• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran yang Didapatkan pada Masing- Masing-Masing Jenis Permainan

Permainan Ular Naga

Pada permainan ular naga, anak-anak belajar untuk memberi semangat kepada teman lainnya dan mengingatkan agar tidak terpancing emosi saat anggotanya berhasil diambil kelompok lawan. Hal tersebut menunjukkan pembelajaran aspek moral afektif. Pembelajaran lainnya yaitu aspek moral action, yang ditunjukkan dengan sikap sportif anak ketika sudah disentuh oleh kelompok lawan.

Permainan Congklak Lidi

Pada permainan congklak lidi dimana terkandung niai-nilai moral didalam permainan yaitu subjek diharuskan jujur.

Anak-anak belajar untuk bersikap jujur mengakui jika lidi yang hendak diambil menyentuh lidi yang lainnya. Kemudian, pembelajaran lainnya yaitu ketika ada teman yang lain sedang berkeonsentrasi untuk mengambil lidi maka tidak boleh diganggu. Selain itu melalui permainan ini, anak-anak belajar melatih kesabaran selama menunggu giliran bermain dan mengendalikan diri atau mengontrol emosi jika ada lawan yang tidak sengaja menyenggol hingga gagal mengambil lidi atau kalah.

Pada saat berlangsungnya permainan congklak lidi, pada sesi awal masih memungkinkan anak untuk melanggar aturan dan tidak jujur. Ada pula anak yang tidak dapat menahan emosi sehingga terjadi adu mulut dengan anak lainnya. Selain itu ada juga anak yang suka menganggu temannya saat bermain dengan mengejek atau menggerakkan tangan temannya saat temannya tersebut berusaha mengangkat lidi.

Perubahan perilaku anak dapat dilihat ketika anak mengikuti seluruh sesi dan di akhir sesi anak sudah berperilaku sesuai dengan aturan, jujur dalam bermain, dan mampu menahan emosi sehingga permainan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, anak-anak akan berusaha untuk menyemangati temannya yang lain, meminta maaf saat tidak sengaja menyenggol, bahkan memberikan saran kepada teman yang lain mengenai lidi mana yang akan diambil.

Permainan Bentengan

Pada permainan bentengan, terdapat nilai moral yaitu kejujuran. Hal tersebut terlihat pada saat anak tertangkap oleh lawan dan harus menjadi tawanan, tidak memukul atau menyentuh dengan kasar kepada lawan untuk dijadikan tawanan. Selain itu, anak-anak perlu saling membantu jika

ada teman yang dikejar oleh lawan, tidak terpancing emosi ketika lawan mengejek, dan tidak marah saat kalah dalam bermain.

Pada saat awal bermain, beberapa subjek belum jujur terlebih saat anak tertangkap oleh lawan dan dijadikan tawanan. Kemudian terjadi adu mulut dan mengeluarkan kata-kata kasar karena ketidakjujuran tersebut. Pada sesi-sesi selanjutnya anak mulai jujur apabila tertangkap dan harus menjadi tawanan. adu mulut dan kata-kata kasar mulai berkurang dan tidak nampak lagi di akhir sesi. Selain itu, dalam hal kerjasama, pada awalnya anak-anak bermain tanpa adanya strategi yang baik dan hanya bermain untuk diri sendiri.

Pada sesi-sesi selanjutnya, anak-anak ini mulai menunjukkan perubahan dimana anak-anak mulai membangun kerjasama yang baik sehingga dapat terlihat bahwa anak-anak saling membantu antar anggota kelompok seperti saat berusaha membebaskan temannya yang menjadi tawanan.

Pada Permainan Boi-Boian

Pada awal sesi anak-anak masih menunjukkan perilaku melanggar aturan permainan, mengikuti keinginan dirinya sendiri dalam permainan, melakukan kecurangan kepada lawan bermain, berkata kasar, Nampak arogan dan mudah lelah.

