• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1."

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Sinaga, Maria Oki Marlina 2016. Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas Gilli dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1 .

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dalam bentuk kutipan kata-kata. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli terdiri dari (1) membuat sinopsis bab tiga dalam novel, (2) menentukan tema dan amanat berdasarkan langkah penentuan tema dan teknik amanat, (3) siswa bertanya berhubungan dengan isi cerita dan mengaitkan dalam kehidupan nyata, (4) diskusi kelompok untuk bertukar pikiran mengenai tema dan amanat, (5) pemodelan sebagai contoh pembelajaran berupa teks bab tiga , (6) refleksi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki siswa, (7) penilaian sesuai dengan keaktifan dan kemampuan siswa. Terdapat tiga langkah penentuan tema yaitu berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, dan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan. Ada dua teknik yang digunakan dalam menganalisis amanat yaitu, teknik eksplisit dan implisit.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tema dalam novel ini ialah tema kemanusiaan karena tokoh utama dalam novel ini yaitu “Suhada” mencerminkan orang yang selalu berbuat baik dengan sesamanya khususnya bagi anak-anak di Pulau Gilli. Amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli ialah menunjukkan sifat religi dan sosial kepada sesama manusia serta rasa kasih dan cinta yang mendalam kepada semua orang, hendaknya sebagai manusia selalu bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup dan menghargai tradisi daerah yang ada.

(2)

ABSTRACT

Sinaga, Maria Oki Marlina. 2016. Theme and Messages Learning in Matahari di Atas Gilli for Sophomores in Semester 1. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research examines theme and messages learning in Matahari di Atas Gilli, a novel by Lintang Sugianto, using contextual method. The main purpose of this research is to describe theme and messages learning in Matahari di Atas Gilli by Lintang Sugianto using contextual method for sophomores in semester 1.

The method applied in this research is descriptive qualitative method. This method is applied to describe the theme and messages in Matahari di Atas Gilli by Lintang Sugianto in the form of words quotation. The steps taken to analyze the theme and messages in the novel are (1) making the synopsis of chapter 3 in the novel, (2) deciding the theme and messages based on theme and messages technique, (3) asking about the novel content and relating it in real life, (4) discussing in group to exchange opinion about theme and messages, (5) modeling as the learning example in the form of chapter 3 text, (6) reflecting on students’ ability, (7) grading based on students’ active involvement and ability. There are three stages to determine the theme: based on the most remarkable event, the most leading-to-conflict event, and the event determining story telling time. Two techniques are applied to analyze the messages: explicit and implicit techniques.

The result shows that the theme in the novel is humanity, for the main character in this novel, Suhada, represents a person who always does good to others, especially children in Gilli Island. The messages in Matahari di Atas Gilli are showing religious-social characteristics and deep love to others, being grateful about everything happening in life, and respecting tradition.

(3)
(4)

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT

NOVEL MATAHARI DI ATAS GILLIKARYA LINTANG SUGIANTO

DENGAN METODE KONTEKSTUAL

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Maria Oki Marlina Sinaga

121224108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

i

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT

NOVEL MATAHARI DI ATAS GILLIKARYA LINTANG SUGIANTO

DENGAN METODE KONTEKSTUAL

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Maria Oki Marlina Sinaga

121224108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Mamaku, Demsi Turnip dan Bapakku Binton Sinaga dan Jona S

Adikku, Indah Silvia Audina, Icha Anastasia dan Yohanes Steven Erindra

Tanteku, Hotminta Fransiska Hotminta Turnip

Serta segenap keluarga Besarku

(9)

v

MOTO

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya”

(Matius 2:22)

“Keyakinan harus dikuatkan dengan alasan, ketika keyakinan

buta, dia akan mati”

(Mahatma Gandhi)

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya

dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia

menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu”

(Marcus Aurelius)

“Janganlah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil

dimulai dengan langkah pertama”

(Mario Manihuruk)

“Awali setiap pekerjaan yang kamu lakukan

dengan doa dan restu orangtua

Niscaya semua akan berjalan dengan sempurna”

(10)
(11)
(12)

viii

ABSTRAK

Sinaga,Maria Oki Marlina 2016.Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas Gilli dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1 .

