• Tidak ada hasil yang ditemukan

makan dan minum pada saat intrapatum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makan dan minum pada saat intrapatum"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Issue-Issue Mengenai Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum Di Beberapa Negara

Bidan memberikan asuhan pada ibu intrapartum normal, yaitu ibu yang tidak memiliki masalah ataupun komplikasi pada persalinannya, termasuk memberikan kebutuhan dasar ibu untuk makan dan minum. Beberapa literatur serta hasil penelitian memberikan gambaran berbeda mengenai pemberian makan dan minum pada masa intrapartum. Bidan dalam praktiknya dituntut untuk dapat mengambil keputusan mengenai asuhan yang diberikan kepada ibu dengan menggunakan analisis terhadap informasi yang didapatkan serta anjuran dari praktikan medis lainnya. Hal ini telah menghasilkan penelitian mengenai kebutuhan makan dan minum pada wanita inpartu sebagai salah satu dukungan dalam asuhan kebidanan, tentunya dengan memberitahukan pilihan pada ibu mengenai panduan praktik bidan dalam memberikan makan dan minum.

(2)

di beberapa negara, dimana issue-issue ini didapatkan berdasarkan hasil penelitian.

1. Inggris

Perbedaan pendapat mengenai makan dan minum selama masa intrapartum di Inggris telah berlangsung setelah angka kejadian sindroma aspirasi atau yang dikenal dengan sindrom aspirasi Mendelson pada tahun 1940 cukup menyumbang kematian maternal. Inggris merupakan salah satu negara dunia barat yang banyak melakukan risert mengenai hal tersebut.

Pada awalnya sebelum penelitian banyak dilakukan, pemberian makan dan minum pada masa intrapartum dilarang, jadi selama masa intrapartum berlangsung ibu hanya diperbolehkan menghisap potongan es batu saja untuk mencegah dehidrasi.(www.birth.co.uk .2007)

Dalam artikelnya, Pragnancy and baby pragnancy labour, 2007, Pat

Thomas mengatakan bahwa:

“women should be able to eat and deliver “.

Menurutnya, bahwa pemberian makan dan minum pada masa intrapartum melalui oral bukanlah hal yang membahayakan, karena dengan memfasilitasi kebutuhan tersebut kita telah mengantisipasi masalah lain yang mungkin timbul selama persalinan serta lebih intensif menjaga keadaan tubuh ibu.

(3)

dalam keadaan bersih sehingga saat bayi lahir meminimalkan terjadinya pencemaran oleh kotoran ibu. Karena dengan memberikan ibu makan dan minum melalui oral, ibu akan mengalami muntah dan diare yang akan menyebabkan keadaan ruangan menjadi kotor serta daerah sekitar perinium ibu pun tercemar feses. Sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu diberikan melalui intravena yaitu pemberian air salin (larutan isotonis seperti RL) dan atau glukosa (dextrose). Namun alasan rumah sakit tidak mengizinkan ibu untuk makan dan minum tidak dapat diterima karena tidak ada pembuktian secara ilmiah yang menguntungkan dengan melarang ibu bersalin makan dan minum. (www.ivillage.co.uk,2007)

Menurut Foulkes dan Dumoulin (dalam I.Chichester, 2005) pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu intranatal diberikan cairan melalui intravena yang dijadikan sebagai rutinitas sebagai profilaksis terjadinya asidosis dan ketosis dalam tubuh ibu. Pemberian cairan ini tanpa memperhatikan keadaan ibu, baik ibu dalam keadaan stabil atau pun memang memerlukan cairan melalui infuse.

(4)

Newton N, Newton M dan Broach (dalam www.ivillage.co.uk, 2007) menegaskan bahwa pemberian cairan melalui intravena sebagai hidrasi tidak terlalu efektif karena mengandung kalori dalam jumlah yang minimum dan tidak dapat memberikan energi yang adekuat selama persalinan. Pemberian cairan melalui intravena seharusnya memperhatikan keadaan ibu. jika ibu dalam keadaan stabil cairan infus tidak diperlukan.

Para dokter di Inggris menyatakan jika anastesi umum dibutuhkan dan ibu sudah makan selama persalinan, hal itu sangat membahayakan keadaan ibu, karena memungkinkan terjadinya hisapan sisa muntahan pada saluran pernafasan saat ibu mulai mengalami penurunan tingkat kesadaran, yang menyebabkan masalah pada saluran pernafasan dan kematian ibu. Kejadian ini sangat mendadak, karena isi dari lambung yang terhisap dapat menghambat proses pernafasan.