Permainan Bekelan

Pada awal sesi anak-anak masih tidak mengikuti peraturan, tetapi hal tersebut tidak membuat masing-masing anak saling beradu pendapat tentang peraturan yang tidak dipatuhi oleh lawannya. Anak-anak juga mengeluarkan kata-kata kasar dan menyalahkan orang lain ketika tidak berhasil melewati tahap permainan, bahkan bersikap curang.

Perubahan sikap anak nampak ketika mereka bermain sesuai dengan peraturan, mampu menyadari hal-hal yang membuat mereka kalah tanpa menyalahkan orang lain. Selain itu nampak kreativitas anak dalam menyelesaikan permainan.

Permainan Gobak Sodor

Pada asal sesi anak-anak berbicara kasar, emosi, dan curang saat bermain. Akan tetapi perubahan perilaku ditunjukkan setelah beberapa sesi selanjutnya, dimana anak mulai memahami aturan permainan, tidak berkata kasar ataupun bertindak curang. Di akhir sesi anak menunjukkan sikap tenang dan tidak gelisah saat berada di kondisi tertekan dalam menyelesaikan permainan serta tidak terbawa emosi seperti marah.

PENUTUP

Kesimpulan

D

alam penelitian ini telah tersusun empat model peningkatan perkembangan moral melalui media permainan tradisional. Keempat model ini telah teruji secara signifikan dapat meningkatkan perkembangan moral anak mencakup moral kognitif, moral afektif, dan moral perilaku. Model satu adalah permainan congklak lidi dan ular naga dengan metode experiental learning dapat memberikan pengaruh pada peningkatan perkembangan moral anak. Model kedua adalah permainan congklak lidi dan bentengan dengan metode experiental learning dapat menjadi media dalam meningkatkan perkembangan moral anak. Adapun model ketiga yang menjadi media dalam peningkatan perkembangan moral adalah permainan bekelan dan boi-boian dengan metode experiental learning. Permanan congklak lidi dan gobag sodor dengan metode experiental learning sebagai media untuk peningkatan perkembangan moral anak merupakan model keempat.

Rekomendasi

Permainan tradisional telah terbukti mempunyai nilai-nilai yang dapat dijadikan pembelajaran moral anak sekolah dasar. Melalui pendekatan experiential learning dengan media permainan tradisional maka perkembangan moral anak dapat ditingkatkan. Keempat model yang telah dibuktikan signifikansinya di atas dapat diterapkan di sekolah maupun di lingkungan komunitas anak dalam rangka pembelajaran moral.

Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan tumbuh kembang anak melalui permainan tradisional. Jogjakarta: Javalitera.

Ardini, P. P. (2012). Pengaruh dongeng dan komunikasi terhadap perkembangan moral anak usia 7-8 tahun.

Jurnal Pendidikan Anak, 1(1).

Aypay, A. (2016). Investigating the role of traditional children’s games in teaching ten universal values in Turkey.

Eurasian Journal of Educational Research, 62 (62), 283–

300. https://doi.org/https://doi.org/10.14689/

ejer.2016.62.14

Baek, H.-J. (1999). Children’s moral development examined through kohlberg’s hypothetical dilemmas and fables. University of London.

Bishop, J. C., & Curtis, M. (2001). Play today in the primary school playground: Life, learning, and creativity.

Bucingham: Open University Press.

Bussey, K., & Bandura, A. (2004). Social cognitive theory of gender development and functioning. In The psychology of gender. New York: The Guilford Press.

Colby, A., & Kohlberg, L. (1987). The measurement of moral judgment, Vols. 1 & 2. Cambridge: Cambridge University Press.

Detiknews. (2018). Anak SD jadi bandar sabu, BNN Makassar:

bukan kasus pertama. https://news.detik.com/berita/

4153748/anak-sd-jadi-bandar-sabu-bnn-makassar-bukan-kasus-pertama

Dharmamulya, S. (2004). Permainan Tradisional Jawa.

Purwangga: Kepel Press.

