commit to user
i
PENGARUH
EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE
ADDED,
UKURAN PERUSAHAAN DAN
CORPORATE
GOVERNANCE
TERHADAP
CREATED SHAREHOLDER VALUE
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ARIO ADI NUGROHO NIM. F0304036
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. A Lam Nasyrah : 6)
“Hai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang sabar.”
(QS. Al. Baqarah : 153)
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kan ku persembahan karya kecilku ini untuk:
Allah SWT atas karunia dan kemurahan hatiNya
yang telah melimpahkan ilmu pengetahuan yang tiada terkira nilainya
Bapak & Ibuku yang paling aku cintai
terima kasih doa, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada ananda
Teman-teman tersayang yang tidak bosan-bosannya
memberikan dukungan & semangatnya
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sumber dari segala ilmu
pengetahuan yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya dan menyertai penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
perkuliahan sehingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com,Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Jaka Winarna M.Si,Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, perhatian, dan pengarahan yang sangat berharga
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si, Ak, selaku ketua dan ibu Dra.
commit to user
vii
6. Semua dosen, staff perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan andil selama penulis
menimba ilmu hingga akhirnya tertuang dalam penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku, Bapak Soemartono & Ibu Maya yang selalu
memberikan nasehat dan dukungannya serta tidak henti-hentinya
memberikan doanya untukku.
8. Bowo, Mono, Dodi, Akin, Irfan, Kates, Agus, dan teman-teman akuntansi
2006 yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Dinar, Selly, Icha, Veni, Kartika, Dika, Reni, Helga yang telah mengisi
warna dalam hidupku.
10. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-satu.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimilki oleh
penulis. Oleh karena itu, segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam
skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak di kemudian hari.
Penulis, September 2010
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Penuliasan... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan ... 12
B. Manajemen Laba ... 13
commit to user
ix
2. Bentuk Manajemen Laba ... 15
C. Corporate Governance ... 17
D. Economic Value Added (EVA) ... 22
E. Created Shareholder Value (CSV) ... 23
F. Firm Size (Ukuran Perusahaan) ... 24
G. Review Penelitian dan Hipotesis ... 24
1. Pengaruh Earning Management Terhadap Created Shareholder Value ... 24
2. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Created Shareholder Value ... 26
3. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Creatad Shareholder Value ... 28
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) Terhadap Created Shareholder Value ... 32
5. Kerangka Teoritis ... 33
BAB III METODA PENELITIAN A. Data Penelitian ... 34
B. Sampel Penelitian ... 34
C. Variabel Penelitian ... 35
1. Variabel Dependen ... 35
2. Variabel Independen ... 36
commit to user
x
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 40
2. Pengujian Regresi Berganda ... 43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ... 45
B. Analisis Deskriptif ... 45
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 48
1. Pengujian Normalitas ... 48
2. Pengujian Multikolienaritas ... 49
3. Pengujian Autokorelasi ... 51
4. Pengujian Heterokedastisitas ... 52
D. Pengujian Hipotesis ... 53
1. Pengujian Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F) ... 55
2. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 56
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Keterbatasan Penelitian ... 63
C. Implikasi ... 64
D. Saran ... 65
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 46
Tabel IV. 2 Hasil Uji Normalitas Data... 48
Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier ... 49
Tabel IV. 4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 50
Tabel IV. 5 Hasil Uji Autokorelasi ... 51
Tabel IV. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas... 52
Tabel IV. 7 Hasil Analisis Regresi Ganda ... 53
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ... 71
Lampiran 2 Statistik Deskriptif ... 72
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier (i) ... 72
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier (ii) ... 73
Lampiran 4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 73
Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis dan Multikolinieritas ... 76
commit to user
ABSTRAK
PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE ADDED,
UKURAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP CREATED SHAREHOLDER VALUE
Ario Adi Nugroho NIM: F0304036
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh earning management, economic value added, firm size, dan corporate
governance terhadap created shareholder value pada perusahaan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling method dan diperoleh 125 perusahaan. Penelitian ini menggunakan alat analisis data multiple regression dengan bantuan software
komputer untuk statistik SPSS versi 16.00.
