• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pemberdayaan Sektor Pertanian

Pemberdayaan petani diarahkan mulai dari proses produksi, pemeliharaan, panen, pasca panen, serta pemasaran. Pemberdayaan petani ini diarahkan pada usaha pertanian. Usaha pertanian adalah suatu industri biologis yang memanfaatkan materi dan proses hayatiuntuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya yang dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem pra produksi, produksi panen dan pasca panen serta distribusi dan pemasaran. Pengertian usaha pertanian ini sama dengan pengertian agribisnis, sehingga dengan demikian usaha pertanian dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pertanian. Secara lebih rinci Sudaryanto menguraikan bentuk kegiatan usaha pertanian/agribisnis

35

adalah usaha yang terkait dengan menghasilkan sarana produksi usaha tani, usaha tani, mengolah produksi usaha tani, dan perdagangan sarana produksi, produk primer, dan produk olahan.

Bentuk pemberdayaan bisa dilakukan melalui berbagai metode, sesuai dengan pemasalahan dan potensi klien, berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

Metode pemberdayaan tersebut misalnya: kursus tani, pelatihan, demonstrasi hasil inovasi pertanian, atau kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Narasumber atau fasilitator bukan dilakukan oleh agen pemberdayaan, tetapi memfasilitasi berbagai narasumber yang dibutuhkan. Agen pemberdayaan hendaknya memprioritaskan nara sumber dari lingkungan petani yang dianggap berhasil. Narasumber ini akan mudah dipercaya oleh petani dibandingkan dengan narasumber dari luar (asing bagi petani). Jika tidak ada narasumber dari dalam, maka tentu saja diperlukan narasumber dari luar. Penggunaan narasumber dari luar hendaknya melibatkan tokoh petani, sehingga kredibilitas narasumber tersebut meningkat dan akan dipercaya oleh petani. Pelatihan dan pendampingan ini diarahkan untuk mengubah perilaku petani, mengubah kebiasaan yang lama menjadi kebiasaan yang baru yang lebih produktif dan menguntungkan.

Kehidupan petani dan usaha pertanian sangat berkaitan dengan kondisi alam. Setiap daerah dan wilayah memiliki kekhasan alam yang berbeda, mulai dari stuktur dan kandungan tanah, iklim, pengairan, dan lain-lain. Oleh karena itu petani juga perlu dibiasakan belajar dengan alam, belajar berdasarkan pengalaman, baik pengalaman dirinya maupun pengalaman

23

rekan sesama petani. Belajar dari pengalaman ini lebih bermakna dan memiliki manfaat langsung, sehingga kesalahan yang dialami tidak terulang kembali. Begitu pula keberhasilan yang sudah diperoleh dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.

Petani juga perlu didorong untuk mau berubah, terutama dalam mengadopsi pengalaman sesama petani atau hasil-hasil inovasi di bidang pertanian baik yang sederhana maupun kompleks. Bentuk inovasi yang sederhana di antaranya: memodifikasi alat-alat pertanian, menggunakan pupuk organik, membuat pupuk kompos, memasarkan hasil pertanian, membentuk koperasi, dan lain-lain.

Hasil-hasil inovasi yang kompleks biasanya perlu pembuktian atau uji coba bersama-sama dengan petani. Agen pemberdayaan perlu memfasilitasi keberlangsungan uji coba tersebut. Pelaksana uji coba ini dilakukan antara agen pembaharu, petugas khusus jika ada, dan partisipasi petani. Inovasi atau teknologi baru yang diujicobakan didasari pada kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani, menguntungkan, mampu diujicobakan, mudah dipahami, dan yang lebih penting hasilnya dapat dilihat/dinilai petani.

Pengalaman petani dilapangan dalam mempraktikkan inovasi/teknologi baru bisa menjadi bahan untuk dikaji dan diujicoba bersama.

Pembentukan kelompok tani sangat diperlukan. Keuntungan bergabung dengan kelompok tani harus dirasakan langsung oleh petani, sehingga semua petani diharapkan menjadi anggota kelompok. Keuntungan menjadi anggota kelompok, diantaranya: mudah dalam mengorganisir,

37

kemudahan akses informasi usaha pertanian, kemudahan memperoleh inovasi yang terkait dengan teknologi baru dan inovasi hasil pertanian, kemudahan dalam memecahkan masalah individu secara bersama, kemudahan dalam pemasaran, termasuk kemudahan dalam akses permodalan melalui perbankan.

Permasalahan lain yang umumnya dihadapi petani adalah kemudahan akses informasi yang terkait dengan usaha pertanian masih rendah. Agen pemberdayaan perlu memfasilitasi akses informasi melalui berbagai upaya, diantaranya: memfasilitasi pusat informasi dalam kelompok tani. Anggota petani yang memiliki akses informasi dijadikan sebagai agen untuk sharing informasi dengan sesama petani. Agen pemberdayaan dapat pula memfasilitasi media massa (cetak atau elektronik) yang terkait dengan pertanian. Petani juga dibiasakan untuk sadar perlunya informasi terkait dengan usaha pertanian. Kebiasaan dalam pengambilan keputusan berdasarkan intuisi secara bertahap diubah dengan basis data dan informasi yang akurat. Setiap pengambilan keputusan dalam melakukan usaha pertanian, mulai dari persiapan tanam, produksi, panen, hingga pemasaran dibiasakan perlu didukung dengan data/informasi. Dalam pertemuan kelompok, dibiasakan berbagi informasi antar sesama petani. Dengan cara tersebut, petani dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan usaha pertaniannya.

Membangun kemitraan dengan dunia usaha, perbankan atau pihak lain yang dibutuhkan petani. Kemitraan ini biasanya dibutuhkan petani dalam menambah modal dan memasarkan produk pertanian. Dalam kemitraan ini 25

ada konsep kesejajaran yang didasarkan atas saling membutuhkan, komunikasi yang terbuka, serta yang lebih penting, adalah trust, membangun kepercayaan diantara mereka. Agen pemberdayaan dituntut memiliki kemampuan dalam memadu sistem jaringan atau kemitraan. Melalui jalinan kemitraan antara kelompok tani dan lembaga yang terkait, petani akan memiliki kemudahan mulai dari akses permodalan, kebutuhan pupuk, hingga penjualan produk.

Untuk menyejahterakan petani dalam kegiatan usaha tani, kelompok tani yang sudah dibentuk dapat ditingkatkan dengan membentuk koperasi.

Koperasi ini beranggotakan petani. Kegiatan koperasi dapat menyediakan kebutuhan proses produksi pertanian. Koperasi juga dapat menampung hasil-hasil pertanian untuk selanjutnya disalurkan kepada pedagang atau agen-agen besar. Koperasi juga dapat bermitra dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan usaha pertanian, misalnya: perbankan, agen perdagangan, pasar, dan lembaga lainnya. Pembentukan koperasi ini memerlukan ketokohan dan pendampingan yang kontinyu. Oleh karena itu agen pemberdayaan dapat menjadi fasilitator dalam mewujudkan koperasi dan kegiatan usahanya.

Semua bentuk dan tahapan pemberdayaan petani tersebut diarahkan untuk mengubah perilaku petani. Kebiasaan-kebiasaan lama mulai dari perencanaan tanaman , pengolahan lahan, pembibitan, pemeliharaan, panen, pasca panen, himgga pemasaran yang kurang produktifperlu diubah dengan kebiasaan baru yang lebih menguntungkan dan produktif. Pada akhirnya

39

diharapkan pendapatan petani meningkat dan kesejahteraannya juga akan meningkat. (Anwas, 2013:127-130)

Asia (2010) dalam (Lowisada, 2014:5), mengatakan bahwa pemberdayaan pada masyarakat tani meliputi:

1. Pemberdayaan petani, yaitu merubah perilaku petani dari petani yang subsisten tradisional menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis.

2. Pemberdayaan kelembagaan petani dengan menumbuh kembangkan kelembagaan petani dari kelompok tani menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan), asosiasi, koperasi dan korporasi (badan usaha milik petani).

3. Pemberdayaan usaha tani dengan penumbuhkembangan jiwa wirausaha dan kerjasama antar petani dengan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan usahataninya.

Hermanto, Swastika, (2011:372) mengungkapkan bahwa Pentingnya pemberdayaan kelompok tani sangat beralasan karena keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini, terutama sejak adanya otonomi daerah, kecenderungan perhatian pemerintah terhadap kelembagaan kelompok tani sangat kurang, bahkan terkesan diabaikan sehingga kelompok tani yang sebenarnya merupakan aset sangat berharga dalam mendukung pembangunan pertanian belum berfungsi secara optimal. Menurut Peraturan Kementrian Pertanian No 82 tahun 2013 kelompok tani merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kepentingan yang sama, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

27

Usahatani merupakan kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari produksi, budidaya, penanganan setelah panen, pengolahan komoditas, sarana prasarana produksi, pemasaran hasil pertanian, dan/atau jasa penunjang.

Hermanto (1989) dalam Najmudinrohman (2010) mengatakan bahwa unsur pokok dalam usahatani meliputi lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Lahan merupakan tempat aktivitas produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan merupakan faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, intensifikasi, dan fasilitas-fasilitas.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berpengaruh pada produktivitas. Modal merupakan perpaduan faktor prouksi lahan dan tenaga kerja, modal ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani sendiri. Unsur terakhir yaitu pengelolaan atau manajemen, pengelolaan merupakan kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi pertanian.

Dokumen terkait