• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN “WATUBE” UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR

PADA ANAK TK KELOMPOK B

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Alfiana Falan Syarri Auliya NIM 13111241059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN “WATUBE” UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR

PADA ANAK TK KELOMPOK B

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Alfiana Falan Syarri Auliya NIM 13111241059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Anger is like flowing water, there’s nothing wrong with it as long as you let it flow. Allow yourself to feel anger, allows your water to flow along with all the

paper boats of forgiveness. Be human.” (C. JoyBell C.)

“Human nature is like water. It takes the shape of its container.” (Wallace Stevens)

“Mengikuti arus tapi tidak terbawa arus.” (Woro Sri Hastuti)

“Until justice rolls down like water and righteousness like a mighty stream.” (Martin Luther King Jr.)

(7)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karya ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya.

2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Seluruh Pendidik dan Calon Pendidik dimana saja.

(8)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN “WATUBE” UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR

PADA ANAK TK KELOMPOK B

Oleh

Alfiana Falan Syarri Auliya NIM 13111241059

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran Watube yang layak dan mengetahui kelayakan media pembelajaran Watube serta untuk mengetahui keeefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Pengembangan ini dilatarbelakangi karena media yang sudah digunakan untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B dirasa kurang menarik dan kurang efisien.

Penelitian ini adalah penelitian & pengembangan (research & development) dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Borg & Gall yang telah diadaptasi dengan mengambil bagian yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 37 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, angket, dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, angket dan pedoman wawancara. Angket digunakan untuk memperoleh data kelayakan media oleh ahli materi dan ahli media. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan media Watube sebagai subjek penelitian. Prosedur pengembangan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan, (9) revisi produk akhir, dan (10) Watube produk akhir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Produk yang dihasilkan layak digunakan untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Penggunaan media Watube efektif untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelasr Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran “Watube” Untuk Mengenalkan Sifat-Sifat Air Pada Anak TK Kelompok B” dapat disusun sesuai dengan harapan. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyususnan pra proposal sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Ibu Nelva Rolina, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eka Sapti C.N., M.M., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd dan Ibu Sisca Rahmadona, M.Pd selaku validator materi dan media penelitian skripsi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 6. Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi

perbaikan secara komprehensif terhadap skripsi ini.

7. Bapak Sumaryana, S.Pd. selaku Kepala TK KKLKMD Sidomaju yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.

8. Para guru dan staf TK KKLKMD Sidomaju yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Pembatasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Anak Usia Dini 1. Pengertian Media Pembelajaran Anak Usia Dini ... 12

2. Tujuan Media Pembelajaran Anak Usia Dini ... 13

3. Fungsi Media Pembelajaran Anak Usia Dini ... 14

4. Manfaat Media Pembelajaran Anak Usia Dini ... 15

5. Syarat Media Pembelajaran ... 17

6. Klasifikasi Media Pembelajaran Anak Usia Dini ... 20

B. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian sains ... 23

2. Tujuan Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini ... 24

3. Ruang Lingkup Sains pada Anak Usia Dini ... 26

4. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini ... 27

5. Air dan Anak Usia Dini ... 28

C. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ... 28

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

E. Kerangka Pikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Prosedur Pengembangan ... 37

C. Validasi dan Uji Coba Produk ... 43

D. Desain Validasi dan Produk ... 43

E. Validator dan Subjek Uji Coba ... 44

F. Jenis Data dan Sumber Data ... 46

G. Teknik Pengambilan Data ... 46

(12)

J. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal ... 58

2. Perencanaan ... 59

3. Pengembangan Produk Awal ... 59

4. Uji Coba Awal ... 79

5. Revisi Produk ... 82

6. Uji Coba Lapangan ... 82

7. Revisi Produk ... 85

8. Uji Lapangan ... 86

9. Revisi Produk ... 88

10. Watube Produk Akhir ... 88

11. Pre-Test dan Post-Test ... 89

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

C. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V HASIL SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 50

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media ... 51

Tabel 3. Kisi-Kisi Pengamatan Subjek Uji Coba pada saat Uji Coba Awal, Uji Coba Lapangan, dan Uji Lapangan ... 53

Tabel 4. Skala Persentase Kelayakan Media ... 55

Tabel 5. Hasil Penilaian Ahli Materi ... 62

Tabel 6. Aspek Penilaian Validasi Ahli Materi Sesudah Direvisi ... 63

Tabel 7. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi ... 64

Tabel 8. Petunjuk Penggunaan Watube Sebelum Direvisi ... 65

Tabel 9. Petunjuk Penggunaan Watube Sesudah Direvisi ... 66

Tabel 10. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi ... 66

Tabel 11. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi ... 70

Tabel 12. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi ... 73

Tabel 13. Hasil Penilaian Ahli Media ... 75

Tabel 14. Penilaian Ahli Media Setelah Direvisi ... 78

Tabel 15. Data Hasil Uji Coba Awal ... 81

Tabel 16. Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Media Pembelajaran Watube ... 10

