• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETERNAK SAPI POTONG DI DESA JANGGURARA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG MARLINA M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETERNAK SAPI POTONG DI DESA JANGGURARA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG MARLINA M"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG

MARLINA M

Nomor Stambuk : 105640122111

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh MARLINA M

Nomor Stambuk : 105640122111

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)

ii

(4)

iii Saya yang bertandatangani di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Marlina M Nomor Stambuk : 105640122111 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 11 Mei 2015 Yang Menyatakan,

Marlina M

(5)

iv Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. H.Lukman Hakim, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Idris, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Drs. Mulis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

v

dorongan serta bantuan, baik moril maupun materil.

5. Kepada Kepala Desa Potokullin, para Kepala Dusun, tokoh masyarakat dan para instansi pemerintah di Kabupaten Enrekang yang senantia membantu penulis untuk memberikan informasi yang menjadikan skripsi bisa terselesaikan.

6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dan Para staf Fakultas yang memberikan ilmu dan pengalaman serta informasi akademik.

7. Kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Terima kasih kawan, kebersamaan kita akan selalu kukenang.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya mendidik, membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 11 Mei 2015

Marlina M

v i

(7)

vi

Halaman Persetujuan ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... viii

Tabel ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pemerintah Daerah ... 8

B. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 10

C. Pemberdayaan Masyarakat ... 12

D. Tahap-tahap Pemberdayaan ... 13

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 14

F. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 15

1. Pendidikan dan Pelatihan ... 15

2. Penyuluhan dan Pendampingan ... 16

3. Pengembangan Sistem dan Sarana Pemasaran Hasil Peternakan ... 16

G. Peternak Sapi Potong ... 17

H. Pemberdayaan Peternak Sapi Potong ... 18

I. Tujuan Pemberdayaan Peternak Sapi Potong... 18

J. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ... 19

K. Kerangka Pikir... 22

L. Deskripsi Fokus Penelitian ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 25

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 25

C. Sumber Data ... 25

D. Informan Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

G. Pengabsahan Data ... 28

(8)

vii

C. Peran Pemerintah Daerah dalam Penyuluhan dan Pendampingan

Masyarakat Peternak Sapi Potong ... 37 D. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan sistem dan sarana

pemasaran hasil peternakan ... 43 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... ... 51 B. Saran-Saran... ... 52 DAFTAR PUSTAKA... ... 54

(9)

viii

Kabupaten Enrekang ... 30

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Janggurara ... 30

Tabel 4. Mata Pencaharian Desa Janggurara ... 31

Tabel 5. Populasi Peternakan ... 31

Tabel 6. Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak ... 31

Tabel 7. Tanaman Obat-obatan di kecamatan Baraka ... 32

Tabel 8. Tanaman Perkebunan di Kabupaten Enrekang ... 32

Tabel 9. Hasil Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Enrekang ... 32

Tabel 10. Hasil Produksi Perkebunan di Kabupaten Enrekang ... 33

(10)

ix

Pemberdayaan peternak sapi potong merupakan sebuah metode pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya atau usaha dalam membantu orang bisa untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan peran pemerintah Daerah dalam pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran pemerintah Daerah dalam pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil peternakan dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara, dokumentasi, Observasi. Sementara informan dalam penelitian ini adalah kalangan aparat Desa, masyarakat dan Pemerintah Daerah, sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan data kualitatif, dan pengabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi waktu.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pemerintah Daerah dalam pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sudah di jalankan tapi belum secara maksimal karena pemerintah kurang melakukan pendidikan dan pelatihan serta kurangnya pegawai penyuluhan dan pendampingan kemudian sistem sarana dan pemasaran hasil peternakan belum begitu memadai maka dari itu pemerintah harus lebih memperhatikan dan mewujudkan fasilitas pendukung hasil peternakan kepada masyarakat peternak untuk meningkatkan budidaya ternak sapi potong.

Kata Kunci : Peran Pemerintah, Pemberdayaan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara mendasar salah satu tugas dan kewajiban pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan Indonesia karena secara tegas telah dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Berdasarkan UUD tersebut memberi arti bahwa pemerintah mempunyai peran penting baik secara perencanaan, penggerakan, pengendalian, dan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Kegagalan dan keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh kemampuan semua pihak yang terlibat dalam proses pengembangan masyarakat untuk memahami realitas masyarakat.

Pentingnya pembangunan dan pemberdayaan ini merupakan mekanisme pembangunan nasional yang menjadikan masyarakat pada akhirnya berperan sebagai pelaku utama kegiatan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan , sampai evaluasi dan tindak lanjut. Hal itu diperlukan payung hukum bagi penyelanggaraan sistem pembangunan nasional yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan sesuai dengan daya kebangsaan Indonesia yang tidak hanya dapat menjembatani konteks mikro kedalam konteks makro, tetapi juga sebaliknya menerjemahkan konteks makro ke dalam konteks mikro. Pentingnya memberikan mandat

(12)

tentang keberpihakan pemerintah sebagai fasilitator dalam pembangunan

nasional yang memberikan peran aktif kepada masyarakat secara partisipatif.

Pemerintah telah membentengi dengan berbagai peraturan perundang-undangan, contohnya yaitu Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak, aturan ini memberikan payung hukum yang jelas terhadap pemberdayaan peternak, antara lain mulai dari akses sumber pembiayaan, ilmu pengetahuan, teknologi informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan, bantuan teknik, pembinaan kemitraan, penciptaan iklim yang kondusif dan perlindungan harga ternak.

Kebijakan pemerintah yang sudah dibuat harus menjadi pedoman bagi pelaku usaha di bidang peternakan terhadap perusahaan peternakan yang melanggar aturan harus ditindak tegas dengan mengusulkan pencabutan izin usahanya kepada bupati/walikota setempat, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan. Maka dari sisi peternakan harus selalu dilakukan pembinaan dan transfer teknologi secara keberlanjutan, peraturan perundang-undangan pemerintah terkait dengan peternakan dan kesehatan hewan harus disosialisasikan kepada peternak untuk dapat menciptakan kesejahteraan peternakan.

Pembangunan nasional dapat berjalan optimal dan mampu bersaing di pasar global, maka ketiga aspek tersebut harus mencakup secara seimbang dan ditunjang oleh kebijakan yang dibuat oleh sosial

(13)

pemerintah yang pro pembangunan nasional. Kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan Rakyat.