Dari kejadian tersebut para dokter di Inggris menyatakan bahwa pemberian makan melaui oral selama persalinan, bukanlah penyebab utama terjadinya sindrom aspirasi Mendelson, melainkan akibat yang ditimbulkan dari anastesi pada ibu. Sehingga ibu dengan keadaan persalinan abnormal dan membutuhkan pemberian anastesi tidak dianjurkan untuk makan dan minum melalui oral selama intrapartum. (www.ivillage.co.uk,2007)

(5)

dengan resiko tinggi. Yang dimaksudkan dengan persalinan normal yaitu ibu tidak memerlukan anastesi yang akan mempengaruhi sistem tubuh ibu serta tingkat kesadaran, sehingga ibu boleh makan dan minum sesuai keinginannya. Sedangkan ibu bersalin dengan operatif yaitu ibu yang proses persalinannya memerlukan anastesi secara umum atau pun sebagian. Pada ibu dengan penggunaan anastesi sebagian, ibu masih mengalamai kesadaran sehingga pemberian makanan dan minuman melalui oral diperbolehkan asalkan berbentuk cair. Karena dengan makanan berbentuk cair akan mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi benda padat ke dalam paru ibu sehingga meminimalkan terjadinya aspirasi sindrom serta kebutuhan energi ibu pun akan tetap terpenuhi.

Namun pada kasus persalinan dengan menggunakan anastesi umum dimana kesadaran ibu benar-benar menurun, ibu tidak diperbolehkan makan dan minum melalui oral dan pemenuhan kebutuhan energi ibu diberikan melalui intravena dengan memberikan cairan glukosa ataupun larutan isotonis lain untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh ibu.( I..Chichester, 2005).

(6)

preterm atau memiliki ancaman partus prematur (kehamilan kurang dari 37 minggu), kehamilan kembar, presentasi bokong (sungsang), kehamilan dengan diabetes, riwayat perdarahan antepartum, hipertensi karena kehamilan, pre-eklamsi, dan keadaan medis lainnya (asma, pengguna obat-obatan) yang memungkinkan terjadinya komplikasi selama persalinan serta mempengaruhi tingkat kesadaran ibu, tidak dianjurkan untuk memberikan makanan serta minuman melalui oral. (I..Chichester, 2005)

Sedangkan ibu dengan risiko rendah seperti ibu dalam keadaan sehat, usia kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu), presentasi terendah janin kepala, kehamilan tunggal tanpa pengobatan atau keadaan gestosis serta proses persalinan berjalan dengan normal tanpa adanya penyulit lain, pemberian makan dan minum dapat diberikan melalui oral sesuai dengan keinginan ibu.

(7)

Pada ibu dengan Ketuban Pecah sebelum Waktunya (KPSW), pemenuhan kebutuhan ibu diberikan melalui oral, karena pada kasus KPSW dimana pembukaan serviks lebih dari 3 cm masih menjadi perdebatan apakah keadaan ini fisiologis atau patologis. Sehingga pemberian cairan melalui intravena diberikan jika ibu memerlukan tindakan persalinan dengan anjuran atau pun persalinan operatif yang membutuhkan pemberian anastesi. Menurut Berry; Newton dan Champion (dalam Mc Cormick-Champion, 2002) mengemukakan bahwa pendapat mengenai tidak diperbolehkannya memberikan makan dan minum selama persalinan melalui oral karena dapat menyebabkan sindrom pernafasan Mendelson, berlaku pada ibu bersalin yang menggunakan anastesi umum, karena ibu dengan pengaruh anastesi umum akan mengalami penurunan tingkat kesadaran sehingga ibu kehilangan kendali atas sistem pernafasannya.

(8)

Selain itupun obat-obatan anastesi atau pun analgetik cenderung bersifat merangsang sekresi asam lambung, sehingga asam lambung akan di produksi lebih banyak dari normal. Untuk mengatasinya, ibu dalam masa inpartum dan dalam pengaruh anastesi diberikan makanan melalui pipa gastric (NGT) namun hal tersebut tidak mencegah terjadinya aspirasi saat refleks muntah terjadi secara efektif. (Mc Cormick-Champion, 2002).

Jika sisa muntahan yang bersifat asam terisap dan mengisi paru-paru, maka kerusakan pada sel-sel paru dapat terjadi. Untuk mengatasinya, maka ibu dalam pengaruh anastesi tidak dianjurkan untuk diberikan makan dan minum dalam bentuk padatan, semi padat atau pun cair melalu oral, karena dapat menyebabkan aspirasi sestem pernafasan dan henti nafas pada ibu. Untuk menghindari hal tersebut, para dokter biasa memberikan anastesi disertai dengan obat penetral asam lambung seperti ranitidine atau cimetidine.( Mc Cormick-Champion, 2002).

(9)

Menurut Midwivery Rules and Code of Practise (UKCC) (dalam www.birth.co.uk.2007), bidan memiliki kewenangan untuk memberikan asuhan pada wanita dalam proses persalinan normal. Persalinan normal merupakan proses kelahiran dimana bayi lahir spontan pervaginam, bayi lahir dalam keadaan sehat, darah yang dikeluarkan tidak banyak, plasenta lahir spontan serta tanpa komplikasi pada kala IV.

