• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis

2. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pengertian pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” dan pembelajaran /pem·bel·a·jar·an/ (nomina) yaitu proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.34 Menurut permendikbud no 103 tahun 2014 “Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”35

Pembelajaran adalah proses berpikir, belajar berpikir yaitu menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antar individu dengan lingkungannya.36 Pembelajaran dapat didefinisikan suatu sistem yang mengatur segala sesuatu mengenai peserta didik dalam rangka membelajarkannya. Pembelajaran merupakan proses membelajarkan peserta didik. pembelajaran dibuat dengan terencana, dan dilaksanakan serta dievaluasi secara sistematis sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.37

UUSPN No. 20 Tahun 2003 menjelaskan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.38 Lebih jelasnya Umar menuliskan, “Pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang

34

Tim penulis, Pengertian Pembelajaran, 2016, (http://kbbi.web.id/). 35

Tim penulis, Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.103 Tahun 2014.

36

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.. (Jakarta: Prenanda, 2009), h.107.

37

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikasi), (Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 3.

38

Asep Ediana Latip, Pembelajaran Tematik Kajian Teoritik dan Praktik, (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 1.

saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.”39 Adapun tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu antara lain:40

1) Pembelajaran merupakan upaya mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk dapat menciptakan situasi serta kondisi belajar bagi siswa.

2) Pembelajaran merupakan upaya penting untuk mempersiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang baik.

3) Pembelajaran merupakan proses membantu siswa untuk menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa “Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”41

Gangne mengungkapkan makna pembelajaran yaitu kegiatan untuk menghasilkan suasana belajar seperti mengamati dan memahami, situasi harus dirancang terlebih dahulu sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses yang dilakukan dalam setiap peristiwa belajar.42

Ciri khas yang terkandung dalam pembelajaran sendiri menurut Umar Hamalik ada tiga, diantaranya adalah: 43

1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang termasuk unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2) Kesalingtergantungan (interdependence), anatara unsur-unsur system pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap

39

Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 57. 40

Ibid, h. 61-64. 41

Tim penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.

42

Asep Ediana Latip, Pembelajaran Tematik Kajian Teoritik dan Praktik, (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 8.

unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sedangkan sistem alami (natural) seperti; sistem ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem.

Model pembelajaran sangat beragam, salah satunya adalah model tematik. Pengertian tematik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tematik diartikan sebagai “berkenaan dengan tema” dan tema sendiri berarti “pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan. Dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dsb).”44

Tidak jauh berbeda, Hendro Dermawan, dkk berpendapat bahwa tematik diartikan sebagai suatu hal berkenaan dengan tema atau unsur pokok yang mendominasi suatu karangan seperti lagu.45

Frazee dan Rudnitski mengemukakan, kurikulum terpadu (integrated curriculum) pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah mata pelajaran melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran tematik dalam kurikulum terintegrasi berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu (subject-centred curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah memadukan sejumlah elemen kurikulum pembelajaran di antara berbagai mata

44

Tim penulis, Pengertian Tematik, 2016, (http://kbbi.web.id/). 45

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktik,

pelajaran.46 Berbagai penelitian menegaskan bahawa kurikulum terpadu (tematik) menunjukan berbagai keunggulan. Jacobs melaporkan bahwa tingkat kehadiran peserta didik yang tinggi, kepuasan, dan rasa memiliki peserta didik dalam pembelajaran serta kepuasan guru terjadi dalam pembelajaran dengan kurikulum terpadu.47

Penelitian yang dilakukan oleh The University of Trinidad and Tobago menjelaskan, unit tematik adalah organisasi dari kurikulum di sekitar tema sentral dengan kata lain, tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran di kurikulum biasa, seperti matematika, membaca, seni bahasa, ilmu sosial, ilmu pengetahuan, dll, yang semuanya berasal dari tema utama dari tiap unit. Setiap kegiatan harus memiliki fokus utama yaitu menuju gagasan tematik. Sebuah unit tematik jauh lebih luas dari sekedar memilih topik.48

Mamat SB, dkk. memaknai bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu, dengan mengelola pembelajaran yang mengintregasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembelajaran yang disebut tema.49 Lebih singkat Asep Ediana Latip mengungkapkan bahwa “pembelajaran tematik merupakan deviasi daripada kurikulum tematik yang muaranya pada tema.”50

Kesimpulan pembelajaran tematik adalah, proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang terencana serta terpadu dengan melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema sentral

46

Wachyu Sundaya, Pembelajaran Berbasis Tema, (Jakarta: Erlangga, 2014), h.8. 47

Ibid, h.10. 48

Yvonne J. John, A “New” Thematic, Integrated Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago: A Paradigm Shift, International Journal of Higher Education, Vol. 4, 2015, p. 172.

49

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktik,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 54. 50

untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut bermakna menurut Rusman, dikarenakan dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dengan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.51

b. Tujuan Pembelajaran Tematik

Desain pembelajaran tentunya berkaitan dengan proses pencapaian tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran yang dibuat hendaklah sesuai dengan kebutuhan siswa. Merger, Gangne, dan Briggs memberikan teknik perumusan dan tujuan pembelajaran melalui 5 komponen, yakni; a) situasi, b) kapabilitas, c) objek, d) tindakan, e) alat dan tantangan.52

Tujuan pembelajaran tematik terpadu dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dalam pembelajaran tematik diharapkan siswa dapat:53

1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna

2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi

3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai- nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan

4) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain 5) Meningkatkan minat dalam belajar

6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya

51

Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 254.

52

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), h. 232.

53 Sukayati, “Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Penerapan dari Pembelajaran Terpadu”, Makalah¸disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Tingkat Lanjut, (6-9 Agustus 2014), h. 4.