Pengujian data yang dilakukan meliputi uji asumsi klasik sebagai prasyarat uji regresi berganda dan menujukkan bahwa data penelitian terbebas dari asumsi klasik baik normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas maupun heteroskedasisitas. Pengujian hipotesis dengan regresi berganda memperoleh hasil bahwa earning
management, economic value added, firm size dan corporate governance yang
dinyatakan dengan komisaris independen berpengaruh terhadap created shareholder
value. Sementara itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa corporate governace
yang dinyatakan dengan kualitas audit dan kepemilikan manjerial tidak berpengaruh terhadap created shareholder value. Berdasar hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini diterima. Sementara itu, hipotesis keempat diterima untuk corporate governance yang dinyatakan dengan komisaris independen, tetapi hipotesis keempat ditolak untuk corporate governance
yang dinyatakan dengan kualitas audit dan kepemilikan manajerial.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu; menggunakan empat varaibel independen, menggunakan tiga ukuran corporate governance, menggunakan periode penelitian lima tahun dan tidak memisahkan sampel penelitian berdasarkan sektor industri yang dengan keterbatasan penelitian tersebut kemungkinan dapat berpengaruh pada hasil penelitian.
Kata Kunci: earning management, economic value added, corporate governance,
commit to user ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE ADDED, FIRM SIZE, AND CORPORATE GOVERNANCE OF THE
CREATED SHAREHOLDER VALUE
Ario Adi Nugroho NIM: F0304036
The study was conducted to obtain empirical evidence relating the influence of earnings management, economic value added, firm size, and corporate governance of the created shareholder value in companies listed in Indonesia Stock Exchange. For this purpose, this study used the population throughout the company listed in the Indonesian Stock Exchange. The sample was selected using purposive sampling method and obtained 125 companies. This research uses tools of data analysis multiple regression with the aid of computer software for statistical SPSS version of 16.00.
The testing data performed covers classical assumption as a prerequisite test regression and showed that data was free from classical assumptions both normality data, autocorrelation, multicollinearity and heteroskedasisitas. Testing the hypothesis with multiple regression result that earnings management, economic value added, firm size, and corporate governance that are stated with the commissioners created an independent effect on shareholder value. Meanwhile, test results also showed that corporate governance expressed by the ownership of audit quality and manajerial no effect on the created shareholder value. Based on these test results can be concluded that the first hypothesis, the second and third in this study received. Meanwhile, the fourth hypothesis is accepted for corporate governance that is indicated by an independent commissioner, but the fourth hyphothesis is rejected for corporate governance that are stated with the quality auditing and managerial ownership.
The study has limitations, they are: using the four independent variable, using three sizes of corporate governance, using a five-year research period and not separating the sample based on industry sectors with the limitations of such research could possibly affect the results of research.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan bagian utama dalam pelaporan keuangan
yang dapat dijadikan sarana penting untuk mengkomunikasikan informasi kepada
pihak–pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak internal
(manajer, karyawan) maupun pihak eksternal (pemegang saham, investor, dan
pemerintah). Laporan keuangan juga merupakan sarana untuk
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya
pemilik (Belkaoui, 1993). Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pemakai laporan agar dapat membantu menterjemahkan
aktivitas ekonomi dari suatu perusahaan dan untuk menilai posisi keuangan
perusahaan serta dipakai sebagai salah satu parameter untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian utama
bagi penggunanya untuk mengambil keputusan, seiring dengan kegunaan dari
laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan harus disajikan dengan benar
sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.
Menurut Healy dan Palepu dalam Utami (2005), ada tiga kondisi yang
menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak
transparan, yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki informasi
commit to user
2
manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3)
ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dewan audit.
Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk
menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak
manajemen (Schipper dan Vincent, 2003 dalam Boediono, 2005). Penyampaian
informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pihak–pihak internal maupun eksternal yang kurang memiliki
wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber
langsung perusahaan.
Dapat dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting
Standard Boards (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna untuk kepentingan bisnis. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan
sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan
sumber daya pemilik. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi
kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan investasi dana mereka. Laporan keuangan juga menunjukkan kinerja
manajemen dan merupakan sumber untuk mengevaluasi kinerja manajemen itu
sendiri.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas
yang disusun berdasarkan akrual (accrual basis), dan laporan arus kas yang
disusun berdasarkan kas (cashbasis). Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar
commit to user
3
keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat
memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode
akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku. Dari laporan keuangan tersebut, salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai kinerja manajemen adalah laba.
Menurut PSAK Nomor 1, informasi dapat dikendalikan di masa depan,
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan pertambahan
sumber dayanya. Bagi pemilik saham dan/ investor, laba berarti peningkatan nilai
ekonomis (wealth) yang akan diterima melalui pembagian dividen. Laba juga
digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama
periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak – pihak tertentu
terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat
dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Dengan adanya
alasan tersebut akan mendorong timbulnya praktik manajemen laba.
