• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG DILAKUKAN RUMAH ZAKAT

Makna yang terkandung dalam pengembangan masyarakat pada dasarnya tidak sekadar membantu masyarakat dalam menyelesaikan kesulitan yang mereka hadapi, tetapi juga membentuk kemandirian mereka sehingga mampu menyelesaikan pemasalahan mereka sendiri (Suparjan dan Suyatno, 2003; 22). Salah satu upaya masyarakat dilakukan agar kemandirian masyarakat dapat terwujud adalah dengan cara memberdayakan mereka. Konsep pemberdayaan masyarakat berawal dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subyek dari kehidupannya. Gerakan ini menekankan kepada perlunya power dan keberpihakan kepada kelompok atau masyarakat yang tidak berdaya (Zubaedi, 2007; 95).

Pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk pembangunan yang berpusat pada rakyat dan ditujukan untuk membangun kemandirian masyarakat. Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi, kemampuan, dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka lakukan (Suparjan da Suyatno, 2007; 24). Shardlow (1998) dalam Adi (2008; 78) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengawasi kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Upaya pemberdayaan masyarakat kini juga menjadi tujuan dari berbagai lembaga

121 amil zakat yang mengelola dana ummat untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Salah satu lembaga amil zakat yang ada di kota Medan adalah Rumah Zakat. Lembaga yang dibentuk atas inisiatif Ustadz Abu Sauqi ini memfokuskan pada pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, dan juga mengelola dana-dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Pengelolaan dana filantropi ini dititikberatkan pada program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi sebagai program unggulan. Pemberdayaan ekonomi yang dikembangkan Rumah Zakat merupakan indikator penentuan kemandirian member.

Kemandirian member merupakan tujuan utama dari Rumah Zakat. Dengan mandiri, masyarakat dapat mengangkat harkat dan martabatnya. Dengan berpegang teguh dengan prinsip “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”, program-program kemandirian yang dibuat Rumah Zakat pada hakikatnya bertujuan untuk mentransformasikan para mustahik (penerima bantuan) menjadi seorang muzakki (pemberi bantuan). Untuk mencapai tujuan tersebut, Rumah Zakat melakukan berbagai program pemberdayaan yang difokuskan pada pendidikan (Senyum Juara), kesehatan (Senyum Sehat), dan pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).

Dari ketiga induk program yang dilakukan Rumah Zakat, program Senyum Mandiri merupakan program yang bersifat produktif, berbeda dengan program Senyum Juara dan Senyum Sehat yang lebih bersifat karitas. Program Senyum Mandiri lebih banyak melibatkan partisipasi masyarakat terutama anggota untuk

122 mencapai kemandirian. Program-program yang telah dibuat oleh Rumah Zakat diperuntukkan untuk anggota dan diikuti oleh seluruh anggota.

4.1 Bentuk Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat

Pemberian bantuan dilakukan secara terintegrasi dan dapat dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Rumah Zakat mengembangkan model pemberdayaan yang berbeda dengan pemberdayaan yang dilakukan oleh kebanyakan lembaga amil lainnya. Menurut informasi pak Ilham, setiap keluarga bisa merasakan semua program yang dibuat Rumah Zakat.

“Kalau kebanyakan lembaga amil lainnya, kalau keluarga ini sudah dapat sembako, ya sudah. Misalnya ada lagi program kesehatan, mereka pasti cari keluarga lain biar yang lain bisa merasakan. Terus ada lagi program modal usaha, pasti cari keluarga lain karena keluarga yang tadi sudah dapat bantuan.”

Program-program Senyum Sehat, Senyum Juara, dan Senyum Mandiri dapat dirasakan oleh satu keluarga mustahik atau anggota. Dengan demikian, Rumah Zakat meyakini peluang untuk mencapai kemandirian dapat terwujud lebih cepat. Dalam satu keluarga yang terdiri atas ibu, bapak, dan anak, mereka dapat mengakses seluruh program Rumah Zakat. Ketika salah satu dari mereka sakit atau sang ibu melahirkan, mereka dapat membawanya berobat di RBG Rumah Zakat hingga sembuh. Selain itu, si anak dapat menikmati pendidikan di SD Juara secara gratis. Untuk menunjang kemandirian, si bapak yang sudah bekerja mendapatkan modal usaha dari Rumah Zakat.