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dalam bentuk kutipan kata-kata. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilliterdiri dari (1) membuat sinopsis bab tigadalam novel, (2) menentukan tema dan amanat berdasarkan langkah penentuan tema dan teknik amanat, (3) siswa bertanya berhubungan dengan isi cerita dan mengaitkan dalam kehidupan nyata, (4) diskusi kelompok untuk bertukar pikiran mengenai tema dan amanat, (5) pemodelan sebagai contoh pembelajaran berupa teks bab tiga, (6) refleksi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki siswa, (7) penilaian sesuai dengan keaktifan dan kemampuan siswa. Terdapat tiga langkah penentuan tema yaitu berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, dan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan. Ada dua teknik yang digunakan dalam menganalisis amanat yaitu, teknik eksplisit dan implisit.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tema dalam novel ini ialah tema kemanusiaan karena tokoh utama dalam novel ini yaitu “Suhada” mencerminkan orang yang selalu berbuat baik dengan sesamanya khususnya bagi anak-anak di Pulau Gilli. Amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli ialah menunjukkan sifat religi dan sosial kepada sesama manusia serta rasa kasih dan cinta yang mendalam kepada semua orang, hendaknya sebagai manusia selalu bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup dan menghargai tradisi daerah yang ada.

(13)

ix

ABSTRACT

Sinaga, Maria Oki Marlina. 2016. Theme and Messages Learning in Matahari di Atas Gilli for Sophomores in Semester 1. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research examines theme and messages learning in Matahari di Atas Gilli, a novel by Lintang Sugianto, using contextual method. The main purpose of this research is to describe theme and messages learning in Matahari di Atas Gilli

by Lintang Sugianto using contextual method for sophomores in semester 1.

The method applied in this research is descriptive qualitative method. This method is applied to describe the theme and messages in Matahari di Atas Gilli by Lintang Sugianto in the form of words quotation. The steps taken to analyze the theme and messages in the novel are (1) making the synopsis of chapter 3 in the novel, (2) deciding the theme and messages based on theme and messages technique, (3) asking about the novel content and relating it in real life, (4) discussing in group to exchange opinion about theme and messages, (5) modeling as the learning example in the form of chapter 3 text, (6) reflecting on students’ ability, (7) grading based on students’ active involvement and ability. There are three stages to determine the theme: based on the most remarkable event, the most leading-to-conflict event, and the event determining story telling time. Two techniques are applied to analyze the messages: explicit and implicit techniques.

The result shows that the theme in the novel is humanity, for the main character in this novel, Suhada, represents a person who always does good to others, especially children in Gilli Island. The messages in Matahari di Atas Gilli

are showing religious-social characteristics and deep love to others, being grateful about everything happening in life, and respecting tradition.

(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas GilliKarya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, nasihat, dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan serta kesabaran demi terselesainya skripsi ini.

4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.

(15)

xi

7. Orangtuaku, Demsi Turnip, Jona Situmorang dan Binton Sinaga yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang dan mendoakan penulis agar skripsi ini dapat segera selesai.

8. Adik-adikku, Indah Silvia Situmorang, Icha Anastasia Situmorang, Yohanes steven Situmorang yang telah menjadi penyemangat bagi penulis

9. Tanteku, Hotminta Fransiska Turnip, Meslina Turnip, Rismawati Turnip yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang luar biasa agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Udaku, Saut Horison Malau, Lion Nainggolan, Joni Situmorang yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

11. Abang dan kakak, Amri Sihaloho dan Senni Nainggolan yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.

12. Kekasihku, Mario Manihuruk yang tidak pernah henti memberikan semangat dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

13. Tante Meika Putri dan Uda Markus Harapan yang telah memberikan semangat kepada penulis

14. Adik sepupuku, Delima Rustiani Turnip yang telah bersusah payah membantu penulis mencari Novel yang menjadi penelitian skripsi ini.

15. Adik sepupuku, Desi Natalia Turnip, Dini Audita Turnip, dan Riski Pratama Turnip, Nia Ansari Malau, Amora Artalina Nainggolan yang telah menjadi penyemangat bagi penulis.

16. Adik bayi, Alexsandro Situmorang, Ayu Andini Malau, Fernando Sihaloho yang memberikan semangat bagi penulis.

17. Sahabatku, Erlita Mega Ananta yang selalu menemani penulis selama penyusunan skripsi ini.

(16)
(17)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTO... v

KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Batasan Istilah ... 5

(18)

xiv

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Penelitian yang Relevan ... 9

