• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANONGKOKI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR ADHAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANONGKOKI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR ADHAWATI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANONGKOKI

KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

ADHAWATI

Nomor Stambuk : 10564 01549 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANONGKOKI

KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh:

ADHAWATI

Nomor Stambuk : 10564 01549 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

ii

(3)

3

iii

(4)

iv

(5)

5

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adhawati

Nomor Stambuk : 10564 01549 11 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 16Juni 2015 Yang Menyatakan,

Adhawati

v

(6)

ABSTRAK

ADHAWATI, Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar (dibimbing oleh Muhlis Madani dan Fatmawati).

Penelitian ini mengkaji upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat tani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam proses pemberdayaan kelompok tani dan faktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki.

Jenis penelitian adalah kualitatif dan analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini mulai dinas pertanian Kabupaten Takalar, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertaniandan Ketua-Ketua kelompok tani di Kelurahan Manongkoki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar yang meliputi peran sebagai dinamisator dan regulatorbelum berjalan maksimal, dapat terlihat dari pelaksanaan bimbingan sebagai kegiatan pendamping lapangan disebabkan karena tenaga penyuluh di Kelurahan Manongkoki masih sangat kurang, serta aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah, masyarakat masih banyak yang kurang menaati disebabkan karena petani masih kesulitan untuk mendapatkan akses permodalan yang mengakibatkan pengambilan modal kepada tengkulak dan hasil pertanian dijual pula kepada tengkulak walaupun dengan harga yang jauh dibawah standar di pasaran. Faktor pendukung adalah adanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan kelompok tani. Faktor penghambat adalah pertama faktor internal, kurangnya tenaga penyuluh, kedua faktor eksternal, rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti penyuluhan serta adanya kebiasaan petani yang selalu memakai pupuk anorganik.

Keyword: Peran Pemerintah Daerah, Pemberdayaan Masyarakat.

vi

(7)

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan DR. Hj.

Fatmawati, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii

(8)

4. Kedua Orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.

5. Seluruh teman-teman mahasiswa di kelas VIII-F Jurusan Ilmu Pemerintahan yang tiada hentinya menjadi teman diskusi dan teman dalam segala hal mengenai urusan kampus dan perkuliahan.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 16 Juni 2015

Adhawati

viii

(9)

9

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel dan Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemerintah Daerah (Pemda) ... 9

B. Konsep Pemberdayaan ... 12

C. Pemberdayaan Sektor Pertanian ... 20

D. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 25

E. Kerangka Pikir ... 28

F. Fokus Penelitian ... 29

G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi ... 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Informan Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik analisis Data ... 35

ix

(10)

G. Pengabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian ... 37 B. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok

Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng

Utara Kabupaten Takalar ... 42 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Pemerintah

dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan

Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten

Takalar ... 55 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran-Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 62

x

(11)

11

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1 Jumlah informan penelitian ... 34

Tabel4.1 Batas-Batas Kelurahan Manongkoki ... 38

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Manongkoki ... 39

Tabel 4.3 Daftar Nama Kelompok Tani ... 40

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 29

Gambar 4.1 Peta Lokasi Kelompok Tani ... 41

xi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penugasan Pembimbing Penulisan Skripsi 2. Surat Pengantar Penelitian LP3M UNISMUH 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Surat Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Takalar 5. Pedoman wawancara mendalam

6. Transkip wawancara 7. Matriks wawancara

xii

(13)

13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peran pemerintah adalah untuk mensejahterakan rakyatsesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, dalam mensejahterahkan rakyat pemerintah harus menjalankan perannya baik sebagai fasilitator, dinamisator, regulator dan katalisator. Selain itu menurut Rasyid dalam Muhadam (2013:31) dalam mensejahterahkan rakyat pemerintah juga memiliki fungsi sebagai pelayanan, pemberdayaan, pembangunan, dan pengaturan.

Salah satu strategi untuk mensejahterahkan rakyat adalah pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan daerah, termasuk aparatur, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan anggota masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategis untuk mencapai sasaran pembangunan masyarakat daerah dalam rangka mewujudkan keberhasilan pemerintah daerah.

(Rahardjo, 2011:131)

Salah satu masyarakat yang harus diberdayakan adalah masyarakat petani, karena sumber daya manusia pertanian Indonesia dalam upaya

1

(14)

peningkatankualitas baik manusia sebagai insan maupu sebagai sumber daya pembangunan terasa semakin penting dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang kokoh, mandiri dan handal sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan berdasarkan demokrasi ekonomi. Ciri ekonomi yang diharapkan adalah semakin meningkatnya kemakmuran rakyat melalui tercapainya tingkat pertumbuhan yang tinggi dan tercapainya stabilitas nasional yang mantap. Semua dapat diwujudkan oleh industri yang maju, pertanian yang tangguh, dan koperasi yang sehat serta perdagangan yang berhasil dengan sistem distribusi yang baik.

Menyadari besarnya jumlah penduduk Indonesia yang hidup bergantung pada sektor pertanian, upaya perbaikan pada sektor ini menjadi titik sentral guna mewujudkan pertanian yang tangguh. Strategi pembangunan pertanian harus mampu memecahkan kendala-kendala yang masih dihadapi dan salah satu permasalahannya yang harus diperhatikan adalah masalah sumber daya manusia, peranan sumber daya manusia dalam pembangunan nasional begitu penting apalagi dikaitkan dengan motto pembangunan yang demokratis yaitu pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Data empiris menunjukkan kekayaan sumber daya alam suatu negara tanpa diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai tidak akan menghasilkan pembangunan yang memadai pula. Sebaliknya tidak demikian dengan negara yang memiliki sumber daya manusia yang tinggi dalam kemampuan coperation organization, manajemen dan kewirausahaan.

Walaupun sumber daya alam yang dimiliki negara relatif rendah akan dapat

(15)

15

memiliki daya saing nasional dan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah tapi memiliki sumber daya manusia yang relatif rendah kualitasnya.