123 Maryam (32 tahun), salah satu anggota Rumah Zakat merupakan salah satu orang yang merasakan secara langsung manfaat Rumah Zakat. Ibu dua orang anak ini mengenal Rumah Zakat pada awal tahun 2009 sejak Pak Anto, salah seorang MRO Rumah Zakat, mengenalkannya di daerah Jalan Balai Desa, Medan Sunggal. Awal ketertarikan beliau adalah ketika salah satu saudara beliau ada yang melahirkan di Rumah Bersalin Gratis (RBG) milik Rumah Zakat. Karena mengetahui bahwa bantuan yang diberikan tersebut gratis, Maryam pun mulai mengajukan diri terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan bantuan Rumah Zakat.

“awalnya mengajukan diri dulu melalui Pak Anto. Saya menyerahkan fotokopi KTP, Kartu Keluarga, dan surat nikah. Prosesnya lumayan lama. Maklumlah, Rumah Zakat harus pilih-pilih, namanya pinjaman tanpa bunga, pasti kan kembalinya susah juga.”

Maryam mendapatkan bantuan kesehatan, pendidikan, dan modal usaha sekaligus. Beliau memiliki kartu berobat gratis di RBG Rumah Zakat, sehingga bila ada anggota keluarga Maryam yang sakit, dapat berobat di RBG tanpa biaya sepeserpun. Namun, beliau mengakui keberadaan RBG kurang dirasakannya karena beliau jarang berobat disana.

“Jarang saya berobat di RBG. Memang ada kartunya. Jauh sekali dari sini, bayangin saja di Tanjung Sari sana. Bisa-bisa yang sakit makin sakit karena kena angin. Sebetulnya keluhan orang-orang di sini itu RBG-nya jauh untuk di sini. Kalau berobat ke sana ongkos pulang balik Rp 20.000,00. sedangkan berobat di sini hanya Rp 15.000,00, lebih cepat lagi. Seandainya RBG di dekat-dekat sini, pasti kewalahan mereka nangani orang sakit, pasti

124 banyak yang berobat ke sana. Di sini banyak orang yang kurang

mampu.”

Namun demikian, Maryam mengakui pelayanan yang diberikan RBG cukup bermutu. Hal ini dikarenakan RBG memiliki dokter dan bidan yang profesional, meskipun beliau belum pernah melahirkan di sana.

Keberadaan sekolah juara Rumah Zakat juga sangat dirasakan Maryam. Saat ini, anak pertama beliau tengah duduk di bangku kelas 4 SD Juara. Oleh karena itu, beliau aktif sebagai anggota SD Juara karena anaknya bersekolah di sana. Beliau mengatakan bahwa di SD juara memiliki banyak sekali kegiatan positif untuk anaknya. Selain itu, ada juga pengajian rutin tiap bulan yang diperuntukkan orang tua murid.

“Di SD Juara banyak kegiatannya. Misalnya pada Hari Ibu, ada Outbond-nya. Untuk ibu-bunya juga diadakan kegiatan. Anaknya ikut lomba, ibunya ikut lomba. Anaknya dapat hadiah, diserahin untuk ibunya. Kegiatan-kegiatan seperti itulah,positif semua.”

Selain bantuan kesehatan dan pendidikan, Maryam mengakui bahwa dirinya juga mendapatkan bantuan modal usaha dari program KUKMI. Saat ini, Maryam memiliki usaha tahu. Produk yang dihasilkannya antara lain tahu putih, tahu kuning, dan susu kedelai. Usaha tahu rumahan ini dimulainya sejak tahun 2003. Dengan bermodalkan pengetahuan seadanya tentang pembuatan tahu, perempuan lulusan SMEA ini merintis usaha tahunya seorang diri. Sebelum memiliki usaha tahu, Maryam bekerja di sebuah supermarket dengan gaji sebesar Rp 530.000,00.

125 Gaji sebesar itu ternyata dirasakan Maryam tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.

Maryam mengakui, perkembangan usaha tahunya tersebut tidak terlepas dari peran Rumah Zakat. Rumah Zakat memberikan bantuan dana kepada beliau. Dana pinjaman yang diberikan Rumah Zakat ditentukan sesuai dengan kebutuhan member itu sendiri. Maryam dipercaya untuk mengelola uang pinjaman sebesar Rp 700.000,00 dalam angka waktu 4 bulan pengembalian.