B. Kajian Teori... 11

1. Hakikat Sastra ... 11

2. Metode kontekstual ... 12

a. Pengetian Metode Kontekstual ... 12

b. Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual... 12

c. Penerapan Metode Kontekstual di Kelas ... 13

d. Komponen dalam Pembelajaran Kontekstual ... 13

e. Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual.. 19

f. Langkah-langkah Penerapan CTL dalam Kelas... 23

3. Novel... 25

4. Tema ... 26

5. Amanat... 29

6. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ... 31

a. Silabus ... 35

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 37

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar... 38

C. Kerangka Berpikir...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian (kualitatif) ... 42

(19)

xv

C. Data dan Sumber Data ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

A. Deskripsi Data... 47

B. Pembahasan Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Novel Matahari di Atas Gilli... 47

1. Membuat Sinopsis Novel Matahari di Atas Gilli... 47

2. Analisis Tema dan Amanat Matahari di Atas Gilli... 66

a. Tema ... 66

1) Persoalan yang Paling Menonjol ... 67

2) Persoalan yang Banyak Menimbulkan Konflik ... 85

3) Waktu Penceritaan Peristiwa atau Tokoh ... 91

b. Amanat ... 102

3. Bertanya ... 138

4. Diskusi Kelompok... 139

5. Pemodelan ... 140

6. Refleksi... 142

7. Penilaian ... 143

C. Silabus... 147

(20)

xvi

BAB V PENUTUP... 166

A. Kesimpulan ... 166

B. Saran ... 169

DAFTAR RUJUKAN... 171

LAMPIRAN... 174

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Membaca novel adalah salah satu materi pelajaran yang wajib dipelajari siswa kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan, oleh sebab itu peserta didik harus menguasai keempat keterampilan berbahasa agar dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Menjadi guru yang profesional membutuhkan kreativitas yang tinggi dan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Srategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dan berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku siswa dalam pembelajaran. Pemilihan yang tepat dapat dijadikan titik tolak atau sudut pandang dalam melakukan proses pembelajaran sebab metode sangat berpengaruh terhadap aktivitas peserta didik di dalam kelas. Dalam hal ini pembelajaran yang efektif tidak hanya berfokus pada hasil yang dicapai oleh peserta didik saja melainkan terhadap metode yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran.

(22)

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Muslich,2007: 41). Metode kontekstual ini dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra agar proses pembelajaran dapat berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalaminya.

Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umunya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatarbelakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Karya sastra lahir tidak hanya untuk dibaca melainkan untuk dinikmati oleh semua peminat sastra, jadi untuk mengetahui keindahan sastra kita harus memahami keseluruhan isi atau makna dari karya sastra itu sendiri.

(23)

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 23-24). Adapun nilai-nilai tersebut antara lain: nilai agama, nilai sosial, nilai moral dan nilai budaya, akan tetapi agar pembahasan pendekatan kontekstual lebih mendalam, peneliti hanya berfokus pada unsur intrinsik yaitu tema dan amanat saja.

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya (Waluyo, 1987: 106). Tema dalam suatu novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik masalah ketuhanan, kemanusiaan, kekuasaan, dan kasih sayang.

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Siswanto, 2008: 147). Pesan untuk berbuat baik dalam karya sastra disebut dengan moral, moral tersebut dapat dikatakan sebagai amanat yang mengandung nilai-nilai tentang ajaran moral yang ditonjolkan melalui pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan yang di dalamnya mengandung seruan, saran, nasihat, anjuran, dan larangan.

Menganalisis unsur intrinsik novel merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada dalam KTSP jenjang SMA. Dalam hal ini pembelajaran yang dirancang oleh peneliti dapat membantu peserta didik untuk menganalisis unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel .

(24)

sastra Indonesia di kelas XI semester 1. Dalam hal ini peneliti hanya berfokus pada unsur intrinsik saja yaitu menganalisis tema dan amanat yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto.

Banyak pembaca yang sangat tertarik membaca novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto karena dari segi bahasa nya Lintang menggunakan metafora yang membahas nilai pendidikan dan kebangsaan. Sehingga begitu banyak respon dari pembaca novelMatahari di Atas Gilli yang memberikan sanjungan serta mengapresiasi karya sastra ini.

Peneliti menggunakan metode kontekstual dalam menganalisis tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto, agar siswa dapat mengaitkan pesan yang terdapat dalam novel ini dengan kehidupan sosial secara nyata. Oleh sebab itu peneliti mengangkat judul “Pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1”. Hal ini dapat membantu siswa dan guru dalam pembelajaran sastra di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana penerapan pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli Karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1?

C. Tujuan Penulisan

(25)

amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru

Membantu guru dalam mengajarkan tentang sastra khususnya menganalisis unsur intrinsik novel dengan menggunakan metode kontekstual

2. Bagi mahasiswa

Memberikan sumbangan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan metode maupun objeknya

3. Bagi peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai metode kontekstual dalam menganalisis unsur tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto.

4. Bagi siswa

Membantu siswa memahami pembelajaran khususnya dalam menganalisis unsur intrinsik dalam novel dengan menggunakan metode kontekstual.