Ketika pada suatu kondisi di mana pihak manajemen tidak berhasil
mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan
fleksibilitas yang diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan dalam
menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan.
Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam
menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga
commit to user
4
memberikan informasi laba lebih baik. Fleksibilitas manajemen untuk
memanajemen laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih
berkualitas bagi pihak luar.
Scott (2003) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara
ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Sementara itu, menurut Copeland dalam Utami (2005), manajemen laba
mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba,
termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.
Fischer dan Rosenzweig (1995) dalam Achmad dan Subekti (2007)
menyatakan, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(menurunkan) laba yang dilaporkan saat ini dari suatu unit yang menjadi tanggung
jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang.
Dasar akrual (accrual basis) harus dipegang oleh pihak manajemen dalam
menyusun laporan keuangan termasuk dalam melaporkan laba. Akuntansi akrual
terdiri dari Discretionary Accruals dan Non Discretionary Accruals.
Discretionary Acrruals merupakan akrual yang ditentukan manajemen
(management determined). Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metode
dan estimasi akuntansi. Discretionary Accruals juga memberi kebebasan kepada
manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Penentuan
commit to user
5
persediaan, menurunkan hutang dagang, dan hutang akrual merupakan contoh
Discretionary Accruals.
Non Discretionary Accruals merupakan akrual yang ditentukan atas
kondisi ekonomi (economically determined). Non Discretionary Accruals juga
berarti transaksi yang dicatat dengan menggunakan satu prosedur, apabila
prosedur tersebut dipilih maka manajemen diharapkan konsisten dalam
menggunakan prosedur yang telah dipilih. Total akrual dari sebuah perusahaan
merupakan proksi dari kebijakan akuntansi akrual yang mengarah pada tindakan
manajemen laba. Hal ini karena kebijakan yang terkait dengan akrual sering
digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan sehingga
sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu, banyak peneliti yang melakukan
pendeteksian terhadap manajemen laba menggunakan total akrual sebagai proksi
dari manajemen laba.
Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings
management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good
corporate governance. Praktik earnings management oleh manajemen dapat
diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment)
perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen antara lain dengan; (1)
memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial
ownership) (Jensen Meckling, 1976); (2) kepemilikan saham oleh institusional
karena mereka dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah
kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak
commit to user
6
dan Mas’ud, 2003); (3) peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris
independen (Barnhart & Rosenstein, 1998); (4) kualitas audit yang dilihat dari
peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen
sehingga menjadi pihak yang dapat yang dapat memberikan kepastian terhadap
integritas angka–angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari,
2003).
Praktik corporate governance memiliki hubungan yang signifikan
terhadap earnings management seperti penelitian yang dilakukan Watfield et. al.,
1995, Gabrielsen, et. al., 1997, Wedari, 2004, Midiastuty dan Machfoedz, 2003.
Sedangkan menurut Siregar dan Bachtiar, 2004; Darmawati, 2003, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara praktik corporate governance terhadap earnings
management. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic
manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba
akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya
seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.
Berdasarkan uraian tentang praktek earnings management terdapat potensi bahwa
peran corporate governance sebagai pereda praktik earnings management yang
dilakukan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Corporate governance yang baik dari suatu perusahaan, harus
mempertimbangkan sebuah jaminan kredibilitas atas keuangannya dan laporan
akuntansinya. Hal ini sesuai dengan survei oleh McKinsey (2002), yang
menunjukkan 15% dari para investor mempertimbangkan corporate governance
commit to user
7
pertumbuhan potensial perusahaan tersebut. Sebuah literatur (Brown and Caylor,
2005; Durnev and Kim, 2005; dan Drobetz et. al., 2004) menyarankan bahwa
corporate governance yang baik harus dapat menunjukkan kearah pengembalian
saham yang lebih tinggi dan sebagai konsekuensi, penilaian perusahaan akan lebih
tinggi.
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung
mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang
lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku
manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan dalam bentuk
investasi yang tidak layak. Corporate Governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian,
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dipercaya dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
Economic Value Added (EVA) memfokuskan pada efektivitas manajerial
dalam satu tahun tertentu. Economic Value Added (EVA) memberikan tolak ukur
yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada Economic
Value Added (EVA), maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka
beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang
commit to user
8
perusahaan secara keseluruhan, sehingga Economic Value Added (EVA)
memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi manajemen pada
semua tingkatan. Sehingga saat ini banyak perusahaan yang menggunakan
Economic Value Added (EVA) sebagai dasar utama untuk menentukan
kompensasi manajemen dan nilai perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ali
dan Seboui (2006) yang menguji pengaruh Earning Management dan Corporate
Governance terhadap Economic Value Added (EVA) dan Created Shareholder
Value (CSV), dengan menambahkan variabel Ukuran Perusahaan sebagaimana
digunakan Herawaty (2008), maka penelitian ini menguji pengaruh Earning
Management, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Economic Value
Added (EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV).
