• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat

Dalam dokumen pengelolaan dana desa untuk pemberdayaan (Halaman 33-39)

Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, h.19) pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan, agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri. Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005, h.25) tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu pengembangan

manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa inggrisnya “empowerment” terjemahan secara harfianya yaitu “ pemberkuasaan” atau juga “pemberdayaan” diartikan sebagai memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) keberdayaan kepada masyarakat yang lemah. Robert Chambers sebagimana diikuti oleh Kartasasmita (1996:142) pemberdayaan (empowerment) sebagai sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan “people centered parsicipatory, empowering and sustainable”. Selama ini paradigma yang dominan dalam pembangunan adalah suatu paradigma yang meletakkan peranan negara dan pemerintah pada posisi yang sentral dalam merencanakan dan pelaksanaan pembangunan.

Menurut Stewart (1998: 17) pemberdayaan adalah suatu pemberi kekuasaan, pengalihkan kekuatan atau mendelegasikan orientasi atau kewenangan kepada pihak lain atau memberi kemampuan atau keberdayaan. Proses pemberdayaan pencapaian tujuan, dengan pendelegasian otoritas, penciptakan sistem atau prosedur akar mempercepat pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pemberdayaan tersebut memerlukan pengkapan pandangan pimpinan dengan jelas dan jujur yang bermaksud mendorong aparat dalam memberikan pelayanan yang

bermutu. Pemberdayaan menjadi sebuah proses menuju peningkatan kekuasaan, kemampuan, dan daya.

Lebih lanjut Stewart (1998: 29) mengatakan :

1. Pemberdayaan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pemberdayaan juga memberi kepada staf rasa berprestasi yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan motivasi.

3. Pemberdayaan juga memberikan manfaat besar bagi organisasi dimana salah satunya adalah bertambanya efektivitas organisasi.

Menurut Mubyarto (1993: 20-41) menekankan dalam proses pemberdayaan masyarakat diarakan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan bentuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.

Menurut Prijono dan pranarka (1996:72) menyebutkan pemberdayaan sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha rencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik individi maupun koletif, guna mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok. Dari sisi dapat dipahami bahwa pemberdayaan merupakan upaya berkesinambungan yang terus menerus tidak terputus yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mengembangkan daya (potensi) dan sumber daya (pusat kekuatan). Tersirat adanya transformasi dari tidak mempunyai daya menjadi berdaya, dan dari berdaya lemah bertamba menjadi berdaya kuat dan terus menjadi budidaya.

Madekhan Ali (2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, dengan alasan;

pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu perangkat ampuh untuk memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan, dan kreativitas masyarakat.

Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap kebutuhan masyarakat”. Mengacu pada pengertian dan teori para ahli di atas, dalam penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya kemandirian.

sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif

adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.

Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak dapat dilepas-pisakan dengan konsep senteral, yaitu konsep power (daya).

Menurut Suriadi ( 2005: 54-55) pengertian pemberdayaan yang terkait dengan konsep power dapat diteliti dari empat sudut pandang/ perspektif, yaitu perspektif pluralis, elitis, strukturalis, dan post-strukturalis.

1. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifpluralis, adalah suatu proses untuk menolak kelompok-kelompok masyarakat dan individu yang kurang beruntung untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan lain dengan jalan menolak mereka untuk belajar, dan menggunakan keahlian dalam melodi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik. Memahami bagimana pekeryaan

sistem (aturan main), dan sebagainya. Oleh karnanya, di perlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk bersaing sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau individu bagimana bersaing di dalam kehidupan.

2. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifelitis, adalah suatu upaya untuk bergabung untuk mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis, melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis. Masyarakat menjadi tidak berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar segali dari para elitis terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan politik, birokrasi, parlemen, dan sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifstrukturalis, adalah suatu agenda yang lebih memantang dan dapat di capai apabilah bentuk-bentuk kepentingan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya suatu bentuk struktur dominan yang menindas masyarakat seperti: masalah kelas, gender, ras atau etnik. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembebasan, perubahan struktur secara fundamental, memandang pemindasan struktur.

4. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifpost-struktulis, adalah suatu proses yang memantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankan pertama-tama pada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas aksi; atau pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan

pengertian terhadap pengembangan pemikiran baru, analitis, dan pendidikan dari pada suatu ektis.

Dalam dokumen pengelolaan dana desa untuk pemberdayaan (Halaman 33-39)

Dokumen terkait