“Rumah Zakat ngasih bantuan dana, tapi sudah selesai (dikembalikan). Pinjamannya nggak banyak sih, kalau tahu modalnya nggak terlalu banyak. Dikasih kita kesempatan, dikasih kita kepercayaan kelola uang itu dan harus kita kembalikan utuh tanpa bunga. Pengembaliannya per hari. Kami-kami juga yang mengutip. Perhari biaya sekitar 6-7 ribu selama 100 hari, Jadi sudah bisa kembali 3 bulan.”

Usaha tahu yang dikelola Maryam kini dipasarkan dengan cara berkeliling dengan menggunakan sepeda. Setiap pagi, Maryam berkeliling mengantarkan tahu ke tempat langganannya seorang diri. Suaminya tidak turut menemani karena bekerja juga sebagai marketing makanan. Maryam juga secara rutin mengantarkan susu kedelai ke kantor Rumah Zakat karena beberapa karyawan Rumah Zakat juga merupakan langganannya. Selain itu, Maryam juga menyuplai tahu ke Restoran Bumbu Desa.

Berkat usaha tahu, keluarga Maryam kini sudah berpenghasilan rata-rata Rp 1.700.000,00 tiap bulan. Setiap bulan, Maryam mengakui masih mengeluarkan

126 biaya untuk sekolah anak keduanya yang bersekolah di PAUD Balai Desa. Selain itu, beliau juga tengah mencicil pembelian sepeda motor.

“Biaya sekolah anak masih ada. Saya juga masih kredit motor. Motor kan bukan hanya untuk jalan-jalan, itu juga fasilitas anak. Ongkos angkot sudah berapa tiap hari? Kalau naik angkot ga ada habisnya. Kalau motor kan 2 tahun sudah habis. Tapi Alhamdulillah, kalau kita mau berusaha kan di kasih jalan. Halal kok yang dicari.”

Selain mendapatkan bantuan kesehatan, pendidikan, dan bantuan KUKMI, Maryam juga aktif mengikuti pelatihan Cake House. Saat ini, kelompok Cake House Maryam telah mandiri dan telah banyak menerima permintaan pembuatan kue dalam bentuk partai kecil maupun partai besar. Penghasilan yang didapatkan Maryam dari membuat kue dirasakan juga menambah penghasilan keluarga.

“Jadi pengasilan dari membuat kue itu dibagi-bagi sama anggota Cake House. Kemarin kan ada uang kasnya, sekarang nggak tau masih ada atau nggak. Kan ada 3 orang. Nggak ada yang mau kayak kami. Kemarin ada tempahan kue pagi-pagi, 1000 kotak untuk acara di Rumah Zakat. Kalau kami bisa jam 3 pagi keluar dari rumah kumpul di ICD untuk buat kue. Kan nggak semua orang mau. Kalau saya bisa kayak gitu, masih sempat lagi jualan, jam 6 pagi saya pulang. Jadi buat kue lancar, usaha juga jalan terus.”

Semenjak bergabung dengan Rumah Zakat, Maryam mengakui bahwa dirinya dan keluarganya merasa sangat terbantu baik dari segi ekonomi maupun dari segi keagamaan. Sejak bergabung, beliau mulai belajar untuk mengenakan

127 jilbab. Beliau menceritakan bahwa dirinya justru diingatkan oleh anak laki-lakinya untuk selalu menutup aurat.

“Semenjak anak saya sekolah di situ (di SD Juara), banyak perubahan. Pernah saya mau pergi jualan, sebelum pergi jualan saya hanya pakai topi. Dia nanya,”Ma, aurat perempuan itu apa aja ya ma?” Wah, saya nggak tau mesti jawab apa. Ya sudah, mulai dari situ saya mulai pakai jilbab pelan-pelan. Sekarang Alhamdulillah sudah tertutup semua.”