Kesejahteraan Rakyat ditandai dengan adanya kemakmuran seperti meningkatnya konsumsi dan ditandai oleh meningkatnya pendapatan, peningkatan pendapatan ini ditandai dengan adanya peningkatan produksi yang selanjutnya dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat guna menciptakan pendapatan dan peluang bagi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh Rakyat. Inilah salah satu fungsi pemerintahan selain dari fungsi pembangunan dan fungsi pelayanan terhadap pemberdayaan masyarakat.

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu program yang berkesinambungan, Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.

Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua kelompok yang saling terkait yaitu masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Sumodiningrat (1997). Dalam pemberdayaan masyarakat tentunya pemerintah berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat peternak dan pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu program prioritas kementrian peternakan.

dalam pemanfaatan sumber daya peternakan yang bertanggungjawab

(14)

sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Nomor 6 Tahun 2013 tentang

pemberdayaan peternakan.

Sebagai pelaksanaan pemerintah Daerah pada bidang peternakan penyelenggara pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong dalam bentuk program pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong, budidaya sapi potong sangat baik untuk dikembangkan dan memenuhi kebutuhan pasar baik dalam Negeri maupun luar Negeri. memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi potong.

Untuk mencapai produksi yang maksimal diperlukan beberapa faktor pendukung, diantaranya pemanfaatan kebutuhan pangan dan gizi melalui pembangunan ternak sapi potong dan teknik budidaya yang intensif dan kelancaran hasil produksi. Pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong di Kabupaten Enrekang sangat berpotensi dalam bidang peternakan, karena posisi kota Enrekang terletak di Daerah pegunungan serta kondisi tanah yang subur yang dimiliki sangat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman rumput dan perkembangan sapi potong yang baik. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 mayoritas penghasilan Kabupaten Enrekang adalah beternak. Pada Tahun 2012 di Kabupaten Enrekang terdapat 12 Kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Enrekang, Tahun 2012 Kecamatan Enrekang dari 43.062 kepala keluarga dengan 190.579 jiwa, mayoritas adalah peternak sapi potong dengan alasan harga sapi potong dipasaran semakin meningkat dengan kata lain harga sapi yang mahal, namun dalam realitasnya

(15)

pengembangan budidaya sapi potong ini masih banyak ditemukan

permasalahan yaitu:

1. Kurangnya pendidikan dan pelatihan.

2. Keterbatasan penyuluh dan pendampingan

3. Kurangnya pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil peternakan.

Pengembangan budidaya sapi potong diharapkan mampu memberdayakan masyarakat peternak sapi potong. untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan dan kemandirian peternak sapi potong. maka dari itu program pengembangan ternak sapi potong menjadi peran penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang khususnya di Kecamatan Baraka. Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang dapat menyadari kenyataan ini agar Pemerintah Daerah berupaya seoptimal mungkin untuk memajukan sektoril berskala kecil ini. Untuk ikut bersaing industri pembudidayaan ternak sapi potong skala kecil ini, membutuhkan pembinaan dan pelatihan, penyuluhan serta bantuan pemasaran sehingga sapi potong dapat dikembangkan dan memiliki kualitas nilai jual yang tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian para peternak sapi potong yang berkelanjutan.

Keterlibatan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong diharapkan dalam membuat kebijakan dan pelatihan pembinaan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan budidaya sapi potong. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

(16)

atas, maka untuk memahami peran Pemerintah Daerah dalam

pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong. gambaran tentang peran pemerintah ini yang dimaksud adalah Dinas peternakan Kabupaten Enrekang sebagai pelaksana pemerintahan, maka dari itu peneliti mengajukan judul “

Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong Di Desa Janggurara, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Penyuluhan dan pendampingan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

3. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Sistem dan Sarana Pemasaran Hasil Peternakan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana peran Pemerintah Daerah dalam pendidikan dan pelatihan masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

(17)

2. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah Daerah dalam

penyuluh dan pendampingan masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah Daerah dalam pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil peternak masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan,serta dapat dijadikan bahan tinjauan untuk melakukan penelitian serupa dimasa yang akan datang.

2. Secara Praktis

Penelitian dapat memberikan kegunaan bagi instansi yaitu Pemerintah Desa, Kecamatan dan Dinas Peternakan dan Pertanian

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pemerintah Daerah

Berdasarkan kamus ilmiah populer yang disusun oleh Tim Prima Pena (2000 : 367 ) memberikan pengertian peran dan peranan sebagai berikut: Peran yakni laku; hal berlaku atau bertindak; pemeran, pelaku; pemain (film atau drama).

Sedangkan peranan adalah fungsi kedudukan, bagian kedudukan. Berbicara tentang peranan, maka kita tidak menghindarkan diri dari persoalan status atau kapasitas seseorang atau suatu lembaga karena setiap status sosial atau jabatan yang diberikan kepada setiap orang atau kepada suatu institusi pasti disertai dengan kewenangan.

Kewenangan atau peran yang harus dilaksanakan oleh orang atau institusi tersebut.

Menurut Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Menurut Soekanto (1990:268) Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.

Melihat dari beberapa pengertian peranan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang dibebankan kepadanya yang sesuai dengan tanggung jawab organisasi tersebut, untuk dapat melaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan.

8

(19)

Menurut Syafiie (2002) bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana menyeimbangkan pelaksanaan kepengurusan (eksekutif), kepengurusan (legislatif), kepemimpinan dan kordinasi pemerintahan (baik pusat dengan daerah maupun rakyat dengan pemerintahannya) dalam berbagai peristiwa dan gejala pemerintahan, secara baik dan benar.

Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 dalam Pasal 1, yang dimaksud Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 2, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

(20)

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. ayat 3, Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati,atau Wali kota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah. ayat 4, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan Pakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan peternakan, pemberdayaan peternakan di lakukan untuk memajukan dan mengembangkan pola pikir dan pola kerja peternak serta untuk mengatasi kebutuhan pangan, agar mampu berdiri dan berdaya saing tinggi, maka Pemerintah Daerah melakukan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan peternak.

