• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengelolaan dana desa untuk pemberdayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengelolaan dana desa untuk pemberdayaan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan pelaksanaan Pembangunan Nasional agar laju pembangunan daerah serta laju pembangunan desa dan kota semakin seimbang dan serasi. Namun pembangunan Nasional pada pelaksanaannya masih dihadapkan dengan masalah pokok pembangunan seperti ketimpangan pembangunan antara desa dan kota di Indonesia. Ketimpangan Pembangunan terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya sehingga pembangunan di Indonesia tidak merata dan ber-dampak pada tingginya kemiskinan di Indonesia. Terkait dengan masalah ke-miskinan, menurut data BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 penduduk kota dengan kemiskinan sebesar 8.60% sedangkan kemiskinan di pedesaan sebesar 14.70%. Menanggapi permasalahan tersebut, strategi pemerintah untuk mengatasi ke-timpangan pembangunan yaitu dengan melaksanakan pembangunan nasional yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan desa.

Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam rangka Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah, karena di dalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta menyentuh secara langsung kepentingan sebagian besar masyarakat yang bermukim di perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan ke-sejahteraan mereka. Dalam pembangunan desa pemerintahan desa berkedudukan sebagai subsistem

(2)

dari sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, sehingga desa memiliki kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan me-ngurus kepentingan masyarakatnya sendiri. Dalam menyelengarakan kewenangan, tugas, dan kewajiban desa dalam pe-nyelenggaraan pemerintahan maupun pem-bangunan maka dibutuhkan sumber pendapatan desa. Peraturan Bupati Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 12 tahun 2015, rincian penggunaan Dana Desa adalah 30% untuk pemerintahan desa yang yang digunakan untuk biaya operasional, tunjangan, biaya perjalanan dinas dari pemerintahan desa. Sedangkan 70% penggunaan Dana Desa (DD) untuk pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas Pemerintahan Desa. Dari rincian penggunaan Dana Desa (DD) tersebut, perlu adanya pengelolaan yang baik dari pemerintah desa agar dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran Dana Desa. Pengelola Alokasi Dana Desa di desa adalah Kepala Desa, Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD), dan Bendahara Desa diharapkan mengerti dan paham dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa. Dalam proses pengelolaan Dana Desa di desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, pemerintah desa dihadapkan pada kondisi tingkat pendidikan masyarakatnya yang masih lemah dan tingkat manajerial aparatur desa yang rendah hal tersebut dituturkan oleh kepala Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

(3)

Sumber Daya Manusia dalam hal aparatur desa masih kurang memahami pengelolaan keuangan yang baik oleh karena itu perlu pelatihan terhadap apatur desa dengan bimbingan teknis. Agar aparatur desa dapat mengelola keuangan dan manajemen desa lebih baik.

Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.

“Kepala desa, sekertaris desa, dan bendahara harus mengetahui ilmu manajerial. Selain itu, ilmu agama hendaknya diperkuat agar pengelolaan keuangan menjadi lebih baik. Berikut ilmu administrasi dan tata kelola keuangan dijalankan secara baik dan benar”(Edward Azran)

Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.

Menurut penuturan bapak Taufik Arbain Pengamat Kebijakan Publik Fisip Unlam yang Peneliti temui dalam tulisan di Koran Banjarmasin Post bahwa dalam pelatihan Bimtek masih terlalu mahal dan melanggar UU pemerintah Daerah sebagai implementasi UU Desa.

(4)

Menurut penuturan Mustika aji dalam memberikan materi pengeloaan keuangan desa yang diselenggarakan oleh Dashboard Ekonomi Kerakyatan (DEK) FEB UGM bekerjasama dengan Lembaga Konsultan, Pengembang Software dan Training SYNCORE, di Yogyakarta, Sabtu (7/3/2015).

“Bagi beberapa desa yang belum memiliki kesiapan–kesiapan tersebut, adanya dana Desa justru berpotensi memunculkan permasalahan yang cukup serius. Dalam beberapa kasus, kesalahan mengelola keuangan dalam jumlah besar sering berakhir dengan hal– hal yang tidak menyenangkan. Oleh karenanya, pengelolaan dana desa harus memenuhi asas – asas yang sesuai dengan setandar pemerintah pusat”.

Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31).

Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas masyarakat, desa memiliki hak untuk mendapatkan dana perimbangan yang bersumber dari bagian pajak daerah dan retribusi daerah tertentu dan dana perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah daerah. Untuk dapat mengelola dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut, maka pemerintah desa harus memahami bagaimana pengelolaan manajemen keuangan desa.

(5)

Untuk itu masyarakat perlu diyakinkan akan pentingnya, tingkat keberhasilan, dan besar nilai tambahnya bagi masyarakat atas program/kegiatan yang difokuskan tersebut antara lain Pendidikan. Kesehatan dan Infrastruktur. dana desa merupakan suplay dari pemerintah sebagai sarana penunjang dan juga impus untuk pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat yang ada di sebuah desa, dimana bantuan tersebut digunakan sebagai fasilitas masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan produktivitas sebuah desa. Artinya, anggaran pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai salah satu lembaga yang andil dalam format kepemerintahaan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan sebagai mana mestinya sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. Sehingga dengan Dana Desa tersebut mampu meningkatkan pembangunan desa, partisipasi masyarakat dalam memberdayakan dan mengimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.

(6)

"Dalam pasal 72 ayat 2 UU Desa dijelaskan bahwa pembangunan desa akan didanai langsung oleh pusat. Di mana diatur dalam penjelasannya, 10 persen dari dan transfer daerah menurut APBN untuk perangkat desa sebesar Rp 59,2 triliun untuk 72 ribu desa se-Indonesia, (Anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko Merdeka.com 6 november 2015)

Dalam hal ini salah satu sumber pendapatan desa Pejala Kecamataan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu yang berasal dari Dana Desa (DD) adalah Rp. 270.500.194, Tahun Anggaran 2015. dimana pengunaan dana untuk pemberdayaan desa lebih besar dari pada dana untuk operasional. data tersebut bisa dilihat di Tabel 1.

Tabel 1: Data Rencana Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dana Desa (APBN) Tahun 2015

No Kegiatan Volume Biaya Satuan Pagu

1 Pembangunan Gerbang 5 3.500.000 17.500.000

2 Pembangunan Siring Beton

Pesisir Pantai Desa Pejala 1 168.892.981 168.892.981

3 Perbaikan jalan 6 12.351.202,1 74.107.213

4 Bimtek 2 5.000.000 10.000.000

Jumlah 270.500.194

Sumber : Kantor Kepala Desa Pejala 2015

Dalam pengunaan Dana Desa (DD) untuk pemberdayaan masyarakat lebih besar dibandingkan opersaional. Hal ini dilakukan karena sebesar 70% dari Dana Desa (DD) diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat dan 30% untuk penyelengaraan pemerintah desa Operasioanl.

(7)

yang meliputi perbaikan sarana publik dalam skala kecil dan perbaikan lingkungan serta jalan, honor Tim Pelaksana Dana Desa dan penguatan kelembagaan desa dan kegiatan desa lainnya yang dianggap penting. Sedangkan penggunaan Dana Desa untuk penyelenggaraan pemerintahan desa diarahkan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintah desa dan operasional Badan Permusyawaratan Desa. (BPMPD Kabupaten Tanah Bumbu, 2015).

Sebagian besar Alokasi Dana Desa diperuntukkan bagi masyarakat maka mulai dari proses perencanaan DD, pelaksanaan DD, hingga pelaporannya haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga nantinya diharapkan dengan dana DD ini dapat menciptakan pembangunan yang merata dan bermanfaat bagi masyarakat desa.

(8)
(9)

“Pengelolaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat (studi

kasus di DesaPejala Kecamataan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu)

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengangkat masalah tentang:

1. Bagimanakah Pengelolaan Alokasi untuk pemberdayaan masyarakat di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemerintah Desa dalam Pengalokasi dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa Pejala kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin Mendeskripsikan dan Menganalisis Pengelolaan Dana Desa (DD) tahun Anggaran 2015 di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat mempunyai implikasi teoritis bagi ilmu administrasi Publik, khususnya tentang manajemen public untuk mewujudkan semangat good governance.

2. Dari segi praktis,

(11)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Desa, diantaranya penelitian Faizatul Karimah, choirul shaleh dan ike wanusmawatie (2013), yang meneliti tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan secara normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi ada beberapa hal yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan, pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum maksimal karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut. Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa mulai dari perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan, pengawasan, pertanggungjawaban sampai pada transparansi anggaran. Sedangkan stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan BPD peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan dalam penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil

(12)

pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran alokasi dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia.