Karena tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam pembuatan bahan evaluasi bagi siswa maka, hendaknya evaluasi haruslah senada dengan tujuan yang telah dibuat agar dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

c. Pendekatan dalam Pembelajaran Tematik

Setidaknya ada tiga pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tematik, yaitu:

1) Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning adalah metode pendekatan pembelajaran dengan menyuguhkan masalah kontekstual pada siswa dengan tujuan merangsang rasa ingin tahu siswa dengan mempelajari hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari- hari. Siswa diarahkan untuk bekerja secara kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan di dunia nyata.54

2) Project Based Learning (PjBL)

Metode pendekatan ini tidak jauh berbeda dengan pendekatan PBL, guru menyajikan pelajaran secara kontekstual namun, dengan didukung oleh kreatifitas siswa karena, pendekatan ini menggunakan masalah sebagai langkah awal pengumpulan dan mengitegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang dilalui selama melakukan projek. PjBL digunakan apabila tujuan pembelajaran hendak membuat suatu projek yang hasil akhirnya dapat berupa produk atau hasil karya.55

3) Scientific

Scientific adalah pendekatan pembelajaran berdasarkan pada rasionalitas yang diukur secara empiris berdasarkan fakta. Pendekatan ini mencakup seluruh ranah pembelajaran yang ada dalam pembelajaran tematik yaitu sikap, pengetahuan, dan

54

Asep Ediana Latip, Pembelajaran Tematik Kajian Teoritik dan Praktik, (Jakarta: UIN Press, 2013),h. 58.

55

keterampilan.56 Ada lima langkah pembelajaran tematik yang dicantumkan dalam permendikbud no. 103 tahun 2014 yaitu sebagai berikut:57

a) Mengamati (observing)

Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. Hasil belajarnya berupa perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.

b) Menanya (questioning)

Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Hasil belajarnya berupa jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik).

c) Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)

Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. Hasil belajarnya berupa jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. d) Menalar/Mengasosiasi (associating)

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau

56

Ibid, h.50 57

Tim penulis, Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.103 Tahun 2014.

menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Hasil belajarnya adalah mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep/teori/pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

e) Mengomunikasikan (communicating)

Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Bentuk hasil belajarnya adalah menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) mulai diperkenalkan pada tahun 2004. Bahkan melalui PP. 19/2005 SNP Pasal 19 yang berbunyi “proses pembelajaran: interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik”58

, PAKEM merupakan karakteristik yang ada pada pembelajaran tematik.

Karakteristik dari pembelajaran tematik menurut Tim Pengembang PGSD adalah sebagai berikut:59

58

Yanti Herlanti, Pembedlajaran Tematik (Mennggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013), (Jakarta: UIN Press, 2015), h.86.

1) Holistik

Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan mereka.

2) Bermakna

Pembelajaran tematik memberikan dampak bermakna dari materi yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih fungsional dan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.

3) Otentik

Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dari prinsip yang ingin dipelajari. Hal ini dikarenakan mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, hasil dari interaksinya dengan fakta dan peristiwa secara langsung, bukan sekedar dasil pemberitahuan guru. 4) Aktif

Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi. Pembelajaran tematik pada dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa. Hal ini memungkinkan siswa termotivasi untuk secara terus menerus belajar.

e. Kelebihan Pembelajaran Tematik

Konsep pembelajaran tematik telah dilontarkan sejak awal abad ke 20 oleh Jhon Dewey yang merupakan pioner pendidikan modern di Amerika. Secara psikologis, pembelajaran tematik

sangat sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pada umur 0-12 tahun, kondisi perkembangan intelegensi, fisik, dan sosio- emosional anak tumbuh berkembang secara terpadu. Hal inilah yang menjadikan pembelajaran tematik cocok untuk dijadikan model pembelajaran di Sekolah Dasar.60

Keuntungan pembelajaran tematik sendiri menurut Kucer, menggunakan pendekatan tematik untuk desain kurikulum akan mendorong para guru untuk memulai pembelajaran yang kreatif dengan menjadikan siswa aktif dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran dan memanfaatkan latar belakang pengetahuan mereka yang relevan. Tema yang dipilih terlibat dan memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep dari berbagai perspektif dan sudut pandang.61

Tema memungkinkan penggunaan sumber daya yang berbeda pada berbagai tingkat kesulitan sehingga semua siswa dapat berpartisipasi. Selain itu, tema memberikan konteks kegiatan kehidupan nyata membaca dan menulis, penyelidikan ilmiah, dan bertanya dalam berbagai bidang studi. Selain itu, kurikulum tematik memberikan siswa dengan kesempatan untuk belajar mandiri, pemecahan masalah, berpikir divergen, berani mengambil risiko, dan membuat pilihan.”62

f. Kekurangan Pembelajaran Tematik

Sama seperti pembelajaran yang lain, tematik juga memiliki kekurangan, dalam praktiknya pembelajaran tematik menuntut guru memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi, serta keterampilan untuk membuat pembelajaran

60

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), h. 232.

61

Kon Chon Min, et.all, Teachers' Understanding and Practice towards Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills (ILS) in Malaysia, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2, December 2012, p. 273.

bermakna. Pembelajaran tematik juga membutuhkan sarana dan sumber belajar yang cukup banyak dan beragam serta berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. Selain itu, pembelajaran tematik menuntut guru untuk menguasai secara mendalam materi dan penjabaran tema, tanpa kemampuan tersebut pembelajaran tematik akan sulit dilaksanakan bahkan mencapai tujuan.63

63

Yanti Herlanti, Pembedlajaran Tematik (Mennggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013), (Jakarta: UIN Press, 2015), h.7.

Dokumen terkait