SINDROMA DEPRESI PASCA PERSALINAN
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
LAILA SYLVIA SARI
No. Register CHS : 16700
DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Juli 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat Ridho dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya
dan memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang
Ilmu Kedokteran Jiwa. Sebagai manusia terutama sebagai pelajar dalam
pendidikan, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan
masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya
tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang :
“Sindroma Depresi Pasca Persalinan
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan.
2. Prof. dr. Syamsir BS, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Departemen Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai
pembimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang penuh
kesabaran dan perhatian telah membimbing dan memberi pengarahan,
pengetahuan, dorongan, dukungan dan masukan-masukan yang berharga
di dalam menyelesaikan tesis ini dan selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K), seba Penelitian Dennis dan
depresi pasca persalinan pada wanita di semua usia.6gai Ketua Program
Studi PPDS I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dan guru penulis yang telah banyak membimbing, memberikan
pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan memberikan
buku-buku bacaan yang berharga selama penulis menyelesaikan tesis ini dan
mengikuti pendidikan spesialisasi, baik dalam pertemuan formal maupun
informal.
4. dr. Yusuf R. Surbakti Sp.OG (K), sebagai pembimbing penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, yang penuh kesabaran dan perhatian telah
membimbing dan memberi pengarahan, pengetahuan, dorongan,
dukungan dan masukan-masukan yang berharga di dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. dr. Harun T. Parinduri, Sp. KJ (K), sebagai guru yang penuh kesabaran
dan perhatian telah membimbing dan memberi pengarahan, pengetahuan,
dorongan, dukungan dan masukan-masukan yang berharga di dalam
menyelesaikan tesis ini dan selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
6. dr. Raharjo Suparto, Sp. KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
7. dr. Marhanuddin Umar, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi.
8. Prof. dr. M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi, terutama di bidang Psikiatri Anak.
9. dr. Elmeida Effendy, Sp. KJ, sebagai Sekretaris Program Studi PPDS I
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan guru
penulis yang telah banyak membimbing, memberikan pengarahan,
pengetahuan, dorongan, dan dukungan, selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi.
10. dr. Mustafa M Amin, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengetahuan selama saya mengikuti pendidikan
11. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengetahuan selama saya mengikuti pendidikan
spesialisasi.
12. dr. Donald F. Sitompul, Sp. KJ; dr. Rosminta Girsang, Sp. KJ; dr. Artina R.
Ginting, Sp. KJ; dr. Sulastri Effendi, Sp. KJ; dr. Mariati, Sp. KJ; dr. Evawati
Siahaan, Sp. KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp. KJ; dr. Citra J. Tarigan, Sp.
KJ; dr. Dapot P. Gultom, Sp. KJ; dr. Vera RB. Marpaung, Sp. KJ; dr.
Juskitar, Sp. KJ; dr. Herlina G, Sp. KJ; dr. Mawar G. Tarigan, Sp. KJ; dr.
Freddy SN, Sp. KJ; dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ dan dr. Yusak P.S, Sp.KJ
dan dr. Juwita Saragih, Sp.KJ sebagai senior penulis yang telah
memberikan pengetahuan selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
13. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur RSJD Pemerintah Propinsi
Sumatera Utara, Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RS dr. Pirngadi
Medan, Direktur RS Tembakau Deli Medan, yang telah memberikan izin,
kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama
mengikuti pendidikan spesialisasi.
14. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp. S (K), sebagai Ketua Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Rusli
Dhanu, Sp. S (K), sebagai Ketua Program Studi PPDS I Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Darulkutni
Nasution, Sp. S (K), dan dr. Puji PO. Sinurat, Sp. S, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjalani stase di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
15. Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, Sp. PD (K), sebagai Kepala Divisi
Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membimbing penulis
selama menjalani stase di Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
16. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes, sebagai konsultan statistik dalam
penelitian ini, yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing
dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.
17. Teman-teman sejawat peserta PPDS I Psikiatri Fakultas Kedokteran
EH, dr. M. Surya H, dr. Silvy AH, dr. Victor EP, dr. Siti Nurul H, dr. Lailan
Sapinah, dr. Herny Taruli, dan dr. Mila AH, dr. Ira Dania, dr. Ricky W
Tarigan, dr. Baginda H, dr. M. Yusuf, dr. Superida Ginting, dr. Ferdinan
Leo, dr. Lenni Crisnawati, dr. Saulina Dumaria, dr. Hanip Fahri, yang telah
banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui
diskusi-diskusi dan kritik-kritik baik dalam pertemuan formal maupun informal,
serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat
penulis dalam menyelesaikan pendidikan spesialisasi ini.
18. Dokter Muda, perawat, pegawai RSUP. H. Adam Malik, RS dr. Pirngadi
Medan, RS Tembakau Deli Medan, dan BLUD RSJ Pemerintah Propinsi
Sumatera Utara, yang telah membantu penulis selama mengikuti
pendidikan spesialisasi.
19. Kedua orangtua penulis yang sangat penulis hormati dan sayangi : H.
Syahir Sulaiman (alm) dan Hj. Hafsyah (almh) demikian juga kepada
kakak-kakak, abang-abang, Joumel A.P.D, R. Adawiyah, Alm. Syahrial,
Alm. Dr. Guntur PS, SpB, dr. Syahriani, Syahrizal, Iqbal B.Harahap,SH,
Syachriwannie, Edyan Rachman,SE, MSi, Sri Rachmaini, Isfan Fachri,
SE, MSP, Syafrida Hafni, SE, MSi, Syachri A.Tiani, dan adik penulis Iman
D. Lintang, SE dan Yunita Zahara, SE, beserta seluruh keponakan, yang
telah begitu banyak memberikan dukungan, kasih sayang, penghiburan
serta semangat dan doa yang tak putus-putusnya.
20. Buat suamiku tercinta dr. Muhammad Firmansyah dan anak-anakku,
Muhammad Farras Shadiq dan Fakhira Alana Shabira, yang telah
memberikan semangat, dorongan, dukungan, perhatian dan
pengertian, waktu serta doa untuk penulis untuk menyelesaikan
Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon semoga Allah SWT
memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, handai tolan dan sahabat
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun
materil, saya ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2009
Penulis
ABSTRAK
Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sindroma depresi pasca persalinan (DPP) dengan menggunakan kuesioner
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui proporsi sindroma depresi pasca persalinan dan hubungannya dengan karakteristik demografik, problema psikososial, riwayat depresi sebelumnya dan hubungan riwayat depresi pada keluarga dengan depresi pasca persalinan dan agar ibu-ibu pasca persalinan yang memiliki sindroma depresi dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional untuk menilai apakah terdapat sindroma depresi pasca persalinan dan apakah sindroma depresi pasca persalinan tersebut berbeda berdasarkan usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak dan problema psikososial.
Sampel adalah 50 ibu-ibu pasca persalinan yang melahirkan spontan di kamar bersalin Bagian / SMF Obstetrik dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan diambil secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2009. Data-data dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian EPDS, dan analisa statistik menggunakan uji hipotesis chi kuadrat, Fisher exact test
dan uji regresi logistik untuk mencari faktor risiko.
Hasil Penelitian : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa wanita pasca persalinan yang mengalami sindroma DPP sebanyak 16% dan yang tidak mengalami sindroma dpp sebanyak 84%. Terdapat perbedaan bermakna sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan kelompok pekerjaan, tingkat pendidikan, stresor psikososial dan riwayat depresi sebelumnya . Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan umur, status perkawinan, penghasilan, jumlah anak, dan riwayat keluarga.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan kelompok pekerjaan, tingkat pendidikan, stresor psikososial dan riwayat depresi sebelumnya .
