• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI semester 1."

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DENGAN METODE SAINTIFIK

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Erlita Mega Ananta NIM: 121224087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT

NOVEL

IBUK

KARYA IWAN SETYAWAN

DENGAN METODE SAINTIFIK

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Erlita Mega Ananta NIM: 121224087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

SKRIPSI

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT

NOVEL

IBUK

KARYA IWAN SETYAWAN

DENGAN METODE SAINTIFIK

(6)

iii

SKRIPSI

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT

NOVEL

IBUK

KARYA IWAN SETYAWAN

DENGAN METODE SAINTIFIK

(7)

iv

Halaman Persembahan Karya ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto Adikku, Arsenius Agung Mahardhika

(8)

v MOTO

Kerjakanlah, apa yang menjadi tugasmu akan selesai jika kamu

mengerjakannya (penulis).

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Erlita Mega Ananta

NIM : 121224087

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVELIBUKKARYA IWAN SETYAWAN

DENGAN METODE SAINTIFIK

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

Dengan demikian saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 16 Agustus2016 Yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

Ananta, Erlita Mega. 2016. Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan data dalam bentuk kutipan kata-kata.

Pembelajaran tema dan amanat yang dideskripsikan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan meliputi lima langkah pendekatan saintifik yaitu: (1) Peserta didik diminta untuk membaca novel Ibuk bab 27 karya Iwan Setyawan (mengamati), (2) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati (menanya), (3) Peserta didik membuat sinopsis bab 27 dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, (4) Menentukan tema dan amanat berdasarkan tingkatannya dan teknik amanat (pengumpulan data), (5) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut peserta didik saling bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (mengasosiasi), (6) Guru dan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut (mengomunikasikan). Hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering muncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan atasan-bawahan. Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah mengajak para pembaca untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untuk terus belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek.

(12)

ix

ABSTRACT

Ananta, Erlita Mega. 2016. The Study of Theme and The Message in Iwan Setyawan’s Ibuk with Scientific Method for Senior High School Student Class XI Semester I.

Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University.

This research aims to describe a scientific approach to the theme and message learning in Ibuk by Iwan Setyawan for literature learning for first semester sophomores. This research applies a descriptive qualitative method. Therefore, the data are in the form of words.

The theme and message learning described in Ibuk by Iwan Setyawan covers five scientific approach steps: (1) Asking the students to read chapter 27 in Ibuk(observing), (2) Letting the students ask if there is some information they do not understand (asking), (3) Asking the students to make a synopsis of chapter 27 in Ibuk, (4) Asking the students to decide the theme and messages based on the levels and message technique (collecting data), (5) Dividing the students into groups consisting of 4-5 persons. In the group, the students work together to answer the questions given. After that, they present the group result (associating), (6) Agreeing with the students on concluding the data analysis result (communicating). The result of the theme and messages inIbukby Iwan Setyawan is that the overall theme of the novel is social theme since social problems, like economy, education, culture, struggle, love, and social class problems, dominate the novel. The message underlying the novel is to encourage its readers to follow good deeds done by its characters: Bayek’s determination and spirit to study.

The theme and message in Ibuk by Iwan Setyawan is able to become a reference in learning literature for high school students since it is a part of Competence Standard 7 (understanding various hikayat and Indonesian/translated novels) and Basic Competence 7.2 (analyzing intrinsic and extrinsic elements in Indonesian/translated novels). To conduct this research, syllabus and lesson plans are also prepared in order to fulfill the competence standard and basic competence.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, nasihat, dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan serta kesabaran demi terselesainya skripsi ini.

4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku sekretaris PBSI yang telah memberikan pelayanan administrasi di Prodi PBSI.

7. Orang tuaku, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang dan mendoakan penulis agar skripsi ini dapat segera selesai.

(14)

xi

9. Tanteku, Nanik Apriyani yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

10. Omku, Suwadi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

11. Keponakanku, Angga Fredy Kurniawan yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.

12. Si Kembar Katreen Jasmina Sekar Seto, Katreena Rosea Sekar Mirah yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.