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dan beberapa penelitian
sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah:
a. Apakah Earning Management mempunyai pengaruh terhadap Created
Shareholder Value (CSV)?
b. Apakah Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap
Created Shareholder Value (CSV)?
c. Apakah Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Created
commit to user
9
d. Apakah Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap
Created Shareholder Value (CSV)?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
a. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Earning Management
terhadap Created Shareholder Value (CSV).
b. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Corporate Governance
terhadap Created Shareholder Value (CSV).
c. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Created Shareholder Value (CSV).
d. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Economic Value Added
(EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV).
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:
a. Bagi perusahaan
Para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan dapat
lebih memahami pengaruh praktik Corporate Governance dan
Earnings Management yang dilakukan perusahaan dan juga pengaruh
Ukuran Perusahaan dan Economic Value Added (EVA) terhadap
commit to user
10 b. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan paradigma baru dan
melengkapi teori yang sudah ada, sehingga dapat memperoleh
permodelan–permodelan praktik Corporate Governance dan Earnings
Management yang secara konseptual berpengaruh terhadap Created
Shareholder Value (CSV) dan juga mengetahui pengaruh dari Ukuran
Perusahaan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Created
Shareholder Value (CSV).
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Supaya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan
penelitian (skripsi) ini, maka penulisannya akan dibagi dalam lima bab yang
sistematis, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu yang
menjadi dasar penelitian, kerangka pemikiran, dan perumusan
hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang menjelaskan
commit to user
11
sampling, metode pengumpulan data, definisi operasional
variabel dan pengukurannya, serta teknik analisis data.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi analisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat uji yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya. Dari analisa
tersebut kemudian diinterpretasikan, sehingga ditemukan suatu
kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analis dan
pembahasan yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian,
serta saran atau masukan yang perlu diperhatikan dalam
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif teori agensi yang digunakan merupakan dasar yang digunakan
guna memahami isu corporate governance dan earnings management. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent dalam
sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal
dan agent. Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka–angka akuntansi diharapkan
dapat meminimalkan konflik diantara pihak–pihak yang berkepentingan. Dengan
laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh
mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya dan serta
sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent.
Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer
tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
commit to user
13
ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengendalikan para manajer (Sheifer dan Vishny, 1997).
Teori keagenan (agency theory) menekankan pentingnya pemilik
perusahaan atau pemegang saham (principal) menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada tenaga–tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam
menjalankan bisnis sehari–hari agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan
yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin. Namun, adanya
keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba
perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya
sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan.
Manajemen memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya.
Oleh karenanya, diperlukan peran pihak independen guna menilai kewajaran
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Auditor eksternal yang bekerja
independen dari manajemen perusahaan dan akuntan internal bertugas memeriksa
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dan mengeluarkan pendapat
auditor tentang kewajaran laporan keuangan tersebut serta ketaatannya terhadap
prinsip akuntansi yang berlaku.
commit to user
14
B. Manajemen Laba
1. Definisi Manajemen Laba
Menurut Schipper (1989), manajemen laba merupakan suatu intervensi
dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (sebagai lawan untuk
memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Scott (2003)
mendefinisikan manajemen laba sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh
manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat
memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Scott (2003) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak
utang, dan political cost (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient
Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu
fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak yang terlibat dalam kontrak.
Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya
melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income
smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba
commit to user
15
manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan
keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat
mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari dkk,
1994) dalam Rahmawati (2006).
Suyatmin dan Suwarno (2002) menyatakan bahwa terdapat tiga sasaran
yang dapat dicapai oleh manajer berkaitan dengan praktik manajemen laba, yaitu :
a) Minimisasi beban politis (political cost minimization)
b) Maksimisasi kesejahteraan manajer (manager wealth maximization)
c) Minimisasi beban finansial (minimization of financial cost)
Manajemen laba menurut Mulford dan Comiskey (2002), merupakan
financial numbers game (permainan angka – angka keuangan) yang dilakukan
melalui creative accounting practises akibat adanya kelonggaran flexibility
principles yang dikeluarkan oleh GAAP.