(13)

2.2 Kebijakan

Ada beberapa teori tentang kebijakan diantaranya yaitu;

Menurut Ealau dan Pewitt (1973) kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku,dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuan tertentu dan menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.

Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented) dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. (Edi Suharto, 2008:7)

2.3 Kebijakan Publik

(14)

dilakukan pemerintah (Wahab, 2012: 14). Selain itu, dengan menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Thomas Dye tersebut, kita juga akan mengasumsikan kebijakan publik sebagai semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, meskipun sebenarnya tindakan tersebut tidak termasuk sebagai kebijakan publik. Misalnya adalah dalam hal pengangkatan pegawai negeri sipil.

W.I. Jenkins, seorang pakar Inggris, mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut.

“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means by achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve.” (Jenkins dalam Wahab, 2012: 15)

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Jenkins tersebut, maka dapat kita lihat bahwa kebijakan publik merupakan keputusan yang diambil oleh aktor politik atau sekelompok aktor berdasarkan pada tujuan yang telah dipilih dengan menggunakan cara-cara tertentu. Jadi, ada aktor politik yang terlibat dalam suatu kebijakan publik.

(15)

Namun demikian, definisi mengenai kebijakan publik akan lebih tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan (Winarno, 2011: 21). Artinya, kebijakan publik tidak hanya menyangkut usulan kebijakan pada tahap formulasi (perumusan), tetapi juga mencakup apa yang dilakukan pada tahap implementasi (pelaksanaan) hingga evaluasi kebijakan tersebut.

2.4 Implementasi Kebijakan

Setelah membahas mengenai kebijakan publik, kita juga perlu membahas mengenai implementasi kebijakan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap dari rangkaian kebijakan publik.

Setelah suatu kebijakan dirumuskan atau dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau implementasi. Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimpelementasikan atau dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah (Winarno, 2011: 37).

Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) (Winarno, 2011: 148). Artinya, implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pemerintah.

(16)

kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya (Winarno, 2011: 149).

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier dalam Wahab (2001:65) sebagai berikut:

“Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya suatu ekebijakan, baik menyangkut usahausaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat”.

2.4 Implementasi Kebijakan Keuangan

Menurut peraturan menteri dalam negeri No 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa pasal (1) ayat (5) Menjelaskan Bahwa Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa dan pasal(1) ayat (6) Menjelaskan Bahwa Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa

Sementara itu Saragih (2003 : 121) mengemukakan terdapat lima prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan publik yaitu :

(17)

4 Akuntabilitas dan 5 Partisipatif.

Konsep good financial governance juga mengilhami dalam pengelolaan keuangandaerah. Menurut Mardiasmo (2002 : 105) terdapat prinsip-prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip tersebut adalah transparansi, akuntabilitas, dan Value for money.

Sementara itu World Bank dalam Mardiasmo (2002 : 106) menetapkan prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah, antara lain :

1. Komprehensif dan disiplin, 2. Fleksibilitas,

3. terprediksi, 4. Kejujuran, 5. Informasi

6. Transparansi dan akuntabilitas.

Untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang telah diuraian di atas, perlu diterjemahkan dalam sebuah kebijakan. Dan kebijakan akan memberikan dampak ataupun hasil, apabila kebijakan itu diimple-mentasikan. Menurut Webster Dictionary (Wahab : 1997 : 64)

World Bank mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam good governance, yaitu:

(18)

2. proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan,

3. kemampuan pemerintah untuk mendesain, memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi-fungsinya. (Sulistiyani : 2004 :22).

Sementara itu ADB (Asian Development Bank) mengartikulasikan

empat elemen penting dari good governance yaitu : Accountability, participation, predictability, dan tranparency.

2.5 Administrasi Pembangunan

Menurut Sondang P. Siagian (1982:4) mengartikan Administrasi Pembangunan sebagai seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Bintoro Tjokrohamidjojo (1976:14). : Administrasi Pembangunan mempunyai dua fungsi yaitu : pertama, penyusunan kebijakan penyempurnaan Administrasi negara (the development of administration), meliputi bidang organisasi, kelembagaan, kepegawaian, ketata laksanaan, dan sarana-sarana administrasi, dan kedua, penyempurnaan administrasi untuk mendukung:

a. perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta

b. pelaksanaannya secara efektif. Aspek kedua ini dinamakan the administration of development proses atau administrasi proses

pembangunan.