13. Sepupuku, Rosalia Purwaningtyas yang telah memberikan semangat kepada penulis.

14. Yang teristimewa untuk Bernadus Bin Frans Resi yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

15. Sahabatku, Maria Oki Marlina Sinaga yang selalu menyemangati dan menemani penulis selama penyusunan skripsi ini.

16. Teman-teman dekatku, Dewi Yulianti, Theresia Novita Dwi Puspitasari, Citra Astutiningsih, Elicha Bonita Turnip, Erwanda Wardani, Hilarion Wahyu Prasetya Widhi, Didi Setiadi, Septin Lovenia Indrati, Adi Desetyawan, Maria Ninda Yulianita, Christina Cahyaning Apsari, Ivoni Rambu Padu Leba yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

17. Teman-teman PBSI angkatan 2012 kelas C, terima kasih atas kebersamaan kita selama perkuliahan.

18. Semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Batasan Istilah ... 8

(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Penelitian Relevan ... 11

2.2 Kajian Teori ... 13

2.2.1 Pendekatan Saintifik ... 13

2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik ... 13

2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik... 15

2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik... 15

2.2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik... 16

2.2.1.5 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 17

2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan PembelajaranScientific... 19

a) Mengamati (Observing) ... 20

b) Menanya (Questioning) ... 21

c) Mengumpulkan Informasi ... 22

d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating) ... 23

e) Mengomunikasikan Pembelajaran ... 24

f) Membentuk Jejaring (Networking) ... 25

2.2.2 Hakikat Novel ... 28

2.2.3 Tema ... 29

2.2.4 Amanat ... 33

2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA ... 34

2.2.5.1 Tahap Pembelajaran Sastra di SMA ... 34

1) Bahasa ... 34

2) Psikologi ... 35

3) Latar Belakang Budaya ... 37

(17)

xiv

2.2.5.3 Silabus ... 39

1) Tiga Cara Pengembangan Silabus ... 39

2) Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus ... 40

3) Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus ... 41

4) Tujuh Komponen Utama Silabus ... 43

5) Format Silabus ... 44

2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 44

2.2.7 Kerangka Berpikir ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian (kualitatif) ... 48

3.2 Data dan Sumber Data ... 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.4 Instrumen Penelitian ... 50

3.5 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52

4.1 Deskripsi Data... 52

4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan dalam NovelIbukKarya Iwan Setyawan ... 53

4.2.1 Mengamati ... 53

4.2.2 Menanya ... 53

4.2.3 Membuat Sinopsis NovelIbukKarya Iwan Setyawan ... 53

4.2.4 Pengumpulan Data ... 86

a. Tema... 86

b. Amanat... 111

4.2.5 Mengasosiasi ... 143

4.2.6 Mengomunikasikan ... 145

4.2.7 Silabus... 146

(18)

xv

BAB V PENUTUP... 171

5.1 Kesimpulan ... 171

5.2 Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN... 177

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra sebagai pelajaran di sekolah merupakan materi yang memiliki peranan penting untuk memicu kreativitas siswa. Dengan membaca karya sastra, penginderaan seseorang menjadi peka terhadap realitas kehidupan.

(20)

Ada banyak bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012: 16).

Novel merupakan jenis sastra yang sedikit banyak memberikan gambaran tentang masalah kemasyarakatan (Damono, 1979: 3) . Novel menampilkan masalah peranan manusia dalam keluarga dan lembaga-lembaga sosial lain di samping pertikaian dan ketegangan antar kelompok dan antar kelas sosial.

Dari pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel ialah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Di dalamnya banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan seperti peranan manusia dalam keluarga dan lembaga sosial lain di samping pertikaian dan ketegangan antar kelompok dan antar kelas sosial.

(21)

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah biografi dan psikologi pengarang. Unsur ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 1995: 24). Terkait dengan unsur-unsur yang membangun sebuah novel, peneliti membatasi hanya pada tema dan amanat untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran.

Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi (Raminah Baribin dalam Wahyuningtyas, 2011: 2). Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Sumardjo & Saini, 1986: 56). Tema dikemas dalam bentuk pengamatan pengarang akan kehidupan seseorang.

