ABSTRAK
Fidelia Destyari Dyan Irianti. 2016. Hubungan Kemandirian Belajar dan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Fisika Kelas XI-IPA Semester 2 SMA Pius Bakti Utama Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika kelas XI-IPA semester 2 di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisa korelasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika, (2) hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, dan (3) hubungan kemandirian belajar dan fasilitas belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pius Bakti Utama Purworejo pada bulan Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo dengan jumlah sampel 21 siswa. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan teknik pengkodingan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika, (2) terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, dan (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar.
ABSTRACT
Fidelia Destyari Dyan Irianti. 2016. The Relation Between Learning Independence, Learning Facility and Learning Result In Physics Subject In Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School In Grade XI Physical Science In The Second Semester Of The Academic Year 2015/2016. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
A research has been conducted to find out the relation between learning independence, learning facility, and learning result ini Physics subject in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School in grade XI physical science of the academic year 2015/2016. The design of this research is descriptive quantiative with correlation analysis. The aim of this research is to find out 1) the relation between learning independence and the learning result in Physics subject, 2) the relation between learning facility and the learning result in Physics subject and 3) the relation between learning independence and learning facility in Physics subject. The research was conducted in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School in June 2016. The population in this research covers all of the students in grade XI physical science in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School which amounts to 21 students as the samples. The data is gathered from the questionnare, interview, and documentation. The data of this research then being analiyzed using Pearson correlation analysis technique with the significance level 0.05 and coding technique.
The result shows that 1) there is no positive and significant relation between the learning independence and the learning result in Physics subject, 2) there is positive and no significant relation between learning facility and learning result in Physics subject, and 3) there is a positive and significant relation between learning independence and learning facility.
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI-IPA SEMESTER 2
SMA PIUS BAKTI UTAMA PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH :
FIDELIA DESTYARI DYAN IRIANTI NIM : 121424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI-IPA SEMESTER 2
SMA PIUS BAKTI UTAMA PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH :
FIDELIA DESTYARI DYAN IRIANTI NIM : 121424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis ini teruntuk :
1. RC. Irlan Iriantoro dan Y. Tri Wahyuni tercinta sebagai kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan motivasi terbaiknya untuk penulis.
2. Adikku Ernesta Novasty Yulan Irianti dan Yulitta Irvine Tryhastya Irianti yang selalu memberikan semangatnya.
3. Fransiskus Xaverius Andy Prasetya teman dan sahabat yang senantiasa sabar dan setia memotivasi penulis.
4. Regina Risa, Peni, Theresia, dan Hermana yang selalu memberikan dukungan untuk penulis.
v
MOTTO
“ Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu” (Lukas 6: 30)
“Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri. Sebelum menguatkan orang lain saya harus menguatkan diri sendiri dahulu” (Petrus
Claver)
“Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati” (W. M. Thancheray)
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibrani 10:24)
viii
ABSTRAK
Fidelia Destyari Dyan Irianti. 2016. Hubungan Kemandirian Belajar dan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Fisika Kelas XI-IPA Semester 2 SMA Pius Bakti Utama Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika kelas XI-IPA semester 2 di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisa korelasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika, (2) hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, dan (3) hubungan kemandirian belajar dan fasilitas belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pius Bakti Utama Purworejo pada bulan Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo dengan jumlah sampel 21 siswa. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan teknik pengkodingan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika, (2) terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, dan (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar.
ix
ABSTRACT
Fidelia Destyari Dyan Irianti. 2016. The Relation Between Learning Independence, Learning Facility and Learning Result In Physics Subject In Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School In Grade XI Physical Science In The Second Semester Of The Academic Year 2015/2016. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
A research has been conducted to find out the relation between learning independence, learning facility, and learning result ini Physics subject in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School in grade XI physical science of the academic year 2015/2016. The design of this research is descriptive quantiative with correlation analysis. The aim of this research is to find out 1) the relation between learning independence and the learning result in Physics subject, 2) the relation between learning facility and the learning result in Physics subject and 3) the relation between learning independence and learning facility in Physics subject. The research was conducted in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School in June 2016. The population in this research covers all of the students in grade XI physical science in Pius Bakti Utama Purworejo Senior High School which amounts to 21 students as the samples. The data is gathered from the questionnare, interview, and documentation. The data of this research then being analiyzed using Pearson correlation analysis technique with the significance level 0.05 and coding technique.
The result shows that 1) there is no positive and significant relation between the learning independence and the learning result in Physics subject, 2) there is positive and no significant relation between learning facility and learning result in Physics subject, and 3) there is a positive and significant relation between learning independence and learning facility.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kemandirian Belajar dan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Fisika Kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini adalah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari jika skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dan dukungan dari beberapa pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari,M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang sabar, penuh pengertian, dan memotivasi pada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Akademik
xi
6. Segenap dosen program studi Pendidikan Fisika dan karyawan JPMIPA yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak R.C. Irlan selaku guru mata pelajaran Fisika di SMA Pius Bakti
Utama Purworejo yang telah membimbing penulis dengan memberikan kritik dan saran dalam upaya pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.
8. Siswa kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo atas partisipasi dan
kerjasama dalam pelaksanaan peneltian.
9. Keluarga tercinta bapak, ibu, dan adikku Ernesta Novasty Yulan Irianti dan
Yulitta Irvine Tryhastya Irianti yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa dalam penyelesaian penelitian dan skripsi.
10. Kakakku Fransiskus Xaverius Andy Prasetya yang tak pernah lelah
menanyakan perkembangan skripsi, memberikan semangat, dukungan, dan pengertian kepada penulis.
