• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberantasan Keong Hospes Perantara

Dalam dokumen Buku Roadmap Eradikasi Penyakit Demam Ke (Halaman 39-43)

BAB 4. PENDEKATAN DAN STRATEGI ERADIKASI

4.2. Strategi Eradikasi

4.2.3. Pemberantasan Keong Hospes Perantara

Penyemprotan moluskisida (racun keong) merupakan salah satu metode pengendalian keong perantara schistosomiasis. Upaya ini dilakukan untuk memberantas keong khususnya pada fokus dengan ukuran kecil dan/atau posisi geografis yang terpencil sehingga sulit dijangkau dengan metode pengendalian lainnya. Penggunaan moluskisida harus dibatasi guna mencegah timbulnya resistensi serta kematian organisme lainnya yang berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan. Sediaan moluskisida pilihan yang digunakan untuk upaya ini adalah Niklosamid. Penggunaan Niklosamid disesuaikan dengan jenis, luas dan kedalaman lahan sebagaimana dijabarkan dalam panduan WHO untuk penggunaan moluskisida (WHO 2017).

Penyemprotan moluskisida akan dilakukan sebanyak 3 – 4 kali per tahun di fokus yang telah ditentukan. Terdapat 17 fokus yang akan dilakukan penyemprotan moluskisida dengan total luas 330.383 m2. Penyemprotan dilakukan oleh kader dengan target 5.000 m2/kader/hari. Pelaksanaan kegiatan ini dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi pertanian di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi. Pengadaan sediaan Niklosamid menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

4.2.3.2. Modifikasi Lingkungan Fokus

Modifikasi lingkungan dilakukan untuk memperkecil sebaran dan populasi keong perantara. Keong O. hupensis merupakan moluska amfibi yang hidup di area yang basah, dangkal, serta memiliki aliran air yang tenang atau tidak bergerak. Oleh sebab itu, strategi untuk menekan populasi keong ini, secara umum dapat dilakukan dua pilihan tindakan yaitu peningkatan debit

air dan pengeringan lahan. Peningkatan debit air dilakukan pada lahan yang cenderung basah sepanjang tahun dan dapat dicapai melalui pilihan kegiatan berikut:

1. Pengembangan jaringan irigasi (rehabilitasi, peningkatan, pembangunan) di perkebunan dan persawahan

2. Pengembangan daerah penangkap air (Water Catchment Area) 3. Pembersihan kebun dan lahan bersemak

4. Pengelolaan sawah secara intensif 5. Pencetakan sawah

6. Pengolahan, pemeliharaan, dan pengaktifan kolam 7. Pembuatan kolam

8. Pengadaan alat pembenihan ikan

Pengembangan jaringan irigasi bertujuan untuk meningkatkan debit aliran air di saluran irigasi yang ada serta menjangkau lahan di area perkebunan yang sebelumnya mudah tergenang dan menjadi habitat keong perantara. Jaringan irigasi yang dikembangkan mencakup jaringan irigasi sekunder dan tersier. Jaringan irigasi yang dibuat harus bersifat permanen (dibatasi dinding beton atau batu) serta senantiasa dikelola dan diawasi untuk mencegah pendangkalan. Pengembangan saluran irigasi juga mampu membantu meningkatkan produktivitas perkebunan dan persawahan melalui pencegahan kerusakan tanaman kebun akibat lahan yang terlalu basah serta pemerataan air bagi tanaman perkebunan dan persawahan. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pengembangan daerah penangkap air (Water Catchment Area) bertujuan untuk meningkatkan kedalaman air di lokasi sumber air warga. Selama ini, banyak dari sumber air warga berasal dari mata air yang tidak memiliki kedalaman yang cukup sehingga menjadi habitat keong perantara. Selain itu, pengaliran air secara langsung dari sumber air yang menjadi fokus positif schistoso-miasis memungkinkan larva infektif (serkaria) S. japonicum untuk masuk ke aliran air warga. Pembuatan daerah penangkap air dengan kedalaman yang cukup mampu menekan perkembangan populasi keong perantara, mematikan serkaria S. japonicum melalui penundaan pengaliran, serta memungkinkan dilakukannya pemeriksaan keamanan air sebelum disalurkan kepada warga sehingga menjamin keamanan air yang akan dikonsumsi/digunakan. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pembersihan kebun dan lahan bersemak bertujuan untuk menghilangkan serasah yang menghambat aliran air khususnya di saluran irigasi yang ada di perkebunan tersebut. Keberadaan serasah yang tidak dibersihkan mampu memperdangkal serta menghambat saluran air sehingga saluran yang ada menjadi habitat keong perantara. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pengelolaan sawah secara intensif bertujuan untuk mengaktifkan kembali sawah yang terbengkalai serta meningkatkan produktivitas sawah yang sudah ada. Kegiatan ini dapat meningkatkan kedalaman air di areal persawahan khususnya di sawah yang ditinggalkan. Selain

