• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Perempuan

Dalam dokumen BAB 2_Gambaran Umum Kondisi daerah (Halaman 38-42)

II. Pangan Hewani (Kg)

2.2.2. Kesejahteraan Sosial 1 Taraf Kesejahteraan Sosial.

2.2.2.6 Pemberdayaan Perempuan

Tepat pada bulan bulan oktober, dengan terjadi perubahan nomenklatur Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (KNPP) menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KNPPPA). Dalam tataran perundang-undangan pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional mendifinikan sebagai strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan 2011 - 2015 Page 39

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan.

Sayangnya berdasarkan hasil evaluasi menunjukan, bahwa pada operasional, pelaksanaan pengarusutamaan gender masih terkendala kurangnya pemahaman aparatur tentang teori dan konsep gender, serta tujuan dasar pengarusutamaan gender. Hal ini menyebabkan kalangan perencana sulit mengintegrasikan pengarusutamaan gender dalam penyusunan kebijakan pada tataran gender.

Secara nasional, selama ini telah terjadi perbaikan yang mengesankan. Kondisi umum pembangunan dalam setiap bidang pembangunan dapat digambarkan sebagai berikut; di bidang ekonomi, peningkatan akses lapangan kerja bagi perempuan dari 13, 72% pada tahun 2006 meningkat menjadi 19,29% pada tahun 2008. Pada jabatan publik, terdapat sedikit peningkatan partisipasi perempuan selama kurun waktu tiga tahun terakhir, yaitu persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sampai IV masing-masing sebesar 9,6%, 6,6%, 13,7% dan 22,4% pada tahun 2006. Persentase tersebut meningkat pada tahun 2008, masing-masing 8,7%, 7,1%, 14,5% dan 23,5%.

Dibidang politik, partisipasi perempuan di lembaga legislatif meningkat dari 11,6% pada tahun 2004 menjadi 18,04% pada tahun 2009. Sementara itu, dibidang hukum dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pembangunan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak jumlahnya semakin meningkat. Demikian juga yang berkaitan dengan pembentukan lembaga dan instansi yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap kekerasan pada perempuan dan anak.

Dibidang pendidikan, jumlah perempuan yang tidak mengikuti pendidikan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Sedangkan perempuan yang mengikuti pendidikan SD, SMP, dan SMA jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Sayangnya di tingkat perguruan tinggi jumlah perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Gambaran di Kalimantan Selatan, jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak menunjukkan angka yang cenderung meningkat. Kondisi dapat dilihat pada Tabel II.29

Tabel II.29

Kekerasan pada Perempuan dan Anak Di Kalimantan Selatan Tahun 2006 s/d 2008

No. Unsur Tahun

2006 2007 2008

1 Anak Korban Tindak Kekerasan 237 252 376

2 Wanita Korban Tindak Kekerasan 715 2.086 2.281 Sumber : BPS Prov. Kalsel, 2009

Dari data pada Tabel II.29 menunjukkan bahwa, tingkat kekerasan yang terjadi pada perempuan meningkat cukup signifikan, hampir 2 kali lipat pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Sedangkan kekerasan pada anak dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini perlu adanya program-program preventif yang lebih optimal dari lembanga-lembanga yang memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap kekerasan pada perempuan dan anak.

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan 2011 - 2015 Page 40

Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Gender (IPG), sama dengan cara menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, menjadi faktor dominan dalam menghitung IPG.

IPG Kalimantan Selatan secara faktual menunjukkan peningkatan jika dilihat dari angka absolut dan sejalan peningkatan IPG nasional. Perkembangan IPG Kalimantan Selatan selama tahun 2005 s.d 2008 dapat dilihat pada Tabel II.30

Tabel II.30

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Di Kalimantan Selatan Tahun 2007 s/d 2009

No. Provinsi Tahun

2005 2006 2007 2008

1 Kalimantan Selatan 60,70 61,80 62,20 63,80

2 Rata-rata Nasional (Indonesia) 63,90 65,10 65,30 65,30

Sumber: Kementerian PP&PA bekerjasama dengan BPS

Berdasarkan Tabel II.30, IPG di Kalimantan Selatan masih lebih rendah dari angka rata-rata nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari beberapa komponen perhitungan IPG (ekonomi, pendidikan, dan kesehatan), di Kalimantan Selatan masih memerlukan pembenahan dan pengembangan khususnya yang berkaitan dengan masalah gender.