Dari pengertian tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema ialah sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan, dalam menulis ceritanya, penulis tidak hanya ingin bercerita namun ingin mengatakan sesuatu kepada pembacanya.

(22)

Amanat seringkali disebut moral. Moral menurut (Kenny via Nurgiyantoro, 2005: 321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Dari pengertian amanat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat ialah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yang mengandung seruan, saran, nasihat, anjuran dan larangan. Biasanya bersifat praktis dan dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Menganalisis unsur intrinsik novel merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada dalam KTSP jenjang SMA. Dalam hal ini, pembelajaran yang dirancang oleh peneliti dapat membantu peserta didik untuk menganalisis unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel.

Sehubungan dengan pembelajaran sastra di sekolah, sebaiknya guru memperhatikan pemilihan bahan pengajaran sastra, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan guna menunjang keberhasilan pembelajaran sastra itu sendiri. Ketiga aspek tersebut yaitu bahasa, psikologi dan latar belakang budaya. Alasan mengapa peneliti memilih novel Ibuk karena dilihat dari segi bahasanya, novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami. Dari segi psikologi,

anak usia 16 tahun sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Siswa dapat berelaborasi untuk menemukan, merumuskan

(23)

budayanya, novel Ibukmenggunakan keluarga sebagai latar belakang budayanya.

Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka,

terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan

mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang disekitar mereka (Rahmanto, 1988: 31).

Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud “pikiran” di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia (Sumardjo & Saini, 1986: 2). Adapun karya sastra yang baik adalah karya sastra yang setelah dibaca, pembacanya akan merasa menemukan atau memperoleh sesuatu yang dia perlukan, sesuatu yang tidak sekadar dapat memperluas wawasannya, tetapi sesuatu yang sekaligus dapat memperkaya kehidupan batinnya. Upaya memenuhi tuntutan yang menyangkut kehidupan batin ini erat kaitannya dengan keberadaan sastra dalam konteks kebudayaan (Sarumpaet, 2002: 14-15).

(24)
(25)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah bagaimana penerapan pembelajaran tema dan amanat novel

Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI Semester I?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan penerapan pembelajaran tema dan amanat novelIbukkarya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI Semester I.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan peneliti sendiri.

1.4.1 Manfaat bagi guru

Membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra khususnya tentang menganalisis unsur intrinsik novel dengan menggunakan metode saintifik. 1.4.2 Manfaat bagi siswa

(26)

1.4.3 Manfaat bagi mahasiswa

Memberikan sumbangan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan metode saintifik dan objeknya.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai sastra khususnya unsur intrinsik yaitu tema dan amanat.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan 2014: 34).

1.5.2 Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dan praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan (Rahmanto, 1988: 38).

(27)

1.5.4 Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Stanton dan Kenny via Nurgiyantoro, 1995: 67).

1.5.5 Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).

1.5.6 Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI).

1.5.7 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakana oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 17).

1.5.8 Silabus dartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008: 132).

(28)

1.6 Sistematika Penyajian

(29)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan

Dalam penelitian Pembelajaran Tema dan Amanat NovelIbukKarya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 ini, peneliti menemukan dua penelitian yang relevan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Yustina Friska Happy Wulandari (2011) dan Cicilia Nian Erika (2011).

(30)

tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap berpikir abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain, siswa yang tahap berpikir antara sebelum dan sesudah melaksanakan uji coba produk sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikirnya menjadi lebih baik sebesar 76,9%.

b. Kedua, penelitian Cicilia Nian Erika (2011) yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Saintifik Berbasis Teks pada Pembelajaran Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015”. Cicilia Nian Erika melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran teks ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik berbasis teks di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Pendekatan saintifik berbasis teks dapat meningkatkan kompetensi pembelajaran teks ulasan film/drama, yaitu kelas XI IPS SMA Negeri Yogyakaarta semester genap.

(31)

Perbedaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erni Kustini, penelitian ini langsung menggunakan metode saintifik untuk menganalisis tema dan amanat dalam novelIbuk karya Iwan Setyawan untuk pembelajaran sastra pada siswa SMA kelas XI semester I, sedangkan penelitian yang dilakukan Cicilia Nian Erika yaitu untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran teks ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik berbasis teks di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Pendekatan Saintifik

2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

(32)

mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang

diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

(33)

bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik (Hosnan, 2014: 34-35).