11. Sahabat – sahabat terbaikku Regina Risa Dewi, Natalia Peni Suharyanti, Theresia Emilia Woghe, Lusi Indriyani, Fransiska Ernawati, Hermana Cardayo, Edward Arung, Lusiana Ade, Desi Fridayanti, Enjang Oktaviani yang membantu, memberikan dukungan pada penulis.
12. Serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan skripsi ini.
xii
saran dari pembaca yang membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….
i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 4
C. Tujuan Penelitian ………... 5
D. Pembatasan Masalah ………... 6
E. Hipotesa Penelitian ………... 6
F. Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar …………...………... 8
B. Kemandirian Belajar ………... 9
C. Fasilitas Belajar ……….. 13
D. Hasil Belajar ………... 15
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ………... 17
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 25
xv
D. Variabel Penelitian ………... 26
E. Instrumen Penelitian ………... 27
F. Validitas Instrumen ...………... 30
G. Metode Analisis Data ...………... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………... B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………... C. Pembahasan Hasil Penelitian……….…………...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...
B. Keterbatasan Penelitian...………...……... C. Saran...………...
DAFTAR PUSTAKA …..………...
36
41
49
55
55
56 57
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi – kisi Kuisioner Kemandirian Belajar ...………... 28
Tabel 3.2. Kisi – kisi Kuisioner Fasilitas Belajar …………....………. 28
Tabel 3.3. Kisi – kisi Pertanyaan Wawancara ……….…….... 30
Tabel 3.4. Klasifikasi Kemandirian Belajar ……….…………... 32
Tabel 3.5. Klasifikasi Fasilitas Belajar ………. 33
Tabel 4.1. Skor Kemandirian Belajar...………... 36
Tabel 4.2. Sebaran Frekuensi Skor Kemandirian Belajar………. 37
Tabel 4.3. Skor Fasilitas Belajar…....……….... 38
Tabel 4.4. Sebaran Frekuensi Skor Fasilitas Belajar...……….... 39
Tabel 4.5. Nilai Ulangan Akhir Semester Fisika ………...………... 39
Tabel 4.6. Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika ..……….... 40
Tabel 4.7. Korelasi Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Fisika……... 41
Tabel 4.8. Korelasi Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Fisika ..……….... 42
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ...………... 60
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Meneliti ………. 61
Lampiran 3. Kuisioner Kemandirian Belajar ………... 62
Lampiran 4. Kuisioner Fasilitas Belajar ………... 65
Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara ………....…... 69
Lampiran 6. Validasi Instrumen………...………. 70
Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ………....……… 80
Lampiran 8. Nilai UAS ………... 94
Lampiran 9. Hasil Wawancara ………...…… 96
Lampiran 10. Koding Hasil Wawancara ………...…… 106
Lampiran 11. Soal UAS ..………...………. 122
Lampiran 12. Skor Kuisioner Kemandirian Belajar ………. 135
Lampiran 13. Skor Kuisioner Fasilitas Belajar ………... 136
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan siswa dan guru (Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyan, 2013: 19). Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam pelaksanaan fungsi pendidikan ini sekolah mengadakan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Kemampuan belajar siswa dapat meningkat apabila dalam kegiatan belajar yang dilakukan di kelas, siswa lebih aktif dan tekun mempelajari materi – materi yang di ajarkan oleh guru.
Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru tidak banyak mengambil tindakan. Siswa memiliki kebebasan atau keleluasaan melakukan kegiatan belajar di sekolah tanpa tekanan guru/pihak lainnya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 196-197).
Kegiatan belajar yang mandiri lebih menitikberatkan pada kesadaran belajar siswa atau lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada diri siswa sendiri (Rusman, 2014: 357). Kemandirian dalam belajar ini didukung dengan kegiatan membentuk kelompok belajar ataupun berdiskusi saling bertukar informasi dengan teman. Melalui proses belajar ini siswa akan mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang telah diperoleh tersebut dapat dilihat melalui hasil belajarnya. Keberhasilan belajar siswa dalam proses belajarnya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan dari luar diri. Faktor dari dalam diri misalnya minat, kecerdasan, kemandirian, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri misalnya kurikulum, program, sarana dan fasilitas.
Ketika peneliti menjaga Uji Coba UN di sekolah tersebut, para siswa saling bertanya satu sama lain. Sepertinya memang budaya ini sudah dilakukan sejak para siswa masih duduk di tingkat sekolah dasar sehingga sudah mengakar kuat dalam diri para siswa. Oleh karena itu kemandirian harus ditanamkan pada siswa agar mampu mengemban tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Siswa yang dapat belajar dengan mandiri memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar siswa merupakan bagian dari kepribadian dari diri siswa yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosialnya. Kemandirian belajar siswa merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, tanggung jawab, dan motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri (Rusman, 2014: 359). Kemandirian belajar siswa sendiri sangat penting dalam belajar, khususnya dalam belajar fisika. Dalam belajar fisika tidak hanya sekedar menghafalkan teori saja, namun siswa diajak untuk berpikir bagaimana menyelesaikan persoalan yang dikaitkan dengan teori. Berpikir kreatif dan mandiri dalam belajar akan membuat siswa lebih paham pada materi fisika dan juga akan mendapatkan hasil yang baik.