Fiore, S., Metcalf, D., & McDaniel, R. (2007). Theoretical foundations of experiential learning. In M. Silberman (Ed.), The Handbook of Experiential Learning (pp. 35–

58). San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Glennon, F. (2004). Experiential learning and social justiceaction: An experiment in the scholarship of teaching and learning. Teaching Theology and Religion, 7(1), 30–37.

Grusec, J. E. (2006). Development of moral behavior and conscience. In M. Killen & J. G. Smetana (Eds.), Handbook of moral development. New York: Erlbaum.

Gunawan, H. (2014). Pendidikan karakter, konsep dan implementasi. Bandung: AFABETA.

Haerani, N. (2013). Membangun karakter anak melalui Permainan Tradisional. Jurnal UNM, 1–8.

Iswinarti. (2010). Nilai-nilai terapeutik permainan tradisional engklek untuk anak usia sekolah dasar. Humanity, 6(1).

Iswinarti, Ekowarni, E., Adiyanti, M., & Hidayat, R. (2016).

The influence of traditional game with experiental learning method on social competence. International Journal of Recent Scientific Research, 7(4), 10147–10155.

Iswinarti, Ekowarni, E., Adiyanti, M., & Hidayat, R. (2018).

Pedoman Permainan Tradisional Gembatan dengan Metode “BERLIAN” untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Anak. Malang: Psychology Forum.

Iswinarti, Istiqomah, Maimunah, S., & Amalia, S. (2017).

Laporan Penelitian: Penyusunan alat ukur perkembangan moral pada usia anak-anak akhir.

Iswinarti & Suminar, D. R. (2019). Improving children’s problem solving through Javaness Traditional Games.

Cakrawala Pendidikan, 38(3), 578-589. doi: 10.21831/

cp.v38i3.25331.

Khobir, A. (2009). Upaya mendidik anak melalui permainan edukatif. Forum Tarbiyah, 7(2), 195–208.

Kohlberg, L. (1981). Essays on moral development (Vol. 1): The philosophy of moral development. San Francisco: Haper and Row.\

Kohlberg, L. (2008). The development of children’s orientations toward a moral order. Human Development, 51, 8-20.

Maharani, L. (2014). Perkembangan moral pada anak.

KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 1(2), 104–109. https://doi.org/10.1371/

journal.pone.0091987

McDevitt, T., & Ormrod, J. E. (2009). Child development and education 4th edition. London, England: Pearson Education International.

Misbach, I. (2006). Peran permainan tradisional yang bermuatan edukatif dalam menyumbang pembentukan karakter dan identitas bangsa.

Monks, F., Knoers, A. M., & Haditono, S. (2001). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muryono. (2009). Empati, penalaran moral, dan pola asuh: telaah bimbingan konseling. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta.

Okenews.com. (2018). 5,9 Juta Anak Indonesia Jadi Pecandu Narkoba. https://news.okezone.com/read/2018/03/

06/337/1868702/5-9-juta-anak-indonesia-jadi-pecandu-narkoba

Papalia, D., Old, S., & Feldman, R. (2009). Human development (11th ed.). New York: Mc Graw Hill.

Sandtrock, J. (2011). Life span development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. . (2008). Children 10th edition. New York: Mc Graw Hill.

Santrock, J. W. (2012). Life-span development edisi ke-1. Jakarta:

Erlangga.

Schrier, K. (2014). Designing digital games to teach history. In Learning and education games volume one: Curricular and design considerations (pp. 73–92). Pittsburgh, PA: ETC Press.

Schutte, K. J., & Wetmore, L. (2012). Experiential learning as a catalyst for moral development in cognitive growth.

International Journal of Business and Social Science, 3(19), 220–227.

Sibermen, M. (2007). Introducing the handbook of experiential learning. In The Handbook of experiential learning (pp.

1–9). San Franscisco: John Wiley & Sons, Inc.

Suherman, W. S., Nopembri, S., & Muktiani, N. R. (2017).

