• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Teori

6. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA

Kita akan mencoba mempertimbangkan satu cara yang rasional untuk menunjukkan kedudukan pengajaran sastra di dalam kurikulum pendidikan.

Dan selanjutnya, secara lebih khusus lagi akan dikemukakan pengajaran sastra macam apa yang seharusnya disajikan. Sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15).

Menurut Rahmanto (1988: 16), masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang

maksimal untuk pendidikan secara utuh, dapat ditunjukkan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak, yang paling penting untuk pengajaran di SMA adalah sebagai berikut:

a. Membantu keterampilan berbahasa

Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampian menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi, atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.

b. Menunjang Pembentukan Watak

Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kestiaan, kebanggaan diri

sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernialai dan mana yang tak bernilai.

Tuntutan kedua sehubungan dengan pembinaan watak ini adalah bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usahamengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Lebih dari itu, implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke luar dari krisis multidimensi yang sudah lebih dari sepuluh tahun belum menunjukkan adanya pemulihan (Mulyasa, 2008: 132).

KTSP memiliki lima komponen yang sangat penting untuk mendukung pembelajaran. Komponen tersebut adalah tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

1. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Muslich, 2007: 13).

b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum (Muslich, 2007: 13).

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kbutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, dengan memehatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi (Muslich, 2007: 15).

d. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam renca pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses ( pelaksanaan pembelajarann), dan evaluasi rencana pembelajara (Muslich, 2007: 23-24). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian (Muslich, 2007: 24).

Mulyasa (2008: 138-141), mengatakan bahwa ada tujuh prinsip dasar pengembangan silabus, yaitu:

1. Relevansi

Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik. Relevansi juga mengandung arti

kesesuaian dan keselarasan antara silanus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai kelulusan, serta kebutuhan dunia kerja.

2. Fleksibilitas

Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

3. Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik.

4. Efektivitas

Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) dalam standar isi.

5. Efisiensi

Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

6. Konsistensi

Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik.

7. Memadai

Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK) (Mulyasa, 2008: 154-155).

Menurut Mulyasa (2008: 155-156), setidaknya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran.

1. Fungsi perencanaan

RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

2. Fungsi pelaksanaan

RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Pembelajaran di sekolah terdapat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas utama guru adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231).

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (Mulyasa, 2008: 239).

Kompetensi dasar (KD), merupakan penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi peserta didik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indoneisa yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu di jenjang SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi

Dasar Membaca 7. Memahami berbagai hikayat,novel Indonesia/novel terjemahan 7.2 Menganalisisunsur-unsur intrinsik danekstrinsiknovelIndonesia/terjemahan

Berdasarkan standar kompetensi di atas, peserta didik harus bisa memahami berbagai bentuk karya sastra seperti hikayat, novel Indonesia maupun terjemahan. Di dalam standar kompetensi terbagi menjadi dua kompetensi dasar, yang pertama peserta didik mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat yang kedua adalah siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Untuk lebih spesifik lagi peneliti merumuskan indikator berdasarkan SK-KD di atas yang sesuai dengan penelitian ini adapun indikator sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian unsur instrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.

2. Menjelaskan langkah-langkah penentuan tema 3. Menjelaskan teknik penyampaian moral

4. Mengidentifikasi unsur tema yang terdapat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilliberdasarkan langkah-langkah penentuan tema

5. Mengidentifikasi unsur amanat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilli

berdasarkan teknik penentuan amanat.

Dokumen terkait