E. Batasan Istilah

(26)

1. Sastra

Sastra merupakan cabang seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang estetis (indah). Keindahan seni sastra disampaikan dengan media bahasa. Dari sinilah, bahasa mempunyai peran yang istimewa dalam sastra karena sastra mewujudkan dirinya dengan bahasa, dan bahasa dalam perkembangannya juga ditentukan oleh sastra, yaitu sastra melakukan eksplorasi kreativitas bahasa, baik kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tujuannya untuk mencapai aspek nilai estetis (Kurniawan, 2012: 1).

2. Metode Kontekstual

Metode kontekstual adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperooleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Hosnan, 2014: 267)

3. Novel

(27)

4. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan “makna” dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007: 36).

5. Amanat

Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Amanat merupakan gagasan yang mendasari karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan (Nurgiantoro,1995: 322).

6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 10)

7. Silabus

(28)

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45).

F. Sistematika Penyajian

Sisematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penyajian. Bab II yaitu landasan teori yang terdiri dari penelitian relevan, kajian teori.

Bab III yaitu metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penilaian, dan teknik analisis data.

Bab IV yaitu pembahasan yang terdiri dari deskripsi data, pembahasan pembelajaran kontekstual, dan implementasi hasil analisis tema dan amanat novel

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Tema dan Amanat Novel

Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1, peneliti menemukan dua penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agustina Ria Santiningtyas (2007) dan Erna Lawu Niri (2011). Penelitian yang pertama dilakukan oleh Agustina Ria Santiningtyas (2007) berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa Kelas X Semester 1 SMA EL Shadai Magelang”. Penelitian Agustina Ria Santiningtyas (2007) ini bertujuan untuk menghasilkan produk perangkat pembelajaran menulis berupa silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan perangkat penilaian dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas X semester 1 SMA El Shadai Magelang.

(30)

nilai 86,93 dari skor maksimal 100, produk silabus ini dikulifikasikan baik. Produk RPP termasuk di dalamnya termasuk instrumen penilaian mendapat nilai 85,25 dan dapat dikualifikasikan baik. Produk bahan mendapat nilai 85,72 dan dikualifikasikan baik serta hasil uji coba produk di lapangan menunjukkan bahwa siswa antusias dan tertarik dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Erna Lawu Niri (2011) berjudul “Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Alur Novel Manusia LangitKarya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1.” Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur novel Manusia Langit

Karya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan unsur alur dalam novel

Manusia Langit karya J.A Sonjaya dalam bentuk bahasa yang baik dan benar. Hasil analisis menunjukkan bahwa alur yang terdapat dalam alur novel Manusia Langit karya J.A Sonjaya adalah alur sorot balik. Cerita tersebut memiliki alur maju dan alur mundur. Pendekatan kontekstual dapat membantu peserta didik dalam menganalisis unsur alur dalam Manusia Langit karya J.A Sonjaya.

(31)

Kelas XI Semester 1” adalah sama- sama menggunakan pembelajaran kontekstual namun untuk pengembangan perangkat pembelajaran menulis, sedangkan penelitian ini menggunakan mpembelajaran kontekstual untuk pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas GilliKarya Lintang Sugianto.

Persamaan penelitian yang dilakukakan oleh Erna Lawu Niri (2011) adalah sama-sama menggunakan pendekatan kontekstual dan menganalisis novel serta mengkaji unsur instrinsik dalam novel. Penelitian yang dilakukan Erna Lawu Niri (2011) adalah unsur alur sedangkan penelitian ini adalah unsur tema dan amanat.

B. Kajian Teori

1. Sastra

a. Hakikat Sastra

(32)

2. Metode Kontekstual

a. Pengertian Metode Kontekstual

Kata kontekstuak berasal dari kata contex, yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian, contextual diartikan”yang berhubungan dengan suasana (konteks)”. Contextual leaching end learning (CTL) dapat diartikan sebagaisuatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Sehingga, CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Secara umum, contextual mengandung arti: yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; yang membawa maksud, makna, dan kepentingan. Dalam kemampuan belajar sehari-hari, siswa diminta untuk dapat mengeksplorasi segala kemampuannya dalam bidang mata pelajaran yan mereka sukai (Hosnan, 2014: 267).

b. Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual

Menurut Zahorik (dalam Hosnan,2014: 269), terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual.

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowladge)

(33)

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowladge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowladge) 5. Melakukan refeksi (reflecting knowladge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan tersebut.

