diambil suatu pengertian tentang kata prestasi yaitu hasil dari suatu usaha.
Dalam dunia pendidikan hasil tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
simbol-simbol baik angka maupun huruf untuk mengetahui tinggi rendahnya
kualitas belajar siswa.
Untuk mendapatkan pengertian belajar perlu beberapa definisi. Menurut
Slamet, Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dengan hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9
Sedangkan definisi menurut Lester D. Crow dan Alice Crow
menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan individu dalam pengetahuan,
kebiasaan dan sikap.
Nana Sujana mengemukakan pendapatnya tentang belajar, menurutnya
belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan dimana
perubahan tersebut diajukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan dan kemampuan
daya kreasi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.10
Menrurut Morgan, dalam buku Introduction to Psychology, mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
Sedangkan menurut Gagne, dalam buku The Conditiones of Learning
mengatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu-kewaktu sebelum ia mengalami situasi tadi.
8
Muhammad Ali, Kamus Bahasa IndonesiaModern ( Jakarta: Pustaka Insan), h. 323
9
Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h. 56
10
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu :
a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri bayi.
c) Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relative mantap,
harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang.
Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti,
tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang
mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun
bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan-perubahan
tingkah laku yang diebabkan oleh motivasi, kelelahan adaptasi, ketajaman
perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya berlangsung sementara.
d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan di
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.11
e) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui
usaha-usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat
kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.
f) Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan disekolah atau diluar
sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada
perubahan perilaku yang baik atau positif, sedangkan belajar diluar
11
sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan
perubahan-perubahan perilaku yang positif atau negatif.
Banyak sekali bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri
manusia yang bergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban manusia
juga terpelang pada apa dan bagaimana ia belajar. E.I Thondike meramalkan, “Jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengah saja maka peradaban itu sendiri akan lenyap ditekan zaman”.12
Menurut Poerwadarminta, “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal)”.13
Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia
karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kekuasaan
kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut
ilmu di sekolah.
Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai
akibat dari pengalaman dan proses balajar siswa yang bersangkutan. Prestasi
belajar dapat dinilai dengan cara berikut :
a. Penilaian Formatif. Penilaian formatif adalah penilaian tentang prestasi
siswa yang dilakukan guru berdasarkan rencana pelajaran yang telah
dianjurkan dan yang telah dikerjakan siswa yang bersangkutan.
b. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang digunakan
guru secara berkala untuk mengetahui tingkat prestasi siswa.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar
mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. VII, h. 95
13
demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil pengalamannya dilingkungannya.
Secara global, faktor - faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi 3 macam :
1). Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan
rohani siswa, meliputi dua aspek, yakni :
a) Aspek Jasmani. Kondisi umum jasmani dan tonus (tenaga otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sandinya dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi seorang maka semakin tinggi kamampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
b) Sikap Siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif. Sikap merupakan faktor psikologis yang
akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang menunjang
belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau
pelajaran yang akan dipelajari; terhadap guru yang mengajar dan
terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti kondisi kelas,
teman -temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.
c) Bakat Siswa. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat
mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa biasa disebut juga
selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang
elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi,
pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang
tersebut dibanding dengan siswa yang lainnya. Inilah yang kemudian
disebut bakat khusus yang konon tak dapat dipelajari karena
merupakan karunia inborn (bawaan sejak lahir).
d) Minat Siswa. Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu minat dapat
mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang - bidang studi
tertentu.
2). Faktor eksternal siswa adalah faktor dari luar diri siswa yang terdiri dari
faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu : faktor lingkungan alam atau non social dan faktor lingkungan
sosial.
a). Faktor Lingkungan non sosial. Yang termasuk factor lingkungan non
sosial atau alami ini ialah seperti keadaan, suhu, kelembaban udara,
waktu gedung sekolah dan sebagainya. Factor-faktor ini dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
b). Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya
Selain prestasi belajar terdapat kata hasil belajar, menurut Soejadi,
hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.14 Prestasi belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor
14
lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
(proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan
jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan
(knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang
nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman
(comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya
sendiri. (3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk
menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip,
rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan
kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. (5)
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian
atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan
terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling
tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai
atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.
Pada pendidikan formal, semua bidang studi dan bidang pendidikan
harus memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap anak untuk meningatkan
kemampuan mentalnya kearah kematangan dan kedewasaan dalam arti seluas-
luasnya. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dan pengajaran harus
dasar dan kemampuan mental anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran
tercapai secara maksimal.15
Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan
kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar
pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan
pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat
berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Pengukuran Hasil Belajar
Penilaian atau asesmen adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja seseorang. Hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi. Informasi tersebut diperoleh dari hasil
pengolahan data pengukuran dan non pengukuran. Informasi disajikan dalam
bentuk profil siswa untuk menetapkan apakah siswa dinyatakan sudah atau
belum menguasai kompetensi yang ditargetkan.