2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiwa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

(34)

3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

2.2.1.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran membentukstudents self concept. 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip.

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

(35)

2.2.1.5 Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan

Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi: menggali informasi melaluiobserving/pegamatan,questioning/bertanya,experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, kemudian menyimpulkan, dan mencipta dan serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah.

Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah ini proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Menurut (Hosnan, 2014: 38) pendekatan ilmiah/scientific approach

(36)

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respons siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Sedangan menurut (Hosnan, 2014: 38-39) proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan

(37)

1) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.

2) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

3) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.

4) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

5) Hasil belajar menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan

scientificdapat dilihat, seperti tabel berikut.

2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Scientific.

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning)

(38)

kebiasaan). Pengumpulan Data

(experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan,

menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data.

Mengasosiasi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; mulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

a) Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach)

(39)

data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Item yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi siswa.

Mengamati/observing adalah “kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Dalam kegiatan pembelajaran: siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa tau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Dalam hal ini, guru menyajikan perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran. Dalam kegiatan mengamati, guru menyajikan video, gambar, miniatur, tayangan atau objek asli. Siswa bisa diajak untuk bereksplorasi mengenai objek yang akan dipelajari (Hosnan, 2014: 39-40).

b) Menanya (Questioning)

Langkah kedua pada pendekatan ilmiah atau scientific approach

(40)

pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya.

Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Diprediksi bahwa dalam pembelajaran saat ini, masih banyak siswa yang belum secara aktif bertanya dalam proses pembelajaran. Apabila hal itu benar, penyebab kurangnya siswa memberanikan diri untuk bertanya lebih dikarenakan: (1) siswa merasa dirinya tidak lebih tahu daripada guru, sebagai akibat dari kebiasaan yang satu arah: (2) adanya ganjalan psikologis karena guru lebih dewasa daripada usia siswa: (3) kurang kreatifnya guru untuk mengajukan persoalan-persoalan yang menantang siswa untuk bertanya. Karena itu, ada dua tugas guru yang perlu dilakukan, yaitu mencairkan hambatan psikologis antara guru dengan siswa dan memperkaya topik-topik pembelajaran yang aktual dengan perkembangan dan kontekstual dengan kebutuhan siswa (Hosnan, 2014: 48-49).

c) Mengumpulkan Informasi

(41)

informasi. Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun kompetisi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Pada kegiatan menanya ini, peserta didik diharapkan dapat mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ada. Jika peserta didik mengalami kesulitan, dalam mengungkapkan pertanyaan, maka guru dapat memberikan panduan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan oleh peserta didik yang lain (Hosnan, 2014: 57).

d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating)

(42)

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meskipun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber, yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan serta deduktif dalam menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Hosnan, 2014: 67-68).

e) Mengomunikasikan Pembelajaran

(43)

yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Hosnan, 2014: 75-76).

f) Membentuk Jejaring (Networking)

Langkah kelima pada scientific approach adalah networking

(44)

Menurut pandangan (Robin Forgaty, 1991 dalam Hosnan, 2014: 77) networked merupakan model pemanduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini, siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi.

(45)

Para siswa melakukan kegiatan networking ini harus dengan perasaan riang dan gembira tanpa ada rasa takut dan tekanan dari siapa pun. Guru akan melakukan penilaian autentik dalam proses pembelajaran ini dan penilaian hasil pembelajaran siswa yang aktif dan berani mengemukakan gagasan/pendapatnya secara ilmiah tentu akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa yang masih mempunyai rasa takut dan kurang percaya diri akan terlatih sehingga menjadi pribadi yang mandiri dan pribadi yang bisa dipercaya. Semua kegiatan pembelajaran akan kembali pada pencapaian ranah pembelajaran, yaitu ranah sikap, ranah kognitif dan ranah keterampilan.

(46)

2.2.2 Hakikat Novel

Novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema (Rahmanto, 1988:70).

Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2005:11).

Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16).