(19)

merealisasikan pertumbuhan yang direncanakan kearah suatu keadaan yang dianggap lebih baik dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan Beberapa hal yang menyebabkan desa membutuhkan sumber pendapatan yaitu:

1. Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang kecil dan sumber pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil pula.

2. Kesenjahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi.

3. Masalah itu diikuti dengan rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan publik.

4. Banyak program pembangunan masuk ke desa akan tetapi hanya dikelola oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan karena program tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa, dan program itu bersifat top down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya.

(20)

untuk mendorong dalam membiayai pro-gram pemerintah desa yang ditunjang denga partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dan pemberdayaan masyarakat kearah keadaan yang lebih baik dikemudian hari. Pada umumnya tujuan-tujuannya adalah pembinaan bangsa dan atau perkembangan sosial ekonomi.

2.6 Pemerintah Desa

Govelment is the organization of men under authority. how men can be

governe, “Pemerintahan itu adalah sebagai suatu organisasi dari orang-orang yang mempunyai kekuasaaan. bagaimana mana manusia itu diperintah” (R.Mac. Iver dalam Syafi’i 2002,13).

Pemerintahan Desa secara historis dibentuk oleh masyarakat desa dengan memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat mengatur, menata, melayani, memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan mereka (Awang,2010:60).

Menurut soemanti Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, sedangkan Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat lainnya, yaitu sekretariat desa, pelaksanaan teknis lapangan dan unsure kewilayahan, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat (Soemantri,2010:7).

(21)

Lebih lanjut soemantri juga masih mendefinisikan pemerintahan desa, menurutnya Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat (Soemantri, 2010:4).

Pemerintahan Desa Menurut Undang undang No 6 tahun 2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan tentang pemerintahan desa bisa di simpulkan bahwa Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang dipercaya oleh masyarakat bertugas menyelenggarakan pemerintahan dan mereka juga mengatur dan mengurus segala sesuatu kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat.

Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 undang-undang desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.

(22)

kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan Desa seperti pembuatan peraturan Desa, pembentuk lembaga kemasyarakatan, pembentuk badan usaha milik Desa, dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang di maksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan parasarana fasilitas umum Desa, seperti jalan Desa, jembatan Desa, pasar Desa. Urusan kemasyarakan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Adat-Istiadat.

Kepala Desa Pasal 26 (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berwenang:

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. membina kehidupan masyarakat Desa;

(23)

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berhak:

a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;

(24)

c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;

d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan

e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa.

(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berkewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

(25)

h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

i. mengelola Keuangan dan Aset Desa;

j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;

l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;

n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;

o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan

p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Di Desa dapat di bentuk lembaga kemasyarakatan yang di tetapkan dengan peraturan desa dengan pedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat di jadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa.

(26)

mensukseskan pembangunan segala bidang di seluruh indonesia guna mencapai cita-cita nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945, yaitu masyarakat adil dan makmur baik matrial maupun spritual bagi seluruh rakyat indonesia. Maka perlu memperkuat kedudukan pemerintah desa agar mampu mengerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan organisasi mampu menyelenggarakan administrasi pemerintah desa makin meluas dan epektif.

Di Indonesia, istilah desa itu sendiri berbeda-beda di berbagai wilaya. Sebagian besar istilah tersebut umumnya sesuai dengan bahasa daerah yang digunakanan oleh penduduk setempat. Pada masyarakat Sunda, istilah desa diidentikkan dengan gabungan beberapa kampung atau dusun.

Dalam bahasa padang atau masyarakat Minangkabau (Sumatra Barat) dikenal istilah nagari, sedangkan masyarakat aceh menyebutnya dengan kata gampong. Di Propinsi Sumatera Utara, Masyarakat masyarakat Batak menyebut desa dengan istilah Uta atau Huta. Adapun di kawasan Sulawesi, seperti di Minahasa, masyarakat menyebutnya dengan istilah wanus atau wanua.

Pengertian desa dalam sudut pandang geografi dikemukakan oleh R. Bintarto dan Paul H. Landis sebagai berikut.

a. R. Bintarto

(27)

antar unsur tersebut dan juga dalam hubungan nya dengan daerah-daerah lain. Selanjutnya, Bintarto mengemukakan bahwa minimal ada tiga unsur utama desa, yaitu sebagai berikut.