Untuk melaksanakan strategi pemberdayaan maka pemerintah berperan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu:

1. Pendidikan dan Pelatihan

a. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

b. Pengembangan program pelatihan dan pemagangan.

c. Peternak yang suda mendapatkan pendidikan dan pelatiahan serta memenuhi kriteria berhak memperoleh bantuan modal dari pemerintah atau pemerintah daerah.

Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban meningkatkan keahlian dan keterampilan peternak melalui pendidikan dan pelatihan secara

(21)

berkelanjutan. Untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan peternak dapat di

lakukan melalui sertifikasi kompetensi dan mempasilitasi peternak untuk memperoleh sertifikasi kompotensi.

2. Penyuluhan dan Pendampingan

Penyuluhan dan pendampingan dilakukan agar peternak dapat melakukan tatacara budidaya, pengelolahan, dan pemasaran yang baik, kemudian menganalisis kelayakan usaha dan kemitraan dengan pelaku usaha.

3. Pengembangan Sistem dan Sarana Pemasaran Hasil Peternakan

Dalam pemgembangan sistem dan sarana pemasarn hasil peternakan yaitu, dapat mewujudkan pasar hasil peternakan yang memenuhi satandar keamanan pangan, senantiasa mamperhatikan ketertiban umum, mewujudkan terminal agribisnis dan subterminal agribisnis untuk pemasaran hasil peternakan, kemudian mewujudkan pasilitas pendukung pasar hasil peternakan, mempasilitasi pengembangan pasar hasil peternakan yang dimiliki atau yang dikelolah oleh peternak, gabungan peternak koprasi atau kelembagaan ekonomi peternak lainnya di Daerah produksi komoditas peternakan dan membatasi pasar moderen yang bukan dimiliki atau tidak bekerja sama dengan peternak.

4. Kemudahan Akses Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Informasi

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memberikan kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi untuk mencapai standar mutu komoditas peternakan. Kemudahan akses sebagaimana dimaksud penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerja sama ahli

(22)

teknologi dan penyediaan fasilitas bagi Peternak untuk mengakses ilmu

pengetahuan, teknologi, dan informasi.

Penyediaan informasi, sarana produksi peternakan, harga komoditas peternakan, peluang dan tantangan pasar, perkiraan iklim, dan ledakan organisme pengganggu tumbuhan atau wabah penyakit hewan menular, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, pemberian subsidi dan bantuan modal dan ketersediaan lahan Peternakan.

5. Pengendalian Penyakit/Penjagaan Kesehan

Pengendalian penyakit sapi potong yang baik adalah menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan meliputi: menjaga kebersihan kandang dan peralatannya, vaksinasi dan pemberian obat cacing. Pemisahan sapi potong yang sakit dan segera dilakukan pengobatan, lantai kandang selalu kering, pemeriksaan sapi secara teratur, pemberian vitamin dan pelaksanaan vaksinasi sesuai petunjuk dari dokter hewan berwenang.

C. Pemberdayaan Masyarakat

Permberdayaan peternak dapat dilakukan melalui pemberian pemahaman baik melalui penyuluhan maupun komunikasi antar-peternak agar mereka mampu memperbaiki sistem pengelolaan usaha peternakan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu contoh bentuk pemberdayaan peternak ialah mengikut sertakan peternak dalam pengambilan keputusan mengenai program Pemerintah yang akan dijalankan menyangkut masalah peningkatan produktivitas peternakan seperti, mengajarkan peternak proses insiminasi buatan (IB), pengolahan sumber daya lokal

(23)

(sisa hasil pertanian) sebagai bahan pakan berkualitas, pelatihan pemanfaatan sisa

hasil peternakan menjadi pupuk dan sebagainya. (Hardiyanto, 2007).

Menurut Korten (1980:1984). Pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat. Individu melainkan berperan sebagai pelaku, yang menentukan tujuan mengontrol sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri.

Wirotomo (2003). Pemberdayaan bagi masyarakat sangatlah penting bagi suatu konteks pemecahan masalah ketegangan hubungan antara Negara (state) dengan Masyarakat (cummunitiy) yaitu, untuk menggeser tanggung jawab Negara dalam menanggulangi kemiskinan dan masyarakat. Keberhasilan pemberdayaan sangat bergantung pada partisipasi masyarakat sebagai pelaku serta berperan dalam pembangunan.

D. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Menurut Somodiningrat (2004:42). Pemberdayaan tidak bersipat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampuh untuk mandiri, dan kemudian di lepas untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi.

Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap di lakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.

(24)

Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka

pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada kemandirian.

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Friedman (1994:76) mengemukakan bahwa pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengembilan keputusan dan dari suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumber yang pribadi, langsung melalui partisipasi demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.

Friedman dalam hal ini menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas ekonomi saja, tetapi juga secara politis sehingga pada akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar menawar (berganing position) baik secara nasional maupun secara internasional

(25)

F. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Anwas (2013:87-88). Dalam pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mengubah prilaku masyarakat agar mampu berdaya sehingga ia dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekan pada hasil, tapi juga pada prosesnya melalaui tingkat partisipasi yang tinggi, yang berbasis pada kebutuhan dan potensi masyarakat. Untuk meraih keberhasilan itu, agen pemberdayaan dapat melakukan pendekatan (buttom-up), dengan cara menggali potensi masalah dan kebutuhan masyarakat.

1. Pendididkan dan Pelatihan

Dalam rangka menyukseskan pembangunan peternakan Dinas Peternakan melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Peternakan yang merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Peternakan, membangun dunia peternakan yang berkesinambungan. Balai Pelatihan Peternakan berusaha meningkatkan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu : kuantitas dan kualitas.