Selain elemen pokok di atas, Trianto(2009: 110) membagi tujuh karakteristik CTL yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu: Kerja sama, saling menunjang, menyenangkan dan, mengasyikkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

c. Penerapan Metode Kontekstual di Kelas

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konsruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi CTL, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring, diharapkan siswa mampu mencapai kompetensi secara maksimal.

d. Komponen dalam Pembelajaran Kontekstual

(34)

Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (contructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstrusktivisme, pengetahuan ini memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang (Sanjaya, 2006: 264).

Menurut Muslich (dalam Hosnan, 2014:270),konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkai fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme ada hal-hal sebagai berikut:

a. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

(35)

c. Belajar adalah proses aktif mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.

2. Menemukan (Inquiry)

Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melaui proses berfikir secara sistematis. Secara umum, proses inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (Sanjaya, 2006: 265).

Menemukan (inquiry) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Kegiatan ini diawali dari pengalaman terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil megingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemuakn sendiri dari fakta yang dihadapinya (Muslich, 2007: 45).

(36)

Langkah-langkah dalam kegiatan inquiryadalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati atau melakukan observasi

c. Menganalisis dan mengajukan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.

3. Bertanya (Quenstioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir (Sanjaya, 2006: 266).

Menurut Mulyasa (dalam Hosnan, 2014: 271), ada enam keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berfikir, dan pemberian tuntunan. Dalam pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu, peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

(37)

a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik b. Mengecek pemahaman siswa

c. Membangkitkan respons terhadap siswa d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Didasarkan pada pendapat Vigotsky, bahwa pengetahuan dan pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antarkelompok, sumber lain dan bukan hanya guru (Sanjaya, 2006: 267).

(38)

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling, siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya, 2006: 267).

Konsep pemodelan (modelling) dalam CTL menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan bisa berupa pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya atau mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model atau contohnya (Muslich, 2007: 46). Kegiatan pemodelan melalui contoh-contoh yang baik, akan berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik, seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain serta pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.

6. Refleksi (Reflection)

(39)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian memiliki beberapa kriteria yang dapat dilihat di bawah ini. a. Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan

b. Berlangsung selama proses secara terintegrasi c. Dilakukan melalui berbagai cara (tes, dan nontes)

d. Alternatif bentuk kinerja, observasi, portofolio, atau jurnal

Selama ini, pembelajaran dalam pendidikan di sekolah kurang produktif. Guru hanya memberi materi ceramah dan guru sebagai sumber utama pengetahuan, sementara siswa harus menghafal. Tetapi, dalam kelas kontekstual, guru dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran agar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Hosnan, 2014: 273).

e. Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual 1. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual

(40)

a. Menekankan pada pemecahan masalah

b. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja

c. Mengajarkan siswa untuk memantau mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajaran yang aktif dan terkendali

d. Menekan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

e. Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar bersama-sama

f. Menggunakan penilaian autentik

Menurut Hosnan(2014: 275-276), pembelajaran kontekstual membantu siswa menguasai tiga hal berikut:

a. Pengetahuan, yaitu apa yang ada dipikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta

b. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan

c. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

(41)

1. Prinsip saling ketergantungan (Interdepence)

Dalam kehidupan di sekolah, siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan narasumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar. Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna antara proses belajar dengan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.

2. Prinsip perbedaan (Differentiation)

Prinsip diferensasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan.

3. Pengorganisasian Diri (Self Organization)

Prinsip pengorganisasian diri/pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

(42)

pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya.

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL, menurut Priyatni (dalam Hosnan, 2014: 278), memiliki karakteristiksebagai berikut:

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.

2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.

3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami.

4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi.

5. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan mementingkan kerja sama.

(43)

f. Langkah- langkah penerapan CTL Dalam Kelas

Menurut Trianto (2009: 111), secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Berdasarkan langkah-langkah di atas, peneliti membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu menganalisis tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Matahari di Atas Gilli untuk SMA kelas XI semester 1, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Peserta didik membuat sinopsis dari novel Matahari di Atas Gilli berdasarkan pemahaman yang mereka miliki setelah membaca novel tersebut

2. Setelah siswa memahami isi dan mampu membuat sinopsis dari novel

(44)

3. Setelah siswa menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gillikarya Lintang Sugianto, siswa harus bisa mengaitkan isi cerita yang terdapat dalam novel dengan kehidupan nyata melalui pertanyaan untuk menggali dan menemukan konsep pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa mengaitkan baik unsur tema dan amanat dalam kehidupan mereka, sehingga dapat memahami lebih dalam menganai unsur tema dan amanat.