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir ... 35

Gambar 3. Bagan Pengembangan Media Adaptasi dari Borg & Gall ... 42

Gambar 4. Cover Media Pembelajaran Watube ... 60

Gambar 5. Keterangan Isi Boks Toolkit Uji Coba ... 60

Gambar 6. Desain Manual Watube ... 61

Gambar 7. Stiker Pelengkap Watube ... 61

Gambar 8. Petunjuk Penggunaan Watube Siap Cetak ... 67

Gambar 9. Petunjuk Penggunaan Watube... 69

Gambar 10. Keterangan Isi Boks Toolkit Uji Coba ... 71

Gambar 11. Lembar Kerja Anak ... 72

Gambar 12. Petunjuk Penggunaan Watube dengan Gambar Asli ... 73

Gambar 13. Alas Media Pembelajaran Watube ... 76

Gambar 14. Boks Toolkit Uji Coba ... 76

Gambar 15. Gelas atau Wadah Penampung ... 77

Gambar 16. Desain Eksperimen (before-after) ... 89

Gambar 17. Diagram Batang Pre-Test Pengetahuan Sifat-Sifat Air Anak ... 90

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 108

Lampiran 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 110

Lampiran 3. Instrumen Validasi Materi ... 112

Lampiran 4. Instrumen Validasi Media ... 116

Lampiran 5. Instrumen Observasi Uji Penggunaan Media Watube ... 120

Lampiran 6. Surat Keterangan Validasi Media ... 123

Lampiran 7. Petunjuk Penggunaan Media ... 147

Lampiran 8. Foto Media Pembelajaran Watube ... 150

Lampiran 9. Dokumentasi Uji Penggunaan Media Watube... 153

Lampiran 10. Hasil Keseluruhan Data Observasi Uji Coba Awal, Uji Coba Lapangan, dan Uji Lapanga ... 163

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional). PAUD menjadi landasan awal pendidikan yang akan mengantarkan anak untuk terus belajar sepanjang hayatnya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting dalam tugas perkembangan selanjutnya.

Mengingat pentingnya masa anak usia dini (0-6 tahun), maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak. Kerjasama antar pendidik juga merupakan hal yang penting agar anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni (Balitbang Depdiknas, 2007). Keseluruh aspek perkembangan anak sudah selayaknya dikembangkan dengan optimal.

(17)

Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Perkembangan aspek kognitif meliputi lingkup perkembangan belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis dan berfikir simbolik (Permendikbud No. 137 Tahun 2014 lampiran 1 Standar Isi PAUD). Piaget dalam Hildayani (2007: 38) menyatakan bahwa “perkembangan kognitif itu meliputi kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengingat, serta membuat alasan dan imajinasi”. Pengembangan kognitif pada anak bukan difokuskan pada kemampuan menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya melainkan mengingat dan mengendapkan apa yang diperolehnya. Ali Nugraha (2008: 34) menyatakan sifat pengembangan kognitif anak harus mengarah pada dimensi isi dan dimensi proses dimana untuk menguasai isi pengetahuan memerlukan proses yang bermakna. Untuk itulah diperlukan pembelajaran yang sesuai untuk anak dalam pengembangan kognitif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimana anak diarahkan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) menggunakan model pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan dilakukan untuk satu tema, sub tema, atau sub-sub tema. Pendekatan saintifik yang dimaksud dalam Kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan (Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini).

(18)

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendekatan saintifik anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan observasi atau pengamatan melalui kegiatan melihat obyek secara nyata terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara melakukan eksperimen sederhana. Dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini khususnya dengan pendekatan saintifik hendaknya diimbangi dengan media yang tepat demi tercapainya pembelajaran yang aktif dan menarik.

Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan materi pembelajaran dari pendidik ke peserta didik. Penggunaan media akan memudahkan pendidik dalan menyampaikan materi pembelajaran. Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode dan kondisi pembelajaran harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, penggunaan media pembelajaran harus mendukung langkah-langkah pembelajaran saintifik

(19)

yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan (Riduwan, 2015: 6). Media pembelajaran yang diutamakan dalam proses pembelajaran anak usia dini diutamakan media yang bersifat konkrit.

Media yang bersifat konkrit digunakan karena sesuai dengan tahapan perkembangan pola pikir anak usia dini menurut Piaget. Piaget yang dikutip Asri Budiningsih (2015: 16), mengemukakan bahwa pada tahap intuitif (umur 4-7 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Pada tahap ini anak berada pada masa pra operasional. Hal ini menandakan bahwa dalam pembelajaran anak masih memerlukan benda yang bersifat konkrit untuk mendapatkan suatu pengetahuan secara jelas. Namun tidak semua benda konkrit dapat dibawa ke dalam kelas saat menjelaskan materi pembelajaran tertentu, sehingga dapat diganti menggunakan media seperti Alat Peraga Pembelajaran (APP), Alat Permainan Edukatif (APE), buku, video interaktif, atau media lainnya. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Kasmadi (1996:62) bahwa “prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep generalisasi dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik.” Untuk itulah diperlukan media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

(20)

anak yang berada pada masa praoperasional ini yaitu media yang dapat mendukung pembelajaran dengan memberikan pengalaman konkret pada anak.

Berdasarkan hasil observasi, di beberapa TK Kelompok B sudah menggunakan media pembelajaran. Akan tetapi pada kegiatan yang bersifat eksploratif, guru cenderung menggunakan majalah dan Lembar Kerja Anak (LKA) sebagai media pembelajaran. LKA merupakan lembar kerja bagi anak untuk melakukan kegiatan bermain sesuai dengan indikator dan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang telah ditetapkan dalam pembelajaran (Muhyidin, dkk., 2014: 147-148). LKA terbagi menjadi dua jenis yaitu LKA berupa hasil karya dan LKA bukan hasil karya (LKA murni). LKA berupa hasil karya adalah hasil karya anak yang meliputi hasil melipat, menganyam, mencocok maupun menggunting, yang ditempelkan di selembar kertas kerja. LKA murni merupakan hasil kegiatan bermain yang langsung dikerjakan pada lembaran kertas, seperti menjodohkan, mengelompokkan dengan melingkari, dan maze.

