• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Pembelajaran Sejarah

2) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Hamalik Hasil belajar juga merupakan segala sesuatu

yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar di mana hasil-hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nailai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, serta apersepsi dan keterampilan. Hal ini bisa disimpulkan bahwa

pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah

dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.42

a) Ciri-Ciri Belajar

Ciri-ciri belajar menurut Burhanuddin dan Wahyuni, yaitu;43

i. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku

ii. Perubahan perilaku relatif permanen

iii. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar belangsung, perubahan perilaku tersebut persifat potensial

iv. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman

v. Pengalamaan atau latihan itu dapat memberi penguatan

5. Pembelajaran Sejarah 41Ibid. hlm. 20

42 Arep Jihad. Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Penerbit Multi Pressindo . 2012, hlm14-15

43 M. Thobroni. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media . 2015, hlm 17-18

a) Pengertian Sejarah

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, dalam bahasa Inggris

history dan kemudian dalam bahasa Latin dan Yunani berarti historia. Dari asal

kata tersebut bahwa dapat diartikan sebagai suatu kelompok keluarga yang

digambarkan sebagai pohon silsilah.44 Dalam hal ini, pohon dapat dikaitkan

dengan keturunan raja atau asal-usul keluarga raja baik dari raja pertama maupun

sampai raja berikutnya secara turun temurun. Jadi kata pohon disini mengandung

pengertian suatu percabangan kronologis dari satu kelompok keluarga tertentu,

jika dibuat bagannya menyerupai profil pohon yang atasnya penuh dengan banyak

cabang-cabang dan ranting-rantingnya serta bawahnya mengambarkan

percabangan dari akar-akar, dari akar tang paling besar sampai keakar rambutnya.

Kata syajarah ini mula-mula di maksudkan sebagai gambaran silsilah sesuai

dengan situasi masyarakat waktu itu yang terutama berorentasi pada penonjolan

peranan para penguasa (raja), maka kebanyakan asal-usul yang ditulis waktu itu

adalah dari kelompok orang-orang besar sehingga kelihatan sekali sifat

istanasentrisnya. Hal ini bisa dibandingkan dengan pengertian kesejarahan yang

tumbuh di Eropa Barat, seperti kata history dalam bahasa Inggris yang sebenarnya

berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti belajar dengan cara

tanya.45

Menurut I.G Widja menyatakan bawha sejarah sebagai suatu studi yang

berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami

oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri atau

ditemukan pada masa sekarang.46 Di mana pendapat ini memberi suatu pengertian

bahwa sejarah memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan ilmu lain.

Dengan kata lain bahwa, sejarah itu harus disertai dengan bukti-bukti yang kuat

dan memiliki relevansi terhadap kehidupan manusia pada zaman sekarang.

b) Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar.

Di mana belajar cenderung lebih dominan pada siswa, sedangkan mengajar di

lakukan oleh guru. pembelajaran penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar,

proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar. Jadi pembelajaran

diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik untuk

memperoleh ilmu dan pengetahuan, penugasan, kemahiran, sikap agar membantu

perseta didik belajar dengan baik.47

Sejarah merupakan salah satu mata pengajaran yang wajib di pelajari di

sekolah, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Sampai saat ini,

masih terdapat guru sejarah yang menggunakan paradigma konvensional. Di mana

45 I.G Widja, Pengantar Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan.Semarang:Satya .1988. hlm 7

46 Ibid. hlm. 8

47 Ahmad Susanto.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:penerbit Kencana Prenda Media Grup.2013.hlm. 18-19

paradigma yang dimaksud di sini adalah guru menggunakan metode ceramah,

siswa tidak dituntun untuk aktif dalam pembelajaran, dan istilah yang mengatakan

bahwa “masuk dikuping kanan keluar dari kuping kiri”. Di mana maksudnya

bahwa, guru ceramah selama proses pembelajaran, sementara siswa aktif sebagai

pendengar setia. Hal ini dapat membuat siswa bosan terhadap mata pelajaran

sejarah. Sehingga menimbulkan ketidaktertarikkan siswa terhadap mata pelajaran

sejarah.

Banyak orang mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah ini hanya

membosankan karena hanya menghafal nama tokoh, tempat, dan waktu. Namun,

pada kenyataannya bahwa sejarah sangat menarik untuk di pelajari oleh setiap

orang. Berdasar pengalaman, ketika mempelajari sejarah sangat banyak nilai-nilai

hidup yang perlu diterapkan dalam kehidupan sekarang dan di masa yang akan

datang. Bagaimana tidak, sejarah selalu memiliki relevansi terhadap kehidupan

sejarah dan di masa yang akan datang, atau kata lainnya sejarah itu selalu

kontekstual. Di mana masa lalu selalu berkaitan dengan masa sekarang dan masa

yang datang.

Pembelajaran sejarah sebagai sarana pendidikan bangsa, terutama dalam

aplikasi sejarah normatif. Adapun berberapa indikator terkait dengan

pembelajaran sejarah tersebut yaitu : (1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan,

sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan daripada akademik atau

ilmiah murni; (3) aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatik, sehingga

dimensi dan substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna dan

nilai-nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni dengan tujuan pendidikan; (4)

pembelajaran sejarah secara normatif harus relevan dengan rumusan tujuan

pendidikan nasional; (5) pembelajaran sejarah harus memuat pokok : instruction,

intellectual training, dan pembelajaran moral bangsa dan civil society yang

demokrasi dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa; (6) pembelajaran

sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan fakta pengalaman kolektif dari masa

lampau, tetapi harus memberikan latihan berfikir kritis dalam memetik makna dan

nilai dari pristiwa sejarah yang di pelajarinya; (7) interprestasi sejarah merupakan

latihan berfikir secara intelektual kepada para peserta didik (learning process and

reasoning) dalam pelajaran sejarah; (8) pembelajaran sejarah berorientasi pada

humanistic dan verstethn (understanding), meaning, historical consciousness

bukan sekedar pengetahuan kognitif dari pengetahuan (knowledge); (9) nilai dari

makna pristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di samping niali

partikular; (10) virtue, religiusitas, dan keluhuran kemanusian universal, dan nilai-

nilai patrotisme, nasionalisme, dan kewarganegaraan, serta nilai-nilai demokrasi

yang berwawasan nasional, pemting dalam penyajian pembelajaran sejarah; (11)

intelektualitas, tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi; (12) relevansi

pembelajaran sejarah dengan orentasi pembangunan nasional berwawasan

kemanusiaan dan kebudayaan.48

Untuk memperbaiki permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran

sejarah, serta membuktikan bahwa sejarah sangat menarik bukan selalu

kontektual, maka perlu menggunakan model- model pembelajaran yang tepat.

Dengan melalui model yang diterapkan, diharapkan dapat merangsang

ketertarikan siswa dalam pembelajaran sejarah. Selanjutnya, siswa diharapkan

untuk menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran sejarah.

Dokumen terkait