4. Dalam setiap kelompok, siswa bisa dibagi menjadi 4-5 orang, dan masing-masing kelompok akan dibagi teks bab 3 dan bab 5 bacaan novel Matahari di Atas Gilli. Kemudian siswa mendiskusikan unsur tema dan amanat dalam bab tersebut. Siswa secara perorangan menyampaiankan ide tentang tema dan amanat dalam bab 3 dan 5 novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto.

5. Pemodelan pada dasarnya membahasakan apa yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan. Pada dasarnya guru mempersiapkan sebuah contoh novel yang dianalisis unsur instrinsik misalnya tema. Model ini digunakan agar siswa dapat memahami untuk menganalisis sebuah tema. 6. Untuk dapat menguji pemahaman siswa, setelah pembelajaran akan selesai,

(45)

7. Guru dapat melakukan penilaian melalui analisis tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. Guru mengambil salah satu bab dalam novel tersebut, yaitu bab tiga kemudian siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dnegan cerita di dalam bab tiga dalam novel

Matahari di Atas Gilli. Pada bab tiga ini menceritakan kegiatan Suhada mengajarkan huruf-huruf dan kalimat bahasa Indonesia kepada anak-anak di Pulau Gilli.

3. Novel

a. Pengertian novel

Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang agak panjang dan meninjau kehidupan sehari-hari (Ensiklopedi Americana).

Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mangisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat imajinatif menurut The Advanced of Current Englisht(dalam Priyatni, 2010: 125).

Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang. Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel adalah relatif (Priyatni, 2010: 125).

(46)

Novel dapat menghadirkan tokoh yang lebih banyak, walau tentu tetap ada yang menjadi fokus lengkap dengan karakternya baik yang bersifat statis maupun berkembang. Demikian juga dengan aspek-aspek yang juga dapat diungkapkan secara lebih detil sehingga terlihat relistik, meyakinkan, dan mampu memberikan sebuah gambaran yang lebih utuh tentang kehidupan. Karena ceritanya panjang novel mampu memberikan berbagai kemungkinan penafsiran pembaca, dan karenanya pesan yang diberikan oleh pembaca pun tidak bersifat tunggal. Hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai sisi yang menguntungkan dari pembacaan sebuah novel (Nurgiyantoro, 2005: 288).

Dari beberapa pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat.

b. Unsur-Unsur Pembangun Novel

Unsur-unsur pendukung yang terdapat dalam novel dibagi menjadi dua yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, unsur intrinsik dalam novel adalah judul, tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, dan amanat.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya LintangSugianto.

4. Tema

a. Hakikat Tema

(47)

menurut arti katanya “tema” berarti sesuatu yang diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan.

b. Pengertian Tema

Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile, dan lain-lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita. Adakalanya memang dapat ditemukan sebuah kalimat, alinea, atau kata-kata dialog yang mencerminkan tema keseluruhan. Jadi, walau eksistensi tema itu dalam sebuah cerita tidak diragukan, dan pada umumnya dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembacaan dan pemahaman kritis (Nurgiyantoro, 2005: 80).

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya (Waluyo, 1987: 106).

(48)

c. Langkah-Langkah Menentukan Tema

Sudjiman memaparkan ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menentukan tema. Pertama, harus dilihat persoalan yang paling menonjol. Kedua, secara kualitatif, persoalan yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah tersebut digunakan secara berurutan, apabila menggunakan langkah pertama belum terjawab temanya, maka langkah berikutnya yang diambil adalah cara kedua, demikian seterusnya sampai tema yang dicari dapat ditemukan dengan tepat ( Sudjiman, 1988: 92).

d. Macam-Macam Tema

Tema merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah karya sastra, oleh sebab itu mengetahui kategori tema dalam sebuah cerita.

Waluyo (1987: 106-118), memaparkan lima macam-macam tema, yaitu: a. Tema Ketuhanan

(49)

b. Tema Kemanusiaan

Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat (martabat) yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan terhadap kemanusiaan seseorang. Para penyair memiliki kepekaan perasaan begitu dalam untuk memperjuangkan tema kemanusiaan.

c. Tema Patriotisme/kebangsaan

Tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah air. Tema patriot juga dapat diujudkan dalam bentuk usaha penyair untuk membina kesatuan bangsa atau membina rasa kenasionalan.

d. Tema Kedaulatan Rakyat

Dalam Tema kedaulatan rakyat, yang kuat adalah protes terhadap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa yan tidak mendengarkan jeritan rakyat atau dapat juga berupa kritik terhadap sikap otoriter penguasa.

e. Tema Keadilan Sosial

Tema keadilan sosial ini melukiskan tentang ketidakadilan dalam masyarakat, dengan tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial ditegakkan dan diperjuangkan.

