BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
3. Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.20
Sedangkan menurut Sapriya dkk, VCT diartikan sebagai teknik pengajaran untuk menanamkan dan menggali serta mengungkapkan nilai-nilai tertentu pada diri siswa.21
Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan, VCT adalah teknik pengajaran untuk mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses mengungkapkan nilai yang sudah ada pada diri siswa dan
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 283
21
Sapriya, dkk, Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), hlm. 68
selanjutnya nilai yang dianggap baik tersebut akan ditanamkan pada diri siswa.
Menurut Fraenkel yang di kutip oleh S. Achmad Kosasih Djahiri
mengartikan bahwa “Nilai (value) merupakan suatu sistem, dimana aneka jenis nilai (nilai keagamaan, sosial budaya, ekonomi, hukum, etis, dan sebagainya) berpadu jalin menjalin serta saling meradiasi (mempengaruhi secara kuat) sebagai suatu satu kesatuan yang
utuh.”22
Berdasarkan gambaran di atas maka banyak sarjana juga guru yang beranggapan bahwa nilai atau hal ihwal afektif ini tidak dapat diajarkan. Hal ini kurang benar, yang benar bukan tidak bisa melainkan lebih sulit daripada pengajaran kognitif serta memerlukan upaya khusus, metode khusus serta media khusus. Debat tentang bisa tidaknya nilai diajarkan melahirkan 4 aliran :23
1. Aliran relativisme : yang beranggapan nilai tidak bisa diajarkan karena hakikat nilai bersifat relatif, subjektif, temporer, dan situasional.
2. Aliran kebebasan (value free) : yang beranggapan tidak perlu dan tidak boleh diajarkan Karen bertentangan dengan kodrat kebebasan dasar manusia untuk menentukan pilihannya secara bebas dan mandiri.
3. Aliran absolutism atau Dogmatisme; beranggapan tidak perlu karena segala nilai dan norma yang sudah dianggap baik dan dilaksanakan umum wajib dianut dilaksanakan tanpa perduli setuju atau tidak, mau atau tidak.
4. Aliran keyakinan yang rasional atau nalar; yang menyatakan perlunya diajarkannya untuk penerimaan yang sadar, mantap dan nalar.
22
S. Achmad Kosasih Djahiri, Strategi Pengajaran Afektif- Nilai-Moral Vct Dan Games Dalam Vct, (Bandung :Jurusan PMPKN IKIP Bandung, 1985), hal. 18
23
Menurut Jack R Fraenkel yang telah dikutip oleh S. Achmad Kosasih Djahiri sebagaimana dalam bukunya yang berjudul strategi pengajaran afektif- nilai-moral VCT dan Games dalam VCT pada
tahun 1977 mengulas sejumlah rumusan “Nilai /Value adalah idea
atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang. Dan biasanya
mengacu pada estetika dan logika.”24
Pengajaran nilai/moral menghendaki lahirnya generasi muda yang memiliki sejumlah bekal sistem nilai baku yang positif sebagai generasi pelurus dan pembaharuan nilai/moral menuju nilai/moral yang diinginkan yaitu nilai dan moral pancasila. Untuk mencapai hal tersebut, menurut Piaget diperlukan tahapan pengkajian sebagai berikut :25
a. Tahap mengakomodasi, dimana anak memiliki kesempatan untuk mempelajari dan menginternalisasikan nilai moral.
b. Tahap asimilasi /mengintegrasikan nilai tersebut dengan sistem nilai lain yang telah ada dalam dirinya.
c. Tahap equalibrasi atau membina keseimbangan atau membakukannya sebagai sistem nilai baru yang baku.
Berdasarkan pengertian para tokoh diatas, maka dapat disimpulan VCT adalah suatu teknik pengajaran yang digunakan untuk menanamkan nilai baru kepada siswa dengan mengkaitkannya dengan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa melalui teknik penganalisaan nilai dalam proses pembelajaran.