Penggunaan LKA murni kurang sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 karena kurang menerapkan karakteristik pendekatan saintifik secara utuh. Kegiatan yang seharusnya bersifat eksploratif menjadi kurang maksimal dalam pelaksanaannya karena menggunakan LKA murni. Pada pembelajaran yang menggunakan LKA murni, anak hanya akan membangun pengetahuan konseptualnya melalui kegiatan yang menekankan kognitif dan motorik halus tanpa melibatkan anak secara langsung dalam sebuah kegiatan serta mengabaikan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, guru diarahkan

(21)

untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai informasi melalui kegiatan yang bersifat ilmiah bukan hanya bergantung informasi searah dari pendidik sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan kesempatan seluas-luasnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru kelas, penggunaan LKA dalam pembelajaran yang bersifat eksploratif dikarenakan guru kesulitan mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien. Salah satu kegiatan yang menurut guru memerlukan media pembelajaran yang menarik adalah kegiatan dengan tema alam semesta khususnya untuk mengenalkan konsep sains berupa sifat-sifat air. Beberapa guru sudah menggunakan media pembelajaran dalam mengenalkan sifat-sifat air, akan tetapi karena media tersebut terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan (pembelajaran menjadi kurang efisien) padahal waktu yang tersedia terbatas. Setelah melakukan observasi pada pembelajaran di kelas dan wawancara dengan para guru, peneliti memberikan solusi berupa media pembelajaran yang lebih menarik bagi anak dan berbasis metode eksperimen dimana anak akan melakukan kegiatan secara langsung sejalan dengan karakteristik pendekatan saintifik. Media pembelajaran tersebut dirasa dapat mengoptimalkan pembelajaran serta meningkatkan motivasi anak didik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Anak-anak menyelidiki, mengamati, membandingkan, membayangkan, menemukan, merancang eksperimen dan membuat teori ketika anak mengeksplorasi materi sains yang berasal dari alam seperti air, pasir dan lumpur.

(22)

Air dan beberapa alat sederhana dapat menjadi perantara dalam pengalaman sensori dan belajar yang besar manfaatnya (Carol, 2012: 3-11). Pusat Literasi Sains (mempelajari tentang objek dan materi benda mati) (2014) menyatakan bahwa air adalah material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifat-sifat air (Karen, 2005: 4). Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dilaksanakan pembelajaran sains tentang konsep air, salah satunya adalah menyiapkan media yang dapat memberikan pengalaman langsung sehingga pengetahuan konseptual anak dapat meningkat (Hoisington, et al., 2014: 73).

Media pembelajaran yang akan dikembangkan berupa tabung yang diberi nama oleh peneliti dengan nama “Water Tube” atau disingkat dengan nama “Watube” yang berarti tabung air, media pembelajaran ini dinamakan dengan Watube karena berbentuk tabung dan bertujuan untuk mengenalkan sifat-sifat air. Watube adalah media pembelajaran yang akan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan eksplorasi untuk mengenal sifat-sifat air melalui kegiatan percobaan dan pengamatan. Sifat-sifat air yang dapat dikenalkan pada anak antara lain mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat. Melalui media pembelajaran Watube, anak dapat bereksperimen untuk membangun pemahamannya sendiri tentang sifat-sifat air.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian research and development dengan judul “Pengembangan

(23)

Media Pembelajaran Watube untuk Mengenalkan Sifat-Sifat Air pada Anak TK Kelompok B”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasian masalah-masalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran tidak semua benda konkrit dapat dibawa ke dalam kelas saat menjelaskan materi pembelajaran tertentu.

2. Pada kegiatan yang bersifat eksploratif, guru cenderung menggunakan majalah dan LKA sebagai media pembelajaran.

3. Kegiatan pembelajaran yang bersifat eksploratif dengan menggunakan LKA belum sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 karena belum menerapkan karakteristik pendekatan saintifik,

4. Guru kesulitan mengembangkan media pembelajaran menarik yang efisien untuk kegiatan eksploratif tertentu.

5. Beberapa pendidik sudah menggunakan media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air, akan tetapi karena media pembelajaran tersebut terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan padahal waktu yang tersedia terbatas.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien untuk pembelajaran khususnya tema alam semesta mengenai konsep sains sifat-sifat air di TK Kelompok B.

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimana kelayakan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B?

2. Bagaimana Keefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Menghasilkan media pembelajaran Watube yang layak dan mengetahui kelayakan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B.

2. Mengetahui keefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan tabung air (watube) ini memiliki spesifikasi, antara lain:

1. Media pembelajaran ini bernama Watube.

2. Media pembelajaran anak usia dini berbentuk tabung.

3. Media pembelajaran berbentuk tabung dengan diameter 300 mm dan tinggi 330 mm.

4. Alas, selimut dan permukaan tabung menggunakan mika film anwid dengan ketebalan 0,50 mm.

(25)

5. Permukaan dan alas tabung dilapisi menggunakan kain flanel.

6. Di dalam tabung terdapat selang transparan putih elastis dengan diameter 3 inch yang dilengkapi dengan corong, wadah penanpung, dan gelas ukur. 7. Warna yang dipilih dalam tabung ini menggunakan warna-warna cerah dan

dekat dengan lingkungan anak seperti merah, biru, hijau, dll.

Gambar 1. Media Pembelajaran Watube G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengenalan sifat-sifat air:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran dalam bentuk tabung yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada kegiatan eksploratif untuk mengenalkan sifat-sifat air.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak

(26)

1) Agar anak lebih mudah memahami sifat-sifat air.