DAFTAR ISI
Hal
UCAPAN TERIMA KASIH ...i
ABSTRAK...vi
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR SINGKATAN...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB 1. PENDAHULUAN...1
1.1. Latar belakang...1
1.2. Rumusan masalah...4
1.3. Hipotesis...4
BAB 2. TUJUAN PENELITIAN...5
2.1. Tujuan penelitian...5
2.1.1. Tujuan Umum...5
2.1.2. Tujuan Khusus...5
2.2. Manfaat Penelitian...5
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA...6
3.1. ETIOLOGI...6
3.1.1. Faktor Psikososial...6
3.1.2. Faktor Biologik...7
3.2. GEJALA KLINIS...10
3.3. SKRINING UNTUK GANGGUAN MOOD PASCA PERSALINAN...11
BAB 4. KERANGKA KONSEP...13
BAB 5. METODE PENELITIAN...14
5.1. Desain Penelitian...14
5.2. Tempat dan Waktu Penelitian...14
5.3. Populasi Penelitian...14
5.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel...14
5.4.1. Sampel Penelitian...14
5.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...15
5.5.1. Kriteria Inklusi...15
5.5.2. Kriteria Eksklusi...15
5.6. Besar Sampel...15
5.7. Cara Kerja...16
5.8. Identifikasi Variabel...16
5.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data ...16
5.10. Definisi Operasional...17
BAB 6. KERANGKA OPERASIONAL...19
BAB 7. HASIL PENELITIAN...20
7.1. Karakteristik Peserta Penelitian...20
7.2. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Skor EPDS...21
7.3. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Problema Psikososial ...21
7.4. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Riwayat Depresi Sebelumnya...22
7.5. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Riwayat Depresi Pada Keluarga...22
7.6. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian...23
a. Umur...23
b. Pendidikan...24
c. Pekerjaan...24
d. Penghasilan...24
e. Status perkawinan...24
f. Jumlah anak...25
7.7. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Dengan Problema Psikososial...25
7.8. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Dengan Riwayat Depresi Sebelumnya...26
7.10.Faktor Risiko Yang Paling Berperan Untuk Terjadinya Sindroma
Depresi Pasca Persalinan...27
BAB 8. PEMBAHASAN...28
8.1. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Skor EPDS...28
8.2 Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian...29
a. Umur...29
b. Pendidikan...29
c. Pekerjaan...30
d. Penghasilan...30
e. Status perkawinan...30
f. Jumlah anak...31
8.3. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Dengan Problema Psikososial...31
8.4. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Dengan Riwayat Depresi Sebelumnya...32
8.5. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Dengan Riwayat Depresi Pada Keluarga...32
8.6. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Untuk Terjadinya Sindroma Depresi Pasca Persalinan...33
BAB 9. KESIMPULAN DAN SARAN...34
9.1. Kesimpulan...34
9.2. Saran...34
DAFTAR PUSTAKA...35
LAMPIRAN 1...37
LAMPIRAN 2...39
LAMPIRAN 3...40
LAMPIRAN 4...41
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Gejala Depresi Mayor Postpartum...11
Tabel 2 Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status
perkawinan dan jumlah anak...20
Tabel 3. Frekuensi kejadian sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan
skor EPDS...21
Tabel 4 Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan problema psikososial...21
Tabel 5. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan riwayat depresi sebelumnya...22
Tabel 6. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan riwayat depresi pada keluarga...22
Tabel 7. Hubungan antara karakteristik subjek dengan angka kejadian
sindroma depresi pasca persalinan...23
Tabel 8. Hubungan antara problema psikosial dengan kejadian sindroma
depresi pasca persalinan...25
Tabel 9. Hubungan angka kejadian sindroma depresi pasca persalinan
dengan riwayat depresi sebelumnya...26
Tabel 10.Hubungan antara angka kejadian sindroma depresi pasca
persalinan dengan riwayat depresi pada keluarga...26
Tabel 11. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Untuk Terjadinya Sindroma
Depresi Pasca Persalinan...27
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
DPP : depresi pasca persalinan
DSM IV : fourth edition diagnostic and statistical manual of mental
disorder
ECT : electro convulsive therapy
EPDS : Edinburgh Postnatal Depression Scale
FK-USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
IPT : Interpersonal Psychotherapy
PMS : Premenstrual Syndrome
PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis gangguan Jiwa di
Indonesia edisi ketiga
RSUP-HAM : Rumah Sakit Umum Pusat - Haji Adam Malik
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...37
Lampiran 2...39
Lampiran 3...40
Lampiran 4...41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa
dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita.
Peristiwa-peristiwa itu mempunyai makna yang berbeda-beda bagi setiap wanita
maupun keluarganya. Bagi banyak wanita, peristiwa-peristiwa itu bermakna
positif dan merupakan fase transisi yang menyenangkan ke tahap baru dalam
siklus kehidupannya. Namun sebagaimana tahap transisi lain ke kehidupan,
peristiwa itu dapat pula menimbulkan ”stres”, sehingga respons yang terjadi
dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya, seperti krisis lain dalam
kehidupan, dapat menyebabkan kekecewaan.1 Faktor stresor psikososial
akan selalu dialami oleh setiap individu dalam kehidupannya. Stresor yang
dialami dapat mempengaruhi individu baik secara psikologis maupun biologis.
Adanya stresor yang dialami individu akan menimbulkan manifestasi klinik
individual. Dampak stres terhadap manifestasi psikologis adalah dalam
bentuk emosi dan manifestasi emosi tersebut dapat bermacam-macam antara
lain marah, ansietas, depresi, rasa bersalah dan rasa malu.2
Gangguan psikiatri yang timbul setelah persalinan telah diketahui sejak
era Hippocrates.3 Selama periode sesudah melahirkan / pasca persalinan
(post partum) hingga 85% wanita mengalami beberapa tipe gangguan mood.
Pada kebanyakan wanita simtom-simtom tersebut adalah transien dan relatif
ringan; namun, beberapa wanita mengalami gangguan mood yang persisten.4
Dari penelitian Wrate et al dan Cogill et al diperoleh data bahwa dari 2500
kelahiran per tahun, didapatkan tujuh kasus baru dengan depresi per minggu,
sehingga menurut mereka depresi pasca persalinan merupakan salah satu
komplikasi medik yang sering terjadi, dengan risiko-risiko yang dapat
diantisipasi baik pada ibu maupun anaknya. Penelitian lain juga mendapatkan
data bahwa depresi pasca persalinan berdampak negatif terhadap kualitas
hubungan dini ibu-anak, dan lain-lain.3
Depresi pasca persalinan merupakan masalah substansial yang
mempengaruhi ibu dan keluarganya. Diperkirakan bahwa satu dari sepuluh
melahirkan; beberapa dari ibu-ibu tersebut mengalami simtom-simtom depresi
yang memerlukan penilaian dan pengobatan.5 Dennis, Janssen & Singer,
pada tahun 2004 menemukan prevalensi depresi pasca persalinan pada
wanita dari semua usia menunjukkan sekitar 20%–28% selama periode
segera (immediate) setelah melahirkan. Sedangkan penelitian Hudson dan
kawan-kawan mendapatkan ibu-ibu yang mengalami depresi pasca
persalinan yang baru melahirkan dalam 3 bulan pertama menunjukkan 53%
hingga 56%. 6
Beberapa penelitian dari Asia Selatan mencatat angka penting dari
depresi pasca persalinan. Penelitian kohort oleh Patel dan kawan-kawan
mendapatkan prevalensi 23% diantara wanita yang mendatangi rumah sakit
diwilayah Goa, India. Chandran dan kawan-kawan dari Tamil Nadu, India
mencatat prevalensi dan insiden yaitu 19,8% dan 11%. Rahman dan
kawan-kawan dari Pakistan melaporkan prevalensi sebanyak 28%.