1. Daerah, dalam arti suatu kawasan perdesaan tentunya memiliki wilayah sendiri dengan berbagai aspeknya, seperti lokasi, luas wilayah, bentuk lahan, keadaan tanah, kondisi tata air, dan aspek-aspek lainnya.

2. Penduduk dengan berbagai karakteristik demografis masyarakatnya, seperti jumlah penduduk, tingkat ke lahiran, kematian, persebaran dan kepadatan, rasio jenis kelamin, komposisi penduduk, serta kualitas penduduknya. 3. Tata Kehidupan, berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan

karakteristik budaya lainnya. 2.6.1 Pendapatan Desa

(28)

dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijual belikan. Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa.

Pendapatan desa berasal dari setidaknya tujuh sumber yaitu;

a. Pendapatan asli Desa yang terdiri dari hasil usaha, hasil asset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapat dan Belanja Negara,

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; d. Alokasi dana Desa yag merupakan bagian dari perimbangan yang diterima

Kabupaten/Kota;

e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota; f. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah:

2.6.2 Dana Desa

(29)

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan Ketentuan mengenai Dana Desa yang bersumber dari APBN diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri, tetapi implementasi peraturan pemerintah tersebut merupakan satu kesatuan dengan Peraturan Pemerintah ini.

(30)

Menurut Peraturan Bupati Tanah Bumbu Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Desa Di Kabupaten Tanah Bumbu Tujuan Pengalokasian Dana Desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan;

b. Untuk membangun target pembangunan sektor unggulan dalam rencaa pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya;

c. Untuk pemberdayaan masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses sumber daya ekonomi.

Kemudian prinsip penyaluran dan pencairan dana desa serta persyaratan penyaluran dana. Dana Desa diberikan secara langsung kepada Desa-Desa yang terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu melalui proses transfer pada rekening Pemerintah Desa pada Bank BRI;

1. Dana Desa dalam APBD kabupaten;

2. Penyaluran Dana Desa disalurkan melalui Rekening Pemerintah Desa atas nama kepala desa dan bendahara desa pada Bank BRI Cabang Batulicin setempat.

(31)

4. Pengajuan permohonan pencairan tersebut setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping Kecamataan.

5. Rekomendasi Kelayakan pencairan dibuat oleh camat yang merupakan hasil penelitian atas kesesuaia antara SPJ dengan realisasi pelaksanaan. 6. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa setelah

meneliti pengajuan rencana penggunaan dana tersebut, meneruskan berkas permohonan berilut lampiran kepada Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan asset daerah dengan mengajukan Rekomendasi Penyalutran Dana. 7. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mencairkan dan

menyalurkan Dana Alokasi Desa langsung dari kas Daerah ke rekening pemerintahan desa.

8. Pencairan Dana Desa dilakukan secara bertahap:

a. Tahap I pada bulan april sebesar 40% (empat puluh perseratus) b. Tahap II pada bulan agustus sebesar 40% (empat puluh perseratus) c. Tahap III pada bulan oktober sebesar 20% (dua puluh perseratus) Beberapa indikator yang dapat dilakukan dalam menilai keberhasilan pengelolaan dan pengunaan Dana Desa (DD) yaitu:

1. Pengelolaan

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang adanya Dana Desa (DD).

(32)

c. Meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat tentang pertanggung jawaban penggunaan Dana Desa (DD).

2. Penggunaan

a. Kegiatan yang didanai sesuai dengan telah direncanakan dalam APBDesa

b. Daya serap (realisasi) keuangan sesuai yang ditargetkan c. Menyerap tenaga kerja

d. Besarnya jumlah penerima manfaat (terutama dari kelompok miskin)

e. Tingginya kontribus masyarakat dalam mendukung penggunaan Dana Desa (DD)

f. Terjadinya peningkataan Pendapatan Asli Desa

g. Mampu bersinergi dengan program-program Pemerintah yang ada di Desa?kelurahan tersebut.

2.6.3 Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu dalam Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

(33)

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrative, teknis dan hukum.

3. Dana Desa (DD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Dana Desa (DD) sengat terbuka untuk meningkatkan sarana Pelayanan Masyarakat berupa Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan Desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan Masyarakat Desa yang diputuskan melalui Musyawarah Desa.

5. Dana Desa (DD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan danBelanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.

2.7 Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, h.19) pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan, agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri. Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.