Fasilitas belajar merupakan salah satu contoh faktor eksternal siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan orang dalam proses belajar. Jika siswa kekurangan fasilitas belajar dalam belajarnya, siswa akan memiliki dampak yang kurang baik bagi hasil belajarnya. Sebaliknya apabila siswa memiliki fasilitas belajar yang cukup memadai dalam belajarnya, diharapkan siswa memiliki proses belajar yang baik sehingga berdampak baik pula dengan hasil belajarnya. Penggunaan fasilitas belajar yang memadai diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Sehubungan dengan hal ini maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di SMA Pius Bakti Utama Purworejo, karena sekolah tersebut merupakan sekolah peneliti. Peneliti ingin melihat bagaimana hubungan kemandirian belajar dan fasilitas belajar siswa yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “ Hubungan Kemandirian Belajar dan Fasilitas Belajar Terhadap
Hasil Belajar Fisika Kelas XI IPA Semester 2 SMA Pius Bakti Utama Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang positif antara kemandirian belajar terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara fasilitas belajar terhadap
hasil belajar fisika siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara kemandirian belajar dengan
fasilitas belajar siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar terhadap hasil
belajar fisika siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui hubungan antara fasilitas belajar terhadap hasil
belajar fisika siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016.
D. Pembatasan Masalah
Agar pengkajian masalah dalam penelitian tidak terlalu luas, maka diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA di SMA Pius Bakti Utama Purworejo pada semester 2, tahun ajaran 2015/2016.
2. Objek penelitian adalah pengaruh kemandirian belajar, fasilitas belajar
dan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo.
3. Hasil belajar siswa di kelas XI IPA pada semester 2 SMA Pius Bakti Utama Purworejo dengan menggunakan nilai UAS.
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan permasalahan peneliti yaitu tentang ada tidaknya hubungan kemandirian belajar, fasilitas belajar terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA Pius Bakti Utama Purworejo yang diukur melalui nilai hasil belajar siswa.
1. H0: tidak ada hubungan antara kemandirian belajar terhadap hasil belajar
H1: ada hubungan antara kemandirian belajar terhadap hasil belajar 2. H0: tidak ada hubungan antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar
3. H0: tidak ada hubungan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar.
H1: ada hubungan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan ada manfaat, antara lain: 1. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi orang tua
Sebagai informasi dan pedoman orang tua siswi dalam mengambil kebijakan yang yang baik bagi anak-anaknya yang sedang belajar 4. Bagi penelitian
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi, dan berkembang karena belajar (Suryabrata, 2002, dalam Nyayu Khodijah, 2014: 47).
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 13). Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1999: 68).
Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “. . . acquisition of any relatively permanent change in behavior
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. (Muhibbin Syah, 2008: 65)
Menurut W. S. Winkel dalam Susanto (2015) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu pengetahuan atau pemahaman baru yang membuat seseorang itu terjadi perubahan perilaku dalam berpikir maupun bertindak.
B. Kemandirian Belajar
Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri (Rusman, 2014: 353). Kemandirian belajar siswa disini berarti kemandirian siswa dalam belajar. Kemandirian siswa dalam belajar ini maksudnya siswa mampu belajar secara mandiri, dengan inisiatif sendiri.
guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar (Rusman, 2014: 355).
Menurut Moore (dalam Keegan, 1991) kemandirian belajar peserta didik adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya (Rusman, 2014: 365).
Dikatakan bahwa kemandirian belajar sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Haris Mudjiman, 2011: 1). Kemandirian belajar yang dimaksudkan disini adalah kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, kegigihan, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuannya. Pengetahuan yang dimiliki tersebut diperoleh dari sumber belajar yang digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini pembelajar sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.
Herman (1994) menjelaskan bahwa kemandirian belajar merupakan keharusan dalam belajar dewasa ini sejauh pelajaran itu diarahkan kepada hari depan pelajar, yang dengan nyata dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat.
Haris Mudjiman (2011: 9-10) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang belajar mandiri yaitu:
2. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang luar.
3. Tidak mau didikte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara
terus-menerus diberitahu apa yang harus dilakukan.
4. Orang dewasa mengharapkan penerapan dengan segera dari apa yang dipelajari; mereka tidak dapat menerima penerapan yang tertunda. 5. Lebih senang dengan problem-centered learning daripada
content-centered learning.
6. Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada mendengarkan ceramah guru.
7. Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik), karena mereka tidak datang belajar „dengan tangan
kosong‟.
8. Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar-pengalaman sangat menyenangkan, dan bisa berbagi.
9. Merencanakan dan mengevaluasi belajar dalam batas tertentu
bersama-sama dengan guru.
10. Belajar dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan
menyerap.
(Rusman, 2014: 355). Selain itu teman juga dapat dijadikan alat untuk mengukur kemampuannya.
Kemandirian belajar diberikan kepada peserta didik dengan maksud supaya peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri kedewasaan orang yang terpelajar (Rusman, 2014: 359).
Konsep kemandirian belajar menggambarkan adanya kendali belajar serta penentuan waktu dan tempat belajar yang berada pada diri siswa yang belajar (Tonny Dodds, 1983, dalam Bambang Warsita, 2011: 147).
mendiskusikan dengan teman, guru/instruktur, atau orang lain yang lebih mengerti tentang materi tersebut.
C. Fasilitas Belajar
Menurut Gie (2002) dalam bukunya yang berjudul Cara Belajar Yang Efisien, “untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar
yang memadai, antara lain ruang belajar yang baik, perabotan belajar yang tepat, perlengkapan belajar yang efisien”.
Menurut Djamarah (2010: 47) “fasilitas adalah segala sesuatu yang
memudahkan seseorang untuk mencapai tujuan belajar”. Fasilitas yang
mendukung seseorang dalam kegiatan belajar akan membuat proses belajar yang menyenangkan. Fasilitas belajar yang memadai sangat penting dalam pencapaian hasil belajar yang memuaskan.
Menurut Slameto (2010) dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, “Anak yang sedang belajar juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya akan terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.” . Fasilitas
belajar yang memadai sangat mendukung kegiatan belajar siswa sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik pula.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Fasilitas belajar adalah sesuatu yang memudahkan seseorang dalam
belajar.