2. Bentuk Manajemen Laba
Bentuk manajemen laba menurut Scott (2003) adalah terdiri: Taking a Bath,
Income Minimization, Income Maximization, dan Income Smoothing.
1. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi,
manajer merasa dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya
manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat
meningkat. Bentuk ini mengakui adanya beban pada periode mendatang dan
commit to user
16
tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu, manajemen harus
menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan laba mendatang serta
melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan
datang meningkat.
2. Income Minimization
Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath”, namun lebih sedikit
lunak, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi
dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan
mengakui pengeluaran – pengeluaran sebagai beban. Pada saat profitabilitas
perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara
politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan
aktiva tak berwujud, beban iklan dan pengeluaran untuk Research and
Development, hasil akuntansi untuk beban eksplorasi minyak, gas, dan
sebagainya.
3. Income Maximization
Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perusahaan yang
melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan
pendapatan. Jadi income maximization dilakukan pada saat laba menurun.
4. Income Smoothing
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja
untuk mencapai trend atau level tertentu. Manurut Beidelman (1973) dalam
commit to user
17
untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang
dipandang normal bagi suatu perusahaan.dalam hal ini perataan laba menunjukkan
suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi batas–batas yang diijinkan
dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.
C. Corporate Governance
Beberapa konsep tentang corporate governance antara lain yang
dikemukakan oleh Shleifer and Vishny (1997) yang menyatakan corporate
governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para
pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah
ditanam. Iskandar dkk (1999) menyatakan bahwa corporate governance merujuk
pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk
membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Selain
itu corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer
(atau insider) agar bertindak yang terbaik untuk kepentingan investor luar
(kreditur atau shareholder) (Prowson, 1998).
Menurut Linan (2000) terdapat empat prinsip dasar pengelolaan
perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah :
1. Keadilan (fairness) yang meliputi : (a) Perlindungan bagi seluruh hak
pemegang saham, (b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang
saham.
2. Transparansi (transparancy) yang meliputi: (a) Pengungkapan
commit to user
18
dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas, dan (c)
Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu, dan efisien.
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi
pengertian bahwa: (a) Anggota dewan direksi harus bertindak
mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham, (b)
Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen, dan (c)
Adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi: (a) Menjamin
dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan, (b) Para
pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka,
(c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan
pihak yang berkepentingan, dan (d) Jika diperlukan, para pihak yang
berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang
relevan.
Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai
mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras
dengan kepentingan shareholders. Mekanisme corporate governance dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Internal mechanism (mekanisme internal)
seperti: komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial, dan
kompensasi eksekutif. (2) External mechanism seperti pengendalian oleh pasar
dan level debt financing. (Barnhart & Rosentein, 1998). Utama (2003) prinsip–
commit to user
19
meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang
mungkin terjadi antara principal dengan agent; (2) meminimalkan cost of capital
dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan
citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of
capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi
stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Dengan alasan meningkatkan nilai perusahaan, manajemen melakukan
tindakan oportunis dengan melakukan earnings management. Oleh karena itu
adanya praktik corporate governance di perusahaan akan membatasi earnings
management karena adanya mekanisme pengendalian dalam perusahaan tersebut.
Praktik corporate governance dapat dproksi dengan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.
a. Komisaris Independen
Dechow dkk (1996) meneliti bahwa perusahaan memanipulasi laba
lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang
didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya
memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi
chairman of board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan
berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari luar perusahaan. Jika
fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada
kecenderungan terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para
direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui pemilikan perkiraan
commit to user
20
Wedari (2004) yang menyimpulkan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap discretionary accruals.
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance
diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab
itu, semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan
manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management
dilakukan. Sehingga hubungannya negatif antara corporate
governance dan earnings management ini dapat memperlemah
pengaruh antara earnings management dan nilai perusahaan.
b. Kepemilikan Manajerial
Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan –
kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham
eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer
diperbesar sehingga menajer tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka
insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik
manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986). Warfield et. al.,
(1995) dalam penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial
dengan discreationary accrual dan kandungan informasi laba
commit to user
21
dengan discreationary accrual. Demikian halnya penelitian oleh
Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi
perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earnings management,
walaupun Wedari (2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial juga memiliki motif lain. Dalam penelitian ini mengacu
pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat
berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat
mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba, hal ini berarti
kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan earnings
management.
c. Kualitas Audit
Penelitian yang dilakukan oleh Becker dkk (1998) menemukan bahwa
klien dari auditor Non Big 4 melaporkan discretionary accrual yang
secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor Big
4. Berarti dapat disimpilkan klien dari auditor Non Big 4 cenderung
lebih tinggi dalam melakukan earnings management. Teoh dan Wong
(1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan
kualitas Earnings Respons Coeficient (ERC). Diduga bahwa klien dari
auditor Non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings
management. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan negatif dengan
earnings management. Walaupun demikian untuk kasus Indonesia
commit to user
22
tidak menemukan pengaruh signifikan dengan earnings management
yang dilakukan perusahaan.
D. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu konsep ukuran
kinerja keuangan yang dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern dan
Stewart dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap metoda penilaian
yang lebih baik. Tujuan analisis EVA adalah untuk mengukur kinerja keuangan
suatu perusahaan dan sekaligus memperhatikan kepentingan dan harapan
penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Dengan metoda EVA akan
diperoleh perhitungan ekonomis yang realistis karena EVA dihitung berdasarkan
biaya modal rata–rata tertimbang. Dengan demikian kepentingan kreditur dan
pemegang saham sangat diperhatikan.
Menurut Tandelilin (2001), Economic Value Added (EVA) merupakan
ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah
(value added) bagi perusahaan. Asumsinya jika kinerja manajemen baik atau
efektif (dilihat dari nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan. Economic Value Added (EVA) memberikan
tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada
Economic Value Added (EVA) ini akan membantu memastikan bahwa mereka
beroperasi dengan cara konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.
commit to user
23
bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal
sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan (Bringham dan Houstan, 2001).
Hal ini jelas sekali bila dibandingkan dengan alat ukur tradisional yaitu: ROE dan
ROA, bahwa pengukur tersebut mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit
untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.
Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai
suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Nilai pasar yang
dimaksud adalah berhubungan dengan harga saham dari suatu perusahaan
dibandingkan dengan rata–rata harga saham yang beredar di pasar (capital
market).
E. Created Shareholder Value (CSV)
Suatu perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang saham (shareholder)
ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi biaya
modal (pengembalian/return yang diperlukan untuk ekuitas). Dengan kata lain,
sebuah perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika pengembalian
(return) pemegang saham (shareholder) melebihi harapan. Created Shareholder
Value (CSV) didefinisikan sebagai berikut : CSV = shareholder value added –
(equity market value x Ke). Dimana: shareholder value added = increase in
commit to user
24
conversions. Increase in equity market value = equity market valuet – equity
market valuet1. Ke = return of treasurybonds + required return to equity.
F. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel yang termasuk faktor –
faktor spesifik perusahaan telah banyak diujikan dalam berbagai penelitian. Aryati
dan Theresia (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan
total aset yang dimiliki berpengaruh signifikan terhadap nilai perushaan.
Wirakusuma (2004); Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan yang semakin besar, maka waktu penyelesaian audit laporan keuangan
semakin pendek. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari manajemen
perusahaan besar untuk mengurangi penundaan audit karena perusahaan besar
cenderung diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan
regulator. Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem
pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor dalam
menyelesaikan pekerjaannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Untuk penelitian di
luar negeri, Owusu – Ansah (2000); Ismail dan Chandler (2006); Dyer dan
Mchugh (1975); Carslaw dan Kaplan (1991); Ashton, Willingham, dan Elliot
(1987) menemukan bahwa semakin besar perusahaan, yang diukur melalui total
commit to user
25
G. Review Penelitian dan Hipotesis
1.Pengaruh Earning Management terhadap Created Shareholder Value
Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan
laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah
earnings management yang diharapkan dapat meningkatkan Created Shareholder
Value (CSV) pada saat tertentu. Tujuan earnings nanagement adalah
meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak
terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat
diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer & Rosenzweig, 1995 dan
Scott, 1997: 294). earnings management yang dilakukan manajemen perusahaan
akan meningkatkan Created Shareholder Value (CSV) lalu kemudian akan turun.
Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan
kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga Created
Shareholder Value (CSV) akan berkurang.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dibanding pemilik
(pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer
diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut penting bagi pengguna eksternal perusahaan karena kelompok itu berada
commit to user
26
Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada
manajer untuk melakukan manajemen laba guna meningkatkan nilai perusahaan
dan Created Shareholder Value (CSV) pada saat tertentu sehingga dapat
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai Created Shareholder Value
(CSV) dan nilai perusahaan sebenarnya. Sloan (1996) menguji sifat kandungan
informasi komponen akrual dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam
harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual
sebagai aktivitas earnings management memiliki persistensi yang lebih rendah
dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan Created Shareholder Value (CSV)
saat ini.