Kuantitas adalah Sumber daya Manusia. Kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang akan menjadi beban bagi pembangunan suatu bangsa.

sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia adalah mutu Sumber Daya Manusia yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik, maupun non fisik. Untuk kepentingan akselarasi suatu pembangunan di bidang apapun, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan salah satu syarat utama. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. (Abdurrahman, 2010)

(26)

2. Penyuluhan dan Pendampingan

Penyuluhan sebagai proses bimbingan dan pendidikan nonformal bagi peternak memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan di sub sektor peternakan. Penyuluhan berperan untuk menyampaikan informasi terbaru tentang inovasi di bidang peternakan. Penyuluh berkewajiban untuk membantu peternak yang mengalami masalah di lapangan, membimbing peternak dan sebagai sumber informasi bagi peternak. Kinerja PPL sangat penting dalam membantu peternak menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada peternak tersebut. Semakin baik kinerja PPL dalam menjalankan tugasnya maka akan semakin baik pula hasil yang diperoleh oleh peternak. Untuk memperoleh kinerja yang baik PPL harus didukung oleh beberapa faktor. Untuk meningkatkan kinerja PPL dalam melakukan penyuluhan di antaranya adalah motivasi, penghargaan dari pemerintah, fasilitas yang diberikan kepada PPL dan juga pelatihan yang dilakukan oleh PPL tersebut. (Abdurrahman, 2010)

3. Pengembangan Sistem Sarana dan Pemasaran Hasil Peternakan

Untuk mewujudkan Pasar Hasil Peternakan dan memenuhi standar keamanan pangan meningkatkan produksi dan produktifitas ternak serta terpenuhinya konsumsi pangan asal ternak, bahan baku industri dan ekspor.

(Abdurrahman, 2010)

Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu di lakukan melalui berbagai pendekatan. Menurut Suharto (2005:53), penerapan pendekatan pemberdayaan dapat di lakukan melalui 5 pendekatan yaitu:

1. Pemukiman: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

(27)

membebaskan masyarakat dari sekarat-sekarat kultural dan stukturak yang

menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang di miliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya.

3. Perlindungan: masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, manghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya.

5. Pemeliharaan: memelihara kondusi yang kundusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

G. Peternak Sapi Potong

Peternakan sapi potong merupakan salah satu usaha yang dilakukan para petani peternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagai tambahan pendapatan bagi para peternak dan juga untuk mmenuhi kebutuhan gizi msyarakat.

Peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya moderen.

(28)

Pada sapi potong perlu dilakukan pemberian tanda , vaksinasi, dan palpasi

rectal agar dapat mengetahui jenis sapi tersebut dan dapat mendeteki apakah sapi tersebut bunting atau tidak. Untuk mengetahui bagaimana cara dalam pemberian tanda, vaksinasi, palpasi rektal dan pemagaran pada lahan ternak sapi potong maka hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktek manajemen ternak sapi potong. (Anonim, 2010)

H. Pemberdayaan Peternak Sapi Potong.

Pemberdayaan merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dan merupakan suatu sumber kreativitas yang ada dalam diri setiap orang secara luas tidak ditentukan oleh orang lain. Menurut Hikmat (2001), bahwa pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya atau suatu usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan social atau pengembangan sektor non profit.

I. Tujuan Pemeberdayaan Peternak Sapi Potong

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-

(29)

masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas

kemampuan kognitif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

Terjadinya keberdayaan pada tiga aspek tersebut (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan, keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut. (Sulistiyani, 2004:80).

J. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat.

Kekurang tepatan pemilihan strategi pembangunan terhadap Negara dan masyarakatnya telah menghasilkan paradoksi dan tragedi pembangunan seperti yang terjadi pada Negara sedang berkembang sebagai berikut :

1. Pembangunan tidak menghasilkan kemajuan, melainkan justru semakin menurun meningkatkan keterbelakangan (the development of underdevelopment).

2. Melahirkan ketergantungan (dependency) Negara sedang berkembang terhadap Negara maju.

3. Melahirkan ketergantungan (dependency) pheriphery terhadap center.

4. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat terhadap Negara/pemerintah.

5. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat kecil (buruh, usaha kecil, tani, nelayan, dan lain-lain) terhadap pemilik modal.

(30)

Pada pokoknya, pendekatan konvensional ini ditandai oleh transplantatif

planning, top down, inductive, capital intensive, west-biased technological transfer, dan sejenisnya. Beberapa paradigma pendekatan pembangunan mulai mengalami pergeseran dari yang konvensional menuju pembangunan alternatif, yaitu :

1. Pembangunan wilayah (regional development)

2. Pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development).

3. Pembangunan berbasis komunitas (community-based development).

4. Pembangunan berpusat pada Rakyat (people-centered development).

5. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

6. Pembangunan berbasis kelembagaan (institution-based development)

Ciri mencolok yang membedakan pendekatan alternatif ini adalah penekanannya terhadap lokalitas, baik dalam pengertian kelembagaan, komunitas, lingkungan, maupun kultur. Implikasi kebijakan pendekatan ini adalah penekanan pada transformative and transactive planning, bottom up, community empowerment, dan participative, semuanya ini terkenal dengan pembangunan komunitas (community development) Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Perubahan struktural yang diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan harus menikmati. Begitupula sebaliknya, yang menikmati haruslah yang menghasilkan.

Pemberdayaan masyarakat dapat dipandang sebagai jembatan bagi konsep- konsep pembangunan makro dan mikro. Dalam kerangka pemikiran itu berbagai

(31)

input seperti dana, prasarana dan sarana yang dialokasikan kepada masyarakat

melalui berbagai program pembangunan harus ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu percepatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Proses ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui pemupukan modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan dan pada gilirannya dapat menciptakan pendapatan yang dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian, proses transformasi itu harus digerakkan oleh masyarakat sendiri.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut; pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, Program ini harus langsung mengikut sertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.

mengikut sertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu.

(32)

Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya

juga lebih efisien.

Implementasi program pembangunan yang menerapkan strategi pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan suatu konsekuensi dari pergeseran paradigma pembangunan nasional yang mengarah pada tercapainya upaya pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered depelopment).

K. Kerangka Pikir

Konteks ketahanan pangan, peternak adalah salah satu komponen penting yang harus diperhatikan dan diberdayakan agar dapat diperoleh hasil yang maksimal.

Upaya pemberdayaan peternak yang mulai terlihat dari paradigma baru program ketahanan pangan, tentunya bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi merupakan suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan agar program ketahanan pangan dapat berjalan dengan baik, sehingga kesejahteraan masyarakat peternak khususnya dapat semakin meningkat.