Pengukuran dan non pengukuran adalah proses untuk memperoleh
deskripsi tentang karakteristik seseorang dengan aturan tertentu. Hasil
pengukuran berupa data numerik atau kuantitatif, sedangkan hasil non
pengukuran berupa data kualitatif. Contoh pengukuran adalah memberikan
ulangan atau tugas, sedangkan contoh non pengukuran adalah pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Usaha meningkatkan
kinerja harus berdasarkan pada kondisi saat ini yang diperoleh melalui
kegiatan penilaian. Data untuk keperluan penilaian diperoleh dengan
menggunakan alat ukur. Alat ukur yang banyak digunakan dalam melakukan
penilaian bermacam - macam, salah satu di antaranya tes. Agar diperoleh
informasi yang akurat, tes yang digunakan harus memiliki bukti – bukti
15
tentang kesahihan dan keandalan. Oleh karena itu, untuk memperoleh data
pengukuran yang tepat harus menggunakan alat ukur yang sahih dan andal.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes
dan/atau nontes. Tes adalah alat ukur, berupa satu set pertanyaan, untuk
mengukur sampel tingkah laku, dan jawaban yang diberikan dapat
dikategorikan menjadi benar dan salah. Nontes juga merupakan alat ukur
untuk mengukur sampel tingkah laku, tetapi jawaban yang diberikan tidak
dapat dikategorikan benar dan salah, misalnya kategori positif dan negatif,
setuju dan tidak setuju, atau suka dan tidak suka. Setidaknya terdapat tujuh
standar bagi guru agar dapat melakukan penilaian dengan benar untuk
mengambil keputusan pembelajaran, yakni guru harus terampil dalam: (1)
memilih metode penilaian, (2) mengembangkan metode penilaian, (3)
mengadministrasikan, mencetak, dan menafsirkan hasil penilaian, (4)
menggunakan hasil penilaian ketika membuat keputusan pada masing -
masing siswa, perencanaan pengajaran, pengembangan kurikulum, dan
perbaikan sekolah, (5) mengembangkan prosedur penilaian siswa yang tepat,
(6) mengkomunikasikan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, pendidik
lainnya, serta masyarakat, dan (7) mengenali metode penilaian yang
melanggar etika, ilegal, dan tidak layak yang akan digunakan sebagai
informasi penilaian. Permasalahannya adalah kompetensi guru SMK di
Malang Raya dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa termasuk
berkategori rendah.
Di sisi lain, penilaian pada dasarnya digunakan untuk mengukur
kompetensi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, instrumen
yang menyertai seharusnya dapat mengukur kompetensi tersebut.
a) Definisi konstruk tentang kompetensi;
b) Mengembangkan kisi - kisi instrumen yang berisi kompetensi,
subkompetensi, indikator, strategi asesmen;
c) Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu
d) Para pakar dan praktisi melakukan reviu yang terkait dengan validitas isi
kisi - kisi;
e) Menyusun kisi - kisi baru berdasarkan masukan para pakar dan praktisi;
Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi - kisi yang telah disusun baik
yang objektif maupun uraian termasuk menyusun pedoman penyekoran;
f) Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu
butir soal dan pedoman penskoran;
g) Para pakar dan praktisi melakukan reviu butir soal dan pedoman
penskoran;
h) Memperbaiki butir soal dan pedoman penskoran berdasarkan masukan
para pakar dan praktisi; Dan
i) Melakukan uji coba.
Untuk mengukur kompetensi itu, prosedur penilaian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan jenis penilaian: tes dan/atau non tes untuk tiap - tiap
kompetensi;
2) Menyusun secara empiris sehingga dapat dianalisis kualitas butir soal yang
ditunjukkan oleh validitas butir, reliabilitas instrumen yang ditujukan oleh
koefisien reliabilitas, dan kualitas opsi (pilihan) yang ditunjukkan oleh
proporsi responden (endorsing) setiap pilihan; dan
3) melakukan revisi soal dan pedoman penskoran, baik yang berkaitan
dengan konstruksi materi, bahasa, maupun pilihan jawaban yang tidak
tidak ada pemilihannya diganti dengan jawaban lain yang setara.
4) Pengukuran hasil belajar PKn di MI ATTAQWA dengan menggunakan
C.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dewasa ini model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang popular, beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak
hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep pelajaran.16
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar yang
menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen baik
tingkat kemampuan latar belakang social ekonomi maupun suku yang berbeda
dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan dalam hal ini setiap
anggota kelompok akan bekerja sama dalam menyelesaikan setiap masalah
yang diberikan guru dan kerjasama belum berakhir jika salah satu anggota
kelompok belum menguasai bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.
Pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini
dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi,
ilmu social, sains, matematika, bahasa inggris sebagai bahasa kedua, membaca
dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota,
pinggiran dan pedesaan di Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari
laporan tersebut, 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok control. Delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan,
dan tidak satupun studi menunjukkan bahwa memberikan pengaruh negative.