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang depresi memiliki tingkat
kemampuan yang lebih rendah, dan lebih dari setengahnya tetap mengalami
depresi selama paling sedikit enam bulan. 7
Di negara barat depresi pasca persalinan merupakan komplikasi
medis persalinan yang paling banyak ditemukan, dibanding di negara timur
dengan prevalensi yang lebih rendah. Keadaan ini disebabkan oleh
perbedaan faktor psikokultural, kesulitan diagnosis, kekurangan instrumen
diagnosis, dan ketidaktahuan dari ibu bersalin.8 Di Amerika Serikat (AS),
depresi pasca persalinan merupakan komplikasi persalinan yang paling
sering, dimana terjadi pada 13% (1 dari delapan) wanita yang melahirkan.9
Angka kejadian depresi pasca persalinan di Indonesia mencolok
tingginya dibandingkan dengan angka kejadian di negara-negara lain di Asia.
Prevalensi depresi pasca persalinan hasil penelitian di bangsal kebidanan
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta memperoleh angka 11,3% untuk depresi
ringan, 1,9% untuk depresi sedang dan 0,5% untuk depresi berat.8
Penelitian Dennis dan kawan-kawan mendapatkan pendapatan yang
sedikit, pendidikan dibawah SLTA, adanya riwayat depresi sewaktu hamil,
kehamilan yang tidak diinginkan atau direncanakan, dan berpisah dari
pasangannya, semuanya berkontribusi pada depresi pasca persalinan pada
Studi Caldwell dan Antonucci menemukan pada sampel 48 ibu-ibu
remaja bahwa usia, dukungan status sosial ekonomi keluarga, secara
signifikan berhubungan dengan simtom-simtom depresi pasca persalinan.6
Birkeland dan kawan-kawan meneliti depresi pasca persalinan dengan
menggunakan Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS) yang merupakan
self report untuk mengukur simtom depresi mendapatkan skor EPDS 0,83.6
Patricia Hannah dan kawan-kawan meneliti 217 pasien depresi pasca
persalinan dengan menggunakan EPDS pada hari ketiga dan minggu
keenam pasca persalinan, mendapatkan adanya korelasi positif yang
signifikan dari kedua skor tersebut, bersama-sama dengan profil gejala yang
sama. Dari 25 wanita menderita depresi pasca persalinan (skor EPDS
minggu keenam ≥ 13), 17 memiliki gejala-gejala yang sama pada minggu
pertama pasca persalinan (skor EPDS hari ketiga adalah 10).10
Studi Cox dan kawan-kawan mendapatkan bahwa usia rata-rata
depresi pasca persalinan adalah 26 tahun, 75% menjalani kelahiran normal,
15% menjalani secsio sesarea dan 10% menjalani kelahiran forcep. Sebagian
besar sudah menikah (81%), sedangkan 13% memiliki mitra permanen.
Hanya 6% yang merupakan orangtua tunggal. 11
Mengingat tingginya prevalensi depresi pasca persalinan serta dampak
negatif yang dapat terjadi apabila seorang ibu mengalami depresi pasca
persalinan, peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan harapan
memperoleh data apakah terdapat sindroma depresi pasca persalinan di
1.2. Rumusan masalah
a. Berapakah proporsi sindroma depresi pasca persalinan di RSUP-HAM
Medan?
b. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik demografik (umur,
status perkawinan, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan), dengan sindroma depresi pasca persalinan di
RSUP-HAM Medan?
c. Apakah terdapat hubungan antara problema psikososial dengan
sindroma depresi pasca persalinan di RSUP-HAM Medan?
d. Apakah terdapat hubungan riwayat depresi sebelumnya dengan
sindroma depresi pasca persalinan?
e. Apakah terdapat hubungan riwayat depresi pada keluarga dengan
sindroma depresi pasca persalinan?
1.3. Hipotesis
a. Terdapat hubungan antara karakteristik demografik (umur, status
perkawinan, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan),
dengan sindroma depresi pasca persalinan di RSUP-HAM Medan.
b. Terdapat hubungan antara problema psikososial dengan sindroma
depresi pasca persalinan di RSUP-HAM Medan.
c. Terdapat hubungan antara riwayat depresi sebelumnya dengan
sindroma depresi pasca persalinan
d. Terdapat hubungan riwayat depresi pada keluarga dengan sindroma
BAB 2
TUJUAN PENELITIAN
2.1. Tujuan Penelitian
2.1.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui sindroma depresi pasca persalinan dengan menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS).
2.1.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui proporsi sindroma depresi pasca persalinan.
b. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografik (umur,
status perkawinan, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan) dengan sindroma depresi pasca persalinan di
RSUP-HAM Medan.
c. Untuk mengetahui hubungan antara problema psikososial dengan
sindroma depresi pasca persalinan di RSUP-HAM Medan.
d. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat depresi sebelumnya
dengan sindroma depresi pasca persalinan
e. Untuk mengetahui hubungan riwayat depresi pada keluarga dengan
sindroma depresi pasca persalinan
2.2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
informasi tentang sindroma depresi pasca persalinan di RSUP-HAM
Medan, sehingga wanita pasca persalinan bisa mendapatkan
perawatan yang lebih adekuat tidak hanya untuk persalinannya saja
tapi juga untuk sindroma depresinya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan
kerjasama antara Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan
Departemen Psikiatri FK-USU.
c. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian
lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Depresi pasca persalinan atau depresi post partum adalah gangguan
depresi yang terjadi selama periode pasca persalinan dan biasanya
didiagnosa sekitar 4 sampai 12 minggu setelah melahirkan. 7
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – fourth
edition (DSM-IV), dikatakan episode depresi berhubungan dengan onset
pasca persalinan jika dimulai pada minggu keempat setelah persalinan.
Gambaran gejala depresi pasca persalinan sama dengan depresi yang tidak
berhubungan dengan persalinan.9
Prevalensi seumur hidup untuk depresi berat pada populasi umum
adalah sekitar 10%, pada wanita sekitar 25%.8 Paling sedikit 10% dari wanita
menderita gangguan mood yang berhubungan dengan periode postpartum.12
Sedangkan angka prevalensi depresi pasca persalinan bervariasi antara 1
permil sampai 15% dari angka ibu melahirkan tergantung berat ringannya
gangguan mental yang menjadi objek penelitian. Penelitian lainnya
mendapatkan prevalensi depresi pasca persalinan yang lebih tinggi, yaitu
23,3% - 36,7%.8 Depresi pasca persalinan terjadi pada sekitar 1 dari 10
wanita hamil dan biasanya tidak terdiagnosa.13
3.1. ETIOLOGI
Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang
faktor yang menjadi penyebab dari depresi pasca persalinan.14 Diduga
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi antara lain : 14
a. Faktor Psikososial
b. Faktor Biologik
3.1.1. Faktor Psikososial
Pitt menyatakan bahwa depresi pasca persalinan merupakan
gangguan spesifik yang dibedakan dari gangguan depresi klasik. Beliau
menyebutkan dengan ”depresi atipik” yang lebih merupakan respons terhadap
stres non spesifik dibandingkan dengan perubahan yang bersifat biologik
Penelitian keadaan psikososial dari depresi pasca persalinan
meyakinkan adanya hubungan antara keadaan tertentu yang terjadi selama
kehamilan dengan timbulnya depresi post partum. Kumar, Rabson, Watson
dan kawan-kawan, Cox dan kawan-kawan menyatakan bahwa faktor - faktor
psikososial yang berkorelasi dengan timbulnya sindroma depresi pasca
persalinan antara lain: 14
a. Konflik dalam perkawinan, yang meliputi :
1).Adanya ketegangan yang kronis diantara pasangan yang
menyebabkan timbulnya rasa permusuhan antara pasangan tersebut.