Pengembangan Majeda berbasis dolanan anak untuk mengoptimalkan tumbuh kembang siswa taman kanak-kanak. Cakrawala Pendidikan, 36(2), 220–232.

Sujarno, Galba, S., Larasati, T. A., & Isyanti. (2013). Pemanfaatan permainan tradisional dalam pembentukan karakter anak.

Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB).

Susanti, F., Siswanti, & Widodo, P. B. (2010). Pengaruh permainan tradisonal terhadap kompetensi interpersonal dengan teman sebaya pada siswa SD (Studi Eksperimental pada siswa kelas 3 SDN Srondol Wetan 04-09 dan SDN Srondol Wetan 05-08). Jurnal Psikologi Undip, 8(2).

Sze, W. (2014). Evaluation of a Moral and Character Education Group for Primary School Students. SS Student E-Journal, 3, 142–164.

Wantah, M. (2005). Pengembangan disiplin dan pembentukan moral pada anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Zigmont, J. J., Liana, J., Kappus, L. J., & Sudikoff, S. N. (2011).

Theoretical foundations of learning through simulation. Semin Perinatol, 35, 47–51.

A Afektif

Berhubungan dengan perasaan (seperti takut, cinta) atau sesuatu yang mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi.

E

Emosional

Suatu hal yang menyentuh perasaan, mengharukan, dan penuh dengan emosi.

Empati

Keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

F

Fasilitator

Orang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan dari pemberian suatu perlakuan dan membantu mereka mencapai tujuan perlakuan dalam diskusi.

Feedback

Umpan balik, masukan, dan saran.

I

Identifikasi diri

Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar orang tersebut membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku orang yang dikaguminya itu.

Imitasi

Proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan segala sesuau yang melekat pada orang lai tersebut.

Interaksi

Hubungan sosial yang dinamis antara seseorang dan orang lain yang saling mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.

Interpersonal

Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka (secara langsung); mengacu pada hubungan interpersonal: hubungan di luar diri atau disebut juga dengan penyesuaian dengan orang lain.

K

Karakter

Suatu tabiat, sifat-sifat kejiwaan atau psikologis, budi pekerti, watak yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Kepribadian

Keseluruhan karakteristik individu atau sifat umum dari banyak orang yang berakibat pada munculnya pola yang

cenderung tetap dalam merespon suatu situasi, cenderung stabil, internal (tidak bisa diobservasi langsung), konsisten, dan berbeda antara satu individu dengan individu lain.

Kognitif

Proses yang terjadi secara internal pada manusia melalui proses berpikir, mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, memperhatikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, berpikir, dan keyakinan.

Konvensi

Hal yang berkaitan dengan pemufakatan atau kesepakatan (mengenai adat, tradisi, atau aturan sosial) di masyarakat.

M

Moralitas

Segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau adat sopan santun.

Motorik

Suatu istilah untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia.

P

Pengendalian diri

Kemampuan diri dalam mengendalikan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu

Problem solving

Suatu metode dalam suatu pembelajaran yang mengarah pada proses berpikir unutk memcahkan suatu masalah.

R Refleksi

Suatu hal mengenai perasaan dan penghayatan serta in-sight yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran.

S

Sistem sosial

Semua unsur social yang saling berhubungan antara satu sama lain dan dalam hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan social.

Sosialiasasi

Suatu proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau dari generasi ke generasi lain dalam suatu kelompok masyarakat.

Superego

Aspek kepribadian yang menampung semua standard internalisasi moral dan cita-cita yang diperoleh dari kedua orang tua atau masyarakat.

