BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
1. Belajar
Menurut Reber (Sugihartono, 2007: 74), belajar dapat didefinisikan dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar sebagai kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Selanjutnya, menurut Fontana (Suherman, et al., 2003: 7-8), belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Jadi, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif tetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Moore (2009: 6) menyatakan bahwa salah satu teori belajar yang mendasari matematika adalah konstruktivisme. Konstruktivisme pada dasarnya adalah teori tentang bagaimana orang belajar. Van de Walle (2007: 2) berpendapat bahwa konstruktivisme menolak gagasan bahwa anak-anak merupakan papan tulis kosong. Mereka tidak hanya menyerap ide-ide yang dipresentasikan oleh gurunya melainkan mereka menciptakan dan membangun pengetahuannya sendiri.
Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang memandang bahwa pengetahuan individu berasal dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem kognisi individu (Suranto, 2008: 1). Sedangkan, Moore
13
(2009: 5) mengungkapkan “the constructivist theory views learners a active
participants in their own learning”. Hal tersebut berarti bahwa teori konstruktivis
memandang peserta didik sebagai peserta aktif dalam pembelajarannya sendiri. Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses mengkontruksi dan menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman dan interaksi aktif dalam lingkungan, sehingga dapat memperoleh berbagai kompetensi, keterampilan, sikap, dan pengetahuan baru..
2. Pembelajaran
Menurut Sudjana sebagaimana dikutip Sugihartono (2007: 80-81), pembelajaran adalah setiap upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar. Nasution mendefinisikan pembelajaran sebagai aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa sehingga terjadi proses belajar (Sugihartono, 2007: 80). Menurut Trianto (2010: 17), pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jadi dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar dengan cara mengorganisasi lingkungan dan menghubungkannya dengan siswa. Guru berperan
14
penting sebagai fasilitator dan dituntut untuk kreatif dalam mengorganisasikan suasana belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang keilmuan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Kennedy, Tipps & Johnson (2008: 55) menyatakan bahwa “mathematical meaning is constructed by the learner rather
than imparted by the teacher”. Menurut Marsigit (2013, 3-4) matematika
dibedakan menjadi dua yaitu matematika formal dan matematika sekolah. Matematika formal adalah matematika yang dipelajari dan dikembangkan oleh para matematikawan murni di perguruan tinggi. Matematika sekolah adalah matematika yang dipelajari di pendidikan dasar dan menengah. Menurut Johnson & Rising (Suherman dkk, 2003: 16) menyebutkan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan dan pembuktian yang logis.
Matematika juga dapat disebut sebagai bahasa yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat yang direpresentasikan dengan bahasa simbol mengenai ide-ide. Menurut Hollands (1995: 81), matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Suriasumantri (2005 : 89) matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat digaris bawahi bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pola berpikir logis
15
mengenai ide-ide berupa simbol yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.
4. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran di sekolah berfungsi untuk membelajarkan suatu konsep yang terkandung dalam mata pelajaran, salah satunya matematika. Sesuai dengan teori belajar Gestalt (Fathani, 2012: 9), dalam pembelajaran matematika perlu ada penekanan atau pemahaman mengenai gambaran belajar matematika secara keseluruhan, baru kemudian dilanjutkan dengan mempelajari matematika secara lebih terperinci. Menurut Walle, Karp, & Wlliams (2014: 14) suasana kelas yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah:
a. Ketekunan, usaha, dan konsentrasi sangat dibutuhkan dalam belajar matematika.
b. Siswa menyampaikan pendapatnya. Pendapat dari setiap siswa sangatlah penting dan mendengarkan perbedaan pendapat akan membantu siswa untuk menentukan strategi yang lebih baik.
c. Siswa saling mendengarkan.
d. Kesalahan atau strategi yang tidak berjalan merupakan kesempatan untuk belajar. Proses penyelesaian permasalahan dalam matematika meliputi pengamatan dan refleksi, jadi menemukan kesalahan merupakan hal yang
16
biasa. Siswa akan mencoba untuk mencari strategi lain agar permasalahan dapat terselesaikan dengan tepat.
e. Siswa mencari dan mendiskusikan hubungan. Siswa harus mencari hubungan antara strategi yang satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan permasalahan dan hubungan konsep matematika dengan kehidupan nyata. Ketika siswa melakukan hal tersebut siswa akan melihat bahwa matematika itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses atau aktivitas yang dilakukan untuk melatih kemampuan siswa dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk membangun kemampuan siswa dalam belajar matematika. Oleh karena itu, guru matematika harus mampu membuat suasana yang nyaman saat pembelajaran berlangsung. Adanya suasana yang baik maka akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengerjakan masalah matematika. Dalam hal ini, pembelajaran matematika yang dilakukan seperti mengulang dan menambah materi yang telah dipelajari oleh siswa.