EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1.3.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Upaya pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan antara lain lomba desa, Bulan Bhakti Gotong Royong
BAB II
Gambaran Umum Kondisi Daerah 111
Masyarakat (BBGRM), TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), stimulan Bantuan Semen, stimulan Lantainisasi, stimulan Dana Gotong Royong Masyarakat, stimulan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Bantuan stimulan yang telah diberikan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberdayaan masyarakat telah mampu meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan kelanjutan dari salah satu program pengentasan kemiskinan yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PNPM-MP di Kabupaten Kulon Progo meliputi 11 Kecamatan, sedangkan Kecamatan Wates menerima PNPM-Perkotaan. Pembiayaan PNPM-MP di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2014 berasal dari 3 sumber dana yaitu APBN–BLM Rp. 25.038.412.000,- APBD Kabupaten Rp. 1.450.000.000,- Swadaya Masyarakat Rp.2.496.049.200,-.
Bulan Bhakti Gotong Royong bertujuan untuk mengukur keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dengan sasaran bidang kemasyarakatan, perekonomian, sosial, budaya, agama, lingkungan dan bidang lainnya. Kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong dilaksanakan 7 kali putaran di 12 kecamatan. Tingkat swadaya masyarakat dalamBulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 2.68
Jumlah Bantuan Gotong Royong dan Swadaya Masyarakat Tahun 2010-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp) Swadaya Masyarakat (Rp)
1. 2010 250.000.000,- 27.999.000.000,-
2. 2011 178.0000.000,- 30.910.000.000,-
3. 2012 248.000.000,- 36.263.729.251,-
4. 2013 9.037.617.528,- 35.132.611.578,00
5. 2014 12.254.140.175,18 4.084.713.300
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat swadaya masyarakat dalam Bulan Bhakti Gotong Royong terus meningkat. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup tinggi. Bantuan Gotong Royong tersebut digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana desa, pembangunan sarana pengairan, sarana tansportasi/jalan lingkungan dan sarana yang menunjang kesehatan. Karena bantuan gotong royong bersifat stimulan maka disalurkan dengan syarat swadaya masyarakat sebesar minimal 10 % dari total dana yang dibutuhkan.
Pendekatan dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo, dilaksanakan menggunakan dasar pijakan kebijakan nasional yaitu pemenuhan kebutuhan dasar individu ataupun masyarakat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin, baik secara individu (jiwa miskin), maupun kelompok (rumah tangga sasaran). Kebijakan disusun dengan dasar hukum yang pasti dan sudah ada saat ini. Secara operasional arah penanggulangan kemiskinan dikelompokkan dalam empat kebijakan dan program, yaitu perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan perlindungan sosial.
Dalam rangka pemberdayaan lembaga dan organisasi kemasyarakatan desa telah dilaksanakan penguatan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan. Data Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan di Kabupaten Kulon Progo dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.69
Jumlah Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan (LKD/K) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2014
No LKD/K 2010 2011 2012 2013 2014 1. Jumlah LPMD/K 88 88 88 88 88 2. Jumlah KK LPMD/K 933 917 918 918 918 3. Jumlah PKK Desa 88 87 87 87 88 4. Jumlah Kelompok PKK Pedukuhan 933 917 918 918 918
BAB II
Gambaran Umum Kondisi Daerah 113
No LKD/K 2010 2011 2012 2013 2014
5. Jumlah RW 1917 1917 1.917 1.917 1.917 6. Jumlah RT 4.555 4.555 4.555 4.555 4.555
Sumber data: BPMPDPKB Kab. Kulon Progo, 2014
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kulon Progo, telah dilakukan beberapa langkah dan kebijakan yang diarahkan untuk memperkuat kedudukan Pemerintah Desa agar makin mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang makin luas, efektif dan efisien sesuai dengan otonomi desa dalam rangka memperkuat dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Beberapa langkah kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam upaya memperkuat pelaksanaan otonomi desa meliputi pembuatan regulasi, arahan dan pedoman, pemberian fasilitasi, pemberian bimbingan serta monitoring dan evaluasi.
Fasilitasi yang dilakukan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain pemberian bantuan keuangan kepada Desa yang meliputi Dana Alokasi Desa, Bagi Hasil Pajak Kabupaten dan Bagi Hasil Retribusi Kabupaten. Pemberian fasilitasi terhadap penyelesaian permasalahan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dihadapi oleh Desa. Pemberian fasilitasi dalam rangka penyusunan regulasi Peraturan Desa, Keputusan Kepala Desa, Keputusan Badan Permusyawaratan Desa dan Keputusan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa. Pemberian fasilitasi terhadap Lembaga Kemasyarakatan Desa. Pemberian Tambahan Penghasilan Aparat Pemerintah Desa (TPAPD), pemberian Penghasilan bagi Aparat Desa Karang Kopek dan Pemberian Uang Kehormatan bagi Anggota Badan Permusyawaratan Desa. Pemberian sewa-sewa Tanah Kas Desa yang dipakai oleh Pemerintah Daerah dan sebagainya.