2) Sebagai motivasi anak agar lebih bersemangat dalam pembelajaran yang bersifat eksploratif.

b. Bagi Guru

1) Dapat mempermudah guru dalam mengenalkan sifat-sifat air pada anak. 2) Sebagai perangkat bantu dan alternatif media pembelajaran untuk

mengenalkan sifat-sifat air.

3) Memberikan alternatif solusi media pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan keterbatasan waktu dalam pembelajaran khususnya ketika mengenalkan sifat-sifat air pada anak.

4) Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pengembangan media pembelajaran interaktif guna meminimalisi kejenuhan dan kebosanan dalam pembelajaran di kelas.

5) Diharapkan media pembelajaran Watube dapat direkomendasikan sebagai inovasi dalam dunia pendidikan dalam mengenalkan sifat-sifat air melalui pendekatan saintifik.

6) Sebagai ajakan untuk lebih mengembangkan media pembelajaran yang lebih menarik untuk anak.

c. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi studi bagi mahasiswa lainnya.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Anak Usia Dini

1. Pengertian Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT) yang dikutip oleh Anawir dan Usman (2002, 11) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, di dengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Menurut Criticos yang dikutip Daryanto (2010: 4) media merupakan salah satu komponen pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123) media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru dalam memperjelas materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids).

Gerlach & Ely menyatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses dan

(28)

menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad, 2002:3). Sejalan dengan pendapat diatas, Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 4) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Arief S. Sadiman, 2003: 6). Dalam pendidikan anak usia dini media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software) dan alat (hardware) untuk bermain, agar anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menentukan sikap (Khadijah, 2015: 14).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana yang yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang berkualitas dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan cara merangsang pikiran, perhatian dan minat siswa pada kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran pada anak usia dini adalah media yang dapat membantu anak memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan menentukan sikap.

2. Tujuan Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Media merupakan perantara yang mampu membangkitkan minat anak dalam proses pembelajaran. Tujuan umum media pembelajaran anak usia dini menurut Khadijah adalah untuk membangkitkan dan menstimulasi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan tujuan khusus media pembelajaran pada

(29)

pendidikan anak usia dini menurut Smaldino (2007) yang dikutip Khadijah (2015: 22-23) antara lain:

a. Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalah pahaman anak dalam mempelajarinya.

b. Meningkatkan minat anak dalam membahas materi pelajaran.

c. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar.

d. Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.

e. Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadi proses belajar mendalam dan beragam.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan media pembelajaran anak usia dini adalah untuk membantu proses stimulasi berbagai aspek perkembangan anak usia dini.

3. Fungsi Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002: 24):

a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

b. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit).

(30)

c. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).

d. Semua indra siswa dapat diaktifkan.

e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

Kemp & Dayton yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 20-21) tentang fungsi media pengajaran menekankan bahwa media pengajaran dapat memberikan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan informasi, memberikan instruksi untuk menarik siswa agar bertindak dalam suatu aktivitas. Berdasarkan beberapa paparan fungsi media si atas, dapat disimpulkan bahwa media dapat meningkatkan motivasi, rangsangan dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan.

4. Manfaat Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1994: 15) merinci manfaat media pembelajaran sebagai berikut:

a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

b. Memperbesar perhatian siswa.

c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang terartur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

(31)

f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa.

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991: 3), manfaat media pembelajaran antara lain:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pembelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Manfaat media pembelajaran anak usia dini menurut Khadijah (2015: 28) antara lain:

a. Melatih konsentrasi anak, maksudnya permainan dan pengajaran yang menggunakan alat dan media yang baik akan membantu mempertahankan daya tangkap murid.

(32)

b. Mengajari anak lebih cepat dengan waktu yang relatif singkat, maksudnya jika pelajaran disampaikan dengan kata-kata kemungkinan bisa menimbulkan kesalah pahaman dalam memaknainya, tetapi dengan bantuan alat atau media tersebut guru akan dapat menjelaskan dengan waktu yang cepat serta dapat mencapai indikator keberhasilan dengan cepat juga.

c. Menambah daya pengertian dan ingatan, maksudnya dalam menjelaskan sesuatu dengan menggunakan alat/media akan dapat memudahkan guru dalam memberikan pemahaman kepada anak, memperdalam pengalaman belajar serta ingatan anak akan bertahan lama terhadap pengetahuan yang didapatnya.

d. Pembelajaran yang menyenangkan, maksudnya proses kegiatan belajar tersebut tidak membosankan, karena kehadiran media pembelajaran akan dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar anak.

Maka dapat diambil kesimpulan, manfaat penggunaan media pembelajaran anak usia dini dalam proses belajar mengajar yaitu dapat membantu menarik perhatian dan menumbuhkan motivasi peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan dapat diserap lebih optimal.

5. Syarat Media Pembelajaran

Berdasarkan pemaparan Badru Zaman (2009: 7-8) dalam mengembangkan suatu media pembelajaran untuk anak usia dini terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu:

(33)

Media pembelajaran harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat di dalam program pendidikan yang disusun. Secara lebih terperinci syarat edukatif yakni:

a) Media pembelajaran dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan (program pendidikan/kurikulum yang berlaku).

b) Media pembelajaran yang dibuat disesuaiakan dengan didaktik metodik artinya membantu keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktivitas dan kreativitas anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak). 2) Syarat teknis

Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran berkaitan dengan hal-hal teknis seperti pemilihan bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu tertentu dan lain sebagainya. Secara lebih rinci syarat-syarat teknis dalam pembuatan media pembelajaran adalah:

a. Media pembelajaran dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep), contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.

b. Media pembelajaran hendaknya multiguna walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan lainnya.

