• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Surveilans

Dalam dokumen Buku Roadmap Eradikasi Penyakit Demam Ke (Halaman 43-46)

BAB 4. PENDEKATAN DAN STRATEGI ERADIKASI

4.2. Strategi Eradikasi

4.2.4. Sistem Surveilans

Sistem surveilans schistosomiasis merupakan kegiatan kunci untuk memantau perkembangan dan status penyakit ini di lapangan. Sistem ini juga sangat penting untuk menentukan langkah yang diambil seiring berjalannya perkembangan penyakit. Dalam upaya eradikasi schistoso-miasis, akurasi sistem surveilans merupakan komponen penentu kesuksesan intervensi yang dilakukan. Oleh sebab itu, metode dan cakupan populasi dari sistem surveilans yang diterapkan harus sesuai dan mampu mewakili seluruh populasi berisiko. Sistem surveilans diterapkan pada populasi manusia, hewan reservoir, dan fokus keong perantara.

Sistem surveilans yang digunakan adalah sistem total screening dan sentinel-spot, di mana populasi sentinel merupakan populasi yang diamati secara tetap dan populasi spot merupakan populasi yang diamati secara acak bergantian. Populasi sentinel diamati untuk mengetahui gambaran umum perkembangan penyakit sedangkan populasi spot diamati untuk mengetahui gambaran perkembangan penyakit pasca intervensi. Jumlah populasi minimal yang menjadi cakupan survei sentinel-spot adalah 20% populasi total. Adapun pemilihan populasi sentinel dilakukan berdasarkan ukuran, prevalensi dasar, serta kondisi geografis desa yang mewakili tipologi situasi penyakit di area endemik. Dari 28 desa di area endemik, akan dipilih 5 desa sentinel tetap (2 di dataran tinggi Lindu, 2 di Dataran tinggi Napu, dan 1 di dataran tinggi Bada) yang diperiksa setiap tahun, serta 23 desa spot yang diperiksa bergantian 2-3 desa setiap tahun hingga seluruh desa terperiksa pada tahun 2025. Disamping itu dalam rangka mengevaluasi capaian hasil intervensi intensif dan mempersiapkan verifikasi oleh WHO pada tahun 2025, surveilan yang mencakup seluruh desa endemik akan dilakukan pada tahun 2020 dan 2024. Selain perubahan pola pemeriksaan dan cakupan, perubahan lain yang diberlakukan dalam sistem surveilans yang baru adalah adanya pelatihan rutin dan sistem pemeriksaan silang (cross-reference system) untuk memastikan akurasi dari hasil surveilans yang dihasilkan.

4.2.4.1. Sistem Surveilans Manusia

Sistem surveilans manusia dilakukan dengan cara pemeriksaan tinja yang dilaksanakan setahun sekali. Adapun metode uji tinja yang digunakan adalah metode Kato-Katz. Pada Tahun 2019 dan 2020, pemeriksaan tinja dilakukan pada seluruh populasi daerah endemik untuk mengevaluasi hasil intervensi terpadu yang dilakukan. Selanjutnya, dimulai pada tahun 2021, pemeriksaan tinja dilakukan terhadap populasi hotspot untuk memantau dan menjaga prevalensi schistosomiasis tetap pada tingkat 0%. Sistem surveilans manusia akan dilaksanakan oleh Laboratorium Schistosomiasis yang berada di ketiga area endemik dan menjadi tanggung

jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi. Verifikasi hasil pemeriksaan menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.

4.2.4.2. Sistem Surveilans Hewan Reservoir

Sistem surveilans hewan reservoir terdiri atas pemeriksaan tinja yang dilakukan setahun sekali pada seluruh populasi sentinel dan populasi spot. Pemeriksaan tinja pada hewan dilakukan menggunakan uji filtrasi bertingkat. Mengingat masih terbatasnya data dasar yang tersedia untuk prevalensi schistosomiasis pada hewan reservoir khususnya di Kabupaten Poso, maka diperlukan penguatan data dasar melalui survei di semua desa pada tahun 2018. Survei di seluruh desa akan kembali dilakukan pada tahun 2020 dan 2024 untuk mengevaluasi capaian hasil intervensi intensif dan mempersiapkan verifikasi WHO pada tahun 2025. Sistem surveilans hewan akan dilaksanakan secara terintegrasi oleh Laboratorium Schistosomiasis Hewan di tingkat kabupaten milik dinas yang membidangi kesehatan hewan, Lab Diagnostik Veteriner Dinas Kehutanan dan Peternakan Provinsi Sulteng serta Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros. Setiap Lab Diagnostik Kabupaten bertanggung jawab terhadap pelaksanaan surveilan di desa sentinel di wilayah masing-masing. Dengan mempertimbangkan luasnya cakupan wilayah surveilans dan keterbatasan sumberdaya di tingkat kabupaten, pemeriksaan desa spot dan kegiatan survei baseline (2018) dan evaluasi capaian pengendalian (2020 dan 2024) akan dilaksanakan oleh Lab Diagnostik Keswan Provinsi Sulawesi Tengah dan BBVet Maros. Rancangan kerjasama institusi dalam surveilans hewan tersebut secara ringkas dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Rancangan Kerjasama Institusi dalam Rangka Pelaksanaan Surveilan Pada Hewan di Wilayah Endemik