Sektor peternak, peternak sangat layak untuk dijadikan sebagai sektor andalan ekonomi nasional, dan termasuk sebagai sektor yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah kondisi sumberdaya sektor peternak saat ini mampu menangkap peluang tersebut. Seperti diketahui sampai saat ini sektor peternakan masih menghadapi beberapa kendala dalam memanfaatkan secara optimal sumber daya peternakan sendiri seperti lemahnya sumber daya manusia, kelembagaan dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi ke depan minimal dapat dilakukan meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia masyarakat

(33)

peternakan, dan pengembangan kelembagaan peternak dengan mengoptimalkan

peran pemerintah dalam proses pemberdayaannya Seperti dengan adanya peran pemerintah dalam bidang Pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem sarana hasil peternakan, Kemudahan akses ilmu pengetahuan, Teknologi dan Informasi, pengendalian penyakit.

Bagan Kerangka Pikir

L. Deskripsi Fokus

Peran Pemerintah Daerah

a. Pendidikan dan pelatihan yaitu, meningkatkan keahlian dan keterampilan peternak.

b. Penyuluhan dan pendampingan yaitu agar peternak dapat melakukan tata cara budidaya, pengelolahan, dan pemasaran yang baik, kemudian menganalisis kelayakan usaha dan kemitraan dengan pelaku usaha.

Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong

Pendidikan dan

Pelatihan Penyuluhan dan

Pendampingan

Pengembangan Sistem dan Sarana Pemasaran Hasil

peternakan

Peternak Sapi

Kesejahteraan Peternak

(34)

c. Pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil peternakan

yang dapat mewujudkan pasar hasil peternakan yang memenuhi standar keamanan pangan, senantiasa memperhatikan ketertiban umum, mewujudkan terminal agribisnis dan subterminal agribisnis untuk pemasaran hasil peternakan, kemudian mewujudkan pasilitas pendukung pasar hasil peternakan itu.

d. Kesejahteraan peternak merupakan keberhasilan seorang peternak dalam mengembangkan hasil usaha peternak, baik di bidang pangan, dan peternakan

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Enrekang dan Penelitian dilaksanakan, di Desa Janggurara Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karenakan peneliti ingin mengetahui Bagaimana Peran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Peternakan dalam melakukan Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong. Dan alasan peneliti memilih lokasi di Desa Janggurara, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang karena salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Janggurara adalah dibidang Peternakan itulah alasannya kenapa peneliti mengambil lokasi di Desa Janggurara.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Tipe penelitian ini adalah survei yaitu turun langsung kelokasi penelitian hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi di lapangan sesuai dengan kenyataan yang ada

C. Sumber Data

Sumber data yang mendukung penelitian ini berasal dari pemerintah Kabupaten Enrekang itu sendiri terkhususnya pada instansi pemerintah yang terkait selain itu, untuk lebih melengkapi penelitian atau pendukung penuh adalah masyarakat peternak sapi yang ada di Desa Janggurara.

(36)

Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah :

1. Sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamatin atau diwawancarai. Sumber data primer memperoleh penelitian melalui pengamatan atau observasi secara langsung yang didukung oleh wawancara terhadap informan yang terkait. Pencacatan sumber data primer melalui pengamatan atau observasi dan wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya yang dilakukan secara sadar, terarah, dan bertujuan memperoleh informasi akurat yang diperlukan.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data utama yang memerlukan data- data tambahan seperti dokumen dan lain-lain sebagai sumber data sekunder.

Jadi, data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui buku-buku, arsip atau dokumen, dan sumber data sekunder lain yang relevan dengan penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah : 1. Kalangan aparat desa dan masyarakat

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi

a. Kepala Desa Janggurara = 1 orang

b. Sekretaris Desa = 1 orang

c. Masyarakat Peternak Sapi Potong = 3 orang 2. Pemerintah Daerah :

a. Staf Dinas Peternakan Kabupaten Enrekang = 1 0rang b. Koordinator Penyuluh Peternakan Kabupaten Enrekang = 1 orang

(37)

c. Penyuluh Peternakan Kecamatan Baraka = 1 orang

d. Kecamatan/ Sekretaris Camat Baraka = 1 orang Jadi Jumlah Seluruh Informan 5 + 4 = 9 Orang Informan

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Metode Wawancara dengan melakukan komunikasi secara langsung untuk mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi pertanyaan- pertanyaan pada informan dengan melakukan interview yang telah di rumuskan peneliti.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan data-data dan laporan tertulis yang tersimpan sebagai arsip yang berkaitan dengan penelitian ini dengan kenyataan yang terjadi.

3. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri, sebagai pengamat (recognized outsider) sehingga interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan di teliti.

(38)

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode data kualitatif, yang tanpa menggunakan alat bantu rumus statistik, penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi.

G. Pengabsahan Data

Teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik seperti itu juga menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama

1. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji ketidak akuratan atau keakuratan data yang didapat.

3. Triangulasi waktu yaitu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sebelum memulai pembahasan hasil penelitian mengenai Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, penulis akan memaparkan profil lokasi penelitian yaitu :

1. Batas - Batas Desa Janggurara Kec.Baraka Kabupaten Enrekang. Munurut monografi Desa Janggurara Kec. Baraka memiliki batas-batas sesuai daftar tabel yang telah disajikan.

Tabel 1

Batas - Batas Desa Kabupaten Enrekang

Sumber data: Kantor Desa Janggurara, 2015.

Seperti yang digambarkan pada tabel diatas bahwa dibagian Utara berbatasan dengan Desa Parinding dan disebelah Barat berbatasan dengan Desa Banti dibagian Timur Desa Eran Batu dan dibagian Selatan Desa Kadinge.

a. Luas Desa Janggurara

Secara geografis, Desa Janggurara memiliki luas wilayah seluas 11,7 Km2 (11,7 Ha) dan 4 (empat) Dusun.