2. Fasilitas belajar berperan dalam kesuksesan belajar seseorang yang
sedang belajar.
3. Fasilitas yang dimaksud berupa alat-alat kelengkapan belajar seperti buku-buku pelajaran, alat tulis, ruang/tempat belajar, meja, kursi, dan peralatan lain yang menunjang kegiatan belajar.
4. Semakin lengkap fasilitas yang dimiliki seseorang maka semakin baik
hasil belajarnya.
Macam-macam fasilitas belajar menurut Gie (2002: 33-54) adalah sebagai berikut:
1. Ruang atau Tempat Belajar Yang Baik
Agar dapat melakukan belajar dengan sebaik-baiknya adalah dengan memiliki suatu ruang atau tempat belajar. dengan adalanya ruang atau tempat belajar yang baik, maka siswa akan memiliki kesiapan belajar sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Tempat belajar yang baik harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Penerangan Cahaya
tidak berlebihan dan tidak kurang, melainkan memadai untuk belajar yang sebaik-baiknya.
b. Peredaran Udara
Tempat belajar yang baik hendaknya memiliki peredaran udara yang lancar, yaitu yaitu bisa keluar masuk dari dua arah. Kamar yang pengab tanpa peredaran udara atau peredaran udaranya kecil akan membuat mengantuk dengan akibat tidak dapat melakukan belajar dengan baik.
2. Perabotan Belajar Yang Lengkap
Perabotan belajar yang perlu diperhatikan untuk kegiatan belajar yang baik yaitu meja belajar, kursi belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar.
3. Perlengkapan Belajar Yang Efisien
Perlengkapan yang digunakan dalam belajar haruslah efisien artinya adalah perlengkapan belajar dapat membantu tercapainya perbandingan antara usaha belajar dengan hasil belajar. perlengkapan belajar yang dimaksudkan disini seperti bolpen, buku acuan (buku-buku pelajaran), karet penghapus, penajam pensil, penggaris, pensil, dan lain-lain.
Menurut Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yanng diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
(Ahmad Susanto, 2015: 5)
Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu (Gronlund, 1976 dalam Nyayu Khodijah, 2014: 189).
Menurut Sudijarto (1993), hasil belajar adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Karenanya, hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 189).
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana 1989: 3).
inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
(Abdul Majid, 2014: 28)
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
“Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala
alam dan interaksi gejala-gejala alam itu” (Marthen Kanginan, 1997: 1). “Ilmu fisika diyakini bahwa alam terdiri atas materi dan energi” (T.
Sarkim, 2013: 129). Berdasarkan pengertian di atas berarti fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya yang terdiri dari materi dan energi.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar fisika adalah hasil dari perubahan dalam rangkaian proses belajar fisika yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (Susanto, 2015: 15).
Menurut Suryabrata, 2014 dalam Nyayu Khodijah (2014: 58) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: a. Faktor-faktor Fisiologis
1) Keadaan tonus jasmaniah pada umumnya. Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada kesiapan dan aktivitas belajar. Agar sesorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah (Slameto, 2010: 55).
2) Keadaan fungsi fisiologis tertentu. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama kesehatan pancaindra akan memepengaruhi belajar. Pancaindra merupakan alat untuk belajar oleh karena itu pancaindra yang berfungsi dengan baik merupakan syarat untuk belajar tersebut berlangsung dengan baik.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2010: 57). Adanya minta terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Menurut Dalyono (2010) timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
2) Motivasi
Motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan (Dalyono, 2010: 57)
Inteligensi merupakan modal utama dalam melakukan aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Chaplin dalam Slameto (2010) inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam sitiasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
4) Memori
Memori merupakan kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang baik.
5) Emosi
Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang positif akan sangat membantu kerja saraf otak untuk “merekatkan” apa yang dipelajari ke dalam memori (Goleman,
1995; LeDoux, 1993, MacLean, 1990). Karena informasi pelajaran yang dikirim ke pusat memori melalui amygdala sebagai pusat emosi berjalan tanpa halangan.
2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: a. Faktor-faktor Sosial
Orang tua sangat berperan penting dalam belajar anak. Pola asuh orang tua, fasilitas belajar yang disediakan, perhatian, dan motivasi merupakan dukungan belajar yang harus diberikan orang tua untuk kesuksesan belajar anak.
Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidaknya peralatan/media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar, dan sebagainya. Dalyono (2010: 59)
dalam studinya. Namun adapula orang tua yang menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik sehingga ketika orang tua mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/mengejar kekurangannya.
2) Guru
Kompetensi pribadi dan profesionalis guru sangat berpengaruh pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak didik.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. (Dalyono, 2010: 65)
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar (Dalyono, 2010: 66)
Kehadiran orang lain secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh buruk atau baik pada belajar seseorang. Relasi siswa dengan siswa yang tidak baik akan menyebabkan adanya grup di dalam kelas yang saling bersaing secara tidak sehat. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok (Slameto, 2010: 66). Akibatnya semakin parah masalahnya dan akan menggangu belajarnya. Perlunya menciptakan relasi yang baik antarsiswa dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
Selain itu teman bergaul siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. (Slameto, 2010: 71)
b. Faktor-faktor Non Sosial
Keadaan udara dan suhu yang terlalu panas dapat membuat seseorang tidak nyaman belajar sehingga juga tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Waktu (pagi, siang, atau malam).
Sebagian besar orang lebih mudah memahami pelajaran di waktu pagi hari dibandingkan pada waktu siang atau sore hari. 3) Tempat (letak dan pergedungannya).
Seseorang biasanya sulit belajar di tempat yang ramai dan bising.