2).Riwayat adanya ketidakstabilan emosi pada isteri atau suami yang
menyebabkan kurangnya dukungan akan kelahiran bayi mereka.
3).Pada wanita yang berusia tua, yang mengharapkan kelahiran
anaknya.
b. Sikap ambivalen atau keraguan yang besar terhadap kehamilan dan
keinginannya untuk mempunyai anak.
c. Riwayat pernah menderita gangguan depresi sebelumnya dan, atau
reaksi terhadap kejadian tertentu dalam kehidupannya, termasuk stres
akibat melahirkan anak.
d. Stres lingkungan
Teori psikoanalitik menekankan pentingnya hubungan awal antara
individu tersebut dengan ibunya. Birchnell, melakukan penelitian terhadap
50 wanita depresi dibandingkan dengan 40 wanita sebagai kontrol,
ditemukan adanya hubungan signifikan antara ikatan awal wanita depresi
dengan ibunya yang buruk dengan timbulnya depresi dikemudian hari
pada wanita tersebut.14
3.1.2. Faktor Biologik
Penelitian yang beraliran biologik, yang dipelopori oleh Dalton,
menyatakan bahwa depresi pasca persalinan disebabkan oleh perubahan
hormonal, terutama penurunan tajam dari sirkulasi progesteron dalam masa
puerpural.14
Hormon-hormon yang diduga berperan terhadap timbulnya depresi
postpartum antara lain, adalah estrogen, progesteron, kortisol dan hormon
yang cepat dari konsentrasi beberapa hormon. Selama 48 jam pertama
persalinan konsentrasi estrogen, progesteron dan kortisol menurun. Telah
diketahui keterlibatan hormon steroid dalam patogenesis gangguan mood non
puerperal. Beberapa peneliti menduga peranan hormon tersebut terhadap
timbulnya gangguan tiroid cukup tinggi dan menurun secara drastis setelah
pasca persalinan. 14
Disamping peran hormonal tersebut diatas, pada masa pasca
persalinan juga dapat terjadi disfungsi tiroid.14 Fungsi tiroid juga memainkan
peranan penting dalam pengaturan mood pada wanita.15 Disfungsi tiroid
(hipothyroidisme atau hyperthyroidisme) dapat menimbulkan gejala-gejala
psikiatrik, namun belum ada laporan secara pasti bahwa terdapat hubungan
timbulnya depresi pasca persalinan dengan keadaan disfungsi tiroid.8 Ruth
Freeman dan kawan-kawan dalam penelitiannya terhadap 212 wanita pasca
bersalin menemukan prevalensi disfungsi tiroid sebesar 1,9%, sedangkan
pada penelitian lain yang dilakukan oleh Amino dan kawan-kawan terhadap
30 wanita pasca bersalin ditemukan disfungsi tiroid sebesar 5,5%. Angka
kejadian disfungsi tiroid bervariasi sesuai dengan daerahnya. Kasus
terbanyak dilaporkan terjadi di Jepang yaitu 4,3% wanita pasca persalinan 3
bulan pertama dan juga di daerah Amerika Utara. 14
Selain faktor hormonal dan faktor genetik, faktor biologis seperti
perubahan amin biogenik (serotonin, norepinefrin, dan dopamin) serta
prekursornya dan sistem adenosin fosfat juga terlibat dalam terjadinya depresi
pasca persalinan. 8
Telah dilaporkan 3 dari 18 wanita normal yang diteliti pada hari kedua
sampai hari kelima pasca persalinan yang dihubungkan dengan plasma
triptofan dan konsentrasi kortisol, ternyata menunjukkan peningkatan afek,
tetapi tidak sampai hipomania. Kemampuan mengikat reseptor alpha 2
adenoreseptor dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen dan progesteron. Pada
ibu-ibu pasca bersalin dengan afek yang depresif dijumpai peningkatan
kapasitas alpha 2 adenoreseptor dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak
merasakan perasaan sedih, sehingga meningginya sensitivitas adenoreseptor
inilah yang kemudian dihubungkan dengan etiologi depresi. 8
Perubahan metabolisme amin biogenik erat hubungannya dengan
penurunan ekskresi norepinefrin di air kemih dan peningkatan insidensi
neurosis dan depresi. Gangguan metabolisme indole amine diimplikasikan
sebagai penyebab timbulnya depresi. Sintesa 5 – OH tryptamin di otak
menurun, sehingga kadar plasma bebas triptofan menjadi rendah.8
Handley dan kawan-kawan melaporkan terjadinya penurunan plasma
triptofan berhubungan dengan defisiensi piridoksin. Oleh karena beragamnya
faktor etiologi dan rumitnya interaksi antar berbagai faktor tersebut maka
sangat sulit untuk mengidentifikasi faktor risiko yang pasti berperan dalam
timbulnya depresi pasca persalinan, dan sulit untuk menentukan secara pasti
karakteristik wanita yang akan mengalami depresi pasca persalinan.8
Beberapa faktor yang diduga menempatkan wanita pasca bersalin
pada risiko tinggi mengalami depresi, antara lain : 16
a. Dukungan sosial yang buruk, yang berarti tidak mempunyai seseorang
yang dipercaya untuk membantu atau mencurahkan pikiran dan
perasaan dengan teman karib
b. Peristiwa kehidupan yang serius dan multipel, seperti misalnya
hubungan dengan keluarga atau rekan kerja yang sulit, perpindahan,
pekerjaan baru atau perubahan besar, kematian orang yang dicintai,
masalah keuangan yang serius.
c. Riwayat premenstrual syndrome (PMS) sebelumnya, gangguan
menstruasi, dan atau kesulitan untuk hamil.
d. Riwayat kekerasan waktu kecil, termasuk kekerasan emosional, fisik
dan seksual.
e. Gangguan tiroid atau riwayat keluarga dengan gangguan tiroid.
f. Infeksi jamur yang kronik, atau penggunaan antibiotik atau steroid yang
sering yang menyebabkan pertumbuhan jamur di usus.
g. Diet rendah lemak, rendah protein atau kurang nutrisi lain, atau
morning sickness yang berat, yang menyebabkan malnutrisi.
h. Hubungan dengan ibu yang tidak harmonis.
i. Memiliki ibu yang mengalami depresi pasca persalinan.
j. Penggunaan kontrasepsi oral atau suntikan segera setelah melahirkan,
penghentian pemberian air susu ibu (ASI) segera setelah melahirkan,
k. Peningkatan berat badan selama hamil dan penurunan berat yang
sedikit setelah melahirkan.
l. Pengalaman melahirkan yang traumatis, termasuk operasi caesar yang
tidak diharapkan atau prematur.
m. Kepulangan yang dini dari rumah sakit (kurang dari 24-40 jam).
n. Perselisihan perkawinan (marital discord).
o. Kehamilan yang tidak diinginkan.
p. Wanita yang melahirkan bayi pertama di atas usia 30 tahun.