Tahapan Kegiatan Surveilans

Pelaksana Wilayah Kerja

Pengambilan Sampel

Supervisi proses pengambilan sampel, serta validasi lokasi dan kecukupan Sampel

Dinas Kabupaten (PJ)Dinas Provinsi

Dinas Provinsi (PJ)Dinas Kabupaten

BBVet Maros (PJ)Dinas ProvinsiDinas

Kabupaten

Dinas Provinsi

· Desa Sentinel sebanyak 5 desa per tahun (2 desa Kab Sigi, dan 3 desa Kab Poso) · Desa spot check 1-2 desa per tahun

· Desa spot check 1-2 desa per tahun · Penguatan baseline data schistomiasis

pada hewan (2018): 28 desa

· Evaluasi capaian intervensi (2020 & 2024): 28 desa

· Desa sentinel dan spot check (8 desa) setiap tahun

Tahapan Kegiatan Surveilans

Pelaksana Wilayah Kerja

Diagnosis Laboratorium Penyusunan Laporan Hasil Diagnosis Verifikasi Laporan Hasil Diagnosis BBVet Maros Dinas Kab Dinas Provinsi BBVet Maros Dinas Kab Dinas Provinsi BBVet Maros Dinas Provinsi BBVet Maros

· Desa spot check

· Penguatan baseline data (2018): 28 desa · Evaluasi capaian intervensi (2020 &

2024): 28 desa

· Desa Sentinel sebanyak 5 desa per tahun (2 desa Kab Sigi, dan 3 desa Kab Poso) · Desa spot check 1-2 desa per tahun · Desa spot check 1-2 desa per tahun · Penguatan baseline data (2018): 28 desa · Evaluasi capaian intervensi (2020 &

2024): 28 desa

· Desa Sentinel sebanyak 5 desa per tahun (2 desa Kab Sigi, dan 3 desa Kab Poso) · Desa spot check 1-2 desa per tahun · Desa spot check 1-2 desa per tahun · Penguatan baseline data (2018): 28 desa · Evaluasi capaian intervensi (2020 &

2024): 28 desa

· Desa sentinel dan spot check (8 desa) setiap tahun

· Penguatan baseline data (2018): 28 desa · Evaluasi capaian intervensi (2020 &

2024): 28 desa

Keterangan: PJ adalah singkatan dari Penanggung Jawab

Lanjutan Tabel 8 ...

4.2.4.3. Sistem Surveilans Keong Perantara

Sistem surveilans keong perantara dilakukan setahun dua kali pada seluruh fokus di desa sen-tinel dan desa spot. Pemeriksaan keong perantara dilakukan menggunakan pemeriksaan mikroskopis untuk melihat keberadaan serkaria pada keong yang digerus (crushing). Penyesuaian metode pemeriksaan untuk mendapatkan sensitivitas pemeriksaan yang lebih tinggi juga harus dilakukan dalam mendeteksi infeksi pada keong ketika prevalensi infeksi sudah sangat rendah dengan metode crushing. Metode LAMP (Loop-mediated isothermal amplification) yang berbasis PCR (Polymerase Chain Reaction), merupakan salah satu metode alternatif yang mampu

mendeteksi keberadaan larva pada fase awal infeksi yang sangat sulit dideteksi secara mikroskopik. Sistem surveilans keong perantara akan dilaksanakan oleh Laboratorium Schisto-somiasis yang berada di ketiga area endemik dan menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Guna mendukung penanganan keong perantara, pada tahun 2018 dilakukan pemetaan untuk memastikan keberadaan habitat keong O. hupensis lindoensis di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Kegiatan pemetaan ini dilaksanaan bersama antara BTNLL dengan Litbang P2B2 Donggala.

Dalam dokumen Buku Roadmap Eradikasi Penyakit Demam Ke (Halaman 43-46)

Dokumen terkait