Maryam juga merasakan perubahan yang luar biasa dari anaknya. Anak lelakinya rajin beribadah seperti yang dia harapkan. Apalagi di SD Juara disedikan psikolog, sehingga anaknya bisa mendapatkan bimbingan konseling. Selain itu, Maryam juga mendapatkan pengetahuan tentang cara mendidik anak. Kini, Maryam telah menyadari bahwa untuk melakukan perubahan terhadap dirinya dan anak-anaknya, beliau harus bersabar dan harus selalu bersyukur atas apapun yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Selain Maryam, salah satu warga Medan Sunggal yang juga merasakan manfaat Rumah Zakat adalah Yus. Wanita 32 tahun ini juga memperoleh ketiga jenis program bantuan yang ditawarkan Rumah Zakat. Yus merupakan Ibu Rumah Tangga yang juga berprofesi sebagai penjahit. Suaminya juga memiliki usaha penjualan celana untuk dikreditkan kepada pembelinya. Eksistensi Rumah Zakat mulai diketahuinya dari kaka iparnya yang kebetulan melahirkan di RBG.

“Alhamdulillah bisa kenal Rumah Zakat. Saya tahu dari kakak ipar saya yang melahirkan di sana (RBG). Kebetulan MRO, Pak Anto, buka ICD di sini. Di situlah kami kenal. Lagipula itu bagus, ya sudah, kami deketin saja.”

128 Berdasarkan informasi yang diberikan Yus, dirinya bergabung menjadi member Rumah Zakat pada tahun 2009. Sama seperti Maryam, Yus juga merupakan anggota Senyum Juara karena anak pertamanya bersekolah di SD Juara Rumah Zakat. Yus juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan SD Juara termasuk kegiatan pengajian yang rutin diadakan setiap bulan di SD Juara. Yus juga mendapatkan fasilitas pengobatan gratis di Rumah Bersalin Gratis. Namun, Yus mengakui bahwa dirinya dan keluarganya jarang berobat di RBG. Alasannya hampir sama dengan anggota Rumah Zakat lainnya yaitu letak RBG yang terlalu jauh dari rumahnya.

“Kadang mau cepatnya aja gitu. Jadi ya udah, ke bidan dekat sini aja. Karena kan ke sana (RBG) jauh, gada yang antar, bapaknya kadang kerja. Tapi kadang juga ke sana (RBG), walaupun ga sesering ke bidan.”

Serupa dengan Maryam, Yus juga mendapatkan bantuan KUKMI dari Rumah Zakat. Selama menjadi anggota Rumah Zakat, Yus sudah mendapatkan dua kali bantuan pinjaman modal usaha. Pinjaman pertama digunakan Yus untuk membeli mesin jahit sebesar Rp 700.0000,00. Setelah pinjaman pertama tersebut telah lunas dikembalikan, Yus mengajukan pinjaman lagi untuk modal usaha suaminya sebesar Rp 1.000.000,00. Pinjaman ini pun telah lunas dikembalikan dalam kurun waktu 3 bulan.

Sebagai penjahit, pendapatan yang diterima Yus pun tidak menentu. Terkadang dalam sebulan Yus mendapatkan penghasilan yang banyak dari hasil jahitan, terutama ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun, tidak jarang juga pengasilan tersebut menyusut di bulan-bulan berikutnya. Untuk mensiasati hal

129 tersebut, Yus tidak lagi hanya menerima order jahitan di rumah. Yus juga mengerjakan jahitan yang diambilnya dari penjahit yang ada di pasar.

“Sekarang saya tidak terima di rumah. Saya ambil dari pajak. Saya ambil sama orang pajak. Kalau di kampung gini susah, sepi. Nanti orang pun jahit entah kapan-kapan ngambilnya. Kita jadi susah juga. Jadi saya ambil ke pajak saja. Ngambil jahitan, kerjakan di rumah, sudah siap baru di antar. Kayak gitu lebih enak. Bayarannya tergantung modelnya. Terkadang Rp 250.000,00. Tergantung bahannya juga, kalau banyak, ya banyak juga uang yang saya dapat.”

Selain aktif mengikuti pengajian di SD Juara, Yus juga aktif menambah penghasilan dengan mengikuti Cake House. Bersama dengan Maryam dan dua orang anggota lainnya, Yus sudah dapat menerima tempahan kue. Kelompok Cake House tersebut hanya berjumlah 4 orang, termasuk salah satunya adalah Asih, koordinator pelatihan Cake House dari Rumah Zakat. Pelatihan pembuatan berbagai jenis kue dilakukan sejak bulan maret 2010 dan mulai berproduksi pada bulan September bertepatan dengan Hari Lebaran. Pada bulan tersebut, pesanan kue kering dan basah mulai banyak berdatangan dari masyarakat sekitar maupun dari donatur Rumah Zakat.Karena Asih merupakan koordinator, maka pemesanan kue juga harus melalui Asih.