(34)

c. Media pembelajaran dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau bahan bekas/sisa.

d. Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun, dan lain-lain).

e. Media pembelajaran hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah).

f. Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

g. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal. 3) Syarat estetika

Persyaratan estetika ini menyangkut unsur keindahan media pembelajaran yang dibuat. Unsur keindahan/estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih rinci yang berkaitan dengan syarat estetika menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa).

b. Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil). c. Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.

Sedangkan syarat pembuatan media pembelajaran anak usia dini menurut Latif (2003) dalam Khadijah (2015: 42) antara lain:

a. Segi edukatif/nilai-nilai pendidikan.

(35)

2) Kesesuaian dengan didaktik/metodik (kaidah mengajar) yaitu sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dapat mendorong aktivitas dan kreativitas anak, dan membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar.

b. Segi teknik/langkah dan prosedur pembuatan. 1) Kebenaran.

2) Ketelitian (tidak menimbulkan salah konsep). 3) Keawetan (kuat dan tahan lama).

4) Ketahanan (efektivitasnya tetap walau cuaca berubah). 5) Keamanan.

6) Ketepatan ukuran.

7) Kompabilitas (keluasaan/fleksibilitas) dari bagian-bagian suatu alat sehingga dapat digunakan dengan alat lain.

c. Estetika/keindahan. 1) Bentuk yang elastis. 2) Kesesuaian ukuran.

3) Warna/kombinasi warna yang sesuai.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan media pembelajaran hendaknya memperhatikan syarat edukatif, teknis dan estetika media pembelajaran.

6. Klasifikasi Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Media pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk (Azhar Arsyad, 2002: 79-101) adalah sebagai berikut:

(36)

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan peran atau informasi.

2) Media berbasis cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau latihan, jurnal, majalah dan lembar lepas. 3) Media berbasis visual

Media berbasis visual (image) dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. 4) Media berbasis audiovisual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan banyak persiapan, rancangan dan penelitian.

5) Media berbasis komputer

Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managed Instruction (CMI). Modus ini dikenal sebagai Computer Assisted Intsruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan, akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran.

(37)

Khadijah (2015: 74-97) mengklasifikasikan media pembelajaran anak usia dini menjadi tujuh, yaitu:

a. Alat Peraga

Alat peraga adalah semua alat yang dipergunakan oleh pendidik untuk memperagakan atau menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

b. Media Permainan

Alat permainan adalah semua alat yang dipergunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya.

c. Media Manipulatif

Media manipulatif merupakan segela benda yang dapat dilihat, disentuh, didengar, dirasakan dan dimanipulasikan.

d. Media Pictorial

Media pictorial merupakan media ilustrasi dari media yang sebenarnya, biasanya diimplementasikan dalam bentuk gambar-gambar.

e. Media Symbolic

Media symbolic merupakan media yang diberikan kepada anak yang sudah memiliki pemahaman yang cukup matang. Media ini tidak lagi menggunakan benda atau gambar melainkan dengan rumus, grafik atau lambang operasional. f. Media Puzzle

Puzzle merupakan betuk permainan yang menugasi pemain untuk merangkai kembali potongan-potongan berbangun sehingga menjadi suatu bentuk tertentu. g. Building/Alat Block

(38)

Building Block dapat dibuat dengan kayu atau plastik. Biasanya permainan ini membangun bentuk rumah, istana, jembatan dan banyak lainnya.

Muhyidin dkk (2010: 147-151) mengklasifikasikan media pembelajaran PAUD menjadi tiga jenis yaitu:

a. Lembar Kerja Anak (LKA)

LKA merupakan lembar kerja bagi anak untuk melakukan kegiatan bermain sesuai indikator dan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

b. Alat Peraga Pembelajaran (APP)

APP meupakan alat yang dipakai guru sebagai sarana dalam menyampaikan materi pelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Alat Permainan Edukatif (APE)

APE merupakan alat permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif, serta dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak.

Berdasarkan beberapa pandangan diatas mengenai klasifikasi media pembelajaran anak usia dini, maka dapat disimpulkan bahwa media dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu LKA, APP, dan APE.

B. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian Sains

Secara harfiah, sains atau science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin yaitu kata scientia yang artinya pengetahuan. Secara konseptual, Amien (1987) dalam Ali Nugraha (2008: 3) mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah. Sedangkan Conant dalam Usman Samatowa (2011: 1) mendefinisikan

(39)

sains sebagai deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieskperimenkan lebih lanjut. Sains adalah ilmu yang dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercaya, melalui eksperimen secara terori (Elly, 2008: 162).

Sains terdiri dari pengetahuan dengan cakupan keterampilan dan sikap yang mendukung memperluas pengetahuan itu sendiri (Pat & Linda, 2010: 11). Sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap (Ali Nugraha, 2008: 5). Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda yak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut (Slamet Suyanto, 2005: 83).

Dari beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa sains merupakan bidang ilmu yang mempelajari berbagai fenomena alam yang ada di lingkungan melalui serangkaian proses sehingga menghasilkan kesimpulan baru yang dapat dimanfaatkan bersama.

2. Tujuan Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini

Tujuan mendasar dari pendidikan sains sejalan dengan kurikulum yang ada di sekolah yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya (Ali Nugraha, 2008: 24). Sedangkan menurut Abruscato

(40)

(1982) dalam Ali Nugraha (2008: 24) tujuan pendidikan sains adalah untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor anak.

Menurut Leeper (1994) dalam Ali Nugraha (2008: 25) pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk empat hal, yaitu:

1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2) Pengembangan belajar sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah.

3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.

4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Menurut Slamet Suyanto (2005: 159) pengenalan sains untuk anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anatara lain:

1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam.

