Issue mengenai makan dan minum pada masa intrapartum tidaklah berkutat diantara boleh atau tidaknya ibu inpartu diberikan makanan serta minuman, tetapi issue tersebut membahas pula mengenai kriteria ibu inpartu yang dibolehkan untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisinya melalui oral, jenis makanan serta minuman yang dianjurkan pada ibu intrapartum, serta kapan waktu yang tepat untuk pemberian makan dan minum pada ibu inpartu.
Sebagian besar jurnal mengenai makan dan minum selama masa intrapartum menjelaskan dasar dari issue-issue yang ada serta pertanyaan lainnya yang menyertai, dan hampir sebagian besar jurnal serta teks books memberikan jenis makanan serta minuman yang sama untuk menjadi bahan konsumsi bagi ibu intranatal.
1. Jenis Makanan Dan Minuman Pada Masa Intrapartum
Dengan adanya perubahan yang terjadi pada gastro-intestinal serta aktivitas otot-otot uterus yang teratur serta mengalami peningkatan dalam
frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi, menyebabkan timbul beberapa ketidaknyamanan yang cukup menggangu keadaan ibu, dan hal ini berpengaruh langsung pada asupan nutrisi dan hidrasi ibu.
Pelambatan pada usus dan lambung saat mencerna makanan sangat berlawanan dengan kinerja otot-otot uterus yang terus bekerja dan mengharuskannya memecah energi yang tersedia dalam tubuh, sedangkan keinginan ibu untuk makan serta minum akan semakin berkurang akibat ketidaknyamanan yang terjadi. Akibatnya tubuh akan melakukan metabolisma cadangan makanan yang tersedia dalam tubuh secara besar-besaran dan mengakibatkan tingginya kadar asam serta keton dalam darah serta urine ibu. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut makanan serta minuman merupakan jalan keluarnya, padahal keinginan ibu untuk makan dan minum akan berkurang dan kerja lambung dalam mencerna pun akan sangat lambat.(Lamaze Internation, 2002.)
Sweet (dalam Mc Cormick-Champion, 2002) menyarankan ibu bersalin mengkonsumsi makanan mengandung zat lengkap yang diperlukan tubuh dan mengandung air yang cukup untuk diisap seperti potongan es. Towler dan Butler Manuel menganjurkan ibu bersalin normal di awal persalinannya mengkonsumsi makanan ringan dan mudah dicerna dan menghindarkan makanan berat untuk diberikan. Sebaiknya berikan taburan gula bubuk disetiap minumannya. (Mc Cormick-Champion, 2002)
Adapun jenis makanan serta minuman yang dianjurkan oleh para ahli obstetric ginekologi berkaitan dengan perubahan yang terjadi diantaranya adalah:
a.Asupan air yang cukup sehingga mencegah dehidrasi, adapun jenis minuman yang disarankan :
a) minuman sari buah atau jus b) minuman ber-ion
c) minuman yang mengandung glukosa d) air mineral
e) teh dengan campuran madu atau gula f) ice cream
g) yoghurt
b.Makanan yang mengandung karbohidrat serta protein namun memiliki kadar lemak yang rendah, seperti :
a) roti panggang dengan menggunakan selai buah-buhan b) sereal gandum atau sereal jagung
c) telur d) agar-agar
e) kentang dihaluskan f) soup tanpa cream g) coklat
Jangan paksakan jika tubuh ibu tidak menginginkan makan saat persalinan, namun usahakan mengisap gula atau minuman yang manis
sehingga kebutuhan energi akan tetap terpenuhi. Hindarkan makanan yang mengandung lemak tinggi karena akan merangsang muntah dan tidak efektif untuk dicerana saat itu. Usahakan makanan tidak berbentuk padatan namun semi cair atau cair, karena makanan padat akan lebih sukar dicerna dan dimetabolisma oleh tubuh dibandingkan dengan makanan cair atau semi cair.( Brenda Lane, 2004)
Mc Cormick dan Champion (2002), menganjurkan wanita dalam masa intrapartum normal mengkonsumsi makanan serta minuman per oral dengan kriteria berikut:
a. Jenis minuman yang dianjurkan
a) Yoghurt dengan kandungan lemak yang rendah (52 kal/100gr)