3.2. GEJALA KLINIS
Gejala klinis depresi bervariasi antara lain : afek sedih, mood disforik,
insomnia, anhedonia, labil dan iritabel. Gejala ini lebih memberat pada sore
hari dan juga timbul perasaan bersalah karena merasa tidak mampu
menyayangi dan mengasuh bayinya. Kadang-kadang mereka juga mengeluh
adanya gangguan konsentrasi dan memori serta gangguan fisik seperti lemah
dan letih sehingga penderita kehilangan kemampuan untuk melakukan
kesenangan yang biasa dilakukan sebelumnya. 8
Ambivalensi dan perasaan penolakan terhadap anaknya sering
ditemukan, dan dalam bentuk yang sangat berat dapat terjadi disfungsi yang
lebih berat. Ide tentang bunuh diri pernah dilaporkan dan merupakan
kedaruratan psikiatrik yang perlu diantisipasi.8
Banyak wanita mengalami depresi ringan selama minggu-minggu
pertama pasca persalinan, yaitu suatu keadaan normal yang dapat terjadi
pada 30-85% wanita pasca persalinan yang disebut dengan postpartum
blues (baby blues). Selama terjadi postpartum blues pada wanita tersebut
tidak selalu didapatkan psikopatologi, namun pada beberapa wanita hal ini
dapat berkembang menjadi depresi pasca persalinan, apabila pada wanita
tersebut terdapat riwayat gangguan mood sebelumnya, atau jika sebelumnya
terdapat riwayat depresi pasca persalinan. Pada kasus seperti ini perlu
dilakukan monitoring ketat oleh karena keadaan postpartum blues dapat
Tabel 1. Gejala depresi mayor postpartum 13
Mood depresi
Kehilangan minat dan kesenangan
Gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia) Kehilangan berat badan
Kehilangan energi Agitasi atau retardasi
Perasaan tidak berharga atau inappropiate guilt
Kesulitan berkonsentrasi, atau indecisiveness
Pikiran berulang untuk bunuh diri atau kematian.
Dikutip dari : Epperson CN. Postpartum Major Depression : Detection and Treatment. American
Family Physician 1999 ; 59 : 3.
3.3. SKRINING UNTUK GANGGUAN MOOD PASCA PERSALINAN
Selain berdasar pada kriteria diagnosis, pemeriksaan klinis psikiatrik
yang meliputi wawancara dan observasi, untuk keperluan skrining terhadap
gangguan depresi pada wanita pasca persalinan yang berada dalam risiko
tinggi dapat dilakukan dengan memakai skala penilaian.8 Untuk pemeriksaan
skrining rutin dapat dibantu dengan alat pemeriksaan psikiatrik yang telah
didisain oleh Cox dan kawan-kawan yaitu Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS).14
Edinburgh Postnatal Depression Scale merupakan suatu alat skrining
yang dilakukan sendiri, yang dapat meningkatkan secara signifikan deteksi
depresi pasca persalinan, dibandingkan evaluasi klinik rutin (35,4 % vs 6,3%;
P=0,001).17 Edinburgh Postnatal Depression Scale dikembangkan oleh Cox
dan kawan-kawan pada tahun 1987 di Inggris, khususnya untuk
mengidentifikasi wanita yang mengalami depresi postnatal. 18 Nilai skor
prediksi negatif yang tinggi untuk EPDS (0,97 dalam satu studi), merupakan
pertimbangan penting sebagai alat screening untuk meniadakan diagnosa bila
hasilnya negatif.17
Edinburgh Postnatal Depression Scale adalah suatu kuesioner untuk
mengevaluasi ada tidaknya simtom depresi pada seseorang, yang berupa self
report scale terdiri dari kumpulan 10 pertanyaan, masing-masing skala
mengukur intensitas simtom depresi dari 0 sampai 3 ( ya, hampir sepanjang
Penerjemahan skala EPDS ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan
dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil dari studi validasi ini telah membuktikan
bahwa instrumen ini dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk
digunakan pada wanita Indonesia.19 Validasi EPDS di Indonesia untuk wanita
pasca melahirkan dianggap positif bila didapati skor EPDS lebih dari 10.18,19
Untuk deteksi dini EPDS dapat digunakan dalam minggu pertama
pasca persalinan dan bila hasilnya meragukan pengisian dapat diulangi dua
minggu kemudian. Tetapi pada penelitian Alfiben dan kawan-kawan tidak
didapati perbedaan yang bermakna dalam jumlah kejadian DPP pada saat 48
jam dan 2 minggu pasca persalinan (p< 0,05) dan disimpulkan bahwa
penilaian EPDS untuk mendeteksi adanya sindroma DPP yang dilakukan
pada 48 jam pasca persalinan dapat dijadikan tolok ukur untuk melakukan
intervensi dalam upaya mengatasi berlanjutnya sindroma DPP sedini
mungkin.18
BAB 4
KERANGKA KONSEP
Wanita Pasca Persalinan Spontan
Karakteristik Demografi
Problema Psikososial
Riwayat Depresi Sebelumnya
Riwayat Depresi Pada Keluarga
BAB 5
METODE PENELITIAN
5.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional untuk menilai apakah terdapat sindroma depresi pasca
persalinan dan apakah sindroma depresi pasca persalinan tersebut
berbeda berdasarkan usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah anak dan problema psikososial, riwayat depresi
sebelumnya dan riwayat depresi pada keluarga. 20,21
5.2. Tempat dan waktu penelitian :
Tempat penelitian : Bangsal Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP
Haji Adam Malik Medan.
Waktu penelitian : Bulan Januari 2009 - Juni 2009
5.3. Populasi penelitian
Populasi target :
Wanita pasca persalinan berusia ≥20 tahun.
Populasi terjangkau :
Wanita pasca persalinan, berusia ≥20 tahun di bangsal Rawat Inap
Obstetrik dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan
5.4. Sampel dan Cara pemilihan sampel
5.4.1. Sampel penelitian :
Wanita pasca persalinan yang melahirkan spontan di kamar bersalin
Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.
5.4. 2 Cara pemilihan sampel :
Pemilihan sampel dengan cara consecutive sampling yaitu semua
subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
5.5.Kriteria inklusi dan eksklusi
5.5.1 Kriteria Inklusi :
a. Ibu pasca melahirkan anak I,II,III,IV, atau lebih
b. Persalinan pada kehamilan aterm (≥ 37 minggu) dengan partus
spontan
c. Bayi lahir hidup dan tidak cacat
d. Berusia ≥ 20 tahun
e. Pertama sekali kontak dengan peneliti
f. Kooperatif dan mau mengisi kuesioner.
5.5. 2. Kriteria eksklusi :
a. Mengalami gangguan psikiatrik berat lainnya sebelum ikut penelitian
b. Mengalami gangguan organik lainnya.
5.6. Estimasi besarsampel
Besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi
menggunakan ketepatan absolut dengan rumus yang digunakan adalah :
Zα2PQ
n =
d2
Zα= Nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai
α yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 → Zα = 1,96
P = Proporsi depresi pasca persalinan 14%
q = 1-p : 1-0,14 = 0,86
d = ketepatan penelitian (tingkat ketepatan absolut yang dihendaki) = 0,1
(1,96)2 x (0,14) x (0,86)
n =
(0,1)2
5.7. Cara kerja
Pemilihan pasien wanita pasca persalinan dilakukan dengan cara
consecutive sampling dan memenuhi kriteria inklusimengisi persetujuan
secara tertulis untuk ikut ke dalam penelitian setelah mendapatkan
penjelasan yang terperinci dan jelas dan selanjutnya subjek penelitian
mengisi kuesioner EPDS. Hasil dari setiap kuesioner EPDS yang diisi
oleh pasien kemudian dilihat apakah mengalami sindroma depresi atau
tidak. Selanjutnya melalui uji statistik dilihat apakah terdapat perbedaan
antara sindroma depresi yang dialami pasien dengan umur, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak dan
problema psikososial, riwayat depresi pada keluarga dan riwayat depresi
sebelumnya.