4) Alat-alat atau perlengkapan belajar.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data untuk mengetahui hubungan antara variabel kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi. Dalam penelitian ini terdiri dari 21 siswa. Untuk melihat adanya hubungan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika. untuk melihat adanya hubungan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika dilakukan dengan menggunakan angket dan tes yang dijadikan parameter penilaian yang dikerjakan siswa. Sedangkan untuk memperkuat data kuantitatif yang diperoleh maka dilakukan wawancara.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eks post fakto. Penelitian eks post fakto adalah peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang
ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi (Sukardi, 2008: 166). B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini adalah akhir bulan Mei sampai dengan awal bulan Juni 2016.
C. Sampel Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas XI SMA Pius Bakti Utama Purworejo
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang dilakukan adalah kemandirian belajar, fasilitas belajar, dan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2010: 60).
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar dan fasilitas belajar siswa.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa yang didapatkan dari nilai Ulangan Akhir Semester Genap.
E. Instrumen Penelitian 1. Survei/Angket/Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199) .
Menurut Suparno (2008: 54) survei dibedakan dalam dua bentuk berdasarkan pertanyaannya:
a. Pertanyaan pilihan ganda atau tertutup. Siswa hanya harus memilih
jawaban yang sudah disediakan. Model ini akan memudahkan dalam menganalisis.
b. Pertanyaan terbuka. Siswa dapat leluasa menjelaskan jawabannya. Model pertanyaan ini lebih sulit menganalisisnya karena jawabannya dapat bermacam-macam dan alasannya juga sangat terbuka.
kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel 3.1 dan fasilitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar
No. Indikator No. Angket Jumlah
1 Siswa memiliki
kesiapan dalam belajar
1, 2, 3, 4 4
2 Siswa memiliki minat belajar fisika
4 Kebebasan siswa dalam mengupayakan dirinya
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Fasilitas Belajar
No. Indikator No. Angket Jumlah
No. Indikator No. Angket Jumlah 3 Keberadaan
pembimbing
13, 14 2
4 Kondisi tempat belajar di rumah
15, 16, 17, 18,19, 20 6
5 Kondisi fasilitas belajar di rumah
7 Keberadaan alat hitung yang digunakan untuk
Dokumen artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah pengumpulan data-data lewat pengumpuulan benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen catatan harian, daftar nilai, foto-foto, dan lain-lain (Suparno, 2014: 62). Data yang dikumpulkan dengan metode dokumentasi adalah data berupa daftar nilai hasil ulangan akhir semester 2 fisika siswa kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo.
3. Wawancara
(Suparno, 2014: 61). Wawancara ini bertujuan untuk menguatkan hasil kuesioner mengenai kemandirian belajar dan fasilitas belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara
Jenis Indikator Nomor item
Kemandirian Belajar Persiapan alat untuk belajar
Cita-cita yang dimiliki 7, 8 Perasaan dan usaha
ketika mengalami remedi
9
Fasilitas Belajar Sumber belajar 1
Alat tulis 2
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Sitiatava Rizema Putra, 2013: 166). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian (Nana Sudjana, 2010: 12).
Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity atau validitas isi. Yang dimaksud validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2008: 123). Sebelum melakukan penelitian, pada penelitian ini peneliti melakukan uji validitas dengan cara memberikan lembar uji validasi kuesioner kepada dua pakar ahli, disini peneliti meminta bantuan dari dua dosen, dimana salah satunya adalah dosen pembimbing.
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu dengan menggunakan korelasi Pearson untuk data kuantitatif dan koding untuk data kualitatif.
Peneliti ini menggunakan angket atau kuesioner. Angket yang sudah diisi oleh siswa kemudian dianalisis menggunakan skor-skor yang telah ditetapkan dan dengan metode kuantitatif dihubungkan dengan hasil belajar fisika siswa yaitu nilai Ulangan Akhir Semester. Analisis data kuantitatif untuk angket/kuesioner, yaitu:
1. Angket/Kuesioner
a. Kemandirian Belajar
Teknik pemberian skor kuesioner kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
1) Siswa menjawab SS mendapat skor 4 2) Siswa menjawab S mendapat skor 3 3) Siswa menjawab TS mendapat skor 2 4) Siswa menjawab STS mendapat skor 1
Kuesioner kemandirian belajar terdiri dari 28 pertanyaan dan memiliki skor maksimal yaitu 4, sehingga perhitungan untuk menentukan batas kelas masing-masing kuesioner adalah sebagai berikut:
Skor maksimal : 4 x 28 = 112 Skor minimal : 1 x 28 = 28 Lebar kelas : 112 – 28 = 84 Panjang kelas interval adalah
Panjang interval kelas adalah 16,8 dan jika dibulatkan menjadi 17. Tabel 3.4 Klasifikasi Kemandirian Belajar
Interval Skor Kemandirian Belajar
Klasifikasi
95-112 Sangat tinggi
78-94 Tinggi
62-77 Sedang
45-61 Rendah
b. Fasilitas belajar
Teknik pemberian skor kuesioner kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
1) Siswa menjawab a mendapat skor 4 2) Siswa menjawab b mendapat skor 3 3) Siswa menjawab c mendapat skor 2 4) Siswa menjawab d mendapat skor 1
Kuesioner fasilitas belajar terdiri dari 26 pertanyaan dan memiliki skor maksimal yaitu 4, sehingga perhitungan untuk menentukan batas kelas masing-masing kuesioner adalah sebagai berikut:
Skor maksimal : 4 x 26 = 104 Skor minimal : 1 x 26 = 26 Lebar kelas : 104 – 26 = 78 Panjang kelas interval adalah
Panjang interval kelas adalah 15,6 dan jika dibulatkan menjadi 16. Tabel 3.5 Klasifikasi Fasilitas Belajar
Interval Skor Fasilitas Belajar Klasifikasi
90-114 Sangat tinggi
74-89 Tinggi
58-73 Sedang
42-57 Rendah
2. Menghitung Koefisien Korelasi
Untuk menganalisis data adanya korelasi antara kemandirian belajar, fasilitas belajar, dan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 atau menghitung secara manual korelasi Pearson. Apabila hasil rcrit < rxy perhitungan maka ada korelasi antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika. Korelasi Product Moment Pearson adalah sebagai berikut (Suparno, 2014: 80-81):
∑ ̅ ̅ √∑ ̅ ∑ ̅
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara Variabel X dan Variabel Y, dua
Variabel yang dikorelasikan
xi = kemandirian belajar atau fasilitas belajar
̅ = rata-rata kemandirian belajar atau fasilitas belajar
yi = hasil belajar
̅ = rata-rata hasil belajar
Bila koefisien korelasi sampel sudah diketahui, untuk membuktikan apakah korelasi sungguh signifikan adalah sebagai berikut:
1) Ho:Pxy=0 (hipotesis nol) 2) Hi:Pxy≠0 (hipotesis alternatif) 3) Signifikan level α=0,05
5) rcrit (koefisien critical) dicari dari table korelasi. Dan dari daerah rejeksi.