No Batas Desa/Kelurahan

1 Utara Desa Parinding

2 Barat Desa Banti

3 Timur Desa Eran Batu

4 Selatan Desa Kadingeh

(40)

b. Jumlah Penduduk Desa Janggurara

Jumlah penduduk yang ada di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang tercantum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

Jumlah Penduduk Di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Dusun Jumlah Penduduk

1. Dusun Pangbarani 1 340 2. Dusun Pangbarani 2 353 3. Dusun pangbarani 3 317 4. Dusun pangbarani 4 357 Total 1.340

Sumber data :Hasil Olahan Data di Kantor Kecamatan Untuk Jumlah Penduduk Desa Janggurara Bulan April Tahun 2015

Penduduk Desa Janggurara Kabupaten Enrekang tahun 2015 berjumlah 1.340 jiwa yang terbagi menjadi 4 (empat) Dusun. Yang pertama adalah Dusun Pangbarani 1 yang memiliki jumlah penduduk 340 jiwa kemudian dusun Pangbarani 2 memiliki jumlah penduduk 353 jiwa kemudian Dusun Pangbarani 3 memiliki jumlah penduduk 317 jiwa, kemudian dusun Pangbarani 4 memiliki jumlah penduduk 357 jiwa.

c. Tingkat pendidikan Desa Janggurara

Tabel 3

Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Janggurara sebagai berikut :

Pra Sekolah SD SMP SLTA Sarjana

53 96 637 500 72

Sumber data : Kantor Desa Janggurara 1.358

(41)

d. Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang mendominasi adalah bawang merah yang bisa dikelolah masyarakat seluas 150 ha/m².

e. Mata Pencaharian

Desa Janggurara sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani rinciannya sebagai berikut :

Tabel 4

Mata Pencaharian Desa Janggurara

PETANI PEDAGANG PNS BURUH PETERNAK

803 7 16 8 825

Sumber Data : Kantor Desa Janggurara 2015 f. Populasi Peternakan

Jumlah kepemilikikan ternak oleh penduduk Desa Janggurara adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Populasi Peternakan

Ayam Kambing Sapi Kerbau Bebek Lain-lain 340 49 360 2 50 - Sumber Data : Kantor Desa Janggurara 2015

Tabel 6

Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak Luas Tanaman Pakan Terak (rumput gajah,dll) 25 Ha Produksi hijauan makanan ternak 3 Ton/Ha

Luas lahan gembalan 7 Ha

Sumber Data : Kantor Desa Janggurara 2015

(42)

g. Tanaman Obat-Obatan

Tabel 7

Tanaman Obat-Obatan Di Kecamatan Baraka

No Desa

Luas Lahan ( Ha)

Jumlah Jenis Komoditi Unggulan

Jahe Kunyit Lengkuas Serai 1 Janggurara 6,00 5,00 3,00 0,20 Sumber Data : Desa Janggurara 2015

g. Tanaman Perkebunan

Tabel 8

Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Enrekang

No Desa

Luas Lahan ( Ha)

Jumlah Jenis Komoditi Unggulan

Lada Coklat Cengkeh Kopi Kelapa Janggurara 2,5 3,5 3,00 8,00 1,5 Sumber data : Desa Janggurara 2015

h. Produksi Usaha Tani

a. Pertanian

Tabel 9

Hasil Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Enrekang

No Desa

Jenis Komoditi ( Ha)

Sawah Palawija Umbi-Umbian

Padi Jagung Buncis Ubi kayu

Ha Kw/

Ton

Ha Ton Ha Ton Ha Ton

1. Janggurara 34 4,85 2 3,75 5 12,36

Sumber Data : Desa Janggurara 2015

(43)

b. Perkebuna

Tabel 10

Hasil Produksi Perkebunan Di Kabupaten Enrekang

Sumber data : Desa Janggurara 2015

B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Peternak Sapi Potong Di Desa Janggurara Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi yang menjadi perhatian dalam produksi ternak karena berpotensi melihat kondisi lahan yang cocok untuk peternakan. Di wilayah Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang menjadi salah satu daerah sektor penghasil ternak yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.

dimana Kecamatan Baraka memiliki Luas 15.915 H.

Saat ini pemerintah Kabupaten Enrekang sudah melakukan upaya untuk pencapaian produksi peternakan dibeberapa wilayahnya seperti di Kecamatan Baraka Desa Janggurara. Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan melalui Dinas Peternakan dan Pertanian melakukan pengadaan bantuan kepada peternak sapi baik berupa sarana dan prasarana seperti Sarana produksi.

Sarana Produksi (Saprodi) adalah input yang dibutuhkan dalam peternakan untuk mencapai tingkat produktivitas yang diinginkan yang terdiri dari sarana untuk memulai beternak, perawatan sampai penjualan, yakni:

No Desa

Jenis Komoditi ( Ha)

Kopi Kakao Lada Cengkeh Kelapa

Ha Ton Ha To

n

Ha Ton Ha Ton Ha Ton 1 Janggurara 150 8 60 3,5 20 2,5 40 3 17 1,5

(44)

a) Saprodi untuk memulai beternak adalah bibit unggul dan kesehatan.

b) Saprodi untuk perawatan atau pemeliharaan berupa pakan dan kesehatan.

c) Saprodi untuk pemeliharaan dan kesehatan.

Unit Pengolah hasil (UPH), pemerintah Provinsi dan pemerintah Daerah.

Stakeholder yang paling berperan dalam rantai Saprodi adalah pedagang saprodi baik eceran maupun grosir dan UPH. Kedua Stakeholder ini yang berinteraksi langsung dengan peternak dalam penyediaan sarana produksi seperti perawatan, perkembangan, kesehatan. Sedangkan pemerintah provinsi maupun pemerintah Daerah berperan menyediakan bantuan kesehatan ternak dengan cara memberikan vaksinasi dan mengajarkan kepada peternak tentang cara menyuntikan insominasi buatan. Permasalahan yang terjadi pada rantai saprodi adalah masih banyaknya peternak yang tidak mengetahui cara menjaga kesehatan ternak dan suntikan insominasi buatan. Sistem tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan peternak secara pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan ternaknya. Dengan sistem ini, pada saat terjadi penyakit ternak, belum mempunyai pengetahuan tentang penjagaan kesehatan ternak maka ternak biasa mengalami kematian tanpa sebab yang di ketahaui.