(34)

manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa inggrisnya “empowerment” terjemahan secara harfianya yaitu “ pemberkuasaan” atau juga “pemberdayaan” diartikan sebagai memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) keberdayaan kepada masyarakat yang lemah. Robert Chambers sebagimana diikuti oleh Kartasasmita (1996:142) pemberdayaan (empowerment) sebagai sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan “people centered parsicipatory, empowering and sustainable”. Selama ini paradigma yang dominan dalam pembangunan adalah suatu paradigma yang meletakkan peranan negara dan pemerintah pada posisi yang sentral dalam merencanakan dan pelaksanaan pembangunan.

(35)

bermutu. Pemberdayaan menjadi sebuah proses menuju peningkatan kekuasaan, kemampuan, dan daya.

Lebih lanjut Stewart (1998: 29) mengatakan :

1. Pemberdayaan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pemberdayaan juga memberi kepada staf rasa berprestasi yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan motivasi.

3. Pemberdayaan juga memberikan manfaat besar bagi organisasi dimana salah satunya adalah bertambanya efektivitas organisasi.

Menurut Mubyarto (1993: 20-41) menekankan dalam proses pemberdayaan masyarakat diarakan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan bentuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.

(36)

dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mengembangkan daya (potensi) dan sumber daya (pusat kekuatan). Tersirat adanya transformasi dari tidak mempunyai daya menjadi berdaya, dan dari berdaya lemah bertamba menjadi berdaya kuat dan terus menjadi budidaya.

Madekhan Ali (2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, dengan alasan;

pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu perangkat ampuh untuk memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan, dan kreativitas masyarakat.

Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap kebutuhan masyarakat”. Mengacu pada pengertian dan teori para ahli di atas, dalam penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya kemandirian.

(37)

adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.

Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak dapat dilepas-pisakan dengan konsep senteral, yaitu konsep power (daya).

Menurut Suriadi ( 2005: 54-55) pengertian pemberdayaan yang terkait dengan konsep power dapat diteliti dari empat sudut pandang/ perspektif, yaitu perspektif pluralis, elitis, strukturalis, dan post-strukturalis.

(38)

sistem (aturan main), dan sebagainya. Oleh karnanya, di perlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk bersaing sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau individu bagimana bersaing di dalam kehidupan.

2. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifelitis, adalah suatu upaya untuk bergabung untuk mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis, melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis. Masyarakat menjadi tidak berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar segali dari para elitis terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan politik, birokrasi, parlemen, dan sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari perspektifstrukturalis, adalah suatu agenda yang lebih memantang dan dapat di capai apabilah bentuk-bentuk kepentingan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya suatu bentuk struktur dominan yang menindas masyarakat seperti: masalah kelas, gender, ras atau etnik. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembebasan, perubahan struktur secara fundamental, memandang pemindasan struktur.

(39)

pengertian terhadap pengembangan pemikiran baru, analitis, dan pendidikan dari pada suatu ektis.

2.7 Kerangka Pemikiran

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Tentang Pemerintah Daerah menyatakan Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari

pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa

masyarakat. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat.

Pemerintah mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan

sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan

penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah

untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar

desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk

karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain

yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan

diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan

dari desa itu sendiri.

Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menyatakan

(40)

atas pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan Pembangunan Desa. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan. Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa. Alokasi anggaran untuk Desa yang bersumber dari Belanja Pusat dilakukan dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Dana Desa yang

Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bahwa dalam rangka

(41)

Belanja Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan ketentuan tersebut Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 mengatur pengalokasian Dana Desa (DD) dengan peraturan Bupati

Tanah Bumbu Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Desa di

Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 yang menetapkan Pelaksanaan Teknis

Pengelola Keuangan Desa Selanjutnya disebut PTPKdes adalah perangkat desa

yang ditunjuk oleh kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa.

Sedangkan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Pemerintah Kabupaten

Meliput;

a. Pemberian pedoman standar dan pelaksanaan Dana Desa; b. Melakasanakan sosialisasi pedoman pengelolaan Dana Desa

c. Pemberian bimbingan teknis penyelengaraan keuangan dea yang mencakup perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pertanggung-jawaban APBDes.

d. Membina penatausahaan pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa.