Kualitas hidup perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari nilai IPM dan IPG, yaitu 68,72 dan 63,80 pada tahun yang sama (tahun 2008). Kesenjangan ini menunjukkan, bahwa keberhasilan pembangunan sumber daya manusia secara keseluruhan belum sepenuhnya diikuti dengan keberhasilan dalam pembangunan gender.

Walaupun IPM merupakan ukuran kualitas sumber daya manusia, kualitas hidup perempuan juga ditentukan oleh ada tidaknya masalah lain yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi IPG, misalnya adanya kesenjangan upah pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, tindak kekerasan pada perempuan, dan perbedaan jaminan sosial, adanya perdagangan perempuan, norma- norma yang berlaku di dalam masyarakat berkaitan dengan peran gender berdasarkan spesifik lokasi, serta masih banyak dijumpai faktor sosial budaya yang membatasi kebijakan pengarusutamaan gender di dalam pembangunan.

Pemahaman akan konsep kesetaraan dan keadilan gender masih sangat terbatas di semua kalangan. Keterbasan ini juga juga terjadi diantara para perencana dan pelaksana pembangunan yang dapat berakibat terlambatnya upaya-upaya mengintegrasikan konsep gender kedalam berbagai program pembangunan.

Tantangan ke depan adalah melakukan program yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup perempuan melalui aksi afirmasi, perlindungan perempuan dari tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi, melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi kualitas hidup dan perlindungan perempuan, penataan sistem yang mampu menangkap dinamika gender, pengembangan pusat-pusat pelayanan sebagai sarana perlindungan perempuan korban kekerasan, serta penguatan/pemberdayaan kelembagaan pengarusutamaan gender.

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan 2011 - 2015 Page 41 2.2.2.7 Indek Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Usia hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup. Di Indonesia dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

Pengetahuan

pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf (Literacy Rate) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School).

Standar hidup

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.

IPM Kalimantan Selatan secara faktual menunjukkan peningkatan jika dilihat dari angka absolut dan sejalan peningkatan IPM nasional. Namun demikian jika dilihat dari peringkat antar provinsi, IPM Kalimantan Selatan masih berada dibawah rata-rata nasional. Perkembangan IPM Kalimantan Selatan selama tahun 2005 s.d 2008 dapat dilihat pada Tabel II.31

Tabel II.31

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Kalimantan Selatan Tahun 2005 s/d 2008

No. Provinsi Tahun

2005 2006 2007 2008

1 Kalimantan Selatan 67,4 67,75 68,01 68,72

2 Rata-rata Nasional (Indonesia) 69.57 70.10 70.59 71.17

Sumber : BPS Nasional, 2009

Indeks Pembangunan Manusia di Kalimantan Selatan, berdasarkan Tabel II.31 dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Namun masih berada dibawah rata- rata angka nasional. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa IPM merupakan suatu indeks komposit tiga bidang pembangunan manusia (usia hidup, pengetahuan dan standar hidup), di Kalimantan Selatan masih belum sebagaimana yang diharapkan. Kondisi tersebut memberikan kontribusi rendahnya IPM Kalimantan Selatan. Tantangan ke depan adalah pengembangan sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang berbasis pada masyarakat miskin, pemberdayaan dan partisipasi

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan 2011 - 2015 Page 42

masyarakat, serta pembangunan infrastrukur di daerah-daerah tertinggal/terpencil.

2.2.3 Agama, Seni Budaya, Pemuda dan Olahraga

Dalam dokumen BAB 2_Gambaran Umum Kondisi daerah (Halaman 38-42)