Dalam rantai nilai budaya, posisi sentral adalah kegiatan-kegiatan onfarm antara lain perawatan sapi seperti perawatan sampai kepada penjualan. Stakeholder lain di dalam rantai budidaya ini adalah Pemerintah Daerah (PEMDA), tenaga pendamping dan juga peternak. Maka dari itu ada beberapa peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat peternak berdasrakan Dalam peraturan Pemerintah

(45)

Repuplik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan

peternak yaitu :

1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pendidikan Dan Pelatihan

Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dirantai budidaya terdapat beberapa unsur yaitu Pemerintah Daerah, penyuluh dan peternak sapi sendiri. Pemerintah Daerah berperan melalui pelaksanaan program - program pelatihan untuk meningkatkan produktivitas. Sedangkan penyuluh berperan sebagai penyambung program-program pemerintah Daerah agar sampai kepada peternak dan mendampingi peternak dalam proses peningkatan kualitas peternak. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan pemerintah selain untuk membina peternak sapi juga mengajarkan kepada pendamping yang akan melakukan penyuluhan kepada para peternak yang tidak sempat mengikuti secara langsung pendidikan dan pelatihan yang di lakukan oleh pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah setempat.

Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah Daerah dalam pendidikan dan pelatihan peternak sapi, dapat di lihat dari hasil wawancara dengan Staf Dinas Peternakan dan Pengembangan.

“Memang peran kita sebagai pemerintah itu memberikan pendidikan dan pelatihan bagaimana caranya membudidayakan ternak yang baik dan benar kepada masyarakat agar peternak lebih bisa membudidayakan ternak sesuai dengan penyuluhan yang diberikan, misalnya tentang beternak sapi, masyarakat pasti akan diberikan penyuluhan tentang apa itu sapi dan bagaimana cara beternak agar bisa berkembang degan baik kemudian kami sudah memberikan bantuan penghijauan pangan dan bantuan kesehatan untuk peternak ” (Hasil Wawancara dengan BK , 31 Maret 2015).

(46)

Selanjutnya pernyataan serupa juga di kemukan oleh D, Selaku

koordinator penyuluhan peternakan di Desa Janggurara :

“kami bertindak sebagai penyuluh peternak juga di berikan pendidikan langsung oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah agar bisa mendampingi peternak sapi dan memberikan arahan jika peternak tersebut membutuhkan bantuan kami, pendidikan langsung yang di peruntuhkan oleh anggota penyuluh peternak yang di beri tugas untuk mendampingi paternak sapi dan memberikan kembali pelatihan atau ilmu yang kami dapatkan dari pelatihan yang di ajarkan langsung dari pemerintah pusat maupun Daerah”(Hasil Wawancara dengan D, 2 April 2015).

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh K, selaku masyarakat yang ikut serta dalam pendidikan dan pelatihan ternak sapi :

“dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan pemerintah kami sebagai peternak sapi yang mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut bisa mengetahui tata cara beternak, merawat dan cara menjaga kesehatan sapi sampai kepada penjualan agar bisa mendapatkan hasil yang baik.”(Hasil Wawancara Dengan K, 10 April 2015)

Program pemerintah melalui peningkatan SDM masyarakat peternak sapi merupakan program yang baik untuk masyarakat peternak, namun program ini tidak sebagus dengan pengaplikasiannya khususnya untuk di Desa Janggurara sendiri karena di Daerah ini masih kurang mendapat sentuhan program dari pemerintah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil wawancara dengan masyarakat peternak sapi potong di Desa Janggurara.

“Ada beberapa Desa yang sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka mengembangkan ternak sapi, tetapi untuk Daerah saya sendiri, pemerintah jarang memberikan informasi tentang pendidikan dan pelatihan ternak sapi, sehingga kami belum banyak mengetahui tata cara mengembangkan ternak sapi dengan baik dan benar seperti Daerah yang lain .”(Hasil Wawancara dengan E, 11 April 2015).

(47)

Pernyataan serupa pun dilontarkan oleh Hasil wawancara dengan kepala

Desa Janggurara:

“Setahu saya pendidikan dan pelatihan tentang peternak sapi itu sudah dilakukan oleh pemerintah ditahun 2008 akan tetapi pelatihan tersebut belum merata, utamanya pada Desa Janggurara, masi jarang tersentuh oleh pendidikan dan pelatihan peternak sapi karena untuk satu penyuluh masi menangani lebih dari satu Desa untuk satu orang penyuluh.”(Hasil wawancara dengan SP,5 April 2015).

Pernyataan serupa pun dilontarkan oleh Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Janggurara

“Setahu saya pendidikan dan pelatihan tentang peternak sapi masi kurang dilakukan oleh pemerintah khususnya di Desa Janggurara, Karena pemerintah hanya melakukan pendidikan dan pelatihan 3 kali dalam setahun maka dari itu kami mengharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatkan peranannya dalam hal peternakan”.( Hasil wawancara dengan S, 10 April 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa program pemerintah untuk mengembangkan peternak sapi dengan memberikan bantuan pendidikan dan pelatihan ini belum teraplikasi dengan baik di Desa Janggurara dan harusnya pemerintah memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam beternak karena beternak ini adalah merupakan hasil pendapatan masyarakat di Desa Janggurara.

2. Peran Pemerintah Daerah dalam Penyuluhan Dan Pendampingan

Untuk menjaga produktivitas, pemerintah Daerah dan penyuluh lapangan diharapkan berperan serta untuk meningkatkan kontribusi di bidang perternakan dan pertanian berupa beternak, maka peternak harus mampu bersaing dalam pemberdayaan peternak sapi yang mempunyai banyak fungsi. Peternak sapi masih menggunakan metode tradisional, sehingga kebanyakan masyarakat peternak di Desa

(48)

di hadapkan pada permasalahan hasil produksi. produksi ini yang masih rendah

apabila kita bandingkan dengan Daerah lain. Dalam rangka menuju perubahan kearah produktivitas yang lebih baik. Maka di perlukan pendampingan seorang penyuluhan peternakan atau pertanian. Dimana keberhasilan peternakan bukan saja di tentukan oleh kondisi sumber daya alamnya akan tetapi di tentukan juga oleh para peserta penyuluhan masyarakat peternak sapi yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam secara baik.

Saat ini, Pemerintah Daerah berperan dalam memberikan bantuan penyuluhan maupun bantuan Saprodi (sarana produksi peternakan) kepada peternak, mengingat kemampuan permodalan peternak untuk menyediakan saprodi yang belum memadai. Disini terlihat bahwa Pemerintah Daerah masih terfokus pada penyediaan Saprodi saja, belum kepada kegiatan-kegiatan pembinaan seperti pembinaan peternak dan penyuluhan mengenai aspek diluar budidaya peternakan.