6) Menghitung koefisien korelasi (robs) dengan perhitungan di atas.
7) Kesimpulan : jika robs (koefisien korelasi perhitungan) jatuh dalam daerah rejeksi, maka hipotesa nol ditolak. Bila tidak maka diterima.
Bila /robs/>/rcrit/ maka signifikan.
Dokumentasi hasil belajar fisika siswa diperoleh dari nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) 2 dikorelasikan dengan kemandirian belajar dan fasilitas belajar. Hubungan antara kemandirian belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar fisika dianalisis dengan Koefisien Korelasi Pearson.
3. Koding Kemandirian Belajar dan Fasilitas Belajar
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Kemandirian Belajar
Hasil penskoran kuesioner kemandirian belajar siswa adalah tampak pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Skor Kemandirian Belajar
No. Sampel Skor
Tabel 4.2 Sebaran Frekuensi Skor Kemandirian Belajar No Interval Frekuensi
1 28-44 0
Gambar 1. Histogram Sebaran Skor Kemandirian Belajar 2. Fasilitas Belajar
Hasil penskoran kuesioner kemandirian belajar siswa adalah tampak pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Skor Fasilitas Belajar
No. Sampel Skor
1 72
2 68
3 69
4 72
5 81
6 79
7 70
8 67
9 67
10 82
11 70
12 77
13 86
14 72
15 79
16 70
17 70
18 75
19 55
20 76
21 71
Tabel 4.4 Sebaran Frekuensi Skor Fasilitas Belajar
Gambar 2. Histogram Sebaran Skor Fasilitas Belajar 3. Hasil Belajar Fisika Siswa
Nilai dari hasil Ulangan Akhir Semester siswa terdapat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Nilai Ulangan Akhir Semester Fisika
No. Sampel Skor 73,095 dan standar deviasi 7,917 Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14. Tabel 4.6 adalah sebaran frekuensi skor hasil belajar fisika.
Tabel 4.6 Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika
No Interval Frekuensi
1 80-85 7
2 75-79 2
No Interval Frekuensi
4 65-69 6
5 60-64 3
Jumlah 21
Gambar 3. Histogram Sebaran Skor Hasil Belajar Fisika dalam Interval B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Hubungan antara kemandirian belajar dan hasil belajar fisika Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar (x1) dan hasil belajar fisika siswa (y) dianalisis dengan menggunakan SPSS 20. Tabel 4.7 Korelasi Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Fisika
Correlations
Kemandirian
Belajar
Hasil Belajar
Kemandirian Belajar
Pearson Correlation 1 -.063
Sig. (2-tailed) .787
N 21 21
Hasil Belajar
Pearson Correlation -.063 1
Dari tabel 4.7 diperoleh koefisien korelasi robs = - 0,063. Untuk sampel sebanyak 21 siswa dan taraf signifikansi α=0,05 harga kritisnya
rcrit = 0,433. Koefisien korelasi lebih kecil dari harga kritisnya. Maka hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika.
2. Hubungan antara fasilitas belajar dan hasil belajar fisika
Untuk mengetahui hubungan antara fasilitas belajar(x2) dan hasil (y) dianalisis dengan menggunakan SPSS 20.
Tabel 4.8 Korelasi Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Fisika
Correlations
Fasilitas Belajar Hasil Belajar
Fasilitas Belajar
Pearson Correlation 1 .009
Sig. (2-tailed) .969
N 21 21
Hasil Belajar
Pearson Correlation .009 1
Sig. (2-tailed) .969
N 21 21
Dari tabel 4.8 diperoleh koefisien korelasi robs = 0,009. Untuk
sampel sebanyak 21 siswa dan taraf signifikansi α=0,05 harga kritisnya
rcrit = 0,433. Koefisien korelasi lebih kecil dari harga kritisnya, maka hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika.
Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar (x1) dan fasilitas belajar (x2) dianalisis dengan menggunakan SPSS 20.