menekan populasi keong perantara, kegiatan ini juga mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dalam bentuk komoditas pertanian padi. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi pertanian di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pencetakan sawah bertujuan untuk mengolah lahan tidur yang menjadi habitat keong perantara menjadi sawah dengan kedalaman serta aliran air yang memadai. Adapun prasayarat lahan yang akan diolah adalah memiliki akses terhadap saluran irigasi teknis serta belum pernah mendapatkan layanan pencetakan sawah sebelumnya. Sawah yang dicetak harus senantiasa dikelola dan diawasi untuk mencegah pendangkalan yang justru dapat memperluas habitat keong perantara. Selain menekan populasi keong perantara, kegiatan ini juga mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dalam bentuk komoditas pertanian padi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Korps Zeni TNI AD dan dikoordinasikan oleh Kementerian Pertanian bersama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pengolahan, pemeliharaan, dan pengaktifan kolam bertujuan untuk meningkatkan kedalaman kolam budidaya ikan yang terbengkalai dan menjadi habitat keong perantara. Kolam ikan yang sudah ada harus dibatasi dengan dinding (beton, batu, atau plastik pelapis khusus) serta senantiasa dikelola dan diawasi untuk mencegah pendangkalan. Selain menekan populasi keong perantara, kegiatan ini juga mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dalam bentuk komoditas perikanan. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh yang membidangi perikanan di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pembuatan kolam baru bertujuan untuk mengubah lahan tidur khususnya yang senantiasa basah tetapi tidak memiliki akses irigasi menjadi kolam budidaya ikan dengan kedalaman yang memadai. Kolam ikan yang dibuat harus dibatasi dengan dinding (beton, batu, atau plastik pelapis khusus) serta senantiasa dikelola dan diawasi untuk mencegah pendangkalan. Selain menekan populasi keong perantara, kegiatan ini juga mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dalam bentuk komoditas perikanan. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh yang membidangi perikanan di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Kegiatan pengolahan, pemeliharaan, dan pengaktifan kolam serta pembuatan kolam baru juga didukung dengan pengadaan alat pembenihan ikan. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tersedianya benih ikan secara berkelanjutan sehingga kolam ikan yang ada benar-benar menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat dan terus dikelola. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh yang membidangi perikanan di Kabupaten Poso dan Sigi.

Adapun pengeringan lahan dilakukan pada lahan yang cenderung kering sepanjang tahun dan dapat dicapai melalui pilihan kegiatan berikut:

1. Pengembangan saluran tersier/drainase

2. Agroforestry desa penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) 3. Pengelolaan kebun secara intensif

Pengembangan saluran tersier/drainase bertujuan untuk menghilangkan genangan dan menjaga tanah tetap kering di area perkebunan. Selain menghilangkan fokus keong perantara, tindakan ini juga mencegah tanah perkebunan terlalu lembab sehingga mencegah terjadinya pembusukan akar tanaman perkebunan dan meningkatkan produktivitas perkebunan tersebut. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tengah.

Pengembangan agroforestry di desa penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) bertujuan untuk mengeringkan fokus yang berada di area penyangga TNLL melalui penanaman tanaman keras. Hal ini juga mencegah pergerakan masyarakat yang mencari hasil tanaman keras di area TNLL untuk kebutuhan hidupnya. Pergerakan masyarakat ke dalam area TNLL dapat meningkatkan risiko paparan masyarakat terhadap fokus yang ada di dalam area TNLL serta merusak kelestarian biota TNLL. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, maka permasalahan faktor risiko schistosomiasis dan ekonomi masyarakat dapat ditangani. Kegiatan pengembangan agroforestry memiliki sejumlah kegiatan pendukung antara lain adalah pemeliharaan hasil kegiatan, supervisi lapangan, dan dukungan advokasi untuk penyadaran masyarakat. Kegiatan yang dikoordinasikan oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) ini sejalan dengan tiga prioritas agenda BBTNLL yang meliputi:

1. Intervensi agroengineering daerah buffer TN Lore Lindu 2. Pengamanan kawasan TN Lore Lindu, dan

3. Restorasi ekosistem pengendalian penyebaran keong

Pengelolaan kebun secara intensif bertujuan untuk mengeringkan area di lahan perkebunan yang belum tergarap melalui penanaman tanaman kebun di area tersebut. Kegiatan ini berjalan secara terintegrasi dengan kegiatan lainnya khususnya pengembangan serta pengelolaan saluran irigasi untuk menjamin terbentuknya lingkungan perkebunan yang menghambat perkembangan populai keong perantara. Selain menekan populasi keong perantara, kegiatan ini juga mampu meningkatkan produktivitas perkebunan yang ada sehingga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Pematangan lahan (pengurukan) bertujuan untuk mengeringkan lahan melalui penutupan area dangkal yang rentan tergenang menggunakan tanah dari tempat lain. Kegiatan ini dilakukan di area terbatas khususnya yang sulit diolah menjadi bentuk lainnya. Setelah ditutup, area ini dapat ditanami dengan tanaman keras untuk menjaganya tetap kering dan mencegah erosi. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso.

Selain kegiatan utama yang bertujuan untuk peningkatan debit air dan pengeringan lahan, juga dilakukan kegiatan pengembangan infrastruktur jalan. Kegiatan pengembangan infrastruktur jalan sangat penting dilakukan khususnya di dataran tinggi Lindu mengingat minimnya infrastruktur di daerah tersebut sehingga menghambat pelaksanaan program lainnya. Selain mendukung kegiatan eradikasi schistosomiasis, kegiatan ini juga mampu membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di dataran tinggi Lindu khususnya melalui peningkatan

akses terhadap situs pariwisata Danau Lindu. Adapun kegiatan ini terdiri atas peningkatan jalan akses ke Lindu, pemeliharaan jalan akses ke Lindu, dan pembangunan dinding penahan tebing untuk mencegah daya rusak jalan akibat longsor. Pengembangan infrastruktur jalan tetap harus memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan fungsi konservasi Taman Nasional Lore Lindu. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sigi dengan Balai Besar Taman nasional Lore Lindu.

Dalam dokumen Buku Roadmap Eradikasi Penyakit Demam Ke (Halaman 39-43)

Dokumen terkait