• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika SMP

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika SMP

Belajar merupakan bagian penting dari kehidupan individu. Melalui proses belajar ilmu pengetahuan seseorang dapat berkembang. Watkins, Carnell, dan Lodge (2007: 73) menyatakan bahwa belajar merupakan proses konstruktif yang terjadi ketika seorang siswa aktif terlibat dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pendapat ini sejalan dengan Lambert dan McCombs (1998: 10) yang menyatakan, “Learning is constructive process that occurs best when learner is actively engaged in creating her or his own knowledge and understanding by connecting what is being learned with prior knowledge and experience.”

Sejalan dengan pendapat tersebut, Joyce, Weil, dan Calhoun (2004:13) menyatakan bahwa “learning is the construction of knowledge. In the process of learning, the mind stores information, organizes it, and revises previous conceptions. Learning is not just a process of taking in new information, ideas and skill, but the new material is reconstructed by the mind”. Pernyataan ini mempertegas bahwa belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan baru, bukan hanya sekedar proses menerima informasi baru. Dengan demikian belajar dapat dimaknai sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan yang

16

dilakukan siswa dengan mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Dalam upaya untuk dapat memaksimalkan konstruksi pengetahuan siswa, maka perlu difasilitasi melalui proses pembelajaran yang mendukung. Untuk itu pembelajaran harus direncanakan dengan baik agar dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yanng telah ditetapkan. Nitko dan Brookhart (2011: 18) menyatakan bahwa “instruction is the process you use to provide students with the conditions that help them achieve the learning targets”. Pendapat ini menunjukkan bahwa pembelajaran merupakan proses memberikan/menyediakan siswa kondisi-kondisi yang membantu mereka untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut setidaknya mencakup tiga dimensi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hosnan (2014: 18) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi belajar mengajar antara guru, siswa, dan komponen lainnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi metode, pendekatan, maupun media yang digunakan.

Proses yang dilibatkan dalam membelajarkan siswa menurut Komalasari (2013: 3) meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara sistematis.

17

Proses ini bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nitko dan Brookhart (2011: 18) mengemukakan bahwa “instruction may be thought of as involving three fundamental but interrelated activities: (1) deciding what students are to learn; (2) carrying out the actual instruction; (3) evaluating the learning”. Pendapat ini menegaskan bahwa pembelajaran melibatkan tiga hal mendasar yang saling terkait satu dengan lainnya, meliputi (1) merencanakan atau menentukan apa yang akan siswa pelajari, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) mengevaluasi pembelajaran.

Berdasar urian di atas, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses interaksi siswa, guru, dan lingkungan belajar melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah adalah matematika. Matematika yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan matematika sekolah. Romberg dan Fennema (2009: 5) menyatakan bahwa:

“School mathematics should be viewed as a human activity that reflects the work of mathematicians – finding out why given techniques work, inventing new techniques, justifying assertions, and so forth. It should also reflect how users of mathematics investigate a problem situation, decide on variables, decide on ways to quality and relate the variables, carry out calculations, make predictions, and verify the utility of the predictions”.

Makna dari pernyataan tersebut adalah matematika di sekolah adalah aktivitas manusia yang merefleksikan hasil karya matematikawan, yakni

18

mencari tahu mengapa dan bagaimana suatu teknik tertentu dapat bekerja, menemukan teknik baru, membenarkan pernyataan, dan lain sebagainya. Pembelajaran matematika harus mencerminkan bagaimana pengguna matematika menyelidiki permasalahan, menentukan variabel, menentukan metode yang digunakan, dan menghubungkan variabel-variabel, melakukan perhitungan, membuat prediksi, dan menjawab prediksi.

Chambers (2008: 9) menyatakan bahwa “Mathematics is the study of patterns abstracted from the world around us-so anything we learn in the maths has literally thousands of applications, in arts, sciences, finance, health and leisure”. Pendapat ini menegaskan bahwa matematika merupakan studi tentang pola yang diabstraksikan dari kehidupan kita. Lebih rinci Marsigit (2009: 9-12) menyatakan bahwa matematika sekolah didefinisikan sebagai (1) kegiatan penelusuran pola dan hubungan; (2) kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan; (3) kegiatan penyelesaian masalah; dan (4) alat untuk berkomunikasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah dapat dimaknai sebagai aktifitas mencari pola dan hubungan, aktifitas dalam berpikir kreatif dan inovatif, aktifitas penemuan dan penyelesaian masalah, serta sebagai alat komunikasi.

Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah diantaranya agar peserta didik mempunyai pemahaman konsep matematika dan mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang baik. Untuk dapat mencapai

19

tujuan pembelajaran matematika tersebut, de Walle (2007: 3) mengemukakan beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika oleh guru, yaitu a) memahami secara mendalam matematika yang diajarkan; b) memahami bagaimana siswa belajar matematika, termasuk di dalamnya mengetahui perkembangan matematika siswa secara individual; dan c) memilih tugas-tugas dan strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika di SMP adalah proses interaksi antara siswa, guru dan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya yang berkaitan dengan kegiatan pencarian pola hubungan, berpikir dan bertanya, serta penemuan dan penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dokumen terkait