Atas dasar paparan di atas, maka hipoteisis dalam penelitian ini adalah
seperti berikut ini.
H1: Earning Management mempunyai pengaruh terhadap Created Shareholder
Value (CSV).
2. Pengaruh Corporate Governance terhadap Created Shareholder Value
(CSV)
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung
mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang
lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku
commit to user
27
investasi yang tidak layak. Corporate Governance merupakan suatu sitem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian,
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dipercaya dapat meningkatkan
nilai perusahaan dan created shareholder value (CSV).
Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas Corporate
Governance terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di
bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat suatu governance index sebagai
ukuran atas kualitas Corporate Governance. Sedangkan ukuran untuk market
value perusahaan adalah dengan menggunakan dua variabel, yaitu: Tobin’s Q dan
PBV. Temuan yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh kualitas Corporate
Governance yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.
Black, Jang, dan Kim (2005) membuktikan bahwa Corporate Governance
index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu faktor
penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi perusahaan–perusahaan
independen di Korea.
Johnson, dkk. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas
Corporate Governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham
dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Dengan
ukuran variabel Corporate Governance yang digunakan seperti La Porta, dkk.
(1998) yang terdiri dari judical efficiency, corruption, rule of law, enforceable
minority shareholder rights, antidirector rights, creditor rights, dan accounting
commit to user
28
menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal,
dibanding dengan variabel – variabel makro.
Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara
corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on
Assets (ROA) dan Tobin’s Q. Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan
corporate governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara
berkembang dibandingkan dalam negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan yang menerapkan corporate governance yang baik akan memperoleh
manfaat yang lebih besar di negara – negara yang lingkungan hukumnya buruk.
H2: Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap Created Shareholder
Value (CSV).
3. Pengaruh Economic Value Added terhadap Created Shareholder Value
(CSV)
Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu.
Prinsip Economic Value Added (EVA) memberikan sistem pengukuran yang baik
untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena
Economic Value Added (EVA) berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah
perusahaan.
Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah,
tetapi pada prinsipnya Economic Value Added (EVA) akan meningkat jika
commit to user
29
1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih
besar dari biaya modal yang ada.
3. Menarik modal dari aktivitas–aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project
yang menerima return lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang
digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan
meningkatkan nilai perusahaan atau Created Shareholder Value (CSV). Economic
Value Added (EVA) juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses
dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses
yang tidak menambah nilai. Perhitungan Economic Value Added (EVA) suatu
perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan
harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.
Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang, tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan
sebuah perusahaan sudah seharusnya adalah untuk meningkatkan Economic Value
Added (EVA), karena Economic Value Added (EVA) merupakan satu–satunya
pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah
perusahaan dan kinerja manajemen. Dengan mengkomunikasikan secara awal
bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer
commit to user
30
saat melakukan langkah awal dalam Value AddedAssessmentProcess manajemen
menentukan visi dan tujuan perusahaan. Langkah ini juga merupakan komunikasi
awal kepada seluruh jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting
daripada pemerolehan laba besar, sehingga dapat disatukan upaya untuk
mendorong proses – proses yang menambah nilai dan mengurangi proses–proses
yang tidak menambah nilai dalam suatu organisasi. Penetapan tujuan dan visi
awal yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas atau strategi manajemen.
Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba sebesar–
besarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja, tetapi tujuan maksimalisasi
Economic Value Added (EVA) adalah untuk jangka panjang. Supaya manajemen
tidak terjebak dalam myopic behavior, penentuan tujuan maksimalisasi nilai
hendaknya diterapkan dalam perusahaan. Pada suatu perusahaan, pemilik
perusahaan akan menunjuk dan memberi wewenang kepada manajemen untuk
menjalankan operasi perusahaan sehari–hari. Manajemen cenderung mempunyai
kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih
ada campur tangan dari pemilik. Pada perusahaan yang besar dimana kepemilikan
tersebar ke banyak pemegang saham, manajemenlah yang mengontrol dan
bertanggung jawab penuh atas operasional sehari–hari. Pemisahan antara
kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest anatara
pemilik sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Untuk memperkecil
biaya–biaya yang timbul akibat agency problem maka dibentuklah suatu sistem
performance assessment yang memberi insentif pada strategi atau tindakan
commit to user
31
Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi yang benar sangat
penting karena hal tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau
kompensasi. Penentuan kriteria–kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi
akan mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan
dengan adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam
perusahaan, pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit – unit yang ada untuk
memastikan tindakan–tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan
dan evaluasi kinerja. Faktor – faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada
tingkat desentralisasi suatu pengambilan keputusan dalam perusahaan. Faktor
kuantitatif umum digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu manajemen,
adapun faktor kualitatif juga tidak dapat dipisahkan.