b) Jus buah segar seperti apel, lemon, nanas, dan buah lainnya yang dapat memelihara keseimbangan asam-basa tubuh (450 kal/100gr)
c) Sup tomat, ayam, daging (± 500 kal/100gr) d) Teh dengan susu skim (362 kal/100gr)
e) Minuman isotonis tetapi bukan minuman berkonsentrat tinggi
f) Air mineral
b. Makanan yang disarankan a) Makanan rendah lemak b) Makanan rendah serat
c) Hindari makanan yang terlalu asam atau pedas d) Makanan harus dikunyah dengan sempurna
e) Roti bakar dengan selai atau madu (± 450 kal/lembar) f) Biscuit (458 kal/100gr)
g) Sereal dengan susu skim (±248 kal/100gr) h) Wafer coklat (±428 kal/100gr)
c. Makanan dan minuman (berbentuk cair) yang disarankan pada ibu bersalin dengan resiko rendah dan menggunakan anastesi epidural hanya boleh diberikan cairan dengan contoh pada poin ‘a’ dengan jumlah lebih dari 100cc/jam melalui oral
d. Makanan dan minuman yang tidak disarankan
a) Minuman berkarbonat (minuman bersoda) karena mengandung CO2 yang dapat menyebabkan produksi gas berlebih pada lambung sehingga menyebabkan tidak nyaman (kembung)
b) Susu full crim (tinggi lemak) c) Minuman dengan kadar gula tinggi d) Segala jenis makanan padat
e) Madu atau selai dimakan tanpa pendamping lain (tanpa roti)
f) Minuman sari buah atau jus dengan kadar keasaman kurang dari 3
e. Wanita dengan resiko tinggi persalinan diberikan cairan melalui intravena. Jika terdapat komplikasi hipoglikemi berikan dextrose 10%.
Makanan yang disarankan umumnya makanan tersebut haruslah rendah lemak, tinggi karbohidrat serta protein, mudah dicerna, memiliki PH yang seimbang, suhu makanan netral maksudnya tidak merangsang pencernaan, disukai ibu serta memiliki rasa yang enak untuk ibu. Namun jenis makanan serta minuman diatas hanya diberikan pada ibu dengan masa intrapartum yang normal, dalam hal ini ibu tidak dalam pengaruh anastesi sehingga ibu dalam keadaan sadar. Jika ibu membutuhkan anastesi umum maka nutrisi serta hidrasi ibu diberikan melalui intravena untuk menghindari terjadinya aspirasi pernapasan. Adapun jenis cairan yang diberikan adalah cairan isotonis yang dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh ibu dan jika tanda-tanda ketosis atau pun hipoglikemi ditemukan maka diberikan cairan dextrose.(Mc Cormick-Champion, 2002)
2. Cara Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum
Cara pemberian makan dan minum pada masa intrapartum merupakan inti dari issue. Hal ini merupakan hal yang dijadikan perdebatan di dunia kebidanan.
Berry (dalam www.mrwinterscience.wiley.com, 2005) berpendapat bahwa pemberian makan dan minum pada masa intrapartum tidak hanya
ditentukan oleh 1 ahli kebidanan namun harus mengikutsertakan pendapat dari ahli medis lain yang berkaitan pada proses persalinan. Jika ahli anastesi, bidan serta dokter kebidanan menyetujui ibu diberikan makan dan minum melalui oral dan itu tidak berbahaya baginya, maka pemberian makan dan minum pun diberikan melalui oral.
Gracia dan Garfort ( dalam www.mrwinterscience.wiley.com, 2005) berpendapat bahwa persalinan tanpa melibatkan anastesi serta dokter ahli kebidanan memperbolehkan ibu makan dan minum selama persalinan maka pemberian per oral aman.
Evidence base mengenai pemberian makan dan minum dipaparkan dalam buku eating and drinking in labour, 2002 bahwa ibu dengan proses persalinan normal pemberian makan dan minum diberikan melalui oral, dengan jenis makanan yang dianjurkan. Sedangkan ibu dengan masalah selama persalinan diperbolehkan makan dan minum selama persalinan jika ibu tidak mengalami penurunan kesadaran serta hanya menggunakan anastesi dan analgesi lokal yang berarti tidak mempengaruhi tingkat kesadaran ibu (epidural), dan ibu dengan komplikasi yang memungkinkan penggunaan anastesi umum, maka ibu hanya diberikan cairan melalui intravena.