Tabel 4.9 Korelasi Kemandirian Belajar dengan Fasilitas Belajar
Correlations
Kemandirian
Belajar
Fasilitas Belajar
Kemandirian Belajar
Pearson Correlation 1 .689**
Sig. (2-tailed) .001
N 21 21
Fasilitas Belajar
Pearson Correlation .689** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 21 21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel 4.9 diperoleh koefisien korelasi robs = 0,689. Untuk sampel sebanyak 21 siswa dan taraf signifikansi α=0,01 harga kritisnya
rcrit = 0,549. Koefisien korelasi lebih besar dari harga kritisnya. Maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Kesimpulannya terdapat hubungan antara kemandirian belajar dengan fasilitas belajar. 4. Wawancara
Data hasil wawancara yang telah dilakukan lalu diolah setiap responden dengan meng-kode pertanyaan/jawaban responden yang mengarahkan pada tujuan penelitian. Hasil pengkodingan dapat dilihat pada lampiran 9
Berdasarkan hasil coding dan perhitungan frekuensi kode di atas, maka diperoleh:
R1 : Biasanya nyiapin buat pelajaran besok itu sore hari
setelah makan malam.
R3 : Biasanya buku disiapkan malam atau pagi hari. Kalau
malam biasanya ada tugas ada laporan aku biasanya
nyiapinnya pagi.
R4 : Kalau lagi males ya paginya, biasanya kalau pagi itu
kalau lagi capek banget. Tapi biasanya sih malam.
R5 : Aku nyiapin buat sekolah itu biasanya malam sekalian
jadwal, selama ini belum pernah nyiapin peralatan sekolah
kalau pagi itu terlalu mepet, aku biasanya nyiapin sore habis
belajar.
Kegiatan aktif dalam pembelajaran di kelas
R1 : Selama proses pembelajaran fisika di sekolah
berlangsung ya aku nyatet apa yang dicatatkan sama guru,
kalau dikasih soal suruh ngerjakan ya dikerjakan, nanti kalau
misalnya suruh maju buat jelasin ke teman-teman atau
ngerjakan di papan tulis ya udah maju aja.
R3 : Dengerin, nggak tau nanya, minta soal, soalnya kalau
dijelasin berbelit-belit nggak jelas bikin bingung mending
latihan soal aja.
R5 : Kalau misalnya guru jelasin, ya aku dengan kesadaran
sendiri nyatet yang penting-penting kaya gitu, kalau guru
papan tulis belum ada aku juga nyatet dari penyelesaian
menggunakan rumus yang dituliskan.
Memiliki ciri-ciri kemandirian belajar
R1 : Biasanya saya nyari-nyari dibuku dulu.
R3 : Kadang kalau udah frustasi banget ya buka internet,
kalau internet nggak ada yaudah nanya sama guru.
R4 : Kalau nggak ada di catatan nyari di buku paket, biasanya
soalnya buat tugas jadi kayak nyalin caranya terus dihitung
ulang. Kalau di buku paket nggak ada jawabannya biasanya
nanya temen.
R5 : Pertama nyari di internet kalau PR, terus yang kedua
tanya teman, terus yang ketiga tanya guru.
Belum percaya pada diri sendiri
R1 : Terkadang aku yakin, tapi juga kadang nggak yakin.
R2 : Enggak. Ya karena belum pernah baik.
R5 : Nggak terlalu sih.
Penting belajar fisika
R1 : Menurutku penting buat belajar fisika.
R2 : Penting, karena penerapan kehidupan sehari-hari.
R3 : Menurut saya karena itu mata pelajaran IPA jadi penting
supaya naik kelas. Selain itu kita buta mesin-mesin kaya gitu
juga pakai fisika.
R5 : Menurutku penting.
Sudah memiliki cita-cita
R1 : Pengin jadi guru matematika.
R2 : Cita-cita saya jadi menteri kehutanan.
R4 : Psikolog, tapi pengin juga ambil jurusan di Poltekes.
R5 : Sebenernya pengin jadi dokter, tapi orang tua kan
nyaranin sekolah di sini, sekolah di sana. Kalau semua itu
masih mencakup sama apa yang aku bisa ya aku mau-mau aja.
Pernah remidi
R1 : Pernah waktu itu remidi.
R2 : Nggak pernah lulus.
R3 : Pernah sekali doang, materi torsi.
R4 : Pernah remidi 2-3 kali.
Sumber belajar yang memadai
R1 : Buku cetak, tanya sama guru, internet.
R2 : Buku BSE sama Yudhistira.
R3 : Guru, buku, internet kadang-kadang.
R4 : Kalau dari sekolah dikasih 2 buku, BSE sama Yudhistira,
kalau nggak nemu jawabannya biasanya nanya temen.
R5 : Buku tulis, internet, tanya teman, baru guru fisika.
Alat belajar yang lengkap
R1 : Bolpoin, pensil, penghapus, label, penggaris, jangka,
R3 : Pulpen, pensil, penghapus, penggaris.
R4 : Pulpen, pensil, penghapus, penggaris.
R5 : Pensil, bolpoin, penggaris, stip pensil, stipo.
Tempat belajar yang nyaman dan suasana sepi
R1 : Rapi, nyaman digunakan buat belajar. suasanya sepi.
R2 : Kalau belajar sukanya yang sepi, kalau misalnya ada
gangguan biasa aja sih, tapi lebih suka sama yang sepi.
R4 : Suka belajar di tempat yang sepi, nggak suka sambil
dengerin musik.
R5 : Aku suka tempat yang sepi, yang tenang biar bisa
konsentrasi.
Tidak memiliki minat belajar fisika
R2 : Nggak terlalu minat belajar fisika. punya catatan fisika
aja tapi bolong-bolong.
R4 : Sebenernya motivasi aku masuk jurusan IPA juga bukan
karena fisikanya, jadi nilai fisika itu pas-pas.
R5 : Ya kalau minat sih ya maaf ya tergantung sama
pelajarannya sih. Kalau gampang sih minatnya besar, tapi
kalau susah tuh agak males.
Berpartisipasi pasif dalam pembelajaran fisika
R2 : Nggak aktif, tapi kalau guru tanya pasti jawab.