5.8. Identifikasi variabel
Variabel bebas : karakteristik demografik (umur, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak), problemapsikososial,
riwayat depresi pada keluarga dan riwayat depresi sebelumnya..
Variabel tergantung: sindroma depresi pasca persalinan yang dinilai
dengan menggunakan kuesioner EPDS.
5.9. Rencana manajemen dan analisis data
Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, dilihat proporsi pasien
pasca persalinan yang memiliki sindroma depresi. Untuk mencari
hubungan antara sindroma depresi pasca persalinan dengan
karakteristik demografik dan riwayat depresi sebelumnya, riwayat
keluarga yang mengalami depresi dan problema psikososial digunakan
uji hipotesis chi-square dan fisher exact test. Hubungan dikatakan
bermakna bila p < 0,05. Dan selanjutnya akan dilakukan uji regresi
logistik untuk mencari faktor risiko. Pengolahan dan analisis statistik dari
data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu
5.10. Definisi operasional
a. Pasien pasca persalinan adalah ibu-ibu yang bersalin setelah 48-72
jam di bangsal Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji
Adam Malik Medan.
b. Pasca persalinan adalah waktu setelah keluarnya hasil konsepsi
yang dapat hidup ke dunia luar hingga hari ke 42.
c. Partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang 24 jam.
d. Depresi adalah suatu sindroma klinis yang terdiri dari sifat mood
yang menurun (perasaan sedih yang menyakitkan), kesulitan dalam
berpikir, dan retardasi psikomotor.
e. Simtom depresif adalah gejala depresif yang dinilai berdasarkan
kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).
f. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah suatu
kuesioner untuk mengevaluasi ada tidaknya simtom depresi pasca
persalinan pada seseorang, yang berupa self report scale terdiri
dari kumpulan 10 pertanyaan, setiap pernyataan skala mengukur
intensitas simtom depresi dari 0 sampai 3 ( ya, hampir sepanjang
waktu hingga tidak, tidak sama sekali), total skor dari 0 hingga 30.
Skor sama dengan atau kurang dari 10 tidak mengalami depresi
pasca persalinan dan skor lebih dari 10 mengindikasikan depresi
pasca persalinan.
g. Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan
tahun. Dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu : 20-24 tahun, 25-29
tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, ≥40 tahun.
h. Pendidikan : jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang
dijalani responden melalui pendidikan formal. Pendidikan dibagi
atas SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama),
SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), Diploma, Sarjana atau yang
lebih tinggi.
i. Status perkawinan : ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan
perkawinan (menikah) atau tidak dalam ikatan perkawinan ( belum
j. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang mendapatkan upah.
k. Pendapatan perbulan, ditentukan berdasarkan, pendapatan kurang
dari Rp. 500.000, pendapatan antara ≥ Rp. 500.000 sampai Rp.
1000.000, pendapatan diatas Rp. 1.000.000.
l. Problema psikososial adalah suatu keadaan / peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga
orang tersebut terpaksa melakukan adaptasi untuk mengatasi
stress yang timbul.
m. Problema psikososial terdiri dari masalah yang berkaitan dengan
primary support group (dukungan keluarga), masalah berkaitan
dengan lingkungan sosial, masalah pendidikan, masalah pekerjaan,
masalah perumahan, masalah ekonomi, masalah akses ke
pelayanan kesehatan, masalah berkaitan dengan interaksi hukum/
kriminal, serta masalah psikososial dan lingkungan lain.
n. Mengalami gangguan psikiatrik lainnya adalah psikosis yaitu
BAB 6
KERANGKA OPERASIONAL
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Karakteristik Demografi
Problema Psikososial
Riwayat Depresi Sebelumnya
Riwayat Depresi Pada Keluarga
Kuesioner EPDS Wanita Pasca
Bersalin Spontan
Sindroma Depresi Pasca Persalinan
Analisis Data
BAB 7
HASIL PENELITIAN
Peserta penelitian berjumlah 50 orang ibu pasca persalinan spontan
yang dirawat inap di bangsal Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Pengambilan sampel dimulai bulan Maret
2009 sampai dengan bulan Juni 2009. Penyajian hasil-hasil penelitian ini
dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.
7.1. Karakteristik Peserta Penelitian
Tabel 2. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status
perkawinan dan jumlah anak
Karakteristik
responden Jumlah (n=50) %
Umur
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja
Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa sampel didominasi oleh kelompok umur
berpenghasilan antara Rp 500.000., - Rp 1.000.000., (58%), berstatus kawin
(96%), dan dengan jumlah anak 2 (32%).
7.2. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan
Skor EPDS
Tabel 3. Frekuensi kejadian sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan
skor EPDS
Dari tabel 2 diatas dilihat bahwa dari 50 orang subjek penelitian didapati skor
EPDS ≤ 10 sebanyak 42 orang (84%) dan skor EPDS > 10 sebanyak 8 orang
(16%).
7.3. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan
Problema Psikososial.
Tabel 4. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan problema psikososial
Problema psikososial Frekwensi %
Ekonomi
Dari tabel 4 diatas dilihat bahwa dari 50 orang subjek penelitian didapati 27
orang (54%) mengalami problema psikososial masalah ekonomi, diikuti
masalah lingkungan sebanyak 17 orang (34%) dan masalah rumah tangga 6
7.4. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan
Riwayat Depresi Sebelumnya.
Tabel 5. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan riwayat depresi sebelumnya
Riwayat depresi
sebelumnya Frekwensi %
Tidak ada
Ada 47 3
94 6
Jumlah 50 100
Dari tabel 5 diatas dilihat bahwa dari 50 orang subjek penelitian didapati 47
orang (94%) tidak pernah mengalami riwayat depresi sebelumnya dan 3
orang (6%) mengalami riwayat depresi sebelumnya.
7.5. Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan Berdasarkan
Riwayat Depresi Pada Keluarga.
Tabel 6. Karakteristik pasien dengan sindroma depresi pasca persalinan
berdasarkan riwayat depresi pada keluarga
Riwayat depresi
pada keluarga Frekwensi %
Tidak ada Ada
46 4
92 8
Jumlah 50 100
Dari tabel 6 diatas dilihat bahwa dari 50 orang subjek penelitian didapati 46
orang (92%) tidak ada riwayat depresi pada keluarga dan 4 orang (8%) ada
7.6. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan
Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 7. Hubungan antara karakteristik subjek dengan angka kejadian
sindroma depresi pasca persalinan
a. Umur
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi pasca
persalinan terbanyak pada usia 25-29 tahun dan usia 30-34 tahun
masing-masing sebanyak 3 orang (37,5% ) dan pada kelompok tidak depresi
terbanyak pada usia 30-34 tahun sebanyak 14 orang (33,33%). Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan angka kejadian
depresi pasca persalinan (p=0.881).
b. Pendidikan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi pasca
persalinan terbanyak berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang
(50%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak berpendidikan SMA
sebanyak 22 orang (52,4%). Terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,009).
c. Pekerjaan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi pasca
persalinan sama banyak yang bekerja dan tidak bekerja yaitu masing-masing
4 orang (50%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang tidak
bekerja sebanyak 37 orang (88,1%). Terdapat hubungan yang bermakna
antara pekerjaan dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,01).
d. Penghasilan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami depresi pasca persalinan
berpenghasilan diatas Rp 1 juta sebanyak 6 orang (75%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah berpenghasilan Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta sebanyak 27 orang (64,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
penghasilan dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,061).
e. Status Perkawinan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi pasca
persalinan adalah kawin sebanyak 8 orang (100%) dan pada kelompok tidak
Fisher exact test tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status
perkawinan dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=1,000).
f. Jumlah anak
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan mempunyai jumlah anak 1 sebanyak 4 orang (50%) dan
pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah jumlah anak 2 sebanyak 14
orang (33,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak
dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,152).