“Kalau masalah pemesanan ke Ibu Asih lah. Kami kan anak buahnya saja. Jadi, kas pun sama Bu Asih. Setelah itu kami bagi hasil. Keuntungan itu yang dibagi. Peralatan untuk buat kue dari Rumah Zakat. Di Empowering Centre peralatannya lengkap untuk buat kue.”

130 Yus menceritakan bahwa setiap sore Empowering Centre selalu dipadati oleh anak-anak yang belajar membaca Al-Quran. Yus merupakan salah satu dari dua pengajar yang mengajar anak-anak yang berjumlah sekitar 40-an orang anak yang tinggal di sekitar ICD.

Tabel

Desain Pemberdayaan 1KK/tahun Member Ket Senyum Sehat Senyum Juara

(beasiswa dan Kemah Juara) Senyum Mandiri KUKMI Sarana Air

Bersih Bantuan Pangan Ayah Usia Produktif 1.800.000* 2.500.000

Ibu Kondisi Hamil 800.000

Anak # 1 Usia SMP 2.560.000 Anak # 2 Usia SD 2.260.000 Infrastruktur lingkungan 12.300.000 1.910.000 Total Donasi Program Keluarga Mandiri (1 Tahun)

24.130.000

*Jaminan kesehatan Keluarga untuk 1KK selama 1 tahun

131 Dengan menggunakan pendekatan seperti ini, Rumah Zakat dapat memastikan keluarga tersebut akan mandiri selama kurun waktu 1 (satu) tahun. Rumah Zakat meyakini bahwa selama kebutuhan pokok yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan modal usaha tersebut disediakan, maka tujuan kemandirian akan lebih cepat terwujud. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak Ilham berikut ini:

“Karena sudah kita back-up semua, mereka mau mengeluarkan biaya apa? Anak sudah disekolahkan di SD Juara atau sudah dikasih beasiswa. Ibu dan anak kalau sakit bisa dibawa ke RBG, jadi tidak keluar uang. Usaha sudah kita kasih modal. Karena sudah ada usaha, uang hasil itulah untuk perkembangan kemandirian terus uangnya ditabung. Kalau ibunya tukang cuci,maka uang dari hasil cuci dapat ditabung.”

Fasilitas-fasilitas yang disediakan Rumah Zakat diharapkan mampu membantu keluarga member dalam mencapai kemandirian. Penghasilan yang telah didapatkan dari usaha diharapkan juga dapat digunakan untuk hal yang bermanfaat dan ditabung karena keluarga tersebut tidak lagi mengeluarkan uang. Untuk menjaga keuangan para anggota inilah pendampingan dilakukan. Pendampingan para anggota dilakukan oleh MRO yang bertugas menjaga dana keuangan keluarga supaya tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Pak Ilham mengatakan:

“Kan ada orang yang kita bantu, terus uangnya dipakai untuk hal-hal yang konsumtif. Banyak yang kita temukan seperti itu. Inilah tugas kita untuk menuntun kemandirian.”

132 Pendampingan yang dilakukan Rumah Zakat terhadap para anggota yang menerima bantuan merupakan hal yang penting dilakukan terutama untuk menunjang kemandirian anggota. Kegiatan pendampingan mencakup intervensi-intervensi untuk mengubah pola pikir (mindset) yang menyebabkan mereka selalu dalam kondisi miskin, seperti yang dikatakan oleh Pak Ilham:

“Sebenarnya mereka sudah bisa mencukupi kebutuhannya, tapi pola pikir mereka ini yang membuat mereka miskin terus. Moral-moral orang miskin kan tidak mau kaya tapi perlu banyak uang. Mereka tidak mau berusaha untuk kaya tapi hidupnya butuh uang saja. Konsumtif, yang tidak perlu dibeli, mereka beli.”