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:23)

(47)

karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro, 2005: 23-24). Unsur ekstrinsik meliputi psikologis dan kejiwaan, historis atau sejarah, dan unsur-unsur lain di luar teks atau naskah sastra.

2.2.3 Tema

Puncak dalam mempelajari novel sebenarnya menemukan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang telah dicerna. Kesimpulan itulah yang disebut sebagai tema (Rahmanto, 1988: 75). Tema dalam sebuah novel hendaknya tidak langsung diberikan oleh guru. Mereka harus dibiarkan agar tumbuh kesadarannya, sebagai hasil pengalaman-pengalaman mereka sendiri dalam menggauli novel-novel tersebut lewat diskusi-diskusi yang terarah dan cermat. diskusi-diskusi harus dilaksanakan secara berkesinambungan berawal dari hal-hal yang mudah dan berlanjut mengarah ke hal-hal yang cukup sulit. Para sisiwa hendaknya telah memiliki konsep sederhana yang berhubungan dengan unsur yang membangun sebuah novel seperti perwatakan, cerita, sebab akibat, sebelum mendalami ke tingkat abstraksi yang lebih lanjut.

(48)

Pernyataan-pernyataan tema yang dapat dipandang sebagai bersifat tradisional itu, misalnya: kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau ditutup-tutupi akan terbongkar juga, tindak kebenaran atau kejahatan masing-masing akan memetik hasilnya (Jawa: becik ketitik ala ketara), cinta yang sejati menuntut pengorbanan, kawan sejati adalah kawan di masa duka, setelah menderita orang baru mengingat Tuhan, atau (seperti pepatah-pantun) berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.

Pada umumnya tema-tema tradisional merupakan tema yang digemari orang dengan status sosial apapun, di manapun dan kapan pun. Hal itu disebabkan pada dasarnya setiap orang cinta akan kebenaran dan membenci sesuatu yang sebaliknya (Nurgiyantoro, 1995: 77-78). Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan bahkan boleh jadi mengesalkan, megecewakan atau berbagai reaksi efektif yang lain (Nurgiyantoro, 1995: 79).

Selain itu, Shipley (dalam Nurgiyantoro 1995:80) mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita. Shipley membedakan tema-tema karya satra ke dalam lima tingkatan yaitu:

a. Tema Tingkat Fisik

(49)

menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan.

b. Tema Tingkat Organik

Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain.

c. Tema Tingkat Sosial

Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa Masalah-masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.

d. Tema Tingkat Egoik

(50)

kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.

e. Tema tingkatdivine

Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan.

(51)

penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan.

2.2.4 Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).

Amanat sering kali disebut moral. Moral menurut (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1995:321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Moral dalam cerita dapat dipahami sebagai suatu saran yang berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebagaimana halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 81).

(52)

Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interest pengarang yang bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup manusia ini dibedakan menjadi persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 1995: 323-324).

Teknik penyampaian moral bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung dan tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung (Nurgiyantoro, 1995: 267). Pada saat ini pembaca akan memahami dan menemukan pesan yang diungkapkan penulis dalam karya sastra.

2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA

2.2.5.1 Tahap pembelajaran sastra di SMA

Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988:27) pemilihan bahan pembelajaran sastra harus didasarkan pada tiga aspek penting, yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang kebudayaan para siswa.

1) Bahasa

(53)

keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkat sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan, dan referensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan.

2) Psikologi

Perkembangan psikologi setiap anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologi anak, sehingga anak didik akan lebih mudah memahami isi karya sastra tersebut.

(54)

(a) Tahapan pengkhayal (8 sampai 9 tahun).

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

(b) Tahap romantik (10 smpai 12 tahun).

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

(c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun).

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

(d) Tahap generalisasi (umur 16 dan selanjutnya).

(55)

3) Latar belakang budaya

Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988: 31), latar belakang karya sastra bisa meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan, seperti geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral dan etika. Menurutya, siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.

2.2.5.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

(56)

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar agar dapat merumuskan indikator. Berikut ini SK-KD yang ditentukan oleh peneliti sebagai acuan pengembangan RPP.