7.7. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan
Dengan Problema Psikososial
Tabel 8. Hubungan antara problema psikosial dengan kejadian sindroma
depresi pasca persalinan
Depresi pasca persalinan x2 p
Tidak Ya Jumlah
(n=50) Karateristik subyek
n % n % Problema psikosial
Ekonomi 25 59,5 2 25,0 27 23,018 0,001
Rumahtangga 1 2,4 5 62,5 6
Lingkungan 16 38,1 1 12,5 17
Dari tabel 8 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan mengalami problema psikososial masalah rumah tangga
sebanyak 5 orang (62,5%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak
masalah ekonomi sebanyak 25 orang (59,5%). Terdapat hubungan yang
bermakna antara problema psikososial dengan angka kejadian depresi pasca
7.8. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan
Dengan Riwayat Depresi Sebelumnya
Tabel 9. Hubungan angka kejadian sindroma depresi pasca persalinan
dengan riwayat depresi sebelumnya
Depresi pasca persalinan
Dari tabel 9 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi pasca
persalinan mengalami riwayat depresi sebelumnya sebanyak 6 orang (75%)
dan pada kelompok tidak depresi mengalami riwayat depresi sebelumnya
sebanyak 41 orang (97,6%). Dengan uji Fisher exact test terdapat hubungan
yang bermakna antara riwayat depresi sebelumnya dengan angka kejadian
depresi pasca persalinan. (p=0,01).
7.9. Hubungan Angka Kejadian Sindroma Depresi Pasca Persalinan
Dengan Riwayat Depresi Pada Keluarga
Tabel 10. Hubungan antara angka kejadian sindroma depresi pasca
persalinan dengan riwayat depresi pada keluarga
Depresi pasca persalinan
Dari tabel 10 diatas dilihat bahwa yang mengalami depresi pasca persalinan
dengan tidak ada riwayat depresi pada keluarga sebanyak 6 orang (75%)
dan pada kelompok tidak depresi dengan tidak ada riwayat depresi pada
terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat depresi pada keluarga
dengan angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,115).
7.10. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Untuk Terjadinya Sindroma
Depresi Pasca Persalinan
Tabel 11. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Untuk Terjadinya Sindroma
Depresi Pasca Persalinan
Variabel Prevalence Ratio (PR)
p 95% IntervalKepercayaan (IK) Paling Rendah Paling Tinggi Riwayat
depresi sebelumnya
13,67 0,044 1,068 174,812
Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa faktor risiko yang paling berperan
untuk terjadinya sindroma depresi pasca persalinan adalah riwayat depresi
BAB 8
PEMBAHASAN
Penelitian “Sindroma Depresi Pasca Persalinan” ini merupakan suatu
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sindroma depresi pasca persalinan
dengan menggunakan kuesioner EPDS dan tujuan khususnya adalah
mengetahui apakah sindroma depresi pasca persalinan berbeda berdasarkan
kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan,
jumlah anak, riwayat depresi pada keluarga, riwayat depresi sebelumnya dan
problema psikososial serta deteksi dini wanita pasca persalinan yang memiliki
sindroma depresi dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan
penilaian dan perawatan lebih lanjut.
Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa sindroma
depresi pasca persalinan berbeda berdasarkan kelompok tingkat pendidikan,
pekerjaan dan problema psikososial terbukti .
8.1. ANGKA KEJADIAN SINDROMA DEPRESI PASCA PERSALINAN
BERDASARKAN SKOR EPDS
Dari tabel 3 diatas dilihat bahwa dari 50 orang subjek penelitian
didapati skor EPDS ≤ 10 sebanyak 42 orang (84%) dan skor EPDS > 10
sebanyak 8 orang (16%). Hal ini mirip dengan prevalensi depresi pasca
persalinan hasil penelitian di bangsal kebidanan RSUP DR. Sarjito
Yogyakarta memperoleh angka 11,3% untuk depresi ringan, 1,9% untuk
depresi sedang dan 0,5% untuk depresi berat.8 Dan penelitian Epperson Neil
di Amerika Serikat mendapatkan angka kejadian sebesar 15-25%. Sedangkan
penelitian di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta didapati angka kejadian
depresi pasca persalinan sebesar 37,3%.12 Sementara penelitian Patricia
Hannah dan kawan-kawan mendapati 25 wanita (18%) mengalami sindroma
depresi pasca persalinan dengan skor EPDS >10), 17 orang diantaranya
memiliki gejala-gejala yang sama pada minggu pertama pasca persalinan
(skor EPDS hari ketiga adalah >10).10 Penelitian Hudson dan kawan-kawan
mendapatkan ibu-ibu yang mengalami depresi pasca persalinan yang baru
8.2. HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN SINDROMA DEPRESI PASCA
PERSALINAN BERDASARKAN KARAKTERITIK SUBJEK PENELITIAN
a.Umur
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan terbanyak pada umur 25-29 tahun dan umur 30-34 tahun
masing-masing sebanyak 3 orang (37,5% ) dan pada kelompok tidak depresi
terbanyak pada umur 30-34 tahun sebanyak 14 orang (33,33%). Tidak
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan
angka kejadian sindroma depresi pasca persalinan (p=0.881).
Hal ini sesuai dengan penelitian Dennis, Janssen & Singer
menemukan prevalensi depresi pasca persalinan pada wanita dari semua
umur menunjukkan sekitar 20%–28% selama periode segera (immediate)
setelah melahirkan.6 Barclay juga tidak mendapatkan hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian depresi pasca persalinan.16
Studi Cox dan kawan-kawan mendapatkan bahwa umur rata-rata
depresi pasca persalinan adalah 26 tahun, sementara penelitian Epperson
Neil mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah 18-44 tahun.13
b. Pendidikan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan terbanyak berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 4
orang (50%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak berpendidikan SMA
sebanyak 22 orang (52,4%). Terdapat hubungan yang bermakna secara
statistik antara pendidikan dengan angka kejadian depresi pasca persalinan
(p=0,009).
Hasil penelitian ini berbeda dengan literatur mengatakan sindroma
depresi lebih sering terjadi pada tingkat pendidikan rendah dibandingkan
tingkat pendidikan tinggi23 dan penelitian Dennis dan kawan-kawan
mendapatkan depresi pasca persalinan berpendidikan dibawah SLTA.6 Dari
anamnesis yang dilakukan peneliti diketahui hal ini mungkin terjadi karena
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada ibu pasca persalinan
menyebabkan mereka menaruh harapan atau standar hidup yang lebih tinggi,
c. Pekerjaan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan sama banyak yang bekerja dan tidak bekerja yaitu
masing-masing 4 orang (50%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah
yang tidak bekerja sebanyak 37 orang (88,1%). Terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara pekerjaan dengan angka kejadian depresi
pasca persalinan. (p=0,01).
Hal ini berbeda dengan literatur yang mengatakan bahwa tidak
mempunyai pekerjaan atau menganggur juga merupakan faktor risiko
terjadinya depresi.22 Kemungkinan hal ini dikarenakan pada ibu yang bekerja,
selain harus melakukan tugas di tempat kerja mereka juga tetap harus
melakukan tugas rumah tangga, sehingga tingkat sindroma depresi pasca
justru meningkat pada ibu yang memiliki pekerjaan.
d. Penghasilan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan berpenghasilan diatas Rp 1 juta sebanyak 6 orang (75%)
dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah berpenghasilan Rp 500
ribu sampai Rp 1 juta sebanyak 27 orang (64,3%). Tidak terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara penghasilan dengan angka kejadian
depresi pasca persalinan. (p=0,061).
