• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Secara harfiah, sains atau science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin yaitu kata scientia yang artinya pengetahuan. Secara konseptual, Amien (1987) dalam Ali Nugraha (2008: 3) mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah. Sedangkan Conant dalam Usman Samatowa (2011: 1) mendefinisikan

sains sebagai deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieskperimenkan lebih lanjut. Sains adalah ilmu yang dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercaya, melalui eksperimen secara terori (Elly, 2008: 162).

Sains terdiri dari pengetahuan dengan cakupan keterampilan dan sikap yang mendukung memperluas pengetahuan itu sendiri (Pat & Linda, 2010: 11). Sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap (Ali Nugraha, 2008: 5). Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda yak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut (Slamet Suyanto, 2005: 83).

Dari beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa sains merupakan bidang ilmu yang mempelajari berbagai fenomena alam yang ada di lingkungan melalui serangkaian proses sehingga menghasilkan kesimpulan baru yang dapat dimanfaatkan bersama.

2. Tujuan Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini

Tujuan mendasar dari pendidikan sains sejalan dengan kurikulum yang ada di sekolah yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya (Ali Nugraha, 2008: 24). Sedangkan menurut Abruscato

(1982) dalam Ali Nugraha (2008: 24) tujuan pendidikan sains adalah untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor anak.

Menurut Leeper (1994) dalam Ali Nugraha (2008: 25) pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk empat hal, yaitu:

1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2) Pengembangan belajar sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah.

3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.

4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Menurut Slamet Suyanto (2005: 159) pengenalan sains untuk anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anatara lain:

1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam.

2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan.

4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah membantu anak untuk mengembangkan pengetahuan anak tentang alam sekitar dan mengembangkan keterampilan proses sains serta membiasakan anak untuk bersikap ilmiah dalam menghadapi masalah. 3. Ruang Lingkup Sains pada Anak Usia Dini

Ruang lingkup pembelajaran sains secara umum meliputi dua dimensi besar yaitu ditinjau dari isi bahan kajian dan dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai (Ali Nugraha, 2008: 93). Ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 1982). Sedangkan ruang lingkup pembelajaran sains ditinjau dari bidang kemampuan yang harus dicapai, terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap sains (jiwa ilmuwan) (Ali Nugraha, 20008: 93). Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan pada mengenai pembelajaran tentang diri sendiri, alam sekitar, dan gejala alam. Sedangkan menurut Kurikulum 2013, pembelajaran sains pada anak ditekankan pada pembelajaran dengan kegiatan eksploratif dan menyelidik (Permendikbud No.137 Tahun 2014 Lampiran 1 tentang Standar Isi PAUD).

4. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Dalam pembelajaran sains pada anak usia dini diperlukan pemenuhan aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains meliputi tujuan, dukungan material yang dibutuhkan (alat, bahan, media), penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi (Ali Nugraha, 2008: 109).

Anak memulai pembelajaran sains melalui kegiatan eksplorasi yang melibatkan proses-proses sains meliputi kegiatan menyelidiki, mengamati, mengklasifikasikan, mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis (Johnston, 2005). Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Carol (2012: 3-11) bahwa anak-anak mulai melakukan kegiatan menyelidiki, mengamati, membandingkan, membayangkan, menemukan, merancang eksperimen dan membuat teori ketika mereka mengeksplorasi materi sains yang berasal dari alam sekitar mereka seperti air, pasir dan lumpur.

Dalam pembelajaran sains, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan agar pembelajaran sains berjalan efektif yaitu:

Pengembangan sudut (area) belajar yang fokusnya adalah materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak.

1. Pembuatan bulletin board di sekolah.

2. Menggunakan metode berbasis diskoveri dan eksplorasi objek dan keadaan. 3. Permainan sains terkait materi pembelajaran

5. Air dan Anak Usia Dini

Air merupakan kebutuhan pokok untuk hidup dan mahluk hidup bergantung pada kemampuan untuk mengakses persediaan air (Pat & Linda, 2010: 115). Bagi anak air adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, mempesona dan beraneka ragam (Caroll, 2012: 3). Pusat Literasi Sains (mempelajari tentang objek dan materi benda mati) (2014) menyatakan bahwa air adalah material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifat-sifat air (Karen, 2005: 4). Terdapat banyak sifat air yang membuat anak tertarik untuk mengeksplorasinya (Pat & Linda, 2010: 115). Sifat-sifat air secara sederhana yang dapat dikenalkan kepada anak meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat.

Air dan beberapa alat sederhana dapat menjadi perantara dalam pengalaman sensori dan belajar yang besar manfaatnya (Carol, 2012: 3). Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dilaksanakan pembelajaran sains tentang konsep air, salah satunya adalah menyiapkan media yang dapat memberikan pengalaman langsung sehingga pengetahuan konseptual anak dapat meningkat (Hoisington, et al., 2014: 73).

Dokumen terkait