Penggunaan anggaran atau budget sebagai pedoman ukuran keberhasilan
manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan value building, karena hal
tersebut berfokus pada angka – angka akuntansi. Tujuan perusahaan untuk
maksimalisasi nilai memerlukan pedoman atau alat ukur dimana penciptaan nilai
perusahaanlah yang melandasi kriteria nantinya. Jika Economic Value Added
(EVA) sangat sesuai untuk masuk dalam kriteria pengukuran keberhasilan kinerja
manajemen.
H3: Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap Created
Shareholder Value (CSV).
commit to user
32
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firms size) terhadap Created Shareholder
Value (CSV)
Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel yang termasuk faktor –
faktor spesifik perusahaan telah banyak diujikan dalam berbagai penelitian. Aryati
dan Theresia (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan
total aset yang dimiliki berpengaruh signifikan terhadap nilai perushaan.
Wirakusuma (2004); Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan yang semakin besar, maka waktu penyelesaian audit laporan keuangan
semakin pendek. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari manajemen
perusahaan besar untuk mengurangi penundaan audit karena perusahaan besar
cenderung diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan
regulator. Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem
pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor dalam
menyelesaikan pekerjaannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Untuk penelitian di
luar negeri, Owusu–Ansah (2000); Ismail dan Chandler (2006); Dyer dan Mchugh
(1975); Carslaw dan Kaplan (1991); Ashton, Willingham, dan Elliot (1987)
menemukan bahwa semakin besar perusahaan, yang diukur melalui total aset,
maka semakin cepat perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan.
Berdasarkan paparan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
commit to user
33
5. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis ditujukan untuk hipotesis penelitian, dimana pada
penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Earnings Management
yang diproksi dengan Discretionary Accrual; Corporate Governance yang
diproksi dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit,
dan komisaris independen; Economic Value Added (EVA) yang diperoleh dari
Operating Profits – (c x Capital), dimana c adalah cost of capital dan Ukuran
Perusahaan yang dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
sampel. Sedangkan, variabel dependennya adalah Created Shareholder Value
(CSV). Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis seperti berikut ini.
Variabel Independen Variabel Dependen
Created Shareholder Value
Firm Size Economic Value
commit to user
34
BAB III
METODA PENELITIAN
Bab ini menguraikan metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini. Bab ini terdiri dari subbab yang antara lain membahas data penelitian, sampel
yang digunakan dalam penelitian, variabel penelitian serta model penelitian dan
teknis analisis data.
A. Data Penelitian
Seluruh data merupakan data sekunder yang diambil dari laporan
keuangan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta selama tahun 2003-2007. Sumber data penelitian ini adalah (1) Database
Program Magister Sains Universitas Gadjah Mada, dan (2) Indonesian Capital
Market Directory (ICMD).
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dibutuhkan dibatasi
pada tipe tertentu atau menyesuaikan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti. Anggota populasi yang berhak dipilih sebagai subyek sampel adalah
memenuhi pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi pada
commit to user
35
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan mempublikasikan
laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2007. Tahun 2003 dipilih sebagai awal tahun periode
pengamatan karena pengimplementasian PSAK No. 46 untuk perusahaan
go public berlaku efektif per 1 Januari 1999.
2. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.
3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Indonesia.
4. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi, dan perubahan usaha
lainnya (divestiture).
C. Variabel Penelitian
Variabel dan definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
1. Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Created
Shareholder Value (CSV) yang diperoleh dari shareholder value added –
(equity market value x.Ke), di mana shareholder value added diperoleh dari
increase in equity market value – payment from shareholder + dividends +
repurchases –conversions.
Increase in equity market value diperoleh dari equity market valuet - equity
market valuet1,sedangkan Ke diperoleh dari return of treasury bonds +
commit to user
36 2. Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen, yaitu :
a. Earnings Management
Earnings Management diproksi dengan Discretionary Accrual dengan
menggunakan model Jones yang dimodifikasi (Dechow et. All, 1995).
TAccit = NIit- CFOit
Dimana:
TAccit = Total Accrual perusahaan i pada periode ke-t
NIit = Laba bersih (net income)perusahaan i pada periode ke-t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operation)
perusahaan i pada periode ke-t
e
= Estimasi non-discretionary accrual