Membaca

7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Berdasarkan SK-KD yang ditentukan, keterampilan berbahasa yang akan dicapai ialah membaca dengan Standar Kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan dan Kompetensi Dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. SK-KD ini terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI semester I. Peneliti merumuskan indikator sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut.

1) Mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik meliputi tokoh, perwatakan, alur, latar, tema, amanat, gaya.

2) Mampu mengidentifikasi unsur tema berdasarkan langkah-langkah penentuan tema.

3) Mampu mengidentifikasi unsur amanat berdasarkan teknik penyampaian moral.

(57)

2.2.5.3 Silabus

Secara sederhana, silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133).

1. Tiga Cara Pengembangan Silabus

Pengembangan Silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industri, serta perguruan tinggi. Dalam prosesnya, pengembangan silabus harus melibatkan berbagai pihak, seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota dan kabupaten, departemen agama serta sekolah yang akan mengimplementasikan kurikulum, sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing. Dengan demikian, pengembangan silabus KTSP dapat dilakukan melalui tiga cara berikut.

a) Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.

(58)

c) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya sendiri (Mulyasa, 133-134).

2. Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus

Tujuh prinsip pengembangan silabus yaitu, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi, memadai. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan melalui uraian sebagai berikut.

a) Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai dengan karakterstik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik.

b) Fleksibilitas mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa prinsip fleksibilitas mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak.

c) Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memilki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik.

(59)

diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan.

e) Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.

f) Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik.

g) Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus

(60)

pengembangan silabus berkelanjutan. Kelima langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.

a) Perencanaan. Dalam perencanaan ini, tim pengembang harus mengumpulkan informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan silabus.

b) Pelaksanaan. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) mengisi kolom identitas, (2) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, (3) mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, (4) mengembangkan indikator kompetensi hasil belajar, (5) mengidentifikasi materi standar, (6) mengembangkan pengalaman/kegiatan belajar mengajar (standar proses), (7) menentukan jenis penilaian, (8) alokasi waktu, (9) menentukan sumber belajar.

c) Penilaian. Penilaan silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan menggunakan model-model penilaian. Misalnya menggunakan model CIPP (Contect, Input, Proses, Product) dari Stuffle Beam.

d) Revisi. Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melaui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian diakukan revisi.

(61)

dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi program/rencana pelaksanaan pembelajaran (Mulyasa, 2008: 141-147).

4. Tujuh Komponen Utama Silabus

a) Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD), bisa dilihat dalam dokumen standar isi, sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. SK-KD berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.

b) Materi standar berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan guru/fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

c) Kegiatan pembelajaran berfungsi mengarahkan peserta didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya, kegiatan pembelajaran ini mencakup kegiatan awal (pembuka), kegiatan inti (pembentukan kompetensi), dan kegiatan akhir (penutup). Dalam kegiatan akhir atau penutup dapat dilakukan penilaian untuk mengecek ketercapaian kompetensi dasar oleh peserta didik.

(62)

e) Penilaian berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian dapat dilakuka secara terpadu dengan pembelajaran, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan proses dan hasil belajar. Kedua pendekatan evaluasi tersebut perlu digunakan untuk melihat dan memantau penguasaan setiap peserta didik terhadap kompetensi tertentu yang diharapkan dicapai.

f) Alokasi waktu adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan.

g) Sumber belajar berfungsi untuk mengarahkan peserta didik dan guru mengenai sumber-sumber belajar yang relevan untuk dikaji dan didayagunakan untuk membentuk kompetensi peserta didik (Mulyasa, 2008: 147-149).

5. Format Silabus

Sesuai dengan komponen-komponen silabus sebagaimana dikemukakan di atas, silabus KTSP harus mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) kegiatan belajar/pembelajaran, (6) penilaian, (7) alokasi waktu, (8) sumber belajar (Mulyasa, 2008: 149).

2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(63)

maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007: 45).

Peserta didik akan dilibatkan dalam pengembangan RPP karena peserta didik merupakan sasaran tercapainya tujuan pembelajaran dalam implementasi KTSP. Ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi dengan peserta didik menyangkut RPP ialah kompetensi, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian bagi siswa. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP untuk menyukseskan implementasi KTSP (Mulyasa, 2008:157) ialah.

a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus diakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas

pencapaiannya.