(42)

a. Tahap Perencanaan

Kepala Desa/Lurah, Badan Permusyawaratan Desa Dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat menjelang tahun anggaran baru atau berakhir tahun anggaran berjalan menyusun pengunaan Dana Desa untuk kegiatan pembangunan Desa dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang telah ditetapkan dalam Musrenbang Desa.

b. Tahap Pelaksanaan

Dana Desa dimasukan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa yang selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Desaa dengan Persetujuan Badan Permusyawaratan Desa dalam Peraturan Desa, kemudian dalam pengelolaan Dana Desa/Kelurahan Kepala desa/Lurah menetapkan pengelola yang terdiri dari Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK) dan Bendahara Kas Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, serta Ketentuan lebih lanjut sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur tersendiri dalam Keputusan Kepala Desa.

c. Tahap Pertanggungjawaban

Pelaporan dalam rangka pengendalian Dana Desa dilakukan secara incidental dan periodik dan mekanisme pelaporan sebagai bahan pembinaan dan pengendalian penggunaan Dana Desa/Kelurahan dilakukan secara berjenjang. Dari pelaporan tingkat Desa/Kelurahan kemudian pelaporan tingkat Kabupaten.

(43)

-

Perencanaan Pelaksanaan Pertanggung Jawaban

-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Tentang Pemerintah Daerah

-Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

-Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

-Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Dana Desa

-Peraturan Bupati Tanah Bumbu Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Desa di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

Pengelolaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakt

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

(44)

Penelitian ini mengunakan pendekataan kualitatif, yakni dengan menggunakan dan memanfaatkan data dengan cara mengumpulkan, menjaring, dan mengolah data atau informasi untuk dipelajari dan dianalisis. Pendekataan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dikarenakan metode menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informa, serta metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan setting penelitian terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (sarman,2004)

3.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakanadalah tipe penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memberikan penggambaran atas suatu fenomena atau masalah sesuai dengan data dab fakta yang ada. Alasannya karena penelitian deskriptif kualitatif mengunakan metode-metode kualitatif untuk mengekplorasi makna-makna, beragam variasi, dan pemahaman perseptual, yang kemudian dianalisis secara kualitatif, saat dilangsungkan penelitian di lapangan yang berkaitan dengan pengelolaan program dana desa untuk pemberdayaan masyarakat desa (studi kasus di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu). (Sarman, 2004).

(45)

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

3.4 Sumber Data Penelitian

Adapun data-data yang dikumpulkan bersumber dari:

1. Data Primer: Yaitu informan terdiri dari kepala desa, Bendahara Kas Desa, Pelaksanaan Kegiataan Program Dana Desa (APBN), Badan Permusyawaratan Desa, Masyarakat, Tim Pendamping Kecamataan (Camat Kecemataan Kusan Hilir), Tim Fasilitas dan Pembina Program Dana Desa desa Tingkat Kabupaten (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Tanah Bumbu

2. Data Sekunder: Data yang diperoleh dari dokumen atau sumber resmi tentang pengelolaan Dana Desa tahun anggaran 2015.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Perolehan data penelitian yang luas serta mendalam, maka upaya yang dilakukan melalui:

1. Wawancara Tersatandar

(46)

pengumpulan data data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap informan memperoleh pertanyaan yang sama, mulai dari urutan pertanyaanya, kata-katanya, dan cara penyajian dan peneliti mencatatnya. Pendalaman bisa saja terjadi apabila situasi memungkinkan dan ini sangat tergantung pada kecakapan pewawancara. Wawancara ini efektif dilakukan untuk menjaring data/informasi dari banyak orang.

2. Dokumentasi

Menurut satori dan komariah (2013/146), teknik pengumpulan data yang juga berperan berperan besardalam penelitian kualitatif naturalistik adalah dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Dalam bahasa inggris disebut document yaitu “something written or printed, to be used as a record or evidence”, sesuatu tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti. Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada informan tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

3.6 Analisa Data

Analisa data mengunakan model Sirkuler Sugiyono dalam Satori dan komariah (2013:222), yaitu sebagai berikut:

(47)

Disebut pula orietasi, yang mengambarkan peneliti berada pada tahap mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan sehingga segala yang diketahuinya serba sepintas.

2. Tahap reduksi

Pada tahap penelitian mereduksi data dan memfokuskan pada masalah tertentu. Peneliti menyortir data yang data yang menarik, yang penting dan yang baru dari data yang ditemukan pada tahap pertama dikelompokan menjadi kategori-kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.