Pola pikir yang seperti ini yang seharusnya diubah oleh anggota dan dalam proses mengubah inilah dilakukan pendampingan. Selain memperbaiki pola pikir anggota, pendampingan juga berupaya untuk mengawasi keagamaan para anggota., terutama dari kegiatan shalatnya. Anggota Rumah Zakat harus selalu diyakini bahwa kesuksesan, rezeki, dan kekayaan dapat diperoleh dengan selalu berusaha dan berdoa kepada Allah SWT dan selalu merasa kaya dengan apa yang mereka punya. Jadi, setiap melakukan pendampingan, MRO selalu menanyakan bagaimana shalat member, bagaimana perkembangan usaha, bagaimana kondisi kesehatan keluarga, dan pendidikan anak-anak anggota. Melalui pendampingan, diharapkan anggota mampu mengubah pola pikir mereka yang keliru dalam memandang segala sesuatu dan selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki sekarang.

Menurut informasi MRO Rumah Zakat, Nova Sari Rizki, pendampingan yang dilakukan MRO terbagi atas dua kelompok, yaitu pendampingan urban dan pendampingan Rural. Pendampingan urban adalah pendampingan yang dilakukan

133 di daerah perkotaan, seperti pendampingan di daerah ICD Medan Sunggal dan Medan Selayang. Metode pendampingan yang digunakan biasanya pendampingan perorangan. Dalam hal ini, MRO mendatangi rumah anggota satu persatu. Pendampingan semacam ini dirasakan lebih efektif mengingat bahwa masyarakat perkotaan tidak memiliki pola pikir yang sama.

Sedangkan pendampingan Rural merupakan pendampingan yang dilakukan di daerah pedesaan, seperti pendampingan di daerah Kampung Nelayan di Belawan. Berbeda dengan metode pendampingan di perkotaan, pendampingan di daerah pedesaan dilakukan secara berkelompok. Hal ini efektif karena masyarakat pedesaan masih memiliki pola pikir yang sama. Menurut Nova, untuk dapat mengubah pola pikir masyarakat secara efektif, maka perlu pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Bahasa yang disampaikan pun haruslah bahasa yang dapat mereka pahami.

4.3 Penentuan Kemandirian Member Rumah Zakat

Rumah Zakat mengenal 4 tingkatan kondisi keuangan anggota, yaitu fakir, miskin, mandiri, dan berdaya. Fakir merupakan kondisi dimana masyarakat tidak memiliki penghasilan. Hampir tidak ada anggota Rumah Zakat yang berada pada kondisi ini. Sebagian besar anggota Rumah Zakat berada pada kondisi keuangan kedua yaitu miskin. anggota dikatakan miskin jika pendapatan mereka belum melebihi standar penghasilan yang sudah ditetapkan oleh Rumah Zakat, yaitu 1,25 US Dollar atau jika dikonversi ke rupiah adalah sebesar Rp 12.500,00 per kepala

134 tiap harinya. Menurut informasi Nova, perhitungan jumlah penghasilan yang harus dipenuhi anggota untuk lepas dari kondisi miskin adalah Rp 12.500,00 dikalikan jumlah anggota keluarga dikalikan 30 hari. Misalnya, keluarga pak Samin terdiri atas 3 orang anak dan 1 orang istri. maka, penghasilan minimal yang harus dimiliki Pak Samin untuk bias mencapai mandiri adalah Rp 12.500,00 x 5 orang x 30 hari= Rp 1.875.000,00 per bulan. Contoh lainnya misalnya keluarga Pak Yanto yang terdiri dari 4 anggota keluarga dengan penghasilan perbulan sebesar Rp 1.100.000,00. Maka perhitungan Rumah Zakat adalah Rp 1.100.000,00 / 4 orang / 30 hari= Rp 9.166,00 atau 0,916 US Dollar per orang per hari. . Menurut perhitungan ini, Pak Yanto masih dalam kondisi miskin karena belum mencapai standar pengasilan sebesar 1,25 US Dollar per kepala per hari. anggota Rumah Zakat saat ini yang berada si wilayah Sunggal dan Selayang adalah sebanyak 557 member.

Kondisi yang kedua yaitu mandiri. Anggota dikatakan mandiri jika penghasilannya mampu melebihi standar penghasilan yang telah ditentukan Rumah Zakat. Keluarga mandiri didefinisikan sebagai keluarga yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut: pertama, usia produktif yang memiliki keterampilan untuk bekerja. Kedua, usia produktif memiliki pekerjaan. Ketiga, usia sekolah mengikuti wajib belajar 12 tahun. Keempat, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kelima, penghasilan 15% di atas nisab. Keenam, menjalankan kewajiban

Dokumen terkait