Hal ini dapat dilihat sesuai hasil wawancara dengan beberapa informan diantaranya : Hasil wawancara dengan Staf Dinas Peternakan dan Pengembangan

“Untuk penyuluh peternakan, kami sudah memberi tanggung jawab kepada pendamping untuk memberikan penyuluhan kepada peternak agar jumlah produksinya bisa meningkat. Sedangkan mengenai bantuan kami biasannya mengarah pada keluhan yang diajukan oleh Peternak, dan bantuan itu berupa beberapa sarana produksi dan bantuan kesehatan ternak maka kami memberikan bantuan sesuai dengan permintaan peternak”(Hasil wawancara dengan BK, 31 Maret 2015).

Selanjutnya hasil wawancara pegawai penyuluh peternakan selaku pendamping peternakan:

“kami selaku pendamping yang telah di tunjuk oleh pemerintah dan diberi tangggung jawab untuk memberikan penyuluhan mengenai peternakan,

(49)

khususnya ternak sapi agar dapat meningkatkan hasil produksi sapi. kami

sudah melakukan secara maksimal, tapi masih belum merata keseluruh Desa”(hasil wawancara dengan HJ, 2 April 2015)

Pemerintah memberikan pengarahan kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan, akan tetapi yang menjadi kendala peternak sapi setelah mendapatkan penyuluhan adalah kurangnya ketersediaan sarana untuk meningkatkan hasil peternakan. Program pemerintah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat ini nampaknya belum terlaksana dengan optimal karena masih banyak dari peternak tersebut tidak mendapatkan bantuan padahal mereka sudah mengajukan keluhan mereka.

Hasil wawancara dengan masyarakat.

“Saya sangat senang atas upaya pemerintah dalam memberikan penyuluhan peternak sapi dan sekarang yang menjadi kendala kami adalah sarana untuk peternak sapi. Saya sudah mengajukan keluhan usaha tapi sampai sekarang belum ada informasi yang jelas mengenai diterima atau tidak, kami hanya menunggu saja dan ditunggu tapi sampai ada hasil yang di berikan para penyuluh”(Hasil Wawancara dengan U, 12 April 2015).

Pemerintah Daerah melalui pembinaan harus selalu intensif. Tenaga penyuluh di Desa Janggurara masih perlu ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas para penyuluh.

Hasil wawancara dengan Staf Dinas Peternakan dan Pengembangan :

“kami memang masih kekurangan tenaga ahli khususnya dalam bidang penyuluhan, ada beberapa penyuluh dan pendamping yang telah kami bimbing dan diberikan pendidikan dan pelatihan langsung dari pemerintah Daerah dalam bidang pengembangan peternakan, akan tetapi mereka yang di tunjuk sebagai pendamping belum bisa memberikan penyuluhan keseluruh tempat dikarenakan penyuluh masi menangani dua Desa untuk satu orang penyuluh”(Hasil wawancara dengan BK, 31 Maret 2015)

(50)

Selanjutnya Hasil wawancara dengan Sekretaris kecamatan Baraka.

“iya dengan adanya bantuan pemerintah dalam hal peternakan maka masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara beternak dengan baik karena dengan adanya informasi mengeni penyuluhan maka masyarakat setidaknya ada pengetahuan lah yang mereka dapatkan tentang beternak yang baik yang dapat mengembangkan hasil ternaknya”(Hasil wawancara dengan S, 6 April 2015)

Maka kualitas penyuluh perlu ditingkatkan karena masih ada penyuluh yang menangani lebih dari satu Desa. Idealnya, masing-masing penyuluh hanya membina satu Desa. Penyuluh suda berasal dari latar belakang keilmuan yang sama, tetapi tidak fokus pada satu Desa untuk peternakan. Hal ini mengakibatkan adanya potensi hambatan dalam melakukan penyuluhan, terutama penyuluhan terkait hal-hal teknis budidaya ternak sapi maka di harapkan kepada pemerintah untuk meningkatkan peranannya dalam hal penyuluhan dan pendampingan.

Maka dengan adanya ketersediaan kantor penyuluh dan pendampingan ini sehingga dapat mengembangkan peran pemerintah Daerah dalam pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong. Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara dengan staf Dinas Peternakan dan pengembangan Kabupaten Enrekang bahwa:

“Pemerintah Kabupaten Enrekang memang selalu menyediakan wadah kepada masyarakat untuk pendampingan dalam hal mengelolah ternak sapi, seperti kantor Unit Pelayanan Peternakan (UPP) sebagai kantor pengaduan dan penyuluh yang dioperasikan disetiap Kecamatan. Dengan adanya Penyuluh dan pendampingan tersebut dan dengan adanya bantuan pemerintah seperti ini masyarakat bisa lebih terjangkau untuk diberdayakan.(Hasil wawancara dengan BK, 31 Maret 2015 ).

Sesuai dengan hasil wawancara ini pemerintah memang ingin menguatkan kelembagaan khususnya dalam menghadapi keluhan masyarakat mengenai permasalahannya dalam pembudidayaan ternak sapi potong.

Referensi

Dokumen terkait

Peubah setelah perlakuan yaitu jumlah daun total per planlet, tinggi planlet, jumlah tunas per botol, jumlah akar per botol, jumlah kontaminasi, serta pada akhir

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dosen dalam menyusun strategi instruksional, menyusun alat evaluasi, menyusun bahan ajar, dan sikap dosen

Kecamatan Pangalengan berdasarkan tipologi kawasan rawan bencana gempa bumi termasuk tipe C, artinya kondisi lahan tidak stabil rawan terhadap bencana gempa bumi,

Penelitian ini akan melakukan perancangan Data Warehouse yaitu sebuah repositori penyimpanan data dalam ukuran yang sangat besar yang mampu memberikan basisdata

Dalam penelitian Tugas Akhir didapatkan data yang diperoleh dari kuesioner yang selanjutnya dilakukan analisis data dan diperoleh tingkat persepsi dan tingkat harapan

‘They’re looking for us, then,’ Father Kreiner said, peering at the immobile Type 102, poking her as if to see what a walking TARDIS felt like, ‘the Doctor’s friends.’..

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua

Kelebihan aplikasi program ini disbanding dengan sistem pembelajaran yang lama adalah anak - anak bisa belajar dengan cara melihat dan mendengarkan, serta memiliki tampilan