2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.

(41)

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan.

4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah membantu anak untuk mengembangkan pengetahuan anak tentang alam sekitar dan mengembangkan keterampilan proses sains serta membiasakan anak untuk bersikap ilmiah dalam menghadapi masalah. 3. Ruang Lingkup Sains pada Anak Usia Dini

Ruang lingkup pembelajaran sains secara umum meliputi dua dimensi besar yaitu ditinjau dari isi bahan kajian dan dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai (Ali Nugraha, 2008: 93). Ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 1982). Sedangkan ruang lingkup pembelajaran sains ditinjau dari bidang kemampuan yang harus dicapai, terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap sains (jiwa ilmuwan) (Ali Nugraha, 20008: 93). Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan pada mengenai pembelajaran tentang diri sendiri, alam sekitar, dan gejala alam. Sedangkan menurut Kurikulum 2013, pembelajaran sains pada anak ditekankan pada pembelajaran dengan kegiatan eksploratif dan menyelidik (Permendikbud No.137 Tahun 2014 Lampiran 1 tentang Standar Isi PAUD).

(42)

4. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Dalam pembelajaran sains pada anak usia dini diperlukan pemenuhan aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains meliputi tujuan, dukungan material yang dibutuhkan (alat, bahan, media), penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi (Ali Nugraha, 2008: 109).

Anak memulai pembelajaran sains melalui kegiatan eksplorasi yang melibatkan proses-proses sains meliputi kegiatan menyelidiki, mengamati, mengklasifikasikan, mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis (Johnston, 2005). Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Carol (2012: 3-11) bahwa anak-anak mulai melakukan kegiatan menyelidiki, mengamati, membandingkan, membayangkan, menemukan, merancang eksperimen dan membuat teori ketika mereka mengeksplorasi materi sains yang berasal dari alam sekitar mereka seperti air, pasir dan lumpur.

Dalam pembelajaran sains, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan agar pembelajaran sains berjalan efektif yaitu:

Pengembangan sudut (area) belajar yang fokusnya adalah materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak.

1. Pembuatan bulletin board di sekolah.

2. Menggunakan metode berbasis diskoveri dan eksplorasi objek dan keadaan. 3. Permainan sains terkait materi pembelajaran

(43)

5. Air dan Anak Usia Dini

Air merupakan kebutuhan pokok untuk hidup dan mahluk hidup bergantung pada kemampuan untuk mengakses persediaan air (Pat & Linda, 2010: 115). Bagi anak air adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, mempesona dan beraneka ragam (Caroll, 2012: 3). Pusat Literasi Sains (mempelajari tentang objek dan materi benda mati) (2014) menyatakan bahwa air adalah material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifat-sifat air (Karen, 2005: 4). Terdapat banyak sifat air yang membuat anak tertarik untuk mengeksplorasinya (Pat & Linda, 2010: 115). Sifat-sifat air secara sederhana yang dapat dikenalkan kepada anak meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat.

Air dan beberapa alat sederhana dapat menjadi perantara dalam pengalaman sensori dan belajar yang besar manfaatnya (Carol, 2012: 3). Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dilaksanakan pembelajaran sains tentang konsep air, salah satunya adalah menyiapkan media yang dapat memberikan pengalaman langsung sehingga pengetahuan konseptual anak dapat meningkat (Hoisington, et al., 2014: 73).

C. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda. Pendapat tentang karakteristik anak usia dini menurut Sofia Hartati (2005: 8-9)

(44)

adalah sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6) memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial.

Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau material terhadap setiap penghayatannya.

Rusdinal (2005: 16) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.

Berdasarkan Permendikbud No. 137 Tahun 2014, anak usia 5-6 tahun pada perkembangan aspek kognitifnya dituntut untuk mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dan dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi: 1) dapat mengenal klasifikasi sederhana, 2) dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana, 3) dapat mengenal bilangan dan memahami konsep-konsep matematika sederhana, 4) dapat mengenal bentuk geometri, 5) dapat memecahkan masalah sederhana, 6)

(45)

dapat mengenal konsep ruang dan posisi, 7) dapat mengenal konsep waktu, 8) dapat mengenal konsep waktu, 9) dapat mengenal berbagai pola, 10) dapat mengenal konsep pengetahuan sosial sederhana.

Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia 5-6 tahun (TK Kelompok B) berada pada tahapan praoperasional dimana anak belajar melalui benda konkret.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki kajian penelitian serupa dengan hasil yang relevan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pedoman awal sebagai kerangka pemikiran guna menambah, mengembangkan maupun memperbaiki penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Oleh Yuniarti (2015)

Yuniarti (2015), melakukan penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan Proses Sains Anak Melalui Metode Eksperimen tentang sifat-sifat air pada kelompok B4 di PAUD Tunah Harapan Kota Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian berjumlah 15 orang anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan setiap siklusnya 3 kali pertemuan. Hasil penelitian terbukti bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan proses sains anak usia dini tentang sifat-sifat air dengan ketuntasan indikator mencapai 86,67% pada siklus II dengan pencapaian pada siklus I sebesar 60%.

(46)

Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti.

2. Penelitian Oleh Yeyen P. K. P., Peduk R., dan Siti I (2014)

Yeyen, dkk (2014) melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Sifat-Sifat Air pada Anak Kelompok B. Penelitian dilakukan di TK Taman Putera Mangkunegaran Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian berjumlah 10 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal sifat-sifat air dengan pencapaian ketuntasan indikator pada siklus I sebesar 50% dan pencapaian siklus II sebesar 90%. Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti serta untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan yang bersifat eksperimen.