Dalam perekonomian Indonesia tidak dapat disangkal lagi bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama, baik dilihat dari sumbangannya dari pendapatan nasional maupun jumlah penduduk hidupnya yang bergantung pada sektor pertanian. Tetapi apa yang banyak terjadi di banyak negara berkembang, pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi tidak selamanya menghasilkan pendapatan peningkatan petani. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian selalu ditandai oleh kemiskinan struktural yang berat sehingga pertumbuhan dari luar tidak selalu mendapat tanggapan positif dari penduduk petani berupa investasi. (Sukri,2003:191-195)

Sesuai dengan konteks otonomi daerah, pemerintah daerah telah memiliki kewenangan yang lebih leluasa untuk menetapkan berbagai prioritas pembangunan yang dijalankan. Potensi sumber daya yang berasal dari sektor pertanian menjadi penting untuk disusun strategi pembangunan, sebab potensi sektor pertanian menjadi prioritas penting seiring dengan makin meningkatnya konsumsi hasil produk pertanian. Untuk dapat meningkatkan hasil pertanian berdasar potensi yang dimiliki daerah diperlukan dukungan dana dan personil yang mampu memberikan pemahaman kepada produsen produk pertanian terkait proses hingga pasca produksi hasil pertanian.

3

(16)

Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat memberikan kesempatan pada masyarakat untuk turut berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan hingga menikmati hasil pembangunan tersebut. Pembangunan dapat berjalan dengan baik bila adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dan segenap masyarakat. Pada pembangunan partisipatif masyarakat berperan aktif dalam pembangunan, turut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Kondisi pertanian di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar diantaranya masih rendahnya pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat yang bekerja disektor pertanian khususnya petani, adanya serangan hama yang merusak tanaman padi yang mengakibatkan hasil panen tidak optimal, serta masyarakat belum sepenuhnya mandiri.

Melihat masalah yang sangat kompleks yang sering dihadapi petani tersebut, menuntut adanya upaya-upaya penyuluhan, pengembangan dan pemberdayaan yang tersusun secara sistematis dan terus menerus dikalangan para petani salah satunya melalui kelompok tani. Penyuluhan dan pemberdayaan serta pengembangan yang perlu disini adalah yang berorientasi untuk pemecahan masalah yang dihadapi petani.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman pembinaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani mengenai penumbuhan dan pengembangan poktan dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau

(17)

17

meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi usaha.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.

Upaya untuk membantu petani dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang diupayakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Takalar dengan bantuan berupa fasilitas, tenaga Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang membantu masyarakat petani dalam mengembangkan hasil pertaniannya dalam bentuk pengetahuan. Selain itu peran pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha pertaniannya yang dikucurkan oleh pemerintah dalam bentuk berupa kebun percontohan yang pada saat ini masih dalam tahap pemeliharaan yang di kelolah oleh kelompok masyarakat tani di Kelurahan Manongkoki.

Pembentukan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki dimulai sejak tahun 1997, yang pada awalnya hanya terdapat 3 kelompok tani. Selanjutnya di tahun 2015 jumlah kelompok tani bertambah menjadi 15 kelompok, masing-masing setiap kelompok beranggotakan sebanyak 35 sampai 40 orang, dengan 3 orang pengurus yang didampingi oleh penyuluh pertanian 5

(18)

untuk membantu para petani dalam meningkatkan taraf hidup petani melalui pemberdayaan dengan pengembangan SDM salah satu program yang harus dilakukan adalah pendidikan keterampilan dan pekerjaan. Penyuluhan pertanian meliputi kegiatan memberi pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok tani inilah yang diberikan kewenangan secara langsung menyampaikan program kebijakan pemerintah kepada petani.

Demikian, kalau dilihat dari keberadaan masyarakat petani di Kelurahan Manongkoki ini, permasalahan-permasalahan tersebut diatas, sepertinya sudah tidak asing lagi, padahal bila dilihat lahan sawah atau ladang yang mereka miliki umumnya relatif luas. Luas lahan sawah atau ladang yang terdapat di Kelurahan Manongkoki yaitu 198,07 hektar. Logikanya jika lahan yang ada, dikelola secara profesional baik dari segi teknis ketenagakerjaan, pemasaran maupun teknologinya, maka akan dapat meningkatkan hasil pertanian yang lebih optimal. Dengan demikian pertanian, dapat memberikan konstribusi yang sangat besar bagi masyarakat petani sendiri, dan tentunya bagi pembangunan di sektor pertanian, yang seharusnya hal ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.

Sehingga diharapkan peranan dari pemerintah daerah baik pemerintah Provinsi maupun pemerintah Kabupaten dalam hal ini adalah Kabupaten Takalar dalam rangka memberdayakan kelompok tani yang ada didaerah masing-masing. Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sebagai salah satu wilayah pengembangan subsektor pertanian di Sulawesi Selatan sangat mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional

(19)

19

secara umum dan daerah Sulawesi Selatan secara khusus, sebagai tindak lanjut dari strategi dan pendekatan pembangunan subsektor pertanian, dimana keterpaduan kebijaksanaan pengembangan produksi dengan mengembangkan sumber daya manusia dalam menyukseskan program otonomi daerah di Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar merupakan daerah yang sangat kaya dengan sumber daya alam akan tetapi tidak diimbangi dengan sumber daya manusiannya khususnya dibidang pertanian, sehingga sangat dibutuhkan peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok tani baik pemerintah daerah sebagai fasilitator, dinamisator dan regulatoruntuk mengembangkan sumber daya manusia di Kabupaten Takalar. Pembangunan masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Takalar harus menjadi perhatian yang lebih serius, terencana, terpadu, dan berkesinambungan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memberdayakan petani melalui kelompok tani. Hal tersebut merupakan latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan dengan judul

“Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, kajian ini akan difokuskan dengan rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam proses pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki?

7

(20)

2. Apakah faktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam memberdayakan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki?

C. Tujuan Penelitian

Sehubung dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai di dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam proses pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki.

2. Untuk mengetahuifaktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam memberdayakan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki.

D. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan teori-teori tentang ilmu pemerintahan dalan kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok tani.

2. Praktis

a. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Takalar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menjalankan perannya untuk memberdayakan masyarakat kelompok tani yang ada di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar.

b. Bagi Peneliti

(21)

21

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti, serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

9

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. KonsepPemerintah Daerah

1. Pengertian Pemerintah

Secara etimologi pemerintahan menurut Pamudji (1986:22-23) berasal dari kata pemerintah, sedangkan pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut kamus kata-kata tersebut mempunyai arti yakni,

perintah adalah perkataan yang menyuruh melakukan sesuatu. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu negara (daerah negara), sedangkan pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal, urusan dan sebagainya) memerintah.

Menurut Jimmy (1991:35 administrasi negara. Pemerintahan sebagai kegiatan adalah segala kegiatan yang terorganisir yang dilakukan aparat.

Sudirwo dalam Kansil (1990:28), mengatakan bahwa pemerintah sebagai organ dalam arti sempit ad), pemerintah adalah institusi (institution) atau lembaga yang melaksanakan kegiatan pemerintahan.

Secara sempit, pemerintah adalah eksekutif dan alah mereka yang menjalankan kekuasaan eksekutif, sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah semua organ negara baik itu dibidang eksekutif, legislatif dan yudikatif. Organ pelaksana tugas pemerintah tersebar dalam wilayah kekuasaan negara yang secara hierarkis berada pada tingkat pemerintahan pusat sampai pada tingkat pemerintahan terendah.

10

(23)

23

Selanjutnya, Ndraha (1997:17) mengatakan bahwa pemerintah sebagai badan yang mengeluarkan atau memberi perintah. Kemudian menurut Suryadiningrat (1990), Pemerintah adalah sekelompok individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan.

2. Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut Oppenheim dalam Jimmy (1991:52), Pemerintah daerah (daerah otonom) merupakan suatu bagian, suatu wilayah hukum dari pada negara yang tidak mempunyai kekuasaan yang lain dari pada yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat, dan apabila daerah otonom itu keluar dari batas kewenangan yang telah diberikan melalui peraturan perundang- undangan maka daerah otonom itu dapat dikejar terus oleh pemerintah pusat sebagai kekuasaan lebih tinggi.

Pemerintah daerah adalah kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, yang selanjutnya disebut daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Widjaja, 1998:5).

3. Peran Pemerintah Daerah

Peranan menurut Soerjono dalam Bahtiar (2002:8)adalah merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia dikatakan menjalankan suatu peranan. Sedangkan, menurut UU No.

11

(24)

32/2004 pasal 217, dalam menjalankan peran dari pemerintah maka pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi:

a. Koordinasi pemerintah antar susunan pemerintahan .

b. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan.

c. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

d. Pendidikan dan pelatihan.

e. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

Peran pemerintah merupakan keperluan mutlak dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta dan merupakan salah satu fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam suatu organisasi menurut Sutarto dalam Alam (2012:11) akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

a. Petugas atau satuan-satuan bertengkar membuat suatu bidang kerja atau wewenang yang masing-masing merasa bahwa suatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruangan lingkup kerjanya.

b. Petugas atau satuan-satuan saling melempar suatu tanggung jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa suatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup kerjanya.

(25)

25

c. Pencapaian tujuan organisasi serba kacau, petugas nampak serba ragu dan pelaksanaan pekerjaan serba salah, saling berbenturan sering dihapuskan oleh pekerjaan lain tanpa disadari.

Menurut Syaukani (2002), dari aspek manajemen pemerintahan terkait dengan fungsi-fungsi memimpin, memberi petunjuk, memerintah, menggerakkan, koordinasi, pengawasan, dan motivasi dalam hubungan pemerintahan. Hal tersebut digambarkan oleh Karl W. Deutsch bahwa penyelenggaraan pemerintahan itu ibarat membawa kapal di tengah samudera (Labolo, 2013:31)

Fungsi-fungsi pemerintahan secara umum berkenaan dengan fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan. Pelaksanaan fungsi pengaturan yang lazim dikenal sebagai fungsi regulasi dengan segala bentuknya dimaksudkan sebagai usaha untuk menciptakan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi yang tepat sehingga menjadi kondusif bagi berlangsungnya berbagai aktivitas, termasuk terciptanya tatanan sosial yang baik di berbagai kehidupan masyarakat (Labolo, 2013:34-35).

B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan yang sama, perasaan memiliki dan biasanya satu tempat yang sama. Menurut kodratnya manusia tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain yang dalam hubungannya saling membantu untuk dapat mencapai tujuan hidup menurut

13

(26)

kemampuan dan kebutuhan masing-masing atau dengan istilah lain adalah saling berinteraksi.

Istilah pemberdayaan masyarakat digunakan secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat, yang berarti mengembangkan potensi ekonomi rakyat, hakekat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya sehingga terpelihara tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan berpusat pada masyarakat menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi juga nilai tambah sosial dan budaya.Masyarakat memiliki kekuatan yang bila digali dan disalurkan akan berubah menjadi energi besar untuk mengatasi masalah yang mereka alami.

Membicarakan konsep pemberdayaan tidak dapat dilepas-pisahkan dengan konsep sentral, yaitu kensep power (daya). Menurut Suriadi (2005:54- 55) pengertian pemberdayaan yang terkait dengan konsep power dapat ditelusuri dari empat sudut pandang prespektifpluralis, prespektif etis, prespektif strunkturalisdan prespektif post-strukturalis.

1. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari prespektif pluralis adalah suatu proses untuk mendorong kelompok-kelompok masyarakat dan individu yang kurang beruntung untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan lain dengan jalan mendorong mereka untuk belajar, dan menggunakan keahlian dalam melobi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik, memahami bagaimana bekerja sistem (aturan main), dan sebagainya. Oleh karenanya, diperlukan upaya

(27)

27

untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk bersaing sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok dan individu bagaimana bersaing didalam peraturan.

2. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari prespektif elitis adalah suatu upaya untuk bergabung dan mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis, melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis.

Masyarakat menjadi tak berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar sekali dari para elitis terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi, parlemen dan sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari prespektif stukturalisasi adalah suatu agenda yang lebih menentang dan dapat dicapai apabila bentuk- bentuk kepentingan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya suatu bentuk struktur dominan yang menindas masyarakat, seperti masalah kelas, gender, ras atau etnik. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembebasan, dan perubahan struktural secara fundamental, menentang penindasan struktural.

4. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari prespektif post-struktural adalah suatu proses yang menentang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankan pertama-tama pada aspek intelektualisasi ketimbang aktivitas aksi atau pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian terhadap pengembangan pemikiran baru, analitis, dan pendidikan dari pada suatu aksi.

15

(28)

Menurut Sedermayanti (2004:117-118) kata pemberdayaan mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh dimana proses pemberdayaan mengandung 2 kecenderungan yaitu:

a. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.

Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya dapat membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

b. Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Kedua proses tersebut saling terkait, dan agar kecenderungan primer dapat terwujud, sering harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.

Dengan demikian pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang bingin dicapai oleh perusahaan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya yang memiliki kekuasaan, pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyelesaikan aspirasi, mempunyai mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,

(29)

29

dan mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai sebuah proses.

Pembangunan daerah banyak menghadapi hambatan diantaranya terbatas kemampuan keuangan pemerintah daerah, sehingga diperlukan pemberdayaan masyarakat sebagai strategi penunjang dan pelengkap terhadap program-program pembanguna daerah yang telah direncanakan dan diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan meningkatkan kemampuan yang selama ini belum dimanfaatkan potensinya atau mengembangkan potensi masyarakat yang ada, dengan kata lain disebut “pemberdayaan” (Rahardjo 2011:130).

Pemberdayaan atau pengembangan potensi ekonomi masyarakat secarah terarah dan terprogram diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas yang berarti kesejahteraan masyarakat yang meningkat. Jadi, dengan mengembangkan dan mendinamisasikan pemberdayaan masyarakat dapat mendorong keberhasilan pembangunan daerah.

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan daerah, termasuk aparatur, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan anggota masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. (Rahardjo, 2011:131)

17

(30)

Suhendra (2006:74-75) mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergik mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evaluatif dengan keterlibatan semua potensi. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebar kekuasaan melalui pemberdayaan masyarakat dan organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya. Dia juga mengemukakan ada beberapa unsur dalam pemberdayaan masyarakat yaitu:

1. Kemampuan politik yang mendukung

2. Suasana kondusif untuk pengembangan potensi secara menyeluruh 3. Motivasi

4. Potensi masyarakat 5. Peluang yang tersedia

6. Kerelaan mengalihkan wewenang 7. Perlindungan

8. Kesadaran

Menurut Widjaja (2007:77) pemberdayaan adalah pemberian wewenang, pendelegasian wewenang atau pemberian otonomi kejajaran bawah. Inti dari pemberdayaan upaya pembengkitan segala kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan.

Tim Delivery (2004:125) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari proses seleksi lokasi sampai

(31)

31

dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci masing-masing tahap tersebut adalah senbagai berikut:

a. Seleksi lokasi/wilayah

Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat. Penetapan kriteria penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat akan tercapai seperti yang diharapkan.

b. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting, karena akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan masyarakat yang dikomunikasikan.

c. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama melakukan hal-hal berikut:

19

(32)

1) Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan.Proses ini meliputi:

a) Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan pertemuan-awal dan teknis pelaksanaannya.

b) Persiapan penyelenggaraan pertemuan.

c) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan.

d) Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut.

2) Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian, meliputi:

a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah.

b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik.

c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah.

d) Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian pelaksanaannya.

3) Menerapkan rencana kegiatan kelompok: Rencana yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan menjadi

(33)

33

perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan.

4) Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara partisipatif (participatory monitoring and evaluation/PME). PME ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME, adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya (pelaksana) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.

d. Pemandirian Masyarakat

Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk mendirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Dalam hubungan ini, meskipun faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self organizing dari masyarakat, namun kita juga perlu memberikan perhatian pada faktor eksternalnya. Proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisiplin. Tim pendamping ini merupakan salah satu eksternal factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama

21

(34)

proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.

Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat secara perlahan akan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Kapan waktu pemunduran tim fasilitator tergantung kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program dengan warga masyarakat.

Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa Tim fasilitator dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap sosialisasi. Walaupun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai penasihat atau konsultan bila diperlukan oleh masyarakat.

C. Pemberdayaan Sektor Pertanian

Pemberdayaan petani diarahkan mulai dari proses produksi, pemeliharaan, panen, pasca panen, serta pemasaran. Pemberdayaan petani ini diarahkan pada usaha pertanian. Usaha pertanian adalah suatu industri biologis yang memanfaatkan materi dan proses hayatiuntuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya yang dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem pra produksi, produksi panen dan pasca panen serta distribusi dan pemasaran. Pengertian usaha pertanian ini sama dengan pengertian agribisnis, sehingga dengan demikian usaha pertanian dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pertanian. Secara lebih rinci Sudaryanto menguraikan bentuk kegiatan usaha pertanian/agribisnis

(35)

35

adalah usaha yang terkait dengan menghasilkan sarana produksi usaha tani, usaha tani, mengolah produksi usaha tani, dan perdagangan sarana produksi, produk primer, dan produk olahan.

Bentuk pemberdayaan bisa dilakukan melalui berbagai metode, sesuai dengan pemasalahan dan potensi klien, berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

Metode pemberdayaan tersebut misalnya: kursus tani, pelatihan, demonstrasi hasil inovasi pertanian, atau kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Narasumber atau fasilitator bukan dilakukan oleh agen pemberdayaan, tetapi memfasilitasi berbagai narasumber yang dibutuhkan. Agen pemberdayaan hendaknya memprioritaskan nara sumber dari lingkungan petani yang dianggap berhasil. Narasumber ini akan mudah dipercaya oleh petani dibandingkan dengan narasumber dari luar (asing bagi petani). Jika tidak ada narasumber dari dalam, maka tentu saja diperlukan narasumber dari luar. Penggunaan narasumber dari luar hendaknya melibatkan tokoh petani, sehingga kredibilitas narasumber tersebut meningkat dan akan dipercaya oleh petani. Pelatihan dan pendampingan ini diarahkan untuk mengubah perilaku petani, mengubah kebiasaan yang lama menjadi kebiasaan yang baru yang lebih produktif dan menguntungkan.

Kehidupan petani dan usaha pertanian sangat berkaitan dengan kondisi alam. Setiap daerah dan wilayah memiliki kekhasan alam yang berbeda, mulai dari stuktur dan kandungan tanah, iklim, pengairan, dan lain- lain. Oleh karena itu petani juga perlu dibiasakan belajar dengan alam, belajar berdasarkan pengalaman, baik pengalaman dirinya maupun pengalaman

23

(36)

rekan sesama petani. Belajar dari pengalaman ini lebih bermakna dan memiliki manfaat langsung, sehingga kesalahan yang dialami tidak terulang kembali. Begitu pula keberhasilan yang sudah diperoleh dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.

Petani juga perlu didorong untuk mau berubah, terutama dalam mengadopsi pengalaman sesama petani atau hasil-hasil inovasi di bidang pertanian baik yang sederhana maupun kompleks. Bentuk inovasi yang sederhana di antaranya: memodifikasi alat-alat pertanian, menggunakan pupuk organik, membuat pupuk kompos, memasarkan hasil pertanian, membentuk koperasi, dan lain-lain.

Hasil-hasil inovasi yang kompleks biasanya perlu pembuktian atau uji coba bersama-sama dengan petani. Agen pemberdayaan perlu memfasilitasi keberlangsungan uji coba tersebut. Pelaksana uji coba ini dilakukan antara agen pembaharu, petugas khusus jika ada, dan partisipasi petani. Inovasi atau teknologi baru yang diujicobakan didasari pada kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani, menguntungkan, mampu diujicobakan, mudah dipahami, dan yang lebih penting hasilnya dapat dilihat/dinilai petani.

Pengalaman petani dilapangan dalam mempraktikkan inovasi/teknologi baru bisa menjadi bahan untuk dikaji dan diujicoba bersama.

Pembentukan kelompok tani sangat diperlukan. Keuntungan bergabung dengan kelompok tani harus dirasakan langsung oleh petani, sehingga semua petani diharapkan menjadi anggota kelompok. Keuntungan menjadi anggota kelompok, diantaranya: mudah dalam mengorganisir,

(37)

37

kemudahan akses informasi usaha pertanian, kemudahan memperoleh inovasi yang terkait dengan teknologi baru dan inovasi hasil pertanian, kemudahan dalam memecahkan masalah individu secara bersama, kemudahan dalam pemasaran, termasuk kemudahan dalam akses permodalan melalui perbankan.

Permasalahan lain yang umumnya dihadapi petani adalah kemudahan akses informasi yang terkait dengan usaha pertanian masih rendah. Agen pemberdayaan perlu memfasilitasi akses informasi melalui berbagai upaya, diantaranya: memfasilitasi pusat informasi dalam kelompok tani. Anggota petani yang memiliki akses informasi dijadikan sebagai agen untuk sharing informasi dengan sesama petani. Agen pemberdayaan dapat pula memfasilitasi media massa (cetak atau elektronik) yang terkait dengan pertanian. Petani juga dibiasakan untuk sadar perlunya informasi terkait dengan usaha pertanian. Kebiasaan dalam pengambilan keputusan berdasarkan intuisi secara bertahap diubah dengan basis data dan informasi yang akurat. Setiap pengambilan keputusan dalam melakukan usaha pertanian, mulai dari persiapan tanam, produksi, panen, hingga pemasaran dibiasakan perlu didukung dengan data/informasi. Dalam pertemuan kelompok, dibiasakan berbagi informasi antar sesama petani. Dengan cara tersebut, petani dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan usaha pertaniannya.

Membangun kemitraan dengan dunia usaha, perbankan atau pihak lain yang dibutuhkan petani. Kemitraan ini biasanya dibutuhkan petani dalam menambah modal dan memasarkan produk pertanian. Dalam kemitraan ini 25

(38)

ada konsep kesejajaran yang didasarkan atas saling membutuhkan, komunikasi yang terbuka, serta yang lebih penting, adalah trust, membangun kepercayaan diantara mereka. Agen pemberdayaan dituntut memiliki kemampuan dalam memadu sistem jaringan atau kemitraan. Melalui jalinan kemitraan antara kelompok tani dan lembaga yang terkait, petani akan memiliki kemudahan mulai dari akses permodalan, kebutuhan pupuk, hingga penjualan produk.

Untuk menyejahterakan petani dalam kegiatan usaha tani, kelompok tani yang sudah dibentuk dapat ditingkatkan dengan membentuk koperasi.

Koperasi ini beranggotakan petani. Kegiatan koperasi dapat menyediakan kebutuhan proses produksi pertanian. Koperasi juga dapat menampung hasil- hasil pertanian untuk selanjutnya disalurkan kepada pedagang atau agen-agen besar. Koperasi juga dapat bermitra dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan usaha pertanian, misalnya: perbankan, agen perdagangan, pasar, dan lembaga lainnya. Pembentukan koperasi ini memerlukan ketokohan dan pendampingan yang kontinyu. Oleh karena itu agen pemberdayaan dapat menjadi fasilitator dalam mewujudkan koperasi dan kegiatan usahanya.

Semua bentuk dan tahapan pemberdayaan petani tersebut diarahkan untuk mengubah perilaku petani. Kebiasaan-kebiasaan lama mulai dari perencanaan tanaman , pengolahan lahan, pembibitan, pemeliharaan, panen, pasca panen, himgga pemasaran yang kurang produktifperlu diubah dengan kebiasaan baru yang lebih menguntungkan dan produktif. Pada akhirnya

(39)

39

diharapkan pendapatan petani meningkat dan kesejahteraannya juga akan meningkat. (Anwas, 2013:127-130)

Asia (2010) dalam (Lowisada, 2014:5), mengatakan bahwa pemberdayaan pada masyarakat tani meliputi:

1. Pemberdayaan petani, yaitu merubah perilaku petani dari petani yang subsisten tradisional menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis.

2. Pemberdayaan kelembagaan petani dengan menumbuh kembangkan kelembagaan petani dari kelompok tani menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan), asosiasi, koperasi dan korporasi (badan usaha milik petani).

3. Pemberdayaan usaha tani dengan penumbuhkembangan jiwa wirausaha dan kerjasama antar petani dengan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan usahataninya.

Hermanto, Swastika, (2011:372) mengungkapkan bahwa Pentingnya pemberdayaan kelompok tani sangat beralasan karena keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini, terutama sejak adanya otonomi daerah, kecenderungan perhatian pemerintah terhadap kelembagaan kelompok tani sangat kurang, bahkan terkesan diabaikan sehingga kelompok tani yang sebenarnya merupakan aset sangat berharga dalam mendukung pembangunan pertanian belum berfungsi secara optimal. Menurut Peraturan Kementrian Pertanian No 82 tahun 2013 kelompok tani merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kepentingan yang sama, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

27

(40)

Usahatani merupakan kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari produksi, budidaya, penanganan setelah panen, pengolahan komoditas, sarana prasarana produksi, pemasaran hasil pertanian, dan/atau jasa penunjang.

Hermanto (1989) dalam Najmudinrohman (2010) mengatakan bahwa unsur pokok dalam usahatani meliputi lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Lahan merupakan tempat aktivitas produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan merupakan faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, intensifikasi, dan fasilitas-fasilitas.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berpengaruh pada produktivitas. Modal merupakan perpaduan faktor prouksi lahan dan tenaga kerja, modal ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani sendiri. Unsur terakhir yaitu pengelolaan atau manajemen, pengelolaan merupakan kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi pertanian.

D. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Arif (2012) dalam Afni (2014:14), mengatakan bahwa Peran pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat yaitu terbagi menjadi empat peran yaitu:

1. Peran Pemerintah sebagai regulator

Pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan).

(41)

41

Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjemahkan oleh masyarakat sebagai instrumen unuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan dimasyarakat. Pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi akan dikaitkan dengan kebijakan yang mendukung dalam pengembangan usahanya.

2. Peran Pemerintah sebagai dinamisator

Pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakkan partisipasi multipihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Bimbingan pengarahan sangat di perlukan dalam memelihara dinamika pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu memberikan bimbingan dan pelatihan kepada masyarakat.

3. PeranPemerintah sebagai fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan sebagai pihak dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau memfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan aman, termasuk menfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan seperti pendampingan dan pendanaan/permodalan.

4. PeranPemerintah sebagai katalisator

29

(42)

Pemerintah berposisi sebagai agen yang mempercepat pengembangan potensi daerah dan negara yang kemudian bisa menjadi modal sosial untuk membangun partisipasi.

Menurut Siagian (2009:142) mengatakan bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan nasional.

Peran pemerintah yang disoroti yaitu:

a. Peran selaku stabilitator, pemerintah selaku stabilitator yaitu dalam hal mewujudkan perubahan tidak berubah jadi gejolak sosial, apalagi yang dapat merupakan ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa.

b. Peran sebagai inovator, inovator merupakan salah satu produk dari kreativitas ditinjau dari administrasi pembangunan. Inovasi berarti penemuan baru, metode baru, sistem baru dan yang terpenting cara berfikir yang baru. Jadi prakondisi yang harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya, pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi.

c. Peran selaku modernisator, pemerintah bertugas untuk menggiring masyarakat kearah kehidupan modern, pengalaman dibanyak negara menunjukkan bahwa agar pemerintah mampu memainkan peranan penting itu, maka proses modenisasi harus terjadi dilingkungan birokrasi pemerintah sendiri.

d. Peran selaku pelopor, pemerintah harus memainkan peranan sebagai pelopor dalam berbagai segi kehidupan bernegara, dengan perkataan lain,

(43)

43

selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat.

e. Peran selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk memainkan peranan selaku pelaksana sendiri berbagai kegiatan meskipun diharapkan bahwa makin maju suatu masyarakat makin berkurang pula identitas peranan tersebut.

E. Kerangka Pikir

Kemandirian masyarakat adalah wujud dari pengembangan kemampuan ekonomi daerah untuk menciptakan kesejahteraan dan memperbaiki material secara adil dan merata yang ujungnya berpangkal pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berdiri sendiri berlaku pada satu pemikiran bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak mengelola sumber daya masyarakatnya. Fungsi pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pemberdayaanmengarahkan masyarakat pada kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran dalam kehidupan masyarakat.

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, atau bisa diartikan sebagai proses untuk memajukan kehidupan masyarakat. Pemerintah daerah dalam hal Dinas Pertanian Kabupaten Takalar dan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BPPPK) Kecamatan Polongbangkeng Utara sebagai perpanjangan tangan dari Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar sebagai instansi pemerintah yang mempunyai peran penting dalam

31

(44)

pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang dikucurkan pemerintah dalam bentuk berupa sekolah lapang atau kebun percontohan. Adapun peran pemerintah daerah dalam proses pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki yaitu pemerintah sebagai dinamisator, fasilitator dan regulator.

(45)

45

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Peran pemerintah daerah dalam proses pemberdayaan kelompok tani.

PERAN PEMERINTAH DAERAH

Fasilitator Dinamisator

 Mengidentifikasi masalah

 Menyusun rencana kegiatan kelompok

 Melaksanakan kegiatan kelompok

 Memantau hasil kegiatan kelompok

Petani yang mandiri

 Sosialisasi

 Pendampingan

 Bimbingan

 Kunjungan lapangan

Regulator Penyediaan varietas

unggul, pupuk dan obat-obatan/pestisida

Aturan pada saat selesai panen yaitu hasil pertanian petani

dikumpulkan dan dijual

Faktor pendukung

Adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan

kelompok tani

Faktor penghambat 1. Kurangnya tenaga

penyuluh.

2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti

penyuluhan.

3. Adanya kebiasaan petani yang selalu memakai pupuk anorganik

33

(46)

2. Faktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam memberdayakan kelompok tani.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pikir diatas maka dapat kita kemukakan defenisi fokus sebagai berikut:

1. Peran pemerintah yaitu upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam memberdayakan petani, meliputi peran sebagai dinamisator, fasilitator dan regulator.

2. Pemerintah sebagai dinamisator yaitu pemerintah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat agar dapat berdaya guna.

3. Pemerintah sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana dalam memberdayakan petani, meliputi penyediaan varietas unggul, pupuk dan obat-obatan.

4. Pemerintah sebagai regulator yaitu instrumen atau aturan untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

5. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memudahkan proses pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar, meliputi adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dalam hal Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar dan dinas pertanian Kabupaten Takalar serta kelompok tani di Kelurahan Manongkoki..

6. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki

(47)

47

Kabupaten Takalar yaitu pertama faktor internal, kurangnya tenaga penyuluh, kedua faktor eksternal, rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti penyuluhandan adanya kebiasaan petaniyang selalu memakai pupuk anorganik.

7. Pemerintah daerah yang dimaksud disini adalah Badan Ketahanan Pangan yang melakukan perpanjangan tangan melalui Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BPPPK) Kecamatan Polongbangkeng Utara dan dinas pertanian Kabupaten Takalar

8. Petani yang mandiri adalah petani yang sanggup melakukan produksi sendiri dan behasil yaitu petani yang mampu menguasai teknologi baru dan penguasaan akses permodalan.

35

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan setelah seminar proposal. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.Alasan memilih lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kesesuaian dengan topik penelitian. Karena daerah tersebut merupakan daerah yang mayoritas masyarakat petaniyang mempunyai kelompok-kelompok tani dan sangat relevan dengan judul yang akan diteliti.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif, artinya data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya dan pengumpulan data dengan membagikan kuesioner. Sehingga tujuan penelitian ini adalah menggambarkan tentang Peran pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dan realita empirik dibalik fenomena secara terperinci, mendalam dan tuntas.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan

36

(49)

49

informasi dilapangan pada masing-masing variable objek penelitian serta menarik kesimpulan mengenai apa yang hendak diperoleh dari penelitian ini. Kemudian peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan secara jelas.

C. Sumber Data 1. Data primer

Data primer merupakan data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan, atau tempat penelitian. Sumber data utama dari penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan cara mengamati dan mewawancarai.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dengan mewawancaraiaparat Dinas Pertanian, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertaniandan ketua kelompok tani.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakandata yang diperoleh dari sumber bacaan yang terdiri dari surat-surat, buku harian, notula rapat perkumpulan sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga bisa berupa majalah, buletin, publikasi dari organisasi, lampiran dari badan- badan resmi seperti kementerian, hasil survey, hasil studi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

37

(50)

langsung dengan aparat Dinas Pertanian, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian dan ketua kelompok tani.

D. Informan Penelitian

Sebelum informan dipilih penelitian terlebih dahulu dilakukan observasi informan dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Jumlah informan sebanyak 6 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah informan penelitian

No Informan Jumlah

1 Kepala Dinas Pertanian 1 Orang

2 Penyuluh Pertanian 1 Orang

3 Ketua Kelompok Tani Ta’disangka 1 Orang

4 Ketua Kelompok Tani Harapan 1 Orang

5 Ketua Kelompok Tani Suka Maju 1 Orang

6 Ketua Kelompok Tani Ma’bulosibatang 1 Orang

Jumlah 6 Orang

E. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid, pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang

(51)

51

diperlukan. Dengan demikian untuk mendapatkan data yang akurat peneliti akan menggunakan tiga teknik pengumpulan data agar bisa mendukung hasil penelitian dan benar-benar sesuai dengan fakta dan kondisi lapangan yang secara berturut seperti yang dijelaskan dibawah ini, yaitu:

1. Pengamatan/observasi

Pengamatan/observasi ini untuk mengetahui bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dengan tujuan mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, peningkatan dan sebagainya tentang peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar, secara langsung di lapangan sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang saja.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dari implementasi kebijakan pemerintah daerah dengan mewawancarai masing-masing ketua kelompok tani di Kelurahan Manongkoki yang mengurus bantuan pemerintah kaitannya dengan bantuan pemerintah daerah.

3. Studi Dokumen

Dalam mendokumentasikan baik berupa karangan, memo, intruksi, majalah, buletin, aturan sebuah lembaga masyarakat, dan berita yang

39

(52)

disiarkan di media massa, yang berkaitan dengan obyek penelitian. Tujuan digunakannya metode ini untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lebih jelas serta menjadi pendukung dari metode observasi dan metode wawancara.

F. Tehnik Analisis Data

Peneliti akan mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterprestasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Tujuan deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan terpercaya, serta akurat terhadap fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

G. Keabsahan Data

Tringulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding data.

Tringulasi terbagi atas 3 (tiga) yaitu:

1. Triangulasi Sumber artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Waktu, digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan

(53)

53

perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan daya yang sahih melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, dan

3. Triangulasi Metode,usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.

41

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Obyek Penelitian

Sebelum memulai pembahasan hasil penelitian mengenai Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Penulis akan memaparkan mengenai monografi Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar terlebih dahulu.

a. Kondisi Geografis Kelurahan Manongkoki

Kondisi geografis Kelurahan Manongkoki yang berada pada posisi kota Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dan sebagian wilayahnya berada di perkotaan dengan memiliki luas pemukiman 125,07 ha, luas lahan pertanian 198,07 ha. Luas prasarana umum 284,24 ha, perkantoran 0,03 ha, luas pemakaman 3 ha dan secara administrasi memiliki 4 (empat) wilayah lingkungan yakni: Lingkungan Maningkoki I, Lingkungan Manongkoki II, Lingkungan Pa’bentengang, Lingkungan Bontorita.

Dengan kondisi sebagai Kelurahan Manongkoki yang terletak di poros Takalar, maka keadaan tofografi Kelurahan Manongkoki yang merupakan dataran dengan ketinggian 2 meter diatas permukaan laut, dan secara geologis, wilayahnya memiliki tanah hitam yang berpasir.

Disamping itu wilayah Kelurahan Manongkoki berada pada poros jalan menuju kota Makassar, memiliki 2 iklim tropis dengan suhu rata-rata

42

(55)

55

mencapai 28 derajat celsius serta memiliki 2 tipe musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, dimana musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai November sementara musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan April yang berputar tiap tahunnya. Disamping memiliki curah hujan rata-rata setiap tahun di Kelurahan Manongkoki 2.000 mm sampai 3.000 mm.

b. Batas-Batas Kelurahan Manongkoki

Menurut monografi Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara memiliki batas-batas sesuai daftar tabel yang telah disajikan.

Tabel 4.1 Batas-Batas Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

No Batas Kelurahan Kecamatan/Kabupaten 1 Utara Kel. Panrannuangku Polongbangkeng Utara 2 Timur Kel. Panrannuangku Polongbangkeng Utara 3 Selatan Kel. Bajeng Polongbangkeng Selatan

4 Barat - Kabupaten Gowa

Sumber: Kantor Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar, 2014

Seperti yang di gambarkan pada tabel di atas bahwa di bagian Utara berbatasan dengan Kelurahan Panrannuangku, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Panrannuangku, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bajeng, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

43

(56)

c. Jumlah Penduduk Kelurahan Manongkoki

Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara memiliki jumlah penduduk sesuai daftar tabel yang telah disajikan.

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

No Nama Lingkungan Jumlah Penduduk

1 Manongkoki I 802 jiwa

2 Manongkoki II 1.172 jiwa

3 Pa’bentengang 911 jiwa

4 Bontorita 1.054 jiwa

Jumlah 3.939 jiwa

Sumber: Kantor Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar, 2014

Seperti yang di gambarkan pada tabel di atas bahwa Lingkungan manongkoki I dengan penduduk 802 jiwa, Lingkungan Manongkoki II dengan penduduk 1.172 jiwa, Lingkungan Pa’bentengang dengan penduduk 911 jiwa, Lingkungan Bontorita dengan penduduk 1.054 jiwa.

Dengan jumlah keseluruhan sekitar 3.939 jiwa yakni:

1. Jumlah penduduk laki-laki 1.896 jiwa 2. Jumlah penduduk perempuan 2.043 jiwa

Jumlah Total 3.939 jiwa

(57)

57

d. Daftar nama Kelompok tani di Kelurahan Manongkoki

Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar memiliki jumlah kelompok tani sebanyak 15 kelompok sesuai daftar tabel yang telah disajikan.

Tabel 4.3 daftar nama kelompok tani di Kelurahan Manongkoki Kabupaten Takalar.

No Nama Kelompok

1 Harapan 2 Ta’disangka 3 Julukanaya 4 Balla’parang 5 Biring kaloro’

6 Sunggu mate’ne 7 Setia kawan 8 Romanga I 9 Pangrita 10 Karya abadi 11 Bukit makmur 12 Ma’bulo sibatang 13 Manjarreki 14 Suka maju 15 Manongkoki II

45

(58)

e. Peta lokasi kelompok tani di Kelurahan Manongkoki

Gambar 4.1 peta lokasi kelimabelas kelompok tani berdasarkan hamparan dan jenis komuditi.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Jumlah informan penelitian
Tabel  4.1  Batas-Batas  Kelurahan  Manongkoki  Kecamatan  Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Tabel  4.2  Jumlah  penduduk  Kelurahan  Manongkoki  Kecamatan  Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab tujuan Kajian ke dua yaitu memformulasikan strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan digunakan

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dapat disimpulkan bahwa anggota dan kelompok wanita tani

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran kelompok tani padi di Kelurahaan Bajeng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar yang terdiri dari

Peran pemerintah kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tamaona diwujudkan dengan empat garis besar yakni Bina Manusia, dimana dalam bina manusia dilakukan

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan mempertanyakan berbagai hal yang terkait dengan Kelompok Tani

Judul skripsi : Efektivitas Peran Kelompok Wanita Tani (KWT) Rizki Lestari Dalam Pemberdayaan Perempuan Berbasis Agropolitan (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani

Dari pengamatan awal peneliti di lapangan, peran pemerintah daerah sebagai dinamisator juga menjadi hal yang tidak sesuai dengan harapan yang terjadi di Desa Tonsewer Kecamatan Tompaso

Penutup Kesimpulan Dalam rangka menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat petani dapat berkembang yang tergabung dalam kelompok tani, pemerintah daerah