Dari laporan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada tataran
kenyataan pembelajaran kooperatif sangat baik sekali meningkatkan prestasi
anak didik, sebab anak didik akan lebih kompetitif, dan salah satu alasan
pembelajaran kooperatif adalah bahwa manusia mempunyai perbedaan yang
merupakan suatu kekuatanuntuk saling melengkapi.
1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
a) Saling ketergantungan negative, hal ini dimaksud antar siswa saling
membutuhkan sehingga menuntut adanya interaksi promotif yang
16
mungkin siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal.
b) Interaksi tatap muka, siswa melakukan dialog bukan hanya dengan guru
melainkan dengan sesama siswa. Siswa bisa menjadi sumber belajar
bagi temannya yang lain sehingga hasil belajar lebih variatif.
c) Akuntabilitas individual. Penilaian bertujuan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual sehingga
diketahui anggota mana yang membutuhkan pertolongan.
d) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Siswa diarahkan agar
mampu bersosialisasi dengan sesamanya sehingga siswa mempunyai
sifat rasa hormat, dan perbedaan bukanlah kendala.
2. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar
c) Menentukan tempat duduk
d) Merancang bahan/meningkatkan saling ketergantungan positif
e) Menentukan peran siswa/menunjang saling ketergantungan positif
f) Menjelaskan tugas akademik
g) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan
bekerjasama
h) Menyusun akuntabilitas individual
i) Menyusun kerjasama kelompok
j) Menjelaskan prilaku siswa yang diharapkan
k) Memantau prilaku siswa
l) Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas
m) Melakukan intervensi/ mengajarkan ketrampilan bekerjasama
n) Menutup pelajaran
o) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa
p) Menilai kualitas kerjasama antar anggota kelompok
q) Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Diantara metode pembelajaran secara kooperatif adalah tipe STAD. Tipe
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari
Universitas Joha Hopkins adalah metode kooperatif yang paling sederhana. Inti
dari tipe STAD (Student Teams Achievent Devisions) ini adalah guru
menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam
kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang yang heterogen untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutoriah
kuir, satu sama lain atau melakukan diskusi. Dan setiap minggu atau 2 minggu
secara individual diberi kuis dan diberi skor.
Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang
lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,
diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis
itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai criteria tertentu dicantumkan
dalam lembar itu.
Hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran anatar lain : penyusunan
rencana pembelajaran, pembuatan soal, pembuatan kelompok, membuat draft
aturan main dalam belajar kooperatif, dan membuat rencana evaluasi
pembelajaran.
Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan pelaksanaan diantaranya,
penyajian materi oleh guru, kegiatan kelompok, presentasi siswa, tes prestasi
belajar, dan yang terakhir pemberian penghargaan. Kemudian penjelasan lebih
lanjut dan detail masing-masing rencana kegiatan akan dijabarkan.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan
kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang
efektif.17
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok,
kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga
terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif
yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran
kooperatif.
Dalam pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)
Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.
Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat
kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe
STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan” salah satu
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa
yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai tipe yang paling
sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini
17
paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di
John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk
belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan
kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan”
Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok
beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri
dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk
menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada
kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif
yang sangat sederhana.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu:
1) Penyajian kelas.
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas.
Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan
latihan terbimbing.
2) Kegiatan kelompok.
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling
membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran
dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3) Kuis (Quizzes).
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes
digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan
sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
4) Skor kemajuan (perkembangan ) individu.
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa,
tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui
5) Penghargaan kelompok.
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan
kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan
skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata
kelompok.
a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Suyanti karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
sebagai berikut.18
1). Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok)
harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan
tim.
2). Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi
pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati
bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok.
Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota
18
kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes
maupun non tes.
3). Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu
ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota
kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab
masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu,
misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
4). Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja
sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan
sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.
Menurut Arends, bahwa pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut19:
1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan
tinggi.
3) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan
gender.
4) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
19
b. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD
Tabel 01.
Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD
No Tahap Tingkah Laku Guru
1. Tahap
pendahuluan
a. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang
materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran
dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.
b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah
direncanakan.
c. Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell
pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa
mengenal dan memahamimya.
d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
2. Tahap
pengembangan
a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan
secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau
manipulatif lain.
b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai
bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS
bersama kelompoknya.
d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3 Tahap
penerapan
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan
waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara
individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka
saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban,
c.Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu :
1). Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain. 20
2). Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan
oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis
tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe
STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
mengunakan presentasi Verbal atau teks
D.Penelitian Yang Relevan
1. Rahadat, Antonius 2009, S1 Program Studi S1 PGSD Universitas Negeri Malang (UM) “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn topik sistem pemerintahan desa dan kecamatan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Arjosari I
Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan oleh Antonius Rahadat” Mata
pelajaran PKn bertujuan untuk menjadikan siswa agar mampu berpikir
secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup
maupun isu kewarganegaraan di negaranya. Namun dalam pembelajaran
PKn di kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan
masih berpusat pada guru, sehingga aktivitas siswa tidak terlihat dan hasil
belajar masih kurang dari standar kelulusan minimal. Deng