3. Tahap seleksi

Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus penelitian yang ditetapkan menjadi lebih rinci, sehingga menemukan tema dengan cara mengkostruksikan data yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.

Setelah memasuki lapangan/konteks sosial, tiap tahapan diatas dilakukan melalui lima tahapan yaitu:

1) Berpikir: Memikirkan apa yang akan ditanyakan.

2) Bertanya: Menyampaikan pertanyaan kepada orang yang akan dijumpai dilapangan/konteks sosial.

3) Analisis: Menganalisis kebenaraan jawaban dari orang yang dijumpai dilapangan/konteks sosial.

4) Kesimpulan: Menyimpulkan informasi yang benar

5) Pencandraan: Mencandra kembali kesimpulan yang telah dibuat, untuk memastikan kredibilitasnya. Untuk itu peneliti mengulangi pertanyaan dengan cara dan dari sumber yang berbeda tapi tujuan sama (triangulasi). Kalau semua kesimpulan telah diyakini kredibelnya, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.

3.7 Keabsahan Data

(48)

1. Triangulasi Sumber

Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaraan data dari beragam sumber. Menguji kredibilitas data tentang akuntabilitas pengelolaan dana desa di Desa pejala Kecamataan Kusan Kabupaten Tanah Bumbu, maka pengumpulan data dan pengujian dilakukan ke Kepala Desa, Bendahara Kas Desa, Pelaksana Kegiataan Alokasi Dana Desa, Badan Permusyawaratan Desa, Masyarakat, BPMD dan Camat. Data dari ke semua sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) denga kesemua data tersebut.

(49)

Buku

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: ALFABETA Adisasmita, Rahardjo.(2013). Pembangunan Perdesaan: Pendekatan Partisipatif,

Tipologi, Strategi, Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Ndraha, Taliziduhu. (1981) Dimensi-dimensi Pemerintah Desa. Jakarta, Bina AKSARA

Nurcholis, Hanif. (2011) Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta, Erlangga.

Rozaki, Abdul. (2005)Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa. Yogyakarta, IRE PRESS.

Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung,Refika Aditama.

Sumaryadi, I Nyoman (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta,Citra Utama.

Santosa, Pandji. (2008). Administrasi Publik (Teori dan Aplikasi Good Governance). Bandung: PT Refika Aditama

Sarman, Mukhtar. (2004). Pengantar Metodologi Penelitian Sosial. Banjarmasin: Pustaka Fisip Universitas Lambung Mangkurat.

Satori dan Komariah. (2013) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta Tjokroamidjojo, Bintoro (1995) Pengantar Administrasi Pembangunan.

(50)

Wahjudin, Sumpeno (2011) Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh,Reinforcement Action and Development.

Widjaja, HAW. (2004) Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat dan Utuh. Jakarta,PT. RajaGrafindo Persada.

Unlam, Fisip. 2009, Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin : Pustaka Banua.

JURNAL

Putra, Pratiwi, Suwondo (2013) Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212

Prasojo, Eko (2003) People And Society Empowerment : Perspektif Membangun Partisipasi Publik. Jurnal Ilmiah Publik, vol IV, No. 2, Maret-Agustus : 10-24. Sugiono (2009).

Peraturan Perundang-undangan

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2015 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(51)

WEBSITE

Badan Pusat Statistik, (2013). Jumlah Penduduk Miskin dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia. Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id, diakses 13 November 2015.

Gambar

Tabel 1: Data Rencana Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu DanaDesa (APBN) Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pengambilan pengaruh dari India, aspek-aspek yang diambil dari India oleh seseorang pemerintah dengan pemerintah lain di Asia Tenggara mungkin berbeza,

Pada minggu ke-10 didapatkan hasil untuk semua parameter pertumbuhan, hasil untuk perlakuan variasi dosis biofertilizer dengan nilai rerata tertinggi untuk

Bu gelişme, Roma halkı için oldukça heyecan vericiydi: Rahibeler ile "gallus" adı verilen hadım edilmiş rahiplerin düzenlediği, kültü Roma'ya

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta inayah-NYA, sehingga skripsi yang berjudul: “Upaya

Dengan menggunakan metode goal programming diperoleh hasil yang kurang optimal jika output yang dihasilkan terpilih 1 distributor karena masih ada kekurangan untuk

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Di Sumatera Barat bantuan dana bergulir kepada masyarakat miskin salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diperuntukkan