5. Amanat

a. Pengertian Amanat

(50)

amanat (Sudjiman, 1988: 57). Amanat juga sering disebut dengan moral oleh sebab itu banyak pengarang menyebut kata lain dari amanat adalah moral itu sendiri atau nilai yang terdapat dalam karya sastra.

Moral dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai suatu saran yang berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebaimana halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 81).

Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud untuk ikut meningkatnkan martabat manusia dan kemanusiaan (Waluyo, 1987: 134).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, yaitu pesan yang mengandung nilai moral yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Penyampaian amanat ini bisa tersirat dan tersurat tergantung cerita yang kita baca, oleh sebab itu dalam membaca sebuah cerita kita harus memahami keseluruhan isinya, agar dapat menarik tema dan pesan moral yang terdapat di dalamnya.

b. Teknik Penyampaian Amanat atau Pesan Moral

(51)

disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman,1988: 57).

Teknik penyampaian pesan moral dapat bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung. Teknik penyampaian yang disebut pertama bersifat menggurui, sedang yang kedua membiarkan pembaca untuk memahami dan menemukannya sendiri (Nurgiyantoro, 2005: 267).

6. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA

Kita akan mencoba mempertimbangkan satu cara yang rasional untuk menunjukkan kedudukan pengajaran sastra di dalam kurikulum pendidikan.

Dan selanjutnya, secara lebih khusus lagi akan dikemukakan pengajaran sastra macam apa yang seharusnya disajikan. Sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15).

(52)

maksimal untuk pendidikan secara utuh, dapat ditunjukkan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak, yang paling penting untuk pengajaran di SMA adalah sebagai berikut:

a. Membantu keterampilan berbahasa

Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampian menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi, atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.

b. Menunjang Pembentukan Watak

(53)

sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernialai dan mana yang tak bernilai.

Tuntutan kedua sehubungan dengan pembinaan watak ini adalah bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usahamengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Lebih dari itu, implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke luar dari krisis multidimensi yang sudah lebih dari sepuluh tahun belum menunjukkan adanya pemulihan (Mulyasa, 2008: 132).

(54)

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

1. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Muslich, 2007: 13).

b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum (Muslich, 2007: 13).

c. Kalender Pendidikan

(55)

masyarakat, dengan memehatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi (Muslich, 2007: 15).

d. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam renca pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses ( pelaksanaan pembelajarann), dan evaluasi rencana pembelajara (Muslich, 2007: 23-24). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian (Muslich, 2007: 24).

Mulyasa (2008: 138-141), mengatakan bahwa ada tujuh prinsip dasar pengembangan silabus, yaitu:

1. Relevansi

(56)

kesesuaian dan keselarasan antara silanus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai kelulusan, serta kebutuhan dunia kerja.

2. Fleksibilitas

Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

3. Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik.

4. Efektivitas

Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) dalam standar isi.

5. Efisiensi

(57)

6. Konsistensi

Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik.

7. Memadai

Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK) (Mulyasa, 2008: 154-155).

(58)

1. Fungsi perencanaan

RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

2. Fungsi pelaksanaan

RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Pembelajaran di sekolah terdapat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas utama guru adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231).

(59)

Kompetensi dasar (KD), merupakan penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi peserta didik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indoneisa yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu di jenjang SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi

Dasar

Membaca

7. Memahami berbagai hikayat,novel Indonesia/novel terjemahan

7.2 Menganalisisunsur-unsur intrinsik danekstrinsiknovelIndonesia/terjemahan

Berdasarkan standar kompetensi di atas, peserta didik harus bisa memahami berbagai bentuk karya sastra seperti hikayat, novel Indonesia maupun terjemahan. Di dalam standar kompetensi terbagi menjadi dua kompetensi dasar, yang pertama peserta didik mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat yang kedua adalah siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Untuk lebih spesifik lagi peneliti merumuskan indikator berdasarkan SK-KD di atas yang sesuai dengan penelitian ini adapun indikator sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian unsur instrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.

(60)

4. Mengidentifikasi unsur tema yang terdapat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilliberdasarkan langkah-langkah penentuan tema

5. Mengidentifikasi unsur amanat dalam bab tiga novel Matahari di Atas Gilli

berdasarkan teknik penentuan amanat.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran tema dan amanat merupakan salah satu materi yang terdapat pada siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Akan tetapi, tidak semua siswa mengetahui cara dan langkah-langkah dalam menemukan unsur tema dan amanat yang tepat dalam sebuah karya sastra khususnya novel, maka perlu dirancang sebuah bahan ajar berupa silabus dan RPP yang digunakan dalam pembelajaran dikelas. Bahan ajar yang dirancang, diharapkan dapat digunakan oleh guru dengan sebaik-baiknya dan para siswa dapat lebih mudah memahami langkah-langkah menemukan unsur tema dan amanat dalam menganalisis novel.