(64)

2.2.7 Kerangka Berpikir

Pembelajaran tema dan amanat merupakan salah satu materi yang terdapat pada siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Sebelum guru melaksanakan pembelajaran, ada baiknya mempersiapkan terlebih dahulu materi dan bahan ajar yang akan digunakan.

Pertama-tama, peneliti mencari novel yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Setelah mencari, akhirnya peneliti memilih novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Novel tersebut terdiri atas 49 bab, peneliti membaca novel tersebut dari bab pertama sampai bab terakhir. Setelah itu, peneliti membuat sinopsis per bab, yaitu dari bab satu sampai bab empat puluh sembilan. Langkah selanjutnya, peneliti menganalisis unsur tema dan amanat yang terdapat pada setiap bab, yaitu berupa kutipan kata-kata yang terdapat di dalam novel. Untuk menemukan tema yang terdapat dalam novel, peneliti menggunakan teori dari Shipley. Shipley dalam Dictionary of World Literature (1962: 417) membedakan tema menjadi lima tingkatan yaitu (1) tema tingkat fisik, (2) tema tingkat organik, (3) tema tingkat sosial, (4) tema tingkat egoik, (5) tema tingkatdivine(Nurgiyantoro, 1995: 80-81).

(65)

membuat silabus dan RPP. Karena keterbatasan waktu, tidak semua bab diimplementasikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memilih bab 27 untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Peneiliti menyusun RPP dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, peserta didik difokuskan untuk mencari unsur tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27. Pertemuan kedua, peserta didik difokuskan untuk mencari unsur amanat yang terdapat dalam novel Ibukbab 27.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran tema dan amanat untuk siswa SMA kelas XI semester 1 adalah metode saintifik. Metode saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Jadi, peserta didik akan diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan tentang unsur-unsur intrinsik dalam novel

(66)

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata dan bertujan untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik terhadap unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2006: 6).

Peneliti memecahkan masalah penelitian melalui ciri penelitian deskripsi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dikatakan metode deskripsi karena penelitiannya menghasilkan data tertulis berupa pendeskripsian tema dan amanat yang terkandung dalam novel yang diamati. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005:73).

3.2 Data dan Sumber Data

(67)

yang berupa kalimat-kalimat dalam dialog dan kalimat-kalimat narasi pada novel

Ibukdan kesesuainnya sebagai bahan pembelajaran.

Adapun identitas sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah. Judul novel : Ibuk

Halaman : 289 halaman Pengarang : Iwan Setyawan

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2012

Bulan terbit : Juni Kota : Jakarta

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(68)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, lebih cermat, lengkap, sistematis, dan mudah untuk diolah (Arikunto, 2002: 136). Instrumen merupakan penyelidikan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2002: 131). Dalam penelitian ini peneliti menyelidiki benda tertulis yang menunjang hasil penelitian ini yaitu novelIbukkarya Iwan Setyawan.

3.5 Teknik Analisis data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif. Langkah-langkah penelitan ini meliputi.

1. Pembandingan antardata

Data-data yang telah diperoleh melalui kegiatan membaca novel dan telah digarisbawahi yaitu mengenai metode saintifik, selanjutnya dibandingkan. Perbandingan ini dilakukan untuk mengelompokkan data-data tersebut sesuai dengan metode saintifik yang telah ditentukan.

2. Kategorisasi

(69)

interpretasi dan pengetahuan tentang moral yang dimiliki peneliti. Pendeskripsian dilakukan terhadap setiap kelompok dan dilakukan secara berurutan. Berdasarkan pendeskripsian tersebut, peneliti kemudian membuat kesimpulan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Santifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam analisis penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel

Ibukkarya Iwan Setyawan.

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Peneliti terlebih dahulu membaca keseluruhan isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan.