Hal ini berbeda dengan penelitian Dennis dan kawan-kawan
mendapatkan pendapatan yang sedikit berkontribusi pada depresi pasca
persalinan pada wanita di semua usia. 6 Kemungkinan hal ini disebabkan oleh
karena sebagian besar subyek penelitian adalah mereka yang berstatus
ekonomi rendah dan merupakan peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat,
sehingga penghasilan yang rendah tidak menyebabkan problema bagi
mereka dalam menghadapi persalinan.
e. Status Perkawinan
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami depresi pasca
persalinan adalah kawin sebanyak 8 orang (100%) dan pada kelompok tidak
hubungan yang bermakna secara statistik antara status perkawinan dengan
angka kejadian depresi pasca persalinan (p=0,529).
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa depresi pasca persalinan
yang paling banyak adalah kawin, hal ini sesuai dengan Studi Cox dan
kawan-kawan yang mendapatkan bahwa sebagian besar yang mengalami
depresi pasca persalinan adalah ibu yang menikah (81%), sedangkan 13%
memiliki mitra permanen. Hanya 6% yang merupakan orangtua tunggal. 11
Penelitian Dennis dan kawan-kawan mendapatkan berpisah dari
pasangannya berkontribusi pada depresi pasca persalinan pada wanita di
semua usia.6
Dari literatur dikatakan bahwa gangguan depresif berat sering dialami
individu yang tidak memiliki hubungan intepersonal yang erat atau yang
bercerai dibandingkan dengan yang menikah. Status perceraian
menempatkan seseorang pada risiko lebih tinggi untuk menderita depresi.
Depresi lebih sering pada orang yang tinggal sendiri bila dibandingkan
dengan yang tinggal bersama kerabat lainnya.22,23
f. Jumlah Anak
Dari tabel 7 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan mempunyai jumlah anak 1 sebanyak 4 orang (50%) dan
pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah jumlah anak 2 sebanyak 14
orang (33,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik
antara jumlah anak dengan angka kejadian depresi pasca persalinan
(p=0,152).
Penelitian Pramudya mendapatkan depresi pasca persalinan yang
terbanyak berjumlah anak 1 sebanyak 25,6%.8 Sementara Morris JK dan
Barclay mendapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jumlah
paritas dengan kejadian depresi pasca persalinan. 5,9
8.3. HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI PASCA PERSALINAN
DENGAN PROBLEMA PSIKOSOSIAL
Dari tabel 8 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
sebanyak 5 orang (62,5%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak
masalah ekonomi sebanyak 25 orang (59,5%). Terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara problema psikososial dengan angka
kejadian sindroma depresi pasca persalinan (p=0,01).
Penelitian meta analisis Beck mendapatkan bahwa masalah rumah
tangga seperti tidak ada dukungan keluarga atau suami, konflik perkawinan
merupakan prediktor depresi pasca persalinan.24 Dari literatur dikatakan
bahwa faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang
penuh tekanan tampaknya memainkan peranan untuk menyebabkan
timbulnya sindrom depresif. Ketidakmampuan peranan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya
depresi pada seseorang.23
8.4. HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI PASCA PERSALINAN
DENGAN RIWAYAT DEPRESI SEBELUMNYA
Dari tabel 9 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
pasca persalinan mengalami riwayat depresi sebelumnya sebanyak 6 orang
(75%) dan pada kelompok tidak depresi mengalami riwayat depresi
sebelumnya sebanyak 41 orang (97,6%). Terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara riwayat depresi sebelumnya dengan angka kejadian
depresi pasca persalinan. (p=0,01).
Penelitian Dennis dan kawan-kawan mendapatkan bahwa adanya
riwayat depresi sebelumnya juga berkontribusi pada depresi pasca persalinan
pada wanita di semua usia.6 Sedangkan penelitian meta analisis Beck
mendapatkan bahwa adanya riwayat depresi sebelumnya merupakan
prediktor depresi pasca persalinan.24 Birchnell, melakukan penelitian terhadap
50 wanita depresi dibandingkan dengan 40 wanita sebagai kontrol, ditemukan
adanya hubungan signifikan antara ikatan awal wanita depresi dengan ibunya
yang buruk dengan timbulnya depresi dikemudian hari pada wanita tersebut.14
8.5. HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN SINDROMA DEPRESI PASCA
PERSALINAN DENGAN RIWAYAT DEPRESI PADA KELUARGA
Dari tabel 10 diatas dilihat bahwa yang mengalami sindroma depresi
orang (75%) dan pada kelompok tidak depresi dengan tidak ada riwayat
depresi pada keluarga sebanyak 40 orang (95,2%).Tidak terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara riwayat depresi pada keluarga dengan
angka kejadian depresi pasca persalinan. (p=0,115).
Sementara penelitian di fakultas kedokteran universitas Yale
mendapatkan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi mendapatkan
rIsiko 3 kali lebih banyak mengalami gangguan depresi daripada anak-anak
dari orangtua yang tidak depresi.18
Dari literatur dikatakan bahwa riwayat keluarga yang menderita
gangguan depresi lebih tinggi pada subjek penderita depresi bila
dibandingkan dengan kontrol. Dengan perkataan lain, risiko depresi semakin
tinggi bila ada riwayat genetik dalam keluarga. 22
8.6. FAKTOR RISIKO YANG PALING BERPERAN UNTUK TERJADINYA
SINDROMA DEPRESI PASCA PERSALINAN
Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa faktor risiko yang paling
berperan untuk terjadinya sindroma depresi pasca persalinan secara statistik
adalah riwayat depresi sebelumnya (PR= 13,67,IK 1,068 % sampai
174,812%). Hal ini berarti bahwa ibu pasca bersalin yang mempunyai riwayat
depresi sebelumnya mempunyai risiko 13,67 kali untuk mengalami sindroma
depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat depresi
sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Elvira dan kawan-kawan yang
mendapati riwayat deprsesi sebelumnya adalah faktor risiko yang berperan
untuk terjadinya sindroma depresif pasca persalinan25 dan sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa gangguan mood cenderung memiliki
perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami
BAB 9
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. KESIMPULAN
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa wanita pasca persalinan yang
mengalami sindroma DPP sebanyak 16% dan yang tidak mengalami
sindroma DPP sebanyak 84%. Terdapat perbedaan bermakna sindroma DPP
berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok pekerjaan, problema psikososial
dan riwayat depresi sebelumnya. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada
terjadinya sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan umur,
penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dan riwayat keluarga.
Sedangkan faktor risiko yang paling bermakna dalam menyebabkan depresi
pasca persalinan adalah adanya riwayat depresi sebelumnya.
9.2. SARAN
Melihat tingginya angka sindroma DPP, maka perlu dipertimbangkan
pentingnya penanganan yang bersifat menyeluruh dalam dampak psikologis.
Seperti juga di berbagai negara maju, perlu kiranya dipertimbangkan
keterlibatan Consultation Liaison Psychiatry sedini mungkin.
Perlunya peranan penyedia layanan kesehatan yang terkait langsung
seperti bidan, perawat, dokter umum, dokter ahli obstetri dan ginekologi,
maupun psikiater baik di poliklinik atau di bangsal untuk lebih menanggapi
adanya gejala-gejala depresi pada ibu-ibu pasca persalinan dengan
melakukan deteksi dini menggunakan instrumen yang tepat yaitu EPDS yang
telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia dan untuk peningkatan kualitas
hidup ibu-ibu pasca persalinan tersebut, selanjutnya perlu dipertimbangkan
adanya kerjasama yang lebih erat antara Departemen Obstetri Ginekologi