Peningkatan pendapatan desa diperlukan adanya optimalisasi sumber-sumber pendapatan desa yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa, aset
desa, seperti sewa tanah kas desa, gedung pertemuan desa, pasar desa dan lain-lain. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain pengembangan Badan Usaha Milik Desa dan optimalisasi pendayagunaan aset desa.
Upaya mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa juga dilakukan dalam bentuk peningkatan kemampuan keuangan pemerintah desa dan peningkatan kesejahteraan perangkat desa, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah memberikan bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa. Adapun bantuan keuangan tersebut dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.70
Jumlah Bantuan Keuangan Desa Dari Kabupaten KulonprogoTahun 2012-2014
No Jenis Bantuan 2012 2013 2014
1. Alokasi Dana Desa 10.788.726.188 13.124.074.640 18.149.448.853 2. Bagi hasil pajak 1.081.770.002 737.537.470 2.044.738.896 3. Bagi hasil retribusi 1.130.660.045 410.931.558 569.335.701 4. TPAPD 11.962.620.000 14.813.520.000 14.878.788.000 5. Sewa Tanah Milik Desa
yang digunakan Pemerintah
793.367.021 701.209.941 1.202.798.150
Jumlah 25.757.143.256 29.787.273.609 36.845.109.600
Sumber: BPMPDPKB Kab. Kulon Progo, 2014
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa bantuan keuangan kepada desa selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 bantuan keuangan kepada desa sebesar Rp. 25.757.143.256,- pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 29.787.273.609,- atau mengalami peningkatan sebesar 15,65%. Sedangkan tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 36.845.109.600,- atau meningkat sebesar 23,69%. Dengan adanya peningkatan ini, mendorong desa semakin mampu menyelenggarakan
BAB II
Gambaran Umum Kondisi Daerah 115
Pemerintahan Desa secara efisien dan efektif sesuai dengan otonomi desa yang semakin luas.
Dalam pengelolaan Dana Alokasi Desa (DAD), prinsip yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah dibagikan kepada semua Desa secara proporsional dan merata.
Beberapa permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain fasilitasi rekruitmen aparatur pemerintah desa, baik dalam pemilihan maupun pengisian aparatur Pemerintah Desa. Sedangkan dalam pendampingan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa seperti penyusunan produk hukum desa, pengelolaan keuangan desa dan pengelolaan administrasi desa, yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan SDM Aparatur Pemerintah Desa. Fasilitasi penyelesaian atas permasalahan penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan adanya peran Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Pemerintahan Desa.
Peningkatan pendapatan desa diperlukan adanya optimalisasi sumber-sumber pendapatan desa yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa, aset desa, seperti sewa tanah kas desa, gedung pertemuan desa, pasar desa dan lain-lain. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain pengembangan Badan Usaha Milik Desa dan optimalisasi pendayagunaan aset desa.
2.1.3.5. Jalan dan Jembatan
Kabupaten Kulon Progo mempunyai tugas untuk menjalankan kewenangan pemerintah kabupaten sesuai UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yaitu penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa. Berdasarkan kewenangan tersebut, jalan di Kabupaten Kulon Progo yang ditangani Bidang Bina Marga adalah jalan kabupaten sepanjang 667,750 km.
Pada tahun 2014 kondisi jalan kabupaten, 539,23 km (89,60%) kondisi baik, sepanjang 178,24 km (23,34%) kondisi sedang, sepanjang 38,107 km (4,99%) kondisi rusak, sepanjang 8,095 km (1,06 %) kondisi rusak berat. Selain itu juga terbentang Jalan Nasional sepanjang 28,57 km dengan kondisi baik 23,92 km (83,75%) dan kondisi sedang 4,64 km (46,25%). Jalan Provinsi sepanjang 158,50 km kondisi baik 40,674 km (25,66%), kondisi sedang 87,522 km (55,21%), kondisi rusak ringan 14,66 km (9,24%) dan kondisi rusak berat 15,64 km (9,87%).
Pada tahun 2014, dari panjang jalan kabupaten 767,750 km di Kabupaten Kulon progo, jalan dengan kondisi baik yang dicapai sepanjang 598,31 km atau sebesar 89,60%, hal ini sudah melebihi dari target yang diharapkan sebesar 80%.
Pemeliharaan berkala jalan pada tahun 2014 sebanyak 31 ruas sepanjang 36,697 km dari total panjang jalan 667,750 km, peningkatan jalan dengan kondisi baik sebanyak 37 ruas jalan Kabupaten sepanjang 32,61 km dari total panjang jalan 667,750 km.
Jumlah jembatan pada tahun 2014 sebanyak 434 buah, meliputi 12 buah jembatan Nasional, 64 buah jembatan Provinsi dan jembatan Kabupaten sebanyak 436 buah; dengan kondisi baik 362 buah, kondisi sedang sebanyak 42 buah dan 32 buah dalam keadaan rusak.