2. Peneliti meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.

3. Peneliti menganalisis unsur tema dan amanat dalam novelIbukkarya Iwan Setyawan dengan menggunakan metode saintifik.

(70)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Dalam bab ini akan mendeskripsikan tentang pendekatan saintifik terhadap pembelajaran tema dan amanat dalam novelIbuk karya Iwan Setyawan. Novel ini terdiri atas 49 bab. Dari 49 bab tersebut, peneliti menggunakan metode saintifik untuk menganalisis tema dan amanatnya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

(71)

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses ini bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan Dalam NovelIbukKarya Iwan Setyawan.

Berikut akan dikemukakan penerapan metode saintifik yang akan digunakan untuk pembelajaran di kelas XI semester I guna mencari tema dan amanat yang terdapat di dalam novelIbukkarya Iwan Setyawan.

4.2.1 Peserta didik diminta untuk membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan (mengamati).

4.2.2 Setelah membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati (menanya).

(72)

1.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu”

Bab ini menceritakan tentang seorang anak kecil yang bernama Tinah. Tinah harus mengubur harapan untuk menyelesaikan sekolahnya di Taman Siswa Batu. Ia jatuh sakit saat menjelang ujian akhir kelas 6. Semenjak itu, ia tak pernah kembali ke sekolah. Buat anak perempuan tidak apa-apa tidak sekolah, kata Mak Gini, ibunya. Tinah akhirnya tinggal di rumah membantu ibunya mengurus kelima adiknya. Ketika umur 16, Tinah membantu Mbok Pah, neneknya berjualan baju bekas di pasar Batu. Dari situ, Tinah diajari untuk membuka kios, melipat baju, dan tawar-menawar. Di sebelah kos Tinah terdapat penjual tempe, Cak Ali namanya. Matanya tak pernah lepas dari Tinah, ia sering memberi tempe untuk Tinah sebelum menutup kiosnya. Tinah kadang membawakan sarapan untuk Cak Ali, tempe goreng atau sambal goreng masakannya. Tak hanya Cak Ali yang jatuh hati kepada Tinah, playboy pasar Sim ternyata diam-diam juga suka menatap Tinah. Tatapan mata Sim menyelinap di hati Tinah dan menyesakkan dadanya. 3.2 Bab 2 “Sebuah Awal Sebuah Keberanian”

(73)

memulai pembicaraan. Tinah akhirnya memulai percakapan dan keduanya larut dalam obrolan. Sim menceritakan tentang hidupnya, bahwa ia belum pernah melihat wajah orang tua kandungnya, karena sejak umur tiga bulan, ia diasuh oleh saudara bapaknya yang ada di Malang.

3.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintamu”

Bab ini menceritakan tentang kedatangan Sim ke rumah Tinah untuk kedua kalinya, yaitu Sim berniat mengajak Tinah untuk menonton layar tancep di lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus! Ajak Sim bersemangat. Sesuai janji Sim, minggu depannya Sim menjemput Tinah selepas Azan magrib. Untuk pertama kalinya Tinah memberanikan diri keluar rumah dengan lelaki yang baru saja ia kenal. Selama menonton layar tancep, mata Tinah tak pernah lepas dari layar lebar yang ada di depannya. Sim dan Tinah duduk bersebelahan saat menonton film India. Tak terasa, delapan bulan sudah Sim dan Tinah saling mengenal satu sama lain, Sim juga sudah tidak pernah mengunjungi Suci anak juragannya yang ada di Malang, karena bagi Sim Tinah sudah memberikan napas baru untuknya.

3.4 Bab 4 “Maukah Kau Hidup Susah Denganku”

Referensi

Dokumen terkait

adalah strategi mengurangi kerugian dan strategi menambah keuntungan orang lain yang mematuhi maksim kebijaksanaan pada tuturan dalam novel Ibuk karya

lain dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan menggunakan teori strategi. kesantunan Brown dan Levinson, khususnya strategi

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu peranan orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, didasari dari pengalaman bapak dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, mendeskripsikan citra tokoh perempuan (Ngatinah) sebagai ibu dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dan melihat nilai yang lebih dominan yang

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu peranan orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, didasari dari pengalaman bapak dan

terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah harapan orang tua untuk melihat anaknya menjadi orang yang sukses dan kepercayaan seorang anak bahwa. doa

Dengan adanya metode inkuiri siswa dapat mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh..