• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KELURAHAN MALAKAJI KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN GOWA MAGFIRAH AL HUSNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KELURAHAN MALAKAJI KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN GOWA MAGFIRAH AL HUSNI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KELURAHAN MALAKAJI KECAMATAN

TOMPOBULU KABUPATEN GOWA

MAGFIRAH AL HUSNI Nomor Stambuk : 10564 01483 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KELURAHAN MALAKAJI KECAMATAN

TOMPOBULU KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Ilmu Pemerintahan (S.I)

Disusun dan Diajukan Oleh MAGFIRAH Al HUSNI

10564 01483 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Magfirah al Husni Nomor Stambuk : 10564 01483 11 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis /dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedian menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 5 Juli 2015 Yang Menyatakan,

Magfirah al Husni

(6)

ABSTRAK

MAGFIRAH AL HUSNI. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional Di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. (dibimbing oleh Muhlis Madani dan Nuryanti Mustari).

Penelitian ini mengkaji peran pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Malakaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam penataan pasar Malakaji dan faktor penghambat dan pendukung pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian adalah kualitatif dan analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini mulai dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Gowa, satpol PP Tompobulu, kepala pasar Malakaji, pengelola pasar Malakaji dan pedagang yang ada di pasar Malakaji. Sumber data utama dari penelitian ini adalah data primer data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan cara mengamati dan wawancara dan data sekunder data yang diperoleh dari sumber bacaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa yang meliputi peran sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator yang belum berjalan maksimal, dapat terlihat dari pelaksanaan dan pengeluaran peraturan, penyediaan sarana dan prasarana kemudian partisipasi pedagang yang sangat kurang dilakukan para pedagang di pasar Malakaji masih sangat kurang dan penyediaan sarana dan prasarana juga belum maksimal di sebabkan karena dana yang dikeluarkan oleh pemerintah kurang untuk perbaikan dan penambahan fasilitas, diberikan pemerintah belum memadai dan belum sebanding dengan kebutuhan para pedagang. Faktor pendukung adalah pemerintah mengeluarkan dana untuk perbaikan pasar, adanya partisipasi para pedagang dalam penataan pasar Malakaji. Faktor penghambat adalah Kurangnya pengawasan pemerintah terhadap penataan pasar di Malakaji, dan Kurangnya sarana dan prasaran disediakan pemerintah.

Kata kunci : Peran, Pemerintah, Daerah, Penataan, Pasar.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana ilmu pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Syalawat dan salam, tidak lupa pula penulis tujukan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabat. Salam dan rahmat semoga tettap tercurah hingga akhir zaman.

Sembah sujudku dan kupersembahkan karya ini kepada Ayahanda tercinta KAHARU Dg KANRO dan ibunda tercinta SATTI Dg TARRING, terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran, doa dan kasih sayangnya yag tak pernah putus beliau panjatkan dalam membesarkan penulis tanpa mengelug dan bosan, dan atas perhatian serta dukungan yang telah kalian berikan sepanjang hidupku.

Perkenankan pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku pembimbing pertama dan ibu DR. Nuryanti Mustari, S.IP. M.Si, selaku pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga, dan

(8)

pikirannya untuk memberikan paerhatian, bimbingan serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

Tak lupa pula penulis secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H.Muhlis Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Andi Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muahammadiyah Makassar.

3. Seluruh pengelola dan staf di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak kepala pasar beserta anggotanya dan para pedagang di Malakaji.

Terima kasih atas segala kerja sama dan bantuan yang telah diberikan selama penulisan dan saat pelaksanaan penelitian.

5. Keluargaku tercinta Muh Husni Al Mubarak, Wahid Hasan dan Hayana yang telah memberikan motivasi, inspirasi dan kasih sayangnya.

6. Sahabat terbaik Riskayana S. IP, Rahmatiah, Adhawati S. IP, Elvianti dan Nur ni’ma, yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Teman kost yang tercinta Suryanengsi, Darmawita, Nirmayanti Kadir S. Pd. I dan ka Ina yang tak bosan-bosannya memberikan perhatian dan dukungan.

8. Seluruh rekan-rekan dan sahabat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang penulis tak dapat sebutkan satu-persatu.

(9)

Tiada gading yang tak retak, oleh karenanya penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi dengan segala kerendahan hati, penulis memberanikan diri untuk mempersembahkannya sebagai wujud keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, olehnya itu koreksi, saran, dan kritikan yang sifatnya membangun penulis hargai untuk menyempurnakan penelitian serupa dimasa yang akan datang.

Penulis memohon kepada sang maha pengasih (ArRahman) semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah di sisi-Nya Amin.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, Juni 2015

Penulis

Magfirah al Husni

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Pengajuan Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pemerintah ... 7

1. Pengertian Pemerintahan ... 7

2. Peran Pemerintah Daerah ... 9

B. Penataan Pasar Tradisional ... ... 13

1. Pengertian Pasar Tradisional ... 13

2. Prinsip Penataan Pasar Tradisional ... 15

3. Penataan Pasar Tradisional ... 16

C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional ... 19

D. Kerangka Pikir ... 23

E. Fokus Penelitian ... 24

F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dan Waktu ... 27

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 27

(11)

D. Informan Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

G. Keabsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Obyek Penelitian ... 33

B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisonal ... 43

1. Peran Pemerintah Sebagai Regulator ... 43

2. Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator... 46

3. Peran Pemerintah Sebagai Dinamisator ... 58

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa ... 60

1. Faktor Pendukung ... 61

2. Faktor Penghambat ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Nama Informan ... 28

Tabel 4.1: Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Malakaji Tahun 2010 ... 36

Tabel 4.2 : Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kelurahan Malakaji Tahun 2010 ... 37

Tabel 4.3: Nama Pejabat Administrasi Kelurahan Malakaji ... 38

Tabel 4.4: Nama Kepala Lingkungan Kelurahan Malakaji ... 39

Tabel 4.5: Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gowa ... 41

Tabel 4.6 : Daftar Sarana dan Prasarana di Pasar Malakaji ... 47

Tabel 4.7 : Daftar Anggaran Penataan Pasar Tradisonal ... 61

Gambar 4.1 : Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 50

Gambar 4.2 : Lokasi Pasar Malakaji ... 54

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern di kelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap di sisi lain, pasar tradisional masih berkaitan dengan masalah klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidak nyamanan berbelanja.

Pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat di temui di pasar modern, khususnya hipermerket.

Meskipun demikian, argumen yang mengatakan bahwa kehadiran pasar modern merupakan penyebab utama tersingkirnya pasar tradisional tidak seluruhnya benar. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim,menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional.

Keadaan ini tidak secara langsungmenguntungkan pasar modern.

Pedagang enceran merupakan salah satu unsur penting dalam proses kegiatan distribusi barang. Bentuk dari perdangaan enceran dapat berupa pasar tradisional, supermarket, mini market, toko/kios, dan lain- lain. Perdangaan enceran di kawasan perkotaan dituntuk untuk semakin

(14)

berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakatnya. Hal ini didasari oleh karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung mendapatkan barang yang meraka butuhkan dengan membelinya, bukan dengan memproduksinya sendiri. Salah satu bentuk dari perdagang enceran ini adalah pasar tradisional. Pasar tradisional berperan sebagai pendistribusi barang, kebutuhan sehari-hari dengan mayoritas konsumen golongan menegah kebawa. Namun seiring dengan berkembangnya pasar modern, dan rendahnya daya tarik pasar tradisional ini di karenakan penataan pasar yang kurang baik.

Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasar tradisional yang tidak bertata dengan baik, misalnya banyak terdapat tumpuhkan sampah yang berserahkan. Selama ini permasalahan pasar masih ditangani kasus perkasus, belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang sehat. Menurut sumber, pasar tersebut mulai kehilangan pelanggannya karena kondisi pasar yang buruk. Omzet pasar tradisional terambil dari pasar modern. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berubah perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya.

Perbaikan kondisi fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas didalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berubah pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah untuk mengatur pasar tradisional dan pasar modern seperti

(15)

yang telah ditetapkan pada Perpres No.112/2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko Modern, sedikit banyak telah membatasi pembangunan pasar modern, akan tetapi kemampuan pasar tradisional untuk kembali bangkit dan menarik kembali konsumennya masih kurang, karena berkaitan dengan permasalahan penataan fisiknya yang masih kurang baik. Pengelolaan yang baik tanpa di ikuti dengan perbaikan kondisi fisik pasar tidak akan mampu memberikan daya tarik yang cukup besar untuk menarik konsumennya. Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik yang bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, di butuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dan masalahyang ada di pasar Malakaji yaitu kurangnya perhatian pemerintah dalam melakukan penataan sehingga pasar Malakaji banyak kekurangan fasilitas sarana dan prasarana.

Kabupaten Gowa memang belum memiliki perda yang khusus mengatur tentang penataan pasar modern dan pasar tradisional tetapi pemerintah daerah di Gowa masih dapat mengatasi masalah tersebut melalui tindakan-tindakan pengaturan terkait pemberian izin operasi ritel modern khususnya minimarket berjarigan. Bupati Gowa mengatakan tidak melarang kehadiran ritel modern (minimarket berjaringan) agar tidak

(16)

mematikan pasar tradisional dan toko-toko klantong yang dikelola secara tradisional yang menyerap banyak tenaga kerja.

Kondisi seluruh pasar tradisional nyaris sama. Selain bau dan becek, tak sendikit kios ditinggalkan pedagangnya karena bangrut kios- kios kosong dalam pasar tradisional tersebut ada yang dijadikan gudang, tempat tinggal, atau dibiarkan tidak ditempati sama sekali. Kondisi fisik bangunan pasar yang ada sudah tidak terawat dan membahayakan keselamatan pedagang dan pengungjung pasar upaya penataan yang telah dilakukan pemerintah selama ini masih berupa kasus perkasus, dan belum ada standar mengenai penataan pasar seperti apa yang seharusnya diterapkan, dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorintasikan pada masyarakat sebagai pengunanya, di harapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat menigkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

Salah satu pasar tradisional di Kabupaten Gowa yang perlu diperbaiki fisik dan non fisik yaitu pasar tradisional di Malakaji di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu. Beberapa kendala yang di temukan saat melakukan prapenelitian adalah: Kurangnya losmen-losmen penjualan sehingga masih banyak yang menggunakan losmen-losmen yang terbuat dari kayu dan bambu, Tidak adanya tempat sampah pada pasar Malakaji sehingga membuat pengunjung pasar tidak nyaman untuk berbelanja, penataan jenis penjual tidak tertata dengan baik. Persoalan diatas mengakibatkan kondisi pasar yang bau dan becek ketika hujan,

(17)

kemudian jalanan setiap losmen sempit sehingga terjadi desat-desakan ketika berada di dalam pasar tradisional.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis sangat tertarik untuk mencoba meneliti dan mendiskripsikan masalah dengan mengambil judul

“Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan diatas, maka peneliti ini berusaha seoptimal mungkin untuk mengkaji masalah dengan batasan:

1. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambatdan pendukungPeran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan disiplin ilmu peneliti, maka peneliti yang dilaksanakan berdasarkan atas bidang ilmu pemerintahan, dan terkhusus membahas masalah “Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

a. Untuk mengetahui bagaimana Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

b. Untuk megetahui faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

2. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Penelitian ini akhirnya dapat berguna bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa agar bisa meningkatkan perannya terutama dalam penataan pasar tradisional.

b. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dan melanjutkan pada ruang lingkup yang lebih luas.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pemerintah

1. Pengertian Pemerintahan

Istilah pemerintah berasal dari kata “Perintah” yang berarti menyuruh melakukan sesuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu Negara, seperti kabinet. Menurut Wilson dalam Kencana ( 2002:12) Pemerintahan pada akhir uraiannya, adalah suatu pengorganisasian kekuatan, tidak selalu berhubungan dengan organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua atau sekelompok orang dari sekian banyak kelompok.

Birokrasi pemerintah ditingkat pusat disebut kementrian Negara beserta jajarannya yang membantu fungsi kekuasaan Eksekutif yaitu Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepalah Pemerintahan.Yang mewujudkan fungsi eksekutif sehari-hari adalah birokrasi Pemerintah, sehingga peranan birokrasi menjadi penting. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Thoha dalam Sembiring (2012:1),bahwa:

Peran Birokrasi menjadi mengemuka karena didalam masyarakat sudah berkembang penguasa-penguasa politik yang telah mendelegasikan urusan-urusan perencanaan dan pelaksananan kebijakan pada birokrasi dan bahkan mengantunkannya pada infrastruktur birokrasi.

(20)

Menurut Hamdi (2002:8) Fungsi pemerintah yakni melakukan pengaturan dan memberikan pelayanan. Pengaturan dalam arti megaskan bingkai kesepakatan kehidupan kolektif, agar terdapat kepastian dan perilaku yang memberikan pemamfaatan pada kepentingan umum.Pelayanan terhadap hak- hak masyarakat berisi kegiatan untuk memudahkan menikmati hidupnya yang patut atau pantas sesuai dengan nilai-nilai dan martabat kemanusiaan.Sedang pelayanan terhadap kewajiban masyarakat berisi kegiatan untuk memampukan masyarakat memahami kepatuhan kolektif yang semestinya dikembangkan.Pelayanan ini kemudian sangat berkaitan dengan fungsi pemberdayaan.

Istilah pemerintahan adalah suatu ilmu seni. Disebut sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena memenuhi syarat-syaratnya, yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek material maupun formal, sifatnya universal, sistematis serta spesifik dan dikatakan sebagai seni, karena banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan maupun berkiat serta dengan karismatik menjalankan roda pemerintahan. (Syafie, 2002:11).

Dalam kata perintah “perintah” tersebut, ada dua pihak yang terkandung dan saling memiliki hubungan, yaitu pihak yang memerintah memiliki wewenang dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan. Jika kata ilmu dirangkai dengan kata “pemerintahan” menjadi “ilmu pemerintahan”. Sedangkan menurut A.Brasz dalam Syarifin (2005), Ilmu pemerintahan adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara

(21)

bagaimana lembaga pemerintahan umum itu disusun dan difungsikan baik secara ke dalam maupun ke luar terhadap warganya. (Syarifin, 2005:1).

Secara luas ilmu pemerintahan merupakan suatu aparatur atau alat perlengkapan Negara dalam rangka menjalankan segala tugas dan wewenang/kekuasaan Negara, baik kekuasaan Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. Apabila dilihat dari negara Indonesia saat ini dengan mengacu pada undang-undang dasar 1945 sebagai peraturan perundang- undangan yang tertiaggi, pemerintahan dalam arti luas tersebut mencakup MPR, Presiden, DPR, MK, DPD, BPK, dan MA. Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aparatur/alat kelembagaan Negara yang hanya mempunyai tugas dan wewenang/kekuasaan eksekutif saja, dengan kata lain pemerintahan dalam arti sempit ini tidak lain adalah pemerintah. (Syarifin, 2005:19).

2. Peran Pemerintah Daerah

Sebagai terlaksananya suatu fungsi atau tugas tentang sesuatu hal tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengertian yang lain mengenai pengertian peran maka akan ditemukan bermacam-macam pendapat yang memberikan rumusan-rumusan dan berbagai sudut pandang yang sangat bervariasi. Pariata Westra dalam Tuti (2003:9) yang berpendapat bahwa :

“Peranatau role adalah suatu kelakuan yang diharapkan dari oknum dalam antar hubungan sosial tertentu yang berhubungan dengan status sosial tertentu”.

Menurut Koentjaraningrat (2003: 136) orang yang bertindak dalam pranata tersebut biasanya menganggap dirinya menempati suatu kedudukan sosial

(22)

tertentu, tindakan tersebut di bentuk oleh norma-norma yang mengatur kedudukan (status) menjadi bagian penting dalam setiap upaya untuk menganalisa masyarakat. Tingkah laku seseorang yang memainkan suatu kedudukan tertentu itulah yang disebut sebagai peranan sosial.

Dikutip oleh Soekanto (2007: 213) dari buku “Role, Personality AndSocial Structure” karya Levinson, Peranan dapat mencakup tiga

hal,sebagai berikut:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atautempat seseorang dalam masyarakat. Peran ini merupakan rangkaianperaturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupankemasyarakatan.

2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Usman dalam Tuti (2013:14) mengemukakan “ Peran adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku Eko dalam Tuti(2013:10).Soekanto “Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)”. Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Eko, 2013).Menurut Soekarkanto, (Fatmawati, 2010:8), peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang melakukan hak dan

(23)

kewajibannya maka dia menjalankan suatu peran. Menurut Belgo, (Fatmawati, 2010:8), analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu:

1. Ketentuan peran adalah pernyataan formal pembuka tentang perilakuyang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa peranannya.

2. Gambaran peran adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara aktual dan ditampilkan seseorang dalam membawakan peranannya.

3. Harapan peran adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yangditampilkan seseorang dalam membawakan peranannya.

Menurut Samuel Edward Finer dalam Risma (2015:10): Pemerintah harus mempuyai kegiatan terus menerus (precess), Negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty) dan cara, metode serta sistem (menner, method,andsytem) dari pemerintah terhadap masyarakat (Kencana,2011:8).Menurut Siagian (2009:142) mengatakan bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan nasional. Peran pemerintah yang disoroti yaitu:

1. Peran selaku stabilisator, pemerintah selaku stabilitator yaitu dalam hal mewujudkan perubahan tidak berubah jadi gejolak sosial, apalagi yang dapat merupakan ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Peran selaku inovator, inovator merupakan salah satu produk dari kretivitas, di tinjau dari administrasi pembangunan, inovasi berarti penemuan baru, metode baru, sistem baru, dan yang terpenting cara

(24)

berfikir yang baru. Jadi prakondisi yang harusterpenuhi agar efektif memainkan peranannya, pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahaan (legitimacy) yang tinggi.

3. Peran sebagai modernisator, pemerintah bertugas untuk menggiring masyarakat kearah kehidupan modern, pengalaman di banyak Negara menunjukkan bahwa agar pemerintah mampu memainkan peranan penting itu, maka proses modernisasi harus terjadi di lingkungan birokrasi pemerintah sendiri.

4. Peran selaku pelopor, pemerintah harus memainkan peranan sebagai pelopor dalam berbagai segi kehidupan bernegara, dengan perkataan lain, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat.

5. Peran selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk memainkan peran selaku pelaksana sendiri berbagai kegiatan meskipun diharapkan bahwa makin maju suatu masyarakat makin berkurang pula identitas peranan tersebut.

Pengertian pemerintah daerah ini apabila kita kaji dengan pengertian- pengertian pemerintah sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya dapatlah diartikan sebagai pemerintah dalam arti sempit. Hal demikian dikarenakan arti pemerintah pada ketentuan undang-undang diatas menunjukan pada badan eksekutif daerah semata. Adapun arti secara yuridis menurut UU Nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1 angka 2, pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonom dan tugas

(25)

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. (Pipin Syarifin, 2005:20).

Pengertian Pemerintahan daerah di atas, apabila kita kaji dengan pengertian pemerintahan yang telah diuraikan sebelumnya, sesungguhnyapemerintahan daerah, sebagaimana yang terkandung dalam undang- undang tersebut, mengandung pengertian pemerintahan dalam arti luas. Hal tersebut dikarenakan arti pemerintahan daerah pada ketentuan undang-undang di atas, menunjuk pada penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom secara keselurahan, tidak hanya pada fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga adanya peran serta dari DPRD sebagai sendi demokrasi.

Guna melaksanakan pemerintahan dalam arti luas pada Negara kesatuan, ada 2 macam pembagian yaitu:

1. Pemerintah pusat (central govermment), yang mencakup seluruh perangkat penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas semua dapertemen dan badan pemerintah yang ditentukan oleh presiden.

2. Pemerintahan didaerah (local state govermment), yang terdiri atas 2 macam yaitu:

a. Pemerintah yang memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (local self govermment).

b. Pemerintah wilayah (local state govermment), yang berfungsi sebagai pelaksana tugas pemerintah pusat. (Surianingrat, 1980:19).

(26)

B. Penataan Pasar Tradisional 1. Pengertian Pasar Tradisional

Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaatdari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhanya sedangkan penjaul mendapat imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang, agar transaksi berjalan lancar dan kedua bela pihak mencapai tujuannya, masing-masing pihak akan selalu berusaha mencari informasi yang akurat tentang berbagai hal. Pembeli berusaha mendapatkan informasi tentang barang apa saja yang tersediauntuk memenuhi kebutuhannya, berapa jumlah yang tersedia, kualitas bagaimana yang dibutuhkan dan dimana konsumen merasa senang untuk mendapatkannya.

Menurut pengertiannya, pasar merupakan suatu tempat bagai manusia dalam mencari keperluan sehari-harinya.Sedangkan menurut Belshaw dalam Lubis (2005: 11), pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis dan lain-lainnya, tempat pembeli dan penjual (penukar tipe lain) saling bertemu untuk untuk

(27)

megadakan tukar menukar. Kegiatan perdagangan tradisional di antaranya adalah pasar tradisional dan toko-toko enceran, sedangkan kegiatan perdagangan modern dijumpai dalam bentuk pasar modern yang dikenal dengan mal, pasar swalayan, depertment store, shopping center dan hypermarket.(Suprapto, 1988:10).

Menurut Lubis (2005), yang dianggap selama ini sebagai pasar tradisional adalah pasar yang bentuk bangunanya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga relatif murah, dan cara pembelianya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang profesional.(Lubis, 2005:13).

2. Prinsip Penataan Pasar Tradisional

Prinsip penataan pasar tradisional antara lain keadaan fisik dan lingkungan pasar harus dibuat rapi dan nyaman agar aktivitas, fungsi, dan makna pasar dapat dimaksimalkan sesuai perkembangan kota, kehidupan masyarakat, danperekonomian umumnya. Pasar bukan hanya tempat jual beli tetapi juga harus didorong menjadi tempat rekreasi dan parawisata, bahkan fungsi interaksi soal dan budaya, pasar harus menumbuh kembangkan usaha yang sudah ada maupun yang baru,termasuk ekonomi

(28)

kreatif sebagai upaya peningkatan ekonomi. Pasar harus dapat menjadi wadah pembinaan dan pelayanan pemerintah juga untuk menyukseskan program pemerintah serta dapat meningkatkan pendapatan pemerintah.

Selain itu,prinsip penataan pasar tradisional juga boleh menggeser tetapi meminimalkan meggusur. Menggeser dalam arti kata memindahkan tempat atau mengubah pola usaha bukan mematikan usaha pedagang.

Selain prinsip penataan prinsip pasar tradisional, juga harus ada yang namanya prinsip pengelolaan pasar tradisional yaitu tidak mengubah prinsip pasar tradisonal, hanya memoderenkan pasar tradisional.

Pengelolaan pasar tradisional harus dapat meningkat omzet penjualan dan pendapatan pengusaha, meningkatkan jumlah, segmen atau klasifikasi pembeli dan pengungjung, memperbanyak jenis dan klasifikasi barang jualan serta dapat memperluas lapangan kerja dan usaha. Selain itu, prinsip pengelolaan pasar tradisional juga harus dapat mewujudkan demokrasi ekonomi.(Fithrati, 2010:9)

3. Penataan Pasar Tradisional 1. Keamanan

Keamanan Menurut (Sastradipoera,2006:101) yaitu kreteria penilaian pengguna terhadap tingkat kerentanan terhadap ancaman kriminalitas didalam area pasar. Dalam melayani konsumen, para petugas pelayanan harus memberikan perasaan aman pada konsumen. Tanpa perasaan aman didalam hatinya niscaya konsumen akan berpikir dua kali jika harus kembali ke tempat tersebut. Rasa aman yang dimaksudkan

(29)

disini adalah selain rasa aman fisik adalah rasa aman prikis. Dengan adanya keamanan maka seseorang konsumen akan merasa tentram dan mempunyai banyak kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang di inginkan.

Penataan harus tetap dilakukan terhadap pasar ini, karena dengan penataan yang baik akan menimbulkan kesan yang nyaman terhadap pasar tersebut. Pasar tradisional yang selama ini dikesankan jorok,becek, dan bau harus segara di hilangkan dari kesan tersebut. Penataan yang baik harus dimulai dari penataan bangunan, letak pedagang, mulai kios, tempat penjualan hingga akses jalan sepanjang pasar, jangan sampai terjadi kesemrawutan yang terjadi seperti kemacetan karena adanya pasar yang disebabkan pedagang sehingga tumpah di jalan raya, sampah-sampah pasar yang juga selama ini mewarnai pasar-pasar tradisional harus dihilangkan. Setelah menyelesaikan tata pedagang yang baik dan rapi, penataan juga dilakukan terhadap pelayanan barang dan jasa yang di jajakan oleh pedagang. Fasilitas harus menunjang apa yang dibutuhkan pedagang dan pembeli selama dipasar, seperti toilet umum, sarana ibadah, tempat parkir dan sebagainya.

2. Kebersihan

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya, debu, sampah. Dalam menentukan kepuasan pelanggan khususnya mengenai tempat, faktor kebersihan juga memiliki pengaruh yang sangat besar sekali karena pelanggan dimana pun juga memiliki

(30)

keinginan yang sama dimana dalam mendapatkan kebutuhan khususnya makanan, tempatnya harus benar-benar bersih, sehat dan terbebas dari penyakit.

Untuk menata pasar tradisional ada tiga hal yang perlu diketahui yaitu pedagang pasar tradisional, pemerintah daerah, dan pelanggan pasar tradisional. Pedagang pasar tradisional patut mengorganisir diri, bagusnya dalam bentuk koperasi pedagang pasar, yang fungsinya untuk mengembangkan pengelolaan dan pelayanan usaha dagangnya, serta memelihara lingkungan pasar yang bersih. Pasar yang sehat dapat menciptakan lingkungan yang nyaman serta tetap melestarikan nilai-nilai budaya, sehingga pasar sehat menjadi bentuk upaya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pasar sebagai bagian hidup dari masyarakat. Dalam mewujudkan pasar sehat memerlukan kesepakatan dan dukungan penuh dari stakeholder yang terkait didalamnya mulai dari pedagang, pekerja, pengelola, asosiasi, pemasok, pihak swasta, LSM dan pemerintah setempat yang dilakukan secara kesenambungan pedoman penyelenggaraan pasar sehat ini memberikan panduan mengenai langkah-langkah penyelenggaraan, kriteria pasar sehat, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi. Untuk dapat terselenggaranya secara berkesinambungan perlu di bentuk tim pembina pasar sehat baik di propinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam rangka efesiensi tim pembina pasar sehat propinsi dan kabupaten/kota

(31)

diintegrasikan kedalam tim pembina propinsi atau tim pembina kabupaten/kota sehat yang sudah ada. (Daryanto, 2010:44)

3. Kenyamanan

Kenyamananadalah sebagai pertimbangan pengguna untuk mendapatkan rasa nyaman untuk melakukan aktifitas di dalam area pasar.

Kenyamanan atau nyaman adalah suatu keadaan segar, sehat, sedap, sejuk dan enak. Kenyamanan lingkungan adalah suatu keadaan yang membuat seseorang terlindung dari ancaman psikologis. Perubahan kenyamanan lingkungan akan menyebabkan perasaan yang tidak nyaman dan berespon terhadap stimulus yang berbahaya . Kondisi nyaman menunjukan keadaan yang bervariasi untuk setiap individu, sehingga kenyamanan bersifat subjektif dan berhubungan dengan keadaan tingkat aktivitas, pakaian, suhu udara.Unsur-unsur iklim memiliki peran yang penting dalam menentukan kenyamanan suatu wilayah/kawasan. Salah satu faktor iklim yang mempengruhi kenyamanan yakni suhu udara, sehingga semakin tinggi suhu udara maupun semakin rendah suhu udara, sehingga semakin tinggi suhu udara maupun semakin rendah suhu udara, akan mengurangi kenyamanan. Kenyamanan didalam tempat berbelanja akan senantiasa diharapkan konsumen dalam memperoleh barang yang diinginkannya.

Mulai dari kenyamanan tempat berbelanja, keamanan, suasana dan juga keramahan penjual. kenyamanan suatu tempat akan mempengaruhi konsumen dalam menentukan tempat pembeli suatu barang.

C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar Tradisional

(32)

Definisi peranan menurut Dapertemen pendidikan dan kebudayaan memberikan arti peranan, “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Sedangkan menurut. Poerwadarminto dalam kamus umum bahasa Indonesia mengertikan peranan adalah, “ Sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)”. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan adalah segala sesuatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah pada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah yang mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan megurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan tehadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Menurut Arif (2012), peran pemerintah daerah dalam penataan yaitu terbagi menjadi empat peran yaitu:

1. Peran pemerintah sebagai Regulator

(33)

Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan).Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjemahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi akan dikaitkan dengan kebijakan yang mendukung dalam pengembangan usahanya.

2. Pemerintah sebagai Fasilitator

Peran pemerintah sebagai Fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam mengoptimalkan pembangunan daerah).Sebagaifasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau menfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan aman, termasuk menfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan seperti pendampingan dan pendanaan/permodalan.

3. Peran pemerintah sebagai Dinamisator

Pemerintah sebagai dinamisatoradalah menggerakan partisipasi multipihak tatkala stagnasi terjadi dalam prosespembangunan (mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat.Bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan dalam memelihara dinamika.Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu memberikan bimbingan dan pelatihan kepada masyarakat.

(34)

4. Pemerintah sebagai Katalisator

Pemerintah berposisi sebagai agen yang mempercepat pengembanagan potensi daerah dan negara yang kemudian bisa menjadi modal sosial untuk membangun partisispasi.

MenurutSembiring (2012),fungsi pemerintah negara termasuk pemerintahdaerah dimanapun berada, sekurang kurangnya melakukan fungsi pela yanan (service), fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pemberdayaan (empowering), dalam upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan LAN dalam Sembiring (2012), bahwa: dalam public Governance peran sektor negara/pemerintah, tetap penting. Tetapi bukan sebagai pemberi layanan barang dan jasa, melainkan berperan sebagai regulator dan fasilitator menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat.Oleh karena itu paradigma utama dalam governance yang baik adalah pemberdayaan masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten atau Daerah Kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan olehbadan perencanaan pembangunan daerah.

1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP Daerah) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang ditetapkan dengan Perda.

(35)

2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM Daerah) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang ditetapkan dengan Perda.

3. Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah pusat.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada Daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang yang mengatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan Pemerintah yang diserahkan kepada Daerah menjadi sumber keuangan Daerah.Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian,tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada didaerah dan dana perimbangan lainnya hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah sertasumber-sumber pembiayaan. Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya pemerintah menerapkan prinsip uang mengikuti fungsi.

D. Kerangka Pikir

(36)

Penataan pasar tradisional merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian pemerintah oleh karena itu penataan pasar tradisional harus lebih luas dan bukan hanya sekedar perubahan pada fisik bangunannya saja, tetapi juga harus ada konsep bagaimana mendinamika pasar salah satunya menyediakan lapak-lapak atau kios-kios baru bagi para pedagang pasar. Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern dalam hal ini dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional.

Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep panataan pasar tradisional yang berorentasikan pada masyarakat sabagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional dan pasar modern. Pengelolaan potensi pasar tidak hanya berorentasi pada peningkatan PAD, tetapi berpihak pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Karena itu, dalam menggagas model pengelolaan pasar perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait, seperti Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Bangunan, Dinas perhubungan.

Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia usaha mandek.

Pedagang kecil, menegah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha sebagai regulator harus

(37)

mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan.

BAGAN KERANGKA PIKIR

E. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian tentang peran pemerintah dalam penataan pasar tradisional dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa dan faktor penghambat dan pendukung dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Pasar

Tradisional 1. Regulator 2. Fasilitator 3. Dinamisator Faktor Pendukung

1. Pemerintah sudah

mengelurkan dana untuk perbaikan pasar.

2. Adanya partisipasi para pedagang dalam

penataan pasar.

Faktor Penghambat

1. Kurangnya pengawasan pemerintah terhadap penataan pasar.

2. Kurangnya sarana dan prasaran di sediakan pemerintah

Pasar Tradisional yang Tertata

(38)

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran adalah segala sesuatu tindakan yang dilakukan dengan segala yang bisa mangakibatkan terjadinya suatu peristiwayang lain baik secara langsung maupun tidak langsumg.

2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dan unsur penyelenggaraan pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, walikota, dan perangkat daerah.

3. Penataan pasar adalah suatu proses untuk membuat keadaaan fisik dan lingkungan pasar menjadi bersih, indah, aman dan nyaman agar aktivitas, fungsi, dan makna pasar dapat dimaksimalkan sesuai perkembangan kota, kehidupan masyarakat, dan perekonomian pada umunya.

4. Peranan pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelengggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan).

Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjamahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

5. Pemerintah sebagai fasilitator yaitu peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau memfasilitasi suasana yang tertip, nyaman dan aman, termasuk

(39)

memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan seperti pendampingan dan pendanaan/ permodalan.

6. Pemerintah sebagai dinamisatoradalah menggerakan partisipasi multipihak tatkala stagnasi terjadi dalam prosespembangunan (mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat.Bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan dalam memelihara dinamika.Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu memberikan bimbingan dan pelatihan kepada masyarakat.

7. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memudahkan proses peran pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

8. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat peran pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian adalahselama ± 2 bulan dan adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah pasar tradisonal di Kelurahan Malakaji yang berada di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk melihat sejauh mana peran pemerintah daerah dalam penataan pasar Tradisional serta faktor pendukung dan penghambat apa saja yang di hadapi oleh pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

B. Jenis dan tipe penelitian

1. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif, artinya data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, observasi secara langsung, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya.

2. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif yaitu merupakan penelitian yang menggambarkan secara jelas tentang penataan pasar tradisional di pasar Malakaji.

C. Sumber data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada perusahaan dan wawancara langsung

(41)

dengan pimpinan beserta stafnya yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa dokumen- dokumen dan buku literaturserta laporan tertulis diluar perusahaan yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.

D. Informan Penelitian

Dalam mengumpulkan yang diinginkan, sehingga informan yang dipilih adalah informan yang mampu memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai peran pemerintah daerah dalam penataan pasar tradisonal di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Tabel 3.1 Nama Informan

No Nama Umur Jabatan

1. Ma’ruf Alam 44 Thn Kepala Desperindag 2. Subair Bahri 39 Thn Satpol PP Tompobulu 3. Robiansyah B 35 Thn Kepala Pasar Malakaji 4. Susang dg Lebong 40 Tahun Pedagang Kue

5. Maha Dg Lallo 50 Thn Personil Kebersihan 6. Mansur Dg Mula 48 Thn Personil Kebersihan 7. Syahrir Rahman 34 Thn Pedagang Ikan 8. Salma Dg Kebo 45 Thn Pedagang Sayur 9. Hj. Rahmawati 46 Thn Pedagang Pakaian 10. Dahlia Dg Lebong 36 Thn Pedagang Pecah Beling

(42)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penulis mengambil 10 (sepuluh) orang untuk dijadikan informan dalam penelitian ini.

Pemilihan informan diatas diambil dari dinas perindustrian dan perdagangan 1 (satu) orang, kepala satpol PP Tompobulu 1 (satu) orang, kepala pasar Malakaji 1 (satu) orang, personil kebersihan 2 (dua) orang, pedagang di pasar Malakaji 5 (lima) orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi sebagai bahan melakukan penilaian terhadap penataan pasar tradisional . Data dan informasi tersebut dapat diperoleh melalui dua teknik antara lain:

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara:

a. Metode observasi lapangan

Observasi dimaksudkan untuk mengamati data empiris di lapangan serta melakukan pencatatan. Langsung mendatangi kantor dinas perindustrian dan perdagangan di Kabupaten Gowauntuk mengetahui bagaimana pemerintah dalam menata pasar Tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

b. Metode wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanyajawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berhadapan langsung dengan informan yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti.

(43)

c. Metode dokumentasi.

Metode ini akan dilakukan dengan cara mendatangi Kantor dinas perindustrian dan perdagangandi Kabupaten Gowa untuk memperoleh data tentang peranpemerintah dalam penataan pasar tradisional di Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

1. Teknik Pengumpulan Data Sekunder yaitu data yang diperlukan untuk mendukung data primer. Pada penelitian ini data sekunder yang dimaksud yaitu: Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data-data yang diperoleh melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dari lapangan dari observasi lapangan dan dari para informan. Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data penelitian kualitatif, menurut Miles dan Huberman (dalam Manurung, 2005:89), yaitu:

1. Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak penting sehingga kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Jadi laporan lapangan sebagian bahan disingkat dan disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah

(44)

dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mecari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.

2. Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelitian. Penyajian data dalam bentuk gambaran, skema, dan tabel mungkin akan berguna mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam penyusunan kesimpulan penelitian. Pada dasarnya, sajian data dirancang untuk menggambarkan suatu informasi secara sistematis dan mudah dilihat serta dipahami dalam bentuk keseluruhan sajiannya.

3. Kesimpulan merupakan hasil akhir dari reduksi data dan penyajian data.

Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

G. Keabsahan Data

Validitas data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

a. Triangulasi sumber

(45)

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain yang telah diperoleh sebelumnya.

b. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yang dilakukan disini dengan menguji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Obyek Penelitian

1. Kondisi Letak Geografis Kelurahan Malakaji

Gambaran Umum Kelurahan Malakaji adalah usaha mengambarkan secara utuh tentang kondisi Kelurahan Malakaji.Data-data yang disusun diambil dari semua data yang tersedia dan bisa didapatkan, selain menggunakan data-data yang ada gambaran umum Kelurahan Malakaji ini, diperkaya dengan yang didapat dari hasil wawancara. Kelurahan Malakaji secara administratif terletak di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa Provensi Sulawesi Selatan, yang merupakan ibu kota Kecamatan Tompobulu.

Kelurahan Malakaji secara geografis berada di ketinggian antara 700 – 1.000 mdpl (diatas permukaan laut). Kemiringan lereng antara 50°-85°, dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam pertahun antara 135 s/d 160 hari, serta suhu rata-rata pertahun adalah 15°C s/d 35°C. Kelurahan Malakaji merupakan kelurahan yang ada di Kecamatan Tompobulu yang wilayahnya berbatasan langsung di sebelah utara berbatasan dengan Desa Rampolemba dan Desa Rappoala, di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Cikoro, disebelah Selatan berbatasan dengan Desa Garing, Desa Bontobuddung dan Desa Tanete, dan disebelah Barat berbatasan dengan Desa Datara dan Kecamatan Bontolempangan.

Luas wilayah Kelurahan Malakaji dalam tata guna lahan dan luas wilayah Kelurahan Malakaji 6,75 km ² terdiri dari : Hutan rakyat : 10,75 ha,

(47)

Sawah : 248,50 ha, Ladang/Kebun : 506, 25 ha, Pemukiman : 193, 60 ha, Perkeburan : 0,75 ha, Area perkantoran : 3,70, Lahan kritis : 127,50 ha, dan lainnya : 79,25 ha. Dan wilayah Kelurahan Malakaji terdiri dari 5 (lima) lingkungan yaitu:

a. Wilayah lingkungan Malakaji Selatan terdiri dari 4 (empat) RK dan 8 (delapan) RT.

b. Wilayah lingkungan Mappakasunggu terdiri dari 4 (empat) RK dan 8 (delapan) RT.

c. Wilayah lingkungan Malakaji terdiri dari 4 (empat) RK dan 8 (delapan) RT.

d. Wilayah lingkungan Malakaji Utara terdiri dari 4 (empat) RK dan 8 (delapan) RT.

e. Wilayah lingkungan Campagayya terdiri dari 4 (empat) RK dan 8 (delapan) RT.

Wilayah Kelurahan Malakaji secara umum mempunyai bias geologis berupa daerah pengunungan serta hamparan sawah yang berada di sekitar Wilayah kelurahan Malakaji. Selain itu tanaman jangka panjang berupa kopi, kakao, cengkeh dan berbagai jenis kayu seperti bissu, garu, pannera, jati putih dan krastania dll. Kelurahan Malakaji secara umum kondisi tanahnya gembur dan subur semua jenis tanaman biasa tumbuh baik berupa sayur-sayuran, palawija, maupun tanaman jangka panjang.

2. Sejarah Kelurahan Malakaji

Menurut sejarah pada tahun 1945 sampai tahun 1949 Malakaji masih wilayah desa Datara. Kemudian sekitar tahun 1959 barulah terbentuk Gallarang

(48)

Malakaji yang di pimpin oleh 3 Gallarang dengan cara berturut-turut yaitu:

Ma’ruf bin musa. Dg.Masang dan H. Jarre. Kemudian pada tahun 1960 Malakaji pun di bagi menjadi 6 Dusun yaitu Dusun Malakaji, Dusun Campagayya, Dusun Cikoro, Dusun Lembang bu’ne, Dusun Parangkeke dan Dusun Tanete Utara, ke enam dusun ini di pimpin oleh kepala Desa secara berturut-turut yaitu: H. Saudir BM, A. Hakim Nompo, A. Halim Dg Rangka dan Hamanja. Dan Desa Malakaji berubah menjadi Kelurahan pada Tahun 1980 yang terdiri dari enam lingkungan yang dipimpin Lurah sampai sekarang yaitu: Baso Abdullah, Jalani Faqi, Zaenal Majid, Abd.Muis Yaqub, Misi, S.Sos, H. Hasbullah, dan Muhammad Sidiq, SE.,sampai sekarang.

Pemerintahan Baso Abdullah, PLN mulai masuk di Kelurahan Malakaji (1981).Kemudian pada tahun 1989 Kelurahan Malakaji dimekarkan, hasil pemekaran terbentuklah Kelurahan Cikoro. Dari hasil pemekaran Kelurahan Malakaji terbagi tiga lingkungan yaitu: Lingkungan Mappakasunggu, Lingkungan Campagayya, Lingkungan Malakaji. Tahun 2010 pada pemerintahan Muhammad Sidiq, SE Malakaji dimekarkan menjadi 5 (lima) lingkungan.

3. Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk Kelurahan Malakaji bermata pencaharian sebagai petani.Dan sebagian kecil warga bergelut di bidang industri rumah tangga seperti kue tradisional, meubel dan berbagai aneka industri kecil lainnya.Kelurahan Malakaji sebagai ibukota Kecamatan merupakan pusat perdagangan untuk Kecamatan Tompobulu.

(49)

Tabel 4.1 : Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Malakaji Tahun 2010

No Macam Pekerjaan Jumlah Presentase

1. Petani 984 75,34%

2. Pedagang 29 2,22%

3. Buruh 81 6,20%

4. PNS 149 11,41%

5. TNI/Polri 47 3,60%

6. Peg.Swasta/BIMN 16 1.23%

Jumlah 1306 100%

Sumber data : Monografi Kelurahan Malakaji

Dengan melihat tabel di atas, petani merupakan pekerjaan yang berada diposisi pertama dengan nilai 75,34% dari jumlah KK, hal ini di tunjang dengan luasnya lahan pertanian di Kelurahan Malakaji. Terbanyak keduaadalah sektor PNS yang berjumlah 11,41% dari jumlah KK, Buruh menempati urutan ketiga dari hasil presentase sebanyak 6,20% dari jumlah KK, sementara urutan keempat TNI/Polri 3,60%,urutan kelima di perdagang 2,22% dan urutan keenam adalah pegawai Swasta/BUMN sebanyak 1,23% dari jumlah KK Kelurahan Malakaji.

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pendidikan masyarakat Kelurahan Malakaji cukup maju, ini dapat dilihat dari hasil penjajakan bahwa kebanyakan anak yang sudah tamat SD melanjutkan pendidikannya ke tingkat SLTP, dan hanya sebagian kecil saja yang putus sekolah, dan jumlah kategori pendidikan masyarakat Kelurahan Malakaji dapat di lihat pada tabel 2.

(50)

Tabel 4.2: Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kelurahan Malakaji Tahun 2010

No Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase Ket

1. Belum Sekolah 531 12,61%

2. SD 1392 33,06%

3. SLTP 1029 24,44%

4. SLTA 1112 26,41%

5. Strata 1 (S.1) 133 3,16%

6. Strata 2 (S.2) 14 0,33%

Total 4211 100%

Sumber data : Monografi Kelurahan Malakaji

Dengan melihat tabel 2 jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan mulai dari yang belum sekolah sampai dengan yang tamat diperguruan tinggi, dapatlah disimpulkan bahwa taraf pendidikan warga masyarakat Kelurahan Malakaji, cukup maju, dari 4.211 jiwa penduduk Kelurahan Malakaji, 1392 jiwa yang manamatkan sekolahnya sampai pada tingkat dasar berarti 33,06% dari jumlah penduduk, SLTP dengan jumlah 1029 jiwa atau 24,44%. SLTA dengan jumlah 1112 jiwa atau 24,41% dari jumlah penduduk, kemudian yang belum sekolah 531 jiwa atau 12,61% dari jumlah penduduk, sedangkan yang mampu menyelelesaikan sampai pada perguruan tinggi S.1 sebanyak 133 jiwa atau 3,16% dan yang mampu menyelesaikan sampai S.2 14 jiwa atau 0,33% dari jumlah penduduk Kelurahan Malakaji.

(51)

5. Sarana Dan Prasarana Kelurahan Malakaji a. Infrastruktur

Infrastruktur adalah kondisi sarana dan prasarana baik fisik maupun non fisik yang sesuai untuk dapat terciptanya kemandirian kawasan disuatu Kelurahan Malakaji, infrastruktur yang tersedia adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana perekonomian ,sarana peribadatan ,jaringan listrik dan jaringan air bersih.

b. Sarana sosial

Sarana sosial di Kelurahan Malakaji terdiri dari sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Sarana pendidikan yang berada pada kawasan Kelurahan Malakaji terdiri dari SD, SLTP/MTs, dan SMA/MAN dan keaksaraan fungsional.Keberadaan sarana pendidikan ini mudah dijangkau oleh masyarakat di karenakan lokasi yang tidak jauh dari pemukiman penduduk dan akses transportasi tersedia dan menuju sarana pendidikan. Sarana yang memadai dan tersebar merata diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM, di samping pendidikan kualitas SDM, manusia juga dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakat. Dikawasan Kelurahan Malakaji juga sudah terdapat puskesmas yang melayani kesehatan dan persalinan.

6. Pemerintahan Kelurahan Malakaji Dan Lembaga Masyarakat Tabel 4.3 : Nama Pejabat Administrasi Kelurahan Malakaji

No Nama Jabatan

1. Muh. Sidiq, SE Kepala Kelurahan Malakaji 2. Kaharuddin Syam, S.Sos Sekretaris Kelurahan Malakaji

(52)

3. Yunus Staf Kelurahan Malakaji 4. Muhtar Madjid, SH Staf Kelurahan Malakaji Sumber data : Monografi Kelurahan Malakaji

Tabel 4.4 : Nama Kepala Lingkungan Kelurahan Malakaji

No Nama Jabatan

1. Kaharuddin Lingkungan Malakaji Utara

2. M.Sain Lingkungan Campayaga

3. Haripuddin, SE Lingkungan Malakaji

4. Muktar, SH Lingkungan Mappakasunggu

5. Muhlis, SH Lingkungan Malakaji Selatan Sumber data : Monografi Kelurahan Malakaji

Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki peran untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, menumbuhkan industri kecil dan menegah maupun industri rumah tangga, pengembangan daya saing sektor industri dan perdagangan diharapkan mampu bersaing dipasar global dan mandiri sehingga mampu meningkatkan volume ekspor Kabupaten Gowa.Secara umum iklim usaha Kabupaten Gowa cukup kondusidan pengembangan daya sain UKM Kabupaten Gowa telah berjalan dengan baik yaitu diantaranya dengan keikutsertaan pameran UKM, baik didalam maupun diluar negeri. Namun demikian masih ditemukan masalah pengembangan daya sain UKM antara lain rendahnya akses jaringan kerja sama/kewirausahaan, dan masih rendahnya akses teknologi tepat guna.

Berikut ini adalah visi dan misi dinasperindustrian dan perdaganga Gowa yaitu visi mewujudkan kemandirian ekonomi berbasis perindustrian, perdagangan

(53)

dan jasa, sedangkan misi adalah: 1. Meningkatkan kualitas organisasi 2.Menumbuhkan kembangkan industri rumah tangga, kecil dan menegah yang kreatif dan inovatif 3. Menumbuh kembangkan perdagangan dan jasa yang kreatif dan inovatif 4.Meningkatkan kemetrologian dan perlindungan konsumen.

Langkah demikian yang harus dihadapi oleh pemerintah untuk mengembangkan pasar tradisional salah satunya dengan adanya pemberdayaan pasar tradisional itu sendiri yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

(54)

Tabel 4.5

Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gowa

Kepala Dinas

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekertaris

Subag umum dan pengawasan

Subag perencanaan pelaporan

Subag keuangan

Bidang perindustrian

Seksi industri hasil pertanian Seksi kimia dan

kerajinan

Seksi mesin logam dan elektronik

UPTD

Bidangperkembangan usaha mikro

Seksi pengembangan pasar dan promosi

Seksi kerja sama dan kemitraan usaha

Seksi pengembangan kelembagaan

Bidang pedagangan

Seksi pembinaan umum dan sarana perdagangan

Seksi pembinaan dan perlindungan konsumen

Seksi pengawasan dan distribusi barang

(55)

Tugas Dan Fungsi Bidang Perdagangan a. Tugas

Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan usaha dalam bidang perdagangan, serta kerjasama dibidang perdagangan.

b. Fungsi

1. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha dalam bidang perdagangan.

2. Melayani pendaftaran terhadap sebuah perusahaan.

3. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap para pedagang kecil dan menegah.

4. Menyelenggarakan upaya dalam menggunakan produksi dalam negeri.

5. Melakukan pembinaan dan pengembangan sarana pedagang, distribusi, dan perlindungan konsumen.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas.

Seksi Pembinaan Umum Dan Sarana Perdagangan Tugas Pokok :

Menyelenggarakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan usaha para pedagang dalam perdagangannya.

Fungsi :

1. Menyelenggarakan program pembinaan dan pengembangan sarana atau prasarana perdagangan.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana kawin lari ini ada yang memang diketahui keluarga, kepala KUA dan tokoh agama desa ketapang tentang faktor yang menyebabkan kawin lari maka diketahui

Dari hasil pengukuran dan perhitungan maka didapatkan harga aktivitas radionuklida alam pemancar gamma pada sampel air sungai dan sedimen sungai Seropan disajikan pada Tabel 9 dan

baik aspek sektoral maupun aspek makro. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas dan adanya kebijakan pemerintah berdampak pada aspek mikro dan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penataan pasar tradisional (studi kasus: renovasi pasar Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Penelitian tentang manajemen pembinaan pengawas Sekolah Dasar(SD) ini untuk mengetahui bagaimanakah pola pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Banda Aceh terhadap

Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya

b. Penilaian kinerja adalah dapat dilihat dari segi pengetahuan, keterampilan, motivasi dan sikap seorang penyuluh, dan keberhasilan menjalankan program di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok petani peternak di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang yang meliputi peran