3. Waktu Yang Tepat Dalam Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum
Mengenai waktu yang paling tepat dalam pemberian makan dan minum melalui oral, tidak banyak sumber yang membahasnya, salah satu sumber yang membahas mengenai pemberian makan dan minum adalah buku eating and drinking in labour tahun 2002. Dalam buku ini pun tidak dikatakan kapan waktu yang paling tepat diperbolehkannya makan serta minum dalam masa intrapartum, namun buku tersebut hanya memaparkan persentase ibu yang memilih makan serta minum di setiap kala dalam persalinan.
Menurut hasil penelitian Roberts dan Ludka (dalam Chochran, 2006) pada tiga Rumah sakit dimulai dari daerah Utara hingga timur Amerika secara acak didapatkan dari 75 wanita inpartu tanpa anastesi seluruhnya minum pada saat persalinan dan 65 wanita diantaranya (80%) makan selama persalinan (pada kala I persalinan). Makanan yang mereka pilih memiliki porsi yang bervariasi, dimulai dari porsi kecil, sedang hingga besar dan semuanya terhindar dari aspirasi pernafasan. Wanita yang memilih minum selama kala II persalinan hanya 20 orang dan 1 orang memilih makan saat kala II. Dari penelitian tersebut 80% ibu tidak mengalami muntah dan 63% tidak mengalami mual.
Penelitian lain di daerah Michigan dimana tidak ada larangan mengenai pemberian makan dan minum melalui oral selama persalinan yang dilakukan oleh O’Reilly.et.al, (dalam Chochran, 2006) pada 106 wanita inpartu tanpa anastetik didapatkan sebanyak 18 ibu memilih minum selama awal persalinan, 23 saat memasuki fase aktif, 5 ibu saat masa
transisi dan 2 ibu saat kala II. 55 ibu makan makanan saat awal persalinan, 7 ibu saat fase aktif, 1 ibu saat masa transisi dan tidak ada ibu yang memilih makan saat kala II persalinan. Dari 55 ibu inpartu yang memilih makan selama persalinan, 20 ibu muntah. 7 ibu muntah saat awal persalinan (kala I), 15 ibu saat fase aktif (5 diantaranya telah muntah sebelumnya), 6 ibu selama transisi. Sedangkan dari 23 ibu yang memilih minum saat persalinan, 1 ibu muntah saat kala I, 5 orang saat kala II dan 1 orang saat masa transisi (kala IV).(Chochran, 2006).
Nasional Birthday melakukan penelitian yang sama pada tahun 1997 di Inggris. Dari total ibu yang memilih persalinan di rumah oleh bidan, yaitu 4.191 ibu, lebih dari 80% ibu memilih minum selama persalinan. 57,5% ibu minum pada awal persalinan, 75,7% saat pertengahan persalinan (fase aktif hingga kala II) dan 50.5% saat akhir persalinan. Sedangkan dari 3470 ibu yang memilih bersalin di Rumah sakit, 62,9% memilih minum pada awal persalinan, 71,2% saat pertengahan persalinan dan 44,4% saat akhir persalinan. (Chochran, 2006).
Hasil pengumpulan dan pencocokan kebijakan mengenai pemberian makan dan minum pada intrapartum di Nottingham, Inggris. Newton dan Champion tahun 1997 menemukan bahwa 75% dari 250 ibu makan pada awal persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh pusat kelahiran nasional (dalam Chochran.2006), penilaian secara deskriptif mengenai penelitian asuhan intrapartum dan awal postpartum serta neonatal di Pusat kelahiran
Amerika, dari 11.814 ibu bersalin 41,4% mengkonsumsi makanan dan berbagai jenis minuman selama persalinan.(Chochran, 2006).
Dari hasil pemaparan penelitian diatas keinginan ibu untuk makan saat persalinan lebih kecil dibandingkan dengan keinginan ibu untuk minum, dan waktu yang paling tepat memberikan makan per oral adalah saat awal persalinan yaitu saat Kala I persalinan, sedangkan untuk minum dapat diberikan pada fase apapun. Pemberian makan dan minum diberikan selama ibu dalam keadaan sadar, kooperatif dan menginginkannya yaitu saat persalinan dalam fase deselerasi. Sedangkan untuk cairan intravena diberikan pada ibu saat anastesi dibutuhkan dalam persalinan dimana proses persalinan sudah tidak berjalan secara normal atau pemasukan melalui oral tidak efektif sehingga menimbulkan tanda dehidrasi pada ibu. ( Mc Cormick-Champion, 2002)