(61)

dilakukan dalam menemukan tema adalah dengan tiga langkah penentuan tema, yang pertama berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, kedua, berdasarkan peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, ketiga, berdasarkan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan dan tokoh.

(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode kontekstual. Metode kontekstual ini digunakan untuk meneliti unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli. Metode ini diharapkan lebih bermakna bagi para guru dan peserta didik dalam menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel

Matahari di Atas Gilli.

Proses pembelajaran alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Penelitian metode kontekstual dalam pembelajaran tema dan amanat

Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif ( Basrowi & Suwandi, 2008: 20).

(63)

Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dapat digunakan untuk menyelidiki masalah tertentu dan memerlukan suatu jawaban yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nawawi (1998: 63) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode deskriptif untuk menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel

Matahari di Atas Gilli, karena metode ini dapat membantu menemukan dengan mudah unsur tema dan amanat yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gilli.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novela, cerita pendek, drama dan puisi (Siswanto, 2010: 27) sumber data dalam penelitian ini yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas Gilli Karya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Judul buku : Matahari di Atas Gilli

(64)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian tidak dapat dilakukan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 224). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat.

1. Teknik baca

Peneliti membaca novel Matahari di Atas Gilli untuk memahami keseluruhan isi novel tersebut.

2. Teknik catat

Setelah membaca novel Matahari di Atas Gilli, peneliti mencatat hal-hal penting dalam novel yang berkenaan dengan unsur-unsur intrinsik dalam novel tersebut khususnya unsur tema dan amanat. Hal yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian terdahulu atau penelitian relevan, buku-buku yang terkait dengan metode kontekstual, teori sastra, dan skripsi.

E. Instrumen Penelitian

(65)

(treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks berdasarkan parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks itu sendiri yang berupa isi dari novel Matahari di Atas Gilli. Selain itu digunakan alat-alat bantu berupa ringkasan penting terkait isi novel tersebut. Ringkasan tersebut digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan unsur tema dan amanat dalam novel

Matahari di Atas Gilli.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Matahari di Atas GilliKarya Lintang Sugianto dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam analisis penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli.

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Peneliti terlebih dahulu membaca keseluruhan isi novel Matahari di Atas Gillikarya Lintang Sugianto

2. Peneliti meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gillikarya Lintang Sugianto

3. Peneliti menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gillikarya Lintang Sugianto dengan menggunakan metode kontekstual

(66)
(67)

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam bab ini dikemukakan data implementasi metode kontekstual terhadap pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. Novel ini terdiri dari 13 bab. Analisis unsur tema dan amanat yang terdapat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto ini dengan metode kontekstual agar para siswa dapat dengan mudah menemukan unsur tema dan amanat yang terdapat dalam novel tersebut serta penerapan dalam kelas tentang unsur intriksik yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa-siswi.

B. Pembahasan pembelajaran tema dan amanat novel Matahari di Atas Gilli

karya Lintang Sugianto dengan metode kontekstual

Melalui langkah-langkah pembelajaran metode kontekstual dapat dilakukan implementasi metode kontekstual terhadap unsur tema dan amanat dalam novel Matahari di Atas Gilli karya Lintang Sugianto. Berikut akan dideskripsikan langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang diterapkan di sekolah.

1. Peserta didik membuat sinopsis dari novel Matahari di Atas Gilli

berdasarkanpemahaman yang mereka miliki setelah membaca novel dari bab satu sampai bab tiga belas.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji koefisien kontingensi di dapatkan hasil p=0,084 (p=>0,05) yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara eskpresi reseptor estrogen dengan

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir saya dengan judul “ Sistem Komunikasi dan Monitoring Adaptif Relai Arus Lebih Terhadap

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ” Daya Repelan dan Uji Iritasi

First Order Second Moment Method (FOSMM) dapat digunakan sebagai pembagian pembebanan pembangkit pada model Probabilistic Optimal Power Flow (POPF). Output dari POPF adalah

Cover depan produk terdiri dari judul Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar;

Contoh kasus yang kerap terjadi pada jaringan internal kantor Pemerintah Kabupaten Bandung adalah penyalahgunaan akses website yang seharusnya diblokir.. Banyak cara yang

Besaran Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Komitmen Organisasi Pada rumusan masalah yang pertama sudah di jelaskan bahwa ada pengaruh antara kecerdasan