3. Penelitian Oleh Fatmawati, Fadlillah dan Halida (2013)

Farmawati, dkk (2013) melakukan penelitian tentang Peningkatan Pengenalan Sains Sederhana melalui Metode Demonstrasi pada Anak Usia 4-5 Tahun. Penelitian dilakukan di PAUD Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota

(47)

Pontianak. Dalam hal ini materi yang digunakan berupa sifat air yaitu dengan mendemonstrasikan dan menceritakan tentang proses siklus air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian berjumlah 16 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pengenalan sains sederhana dengan ketuntasan indikator pada siklus I mencapai 50% dan ketercapaian pada siklus II sebesar 79%. Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti.

Kedudukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube terhadap penelitian-penelitian di atas adalah sebagai produk yang mana dalam pemgembangannya mengambil referensi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dalam hal sifat-sifat air yang telah diteliti. Dari penelitian oleh peneliti lain didapatkan kesimpulan bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B salah satunya dengan kegiatan bersifat eksperimen. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube.

E. Kerangka Pikir

Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Sifat pengembangan aspek kognitif mengarah pada dimensi isi dan dimensi proses dimana untuk menguasasi isi pengetahuan diperlukan proses yang bermakna sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran di TK

(48)

menggunakan model pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik, anak didik secara aktif diarahkan pada pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di TK disesuaikan dengan tema, salah satunya adalah tema alam semesta dengan materi pengenalan konsep sains berupa sifat-sifat air. Air merupakan material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dalam mengenalkan sifat-sifat air, anak akan terbiasa berfikir dan bersikap kritis.

Anak Taman Kanak-Kanak khususnya anak yang berada di kelompok B (berusia 5-6 tahun) sudah harus memenuhi perkembangan aspek kognitif yang melingkupi pemecahan masalah, berpikir logis dan berfikir simbolik dengan salah satu indikator anak mampu mengenal konsep sains sederhana yaitu berupa pengenalan sifat-sifat air. Mengajarkan konsep sains sederhana dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan media yang dapat mengenalkan sifat-sifat air yang menarik bagi anak serta efisien waktu.

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, pembelajaran memerlukan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tingkat perkembangan anak. Akan tetapi hal tersebut terkendala oleh kesulitan beberapa guru di kelompok B dalam mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien waktu untuk tema alam semesta khusunya dalam mengenalkan konsep sains berupa sifat-sifat air. Selain itu media yang biasa

(49)

digunakan terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan (pembelajaran menjadi kurang efisien) padahal waktu yang tersedia terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Media pembelajaran Watube adalah media pembelajaran yang berbentuk tabung dengan diameter 250 mm dan tinggi 330 mm. Watube adalah media pembelajaran yang dikembangkan untuk mengenalkan sifat-sifat air yang meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat. Media pembelajaran Watube merupakan bentuk sederhana dari beberapa media untuk mengenalkan sifat-sifat air yang sebelumnya sudah digunakan dalam satu bentuk. Media pembelajaran Watube dibuat untuk memberikan solusi pada keterbatasan waktu yang dimiliki dalam pengenalan sifat-sifat air sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti mengembangkan media pembelajaran Watube yang layak untuk mengenalkan sifat-sifat air kepada anak TK kelompok B.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada Gambar 2 berikut.

(50)

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir F. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, hipotesis dari penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran Watube, dapat menghasilkan media pembelajaran yang layak untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B.

Pembelajaran di TK dengan tema alam semesta

1. Menggunakan pendekatan saintifik

2. Salah satu materi yaitu pengenalan konsep sains berupa sifat-sifat air

3. Tujuan pembelajaran

dengan pendekatan

saintifik adalah anak

terbiasa berfikir dan

bersikap kritis Anak TK kelompok B

seharusnya mampu

mengenal konsep sains

sederhana

Guru TK kesulitan

mengembangkan media yang menarik dan efisien waktu untuk mengenalkan sifat-sifat air

Pengembangan media

pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifay-sifat air pada anak TK Kelompok B

Media pembelajaran Watube merupakan bentuk sederhana dari beberapa media untuk mengenalkan sifat-sifat air.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian pengembangan Media Pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B mengacu pada jenis penelitian pengembangan (research and development). Menurut Nana Syaodih (2010: 164) penelitian pengembangan (research and development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan atau research and development merupakan strategi penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian pengembangan biasa disebut pengembangan berbasis penelitian (research-based development) merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat dalam pemecahan masalah praktis dalam pendekatan penelitian, terutama penelitian pendidikan dalam pembelajaran (Borg & Gall, 1989: 786).

Penelitian pengembangan ini merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada hasil akhir berupa produk. Menurut Gay dalam Sri Rahmadani (2010: 48), penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan produk yang efektif berupa material pembelajaran, media, strategi pembelajaran untuk digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori. Menurut Sugiyono (2011: 297)

(52)

penelitian dan pengembangan adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg & Gall (1989: 784-785) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya tediri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk; (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Pada tujuan yang pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, sedangkan pada tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikian konsep penelitian pengembangan yang tepat diartikan sebagai upaya pengembangan disertai upaya validasi (Wasis Dwiyogo, 2004: 5).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian pengembangan karena penelitian ini menghasilkan produk pembelajaran yang tervalidasi. Produk yang dihasilkan berupa Media Pembelajaran Watube yang dibuat untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B yang sudah tervalidasi dan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran oleh ahli dibidangnya.