A

Afektif, 54, 58, 63 Bekel, 32, 38, 39 B

Bentengan, 23, 30, 35, 36, 48, 50, 64

BERLIAN, 5

Boi-boian, 24, 31, 37, 52, 54 C

Cemas, 14

Congklak lidi, 32, 35, 39 E

Eksperimen, 21, 45, 48, 49, 50, 51, 55, 56

Emosional, 4, 14, 18, 19 Empati, 6, 14, 18

Experiental learning, 5, 18, 19, 49, 51, 59, 60

Interaksi, 3, 6, 21 Interpersonal, 10, 11, 58 K

Karakter, 5, 16 Kelompok sosial, 3 Kepribadian, 4, 14 Kerja sama, 5, 6

Keterampilan motorik, 4, 6, 16 Kognitif, 4, 13, 14, 15, 17, 18, 47,

53, 58, 61 Konflik, 10, 12, 62 Konvensi, 3, 7, 8 Konvensional, 2, 7, 8 M

Moral, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 27, 28, 33, 34, 41, 42, 45, 46, 47,

48, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64 Moralitas, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

58, 60 N

Nilai, 1, 3, 4, 6, 7, 8, 12, 14, 16, 18, 21, 46, 48, 49, 52, 53, 56, 57, 59, 61, 63, 64

Norma, 1, 3, 7, 10, 14, 22 Normatif, 10

O

Observasi, 20, 42, 51 P

Pascakonvensional, 2 Pengendali diri, 15 Pengendalian diri, 6, 18 Permainan modern, 5

Permainan tradisional, 5, 6, 15, 16, 17, 21, 28, 41, 42, 45, 46, 49, 51, 52, 57, 59, 61, 62, 63 Prakonvensional, 2, 7, 8 Problem solving, 17, 21 R

Refleksi, 20, 58, 61, 62 S

Sistem sosial, 11, 12

Sosial, 1, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 15, 18, 21, 60

Sosialisasi, 4 Superego, 14 U

Ular naga, 32

Dr. Iswinarti, M. Si. Psikolog adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pendidikan S1, S2, dan S3 diselesaikannya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak usia remaja sudah tertarik dengan dunia anak dengan menjadi guru mengaji, pendongeng, dan penulis cerita anak.

Karya disertasinya tentang permainan tradisional dan metode BERLIAN ((Bermain-ExpeRiential-LearnIng-ANak) telah menjadi awal karirnya menjadi narasumber di berbagai daerah di Indonesia mulai dari Aceh sampai Sulawesi dan Nusa Tenggara. Penulis telah menjadi pembicara di beberapa event seminar nasional dan workshop di tingkat Asean.

Cukup banyak penelitian tentang permainan tradisional yang telah dilakukan dan dipublikasi baik di prosiding nasional dan internasional maupun jurnal nasional dan internasional.

Hasil penelitian tentang permainan tradisional yang telah terpublikasi di jurnal terindex scopus adalah “Improving

Children’s Problem Solving Skills Through Javanese Traditional Games” (2019). Artikel hasil penelitian yang juga dipublikasikan di jurnal internasional berjudul “The Influence of Traditional Games with Experiential Method on Social Competence”

(2016). Beberapa prosiding internasional yang sudah diterbitkan, misalnya “BERLIAN (Bermain-ExpeRiential-LearnIng-ANak) Community to Support Character Education for Children” (Penang, 2019), “The Influence of Traditional Game Engklek with BERLIAN Method to Improve Problem Solving Skills” (Manila, 2018), “Children using Learning Gadget Addiction, Can Traditional Games With “Berlian” Method as a Solution Increase the Social Skill?” (Surat Thani, 2018) “The Learning Values Of Social Competence In The Traditional Game Gembatan For Children” (Phnom Penh, 2017). Tahun 2019 penulis telah melakukan pengabdian masyarakat dengan membentuk beberapa komunitas BERLIAN yang berbasis permainan tradisional.

Buku “Permainan Tradisional: Prosedur dan Analisis Psikologisnya” (2017) dan “Permainan Tradisional dengan Metode BERLIAN untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial”

(2018) merupakan karya yang melengkapi totalitasnya dalam menggeluti Psikologi Bermain. Selain tentu saja buku monograf yang berjudul “Model Peningkatan Perkembangan Moral Anak Melalui Permainan Tradisional” yang diterbitkan tahun 2020 ini.

Dokumen terkait