Pada pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ini guru mengharapkan siswa terlibat aktif dalam mengembangkan pemahaman dan pengenalannya terhadap nilai-nilai pribadi, mengambil keputusan, dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil, mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
24
Ibid., h. 20. 25
mengembangkan keterampilan siswa dalam proses menilai, menggali dan mempertegas nilai-nilai yang dimiliki siswa.26
Teknik ini dipandang sebagai pemberian makna oleh siswa pada pengalamannya, sedangkan proses mengajar bukan hanya mengarahkan siswa untuk bisa membangun sendiri pengetahuan melainkan juga turut berpartisipasi dengan siswa untuk membentuk pengetahuan baru pada siswa, membuat makna, mencari kejelasan, dan bersikap kritis terhadap hal-hal yang telah dipelajari.27
b. Prinsip-Prinsip VCT
Prinsip-prinsip didalam VCT adalah sebagai berikut, (1) Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor potensi diri, kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain. (2) Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada diri siswa. (3) Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral
development) dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk
siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial. (4) Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasikan nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri bukan karena rasa kewajiban
26
Kd. Dewi Anggarini, dkk, pengaruh model pembelajaran value clarification technique berbantuan media gambar terhadap nilai karakter siswa kelas v sd gugus VI Tajun, e.journal. 2013, h. 4.
27
Dyah Kartika Ekasari, Pengaruh Value Clarification Technique (Teknik Klarifikasi Nilai) Terhadap Materi Perilaku Harga Diri Pada Mata Pelajaran Pkn Siswa Tunarungu Kelas III Di SLB Siti Hajar Sidoarjo, Jurnal Pendidikan Khusus, 2013, h.3
bersikap tertentu atau berbuat tertentu. (5) Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan antara guru dengan siswa.28
c. Tujuan Pembelajaran VCT
VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral, VCT bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai
2. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina kearah peningkatan dan pembetulannya.
3. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa.
4. Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
d. Teknik Pembelajaran Nilai
John Jarolimek (1974) menjelaskan beberapa teknik pengajaran nilai sebagai berikut yaitu:
1. Teknik self evaluasi (menilai diri sendiri) dan group evaluation
(evalusi kelompok) yaitu siswa diajak diskusi atau tanya jawab tentang apa yang dilakukan atau dianutnya serta diarahkan untuk perbaikan atau penyempurnaan oleh siswa itu sendiri.
2. Teknik lecturing yaitu guru bercerita dan mengangkat apa-apa yang menjadi topik bahasannya.
3. Teknik menarik dan memberi percontohan yaitu guru memberikan serta meminta contoh-contoh baik dari diri siswa
28
.Tukiran Taniredja dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Afektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 89
ataupun kehidupan masyarakat luas kemudian dianalisa, dinilai dan didiskusikan
4. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasaan yaitu dalam teknik ini siswa dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dsb. Siswa diwajibkan melaksanakannya seperti patuh pada tata tertib, memakai tata tertib tertentu dll. Dengan harapan kelak siswa akan terbiasa melakukannya (patuh pada tata tertib).
5. Teknik tanya jawab, yaitu guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sedangkan siswa aktif menjawab atau mengemukakan pikiran pendapatnya.
6. Teknik menilai suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik dipersilahkan memberi tanda penilaiannya dengan kode (misalnya: baik-buruk, benar-tidak benar, adil-benar-tidak adil, dll)
7. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan. Dalam hal ini dapat menggunakan model yang sudah ada atau ciptaan guru. 8. Teknik inkuiri nilai. Teknik ini yang harus dikembangkan dan
sangat cocok dipergunakan untuk pembelajaran IPS.
e. Langkah-langkah Pembelajaran VCT
Ada banyak langkah-langkah VCT dengan berbagai macam modelnya, salah satunya adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah kegiatan VCT dengan Model Menilai Suatu Bahan Tulisan yaitu
a. Memilih suatu masalah/kasus/kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru
b. Siswa dipersilahkan memberi tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode misalnya baik buruk, benar salah, adil tidak adil dsb.
c. Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau oleh kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.29
f. Kelebihan dan Kelemahan Model VCT 1. Kelebihan VCT
a. Pendidikan nilai membantu peserta didik untuk berproses menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain.
b. Pendidikan nilai membantu peserta didik supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. c. Pendidikan nilai membantu peserta didik supaya mereka
mampu menggunakan secara bersama-sama kemampun berpikir rasional, dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, sikap, dan pola tingkah laku mereka sendiri dan akhirnya didorong untuk menghayatinya.30
2. Kelemahan VCT
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa
29
Sapriya, dkk, op. cit., h.71 30
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran afektif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 152
sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.