B. Prosedur Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983) yang dikutip Punaji Setyosari (2010: 205-207) yaitu sebagai berikut (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal; (2) perencanaan; (3) pengembangan format produk awal; (4) uji coba awal; (5) revisi produk; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk; (8) uji lapangan; (9) revisi produk akhir; (10) desiminasi dan implementasi. Peneliti dalam menghasilkan dan mengevaluasi produk tidak mengikuti keseluruhan

(53)

pedoman yang ditetapkan oleh Borg & Gall. Prosedur pengembangan yang peneliti lakukan dalam mengembangkan media pembelajaran Watube adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal

Tahap ini dilakukan saat melakukan observasi dan wawancara di lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur kebutuhan atau berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran di lapangan sebagai dasar pertimbangan pemilihan produk yang akan dikembangkan. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan melakukan observasi di beberapa TK khususnya di kelompok B. Peneliti juga melakukan wawancara pada guru kelas, dengan demikian produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan (based on need). Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka pada literatur pendukung yang diperlukan sebagai landasan dalam melakukan pengembangan.

2. Perencanaan

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan informasi awal dan menentukan beberapa permasalahan, peneliti membuat perencanaan dengan menganalisa produk yang akan dihasilkan dan menganalisa pembelajaran sesuai dengan data yang sudah terkumpul yakni membuat media pembelajaran Watube. Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan dan fungsi dibuatnya media pembelajaran Watube. Fungsi dan tujuan tersebut digunakan untuk memberikan informasi yang tepat untuk mengembangkan media pembelajaran Watube sehingga media yang diujicobakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(54)

b. Melakukan tinjauan terhadap tujuan dari pembelajaran. c. Pemilihan bentuk media pembelajaran Watube.

d. Pembuatan rancangan desain media pembelajaran Watube.

e. Persiapan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat media pembelajaran Watube.

3. Mengembangkan Produk Format Awal

Pada tahap ini dilakukan dengan mengembangkan media, instrumen evaluasi dan meminta pertimbangan ahli (validasi) yaitu ahli materi dan ahli media. Ahli materi memberikan penilaian terhadap isi materi yaitu pada sisi edukatif media, sedangkan ahli media memberikan penilaian terhadap aspek kemediaan. Peneliti mulai merancang produk (Watube) dengan langkah sebagai berikut:

a. Membuat desain media pembelajaran Watube yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan media pembelajaran

b. Mengumpulkan bahan dan alat yang diperlukan. Gambar stiker dicari melalui media internet.

c. Membuat bentuk fisik dari media pembelajaran Watube untuk kemudian divalidasikan kepada ahli materi dan ahli media

d. Melakukan validasi media pembelajaran Watube kepada ahli materi dan ahli media.

e. Hasil revisi kemudian dijadikan pedoman untuk memperbaiki media yang kemudian diujikan kepada anak.

(55)

4. Uji Coba Awal

Uji coba ini dilakukan sebanyak dua kali pada anak TK kelompok B yang berjumlah 7 orang peserta didik. Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. 5. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal. Revisi produk dilakukan dengan cara memperbaiki kekurangan pada produk Watube berdasarkan hasil masukan dan pengolahan data yang telah dilakukan.

6. Uji Coba Lapangan

Uji coba ini dilakukan pada anak TK kelompok B yang berjumlah 10 orang peserta didik. Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis.

7. Revisi Produk

Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan subjek yang lebih besar dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan dari media pembelajaran Watube dalam mencapai tujuan dan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran Watube serta untuk keperluan media pembelajaran itu sendiri, dari hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana kelayakan media pembelajaran Watube tersebut.

8. Uji Lapangan

Uji lapangan membutuhkan subjek yang lebih banyak lagi yaitu seluruh peserta didik kelompok B di kelas yang berjumlah 20 peserta didik dan. Peneliti melakukan observasi selama media digunakan dalam mengenalkan sifat-sifat air pada anak. Data hasil observasi kemudian dikumpulkan dan diolah untuk mengetahui kelayakan media.

Gambar

Gambar 3. Bagan Pengembangan Media Adaptasi dari Borg & Gall   (Punaji Setyosari, 2010: 205)
Tabel  3.  Kisi-Kisi  Pengamatan  Subjek  Uji  Coba  pada  saat  Uji  Coba  Awal,  Uji  Coba Lapangan dan Uji Lapangan
Gambar 8. Petunjuk Penggunaan Watube Siap Cetak
Gambar 9. Petunjuk Penggunaan Watube
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi keuangan di atas telah disusun untuk memenuhi Peraturan OJK No.48/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR, Surat Edaran OJK

08 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Badan Karantina Pertanian 84 Nilai Output Program 01 Meningkatnya impor komoditas hewan dan tumbuhan yang sesuai

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) Pendekatan sistem dapat memberikan skenario perencanaan wilayah pesisir yang komprehensif, yaitu memadukan ruang daratan

Katekismus Heidelberg menegaskan bahwa penghiburan sejati berupa pengharapan yang pasti dan tidak berubah hanya di dalam Kristus yang telah menebus orang percaya

Disamping itu, manfaat atau pentingnya pembuatan neraca awal yaitu dapat memberikan informasi yang jelas kepada Pemerintah Kabupaten Belu (Manajemen Pemerinatah

RPP, LKS, dan video pembelajaran dikatakan berkualitas dan dapat diterapkan dalam pembelajaran online apabila hasil penilaian angket mencapai kriteria “valid”

1) Mahasiswa secara individu membuat resume materi tentang definisi, klasifikasi Proses Manufaktur Lanjut, tinjauan ulang Program CNC dasar. Resume ditulis dalam buku tugas

Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan bahwa rata-rata kualitas hidup mahasiswa Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Surabaya secara keseluruhan yang terdiri dari