R4 : Iya guru yang nyuruh ngerjakan di papan tulis baru aku
R5 : Biasanya guru yang nyuruh ngerjakan di papan tulis. Ya
kalau disuruh maju buat ngerjakan ya maju aja, kalau nggak
tau ya nggakpapa jan yang penting udah ngerjakan.
Belum pernah dibimbing oleh guru les dalam belajar fisika
R2 : Kalau les selama SMA belum pernah, kalau SMP pernah
les 4 mapel UN.
R4 : Kalau SMA sih belum pernah.
R5 : Belum pernah, dari kelas X juga belum pernah. Aku
kurang membutuhkan karena aku merasa masih bisa belajar
sendiri.
memiliki rasa percaya pada diri. Karena kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh siswa maka hasil ulangan yang diperoleh oleh siswa menjadi kurang baik dan siswa sering mengikuti remidial.
Adanya guru les atau instruktur berperan penting membantu belajar siswa, misalnya siswa yang tinggal di asrama mendapatkan fasilitas guru les sehingga hal ini membantu dalam belajarnya karena mereka bisa mencari terlebih dahulu masalah yang ada baru menyelesaikan dengan bantuan guru/instruktur. Sementara ada salah satu siswa yang tidak dibimbing dengan guru les namun tetap bisa belajar dan hasil yang diperoleh baik pula. Ada pula siswa yang tidak didukung dengan guru les dan hasil belajarnya tidak baik.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan antara kemandirian belajar terhadap hasil belajar fisika
ini lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan. Jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika dan hubungan yang dihasilkan tidak searah.
mengerjakan soal latihan di buku tulis saja. Kebiasaan belajar kelompok mempunyai pengaruh siswa menjadi lebih mandiri dan berdampak positif bagi siswa. Terdapatnya indikasi hubungan yang tidak searah bisa disebabkan ketika siswa mengerjakan soal ulangan akhir semester fisika, ada yang mencontek satu sama lainnya dan tidak diketahui oleh pengawas yang menjaga saat itu.
Dalam penelitian ini yakni pada statistik hubungan kemandirian belajar dengan hasil belajar fisika, peneliti meneliti hubungan secara keseluruhan, jadi kemandirian belajar siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya tertutup oleh kemandirian belajar yang tidak mempengaruhi sehingga kemandirian belajar siswa terlihat tidak mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
2. Hubungan antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar fisika Penelitan dengan pengajuan hipotesis terdapat hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, memperoleh koefisien korelasi (robs) sebesar 0,009. Nilai ini lebih rendah dari koefisien kritis (rcrit) sebesar 0,433. Untuk nilai signifikansi penelitian ini sebesar 0,969 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan. Jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika.
belajar yang memadai. Kebanyakan siswa memilih untuk belajar di tempat yang nyaman dan suasana belajar sepi karena mereka akan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Sebagian siswa terutama yang tinggal di asrama mendapatkan fasilitas guru les. Adanya guru les sangat membantu siswa dalam belajar fisika. Dengan adanya guru les/instruktur belajar, siswa akan berusaha terlebih dahulu mengerjakan soal-soal latihan. Apabila siswa tidak paham dengan materi yang ada di buku acuan yang digunakan siswa dapat bertanya kepada guru/instruktur. Siswa memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi ketika belajar privat dibandingkan di sekolah dimana fokus guru yang terpecah karena jumlah siswa. Adanya guru les sebagai fasilitas sangat membantu siswa. Namun demikian ada siswa memilih untuk tidak didampingi oleh guru les. Siswa ini mengatakan bahwa saat ini guru les belum terlalu diperlukan karena masih merasa bisa belajar tanpa bantuan guru les, misalnya dengan mencari sumber belajar lain. Siswa tersebut juga mendapatkan nilai yang baik, dia mengatakan kalau belum pernah remidi. Namun ada siswa juga yang tidak menggunakan guru les sebagai fasilitas, akan tetapi siswa tersebut pernah remidi dan hasil belajar fisikanya juga kurang baik.
siswa tidak berminat belajar fisika sehingga siswa malas untuk belajar (berdasarkan pernyataan siswa yang memiliki catatan tidak lengkap) ataupun faktor lain yang tidak terlihat.
3. Hubungan antara kemandirian belajar dengan fasilitas belajar Penelitan dengan pengajuan hipotesis terdapat hubungan antara kemandirian belajar, fasilitas belajar dengan hasil belajar fisika, memperoleh koefisien korelasi (robs) sebesar 0,689. Nilai ini lebih besar dari koefisien kritis (rcrit) sebesar 0,549. Untuk nilai signifikansi penelitian ini sebesar 0,001 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti signifikan. Jadi ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan fasilitas belajar.
namun adanya fasilitas belajar akan mempengaruhi kemandirian belajar responden/siswa, begitu pula sebaliknya, apabila siswa mempunyai kemandirian belajar yang baik, dia pasti akan mencari fasilitas belajar yang mendukung belajarnya.
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan hasil belajar fisika di kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016.
2. Terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara fasilitas
belajar dan hasil belajar fisika di kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian
belajar dengan fasilitas belajar di kelas XI-IPA SMA Pius Bakti Utama Purworejo tahun ajaran 2015/2016.
B. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari ada beberapa keterbatasan dalam menyusun karya ilmiah antara lain:
1. Keterbatasan subjek dalam penelitian ini yang hanya menggunakan responden dengan jumlah yang sedikit.
2. Pengukuran hasil belajar fisika tidak menggunakan semua materi karena kurang mencerminkan hasil belajar fisika yang sesungguhnya. 3. Peneliti tidak membuat instrumen wawancara dari pihak lain, seperti