Bidan di Inggris memperbolehkan ibu makan dan minum selama masa intrapartum sesuai keinginan ibu, namun ibu hanya disarankan mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna serta diserap tubuh yaitu makanan yang berbentuk cair ataupun semi cair. Hal ini berkaitan dengan fisiologi gastro-intestinal ibu bersalin yang membutuhkan waktu cukup lama dalam pengosongan lambung, selain itu proses persalinan membutuhkan energi yang cukup besar serta pertimbangan bahwa proses persalinan yang semula berjalan normal sangat memungkinkan terjadi komplikasi hingga membutuhkan tindakan operatif dan anastesi, maka pemilihan makanan berupa cair dan semi cair menjadi pilihan. (www.birth.co.uk.2007)

Bidan sebagai pemberi asuhan pada persalinan normal, menjadikan pemberian makan dan minum selama masa intrapartum melalui oral sebagai bagian dari kebiasaan praktik, serta menjadikannya salah satu bentuk asuhan yang diberikan.

(10)

haruslah diawasi dan tidak boleh berlebihan karena pemberian dextrose dapat menyebabkan hipoglikemi pada bayi saat dilahirkan. Pada saat dalam rahim cairan glukosa (dextrose) teralirkan pada janin melalui plasenta sehingga janin akan memproduksi insulin lebih banyak untuk menyesuaikan suplai tersebut.( Mc Cormick-Champion, 2002).

Hasil telaah literatur mengenai pemberian makan dan minum melalui oral pada masa intrapartum yang dilakukan Comulative Index of nursing and Allied health (CINAHL) (dalam www.ivillage.co.uk, 2007) melakukan penyesuaian data antara evidence pemberian makan dan minum pada persalinan normal melalui oral dan alasan sejarah melarang praktik pemberian makan dan minum pada masa intrapartum, dan didapatkan bahwa ibu yang diperbolehkan makan dan minum selama masa intrapartum, persalinan akan berjalan lebih baik karena kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi, yaitu dengan tingkat terjadinya distress pada janin yang lebih kecil.

(11)

yang hanya terfokus pada penatalaksanaan rasa sakit persalinan saja. (www.ivillage.co.uk2007)

Bidan yang bekerja di rumah sakit memiliki dilema lebih besar dibandingkan dengan bidan mandiri dalam hal pemberian makan dan minum pada masa intrapartum ini. Dilema yang dihadapi adalah dilema antara cara pandang bidan yang memandang bahwa persalinan merupakan proses fisiologi sehingga semua asuhan yang diberikan tanpa disertai dengan intervensi termasuk dalam hal pemberian makan dan minum melalui oral dapat diberikan. Namun kebijakan setiap rumah sakit berbeda, di Inggris terjadi persetujuan diantara bidan dan dokter sebelum ibu inpartu diperbolehkan makan dan minum selama proses persalinan berlangsung. Jika ibu diperbolehkan makan dan minum melalui oral selama persalinan, maka ibu tersebut akan mendapatkan pengawasan ketat dalam pengaturan makanan serta minuman untuk menjaga kestabilan ibu dan janin dari rumah sakit. Jika terdapat keadaan yang abnormal dalam proses persalinan serta keadaan psikologis ibu, maka pemberian makan dan minum melalui oral dihentikan dan diberikan cairan melalui intravena.(Chochran, 2006)

(12)

tersebut berubah kembali dan ibu dalam masa intrapartum diperbolehkan makan dan minum melalui oral selama persalinan setelah masyarakat mengetahui keuntungan dan kerugiannya jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.

Menurut data Group CNM (Chochran, 2006) menyatakan bahwa mayoritas masyarakat dalam hal ini ibu bersalin memilih makan dan minum selama persalinannya. Dalam majalah praktik kebidanan mengenai pemberian makan dan minum melalui oral selama persalinan (sample 3338 orang) sebagian besar memilih makan dan minum selama persalinan. O’Reilly et al (1993) mendapatkan hasil yang sama dari penelitian mengenai

pemberian makan dan minum melalui oral dan muntah pada ibu dengan resiko rendah, didapatkan 100% dari 106 ibu memilih makan dan minum pada semua fase dalam intrapartum.(Chochrane, 2006)

2. Belanda

(13)

berjalan dengan normal dan memerlukan tindakan maka pemberian makan dan minum melalui oral pun dihentikan dan asupan nutrisi ibu diberikan melalui intravena.(Chochrane, 2006).

Scrottun et al, (dalam Chochran, 2006) mengelompokkan ibu inpartu kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang membutuhkan penggunaan anastesi dan ibu inpartu yang sangat kecil untuk membutuhkan anastesi. Ibu yang membutuhkan penggunaan anastesi yaitu ibu dengan masalah atau komplikasi selama kehamilan dan saat persalinan sehingga dibutuhkannya persalinan anjuran yang membutuhkan penggunaan anastesi baik umum atau pun lokal, seperti ibu dengan eklamsia, gangguan sistem pernafasan, kelainan pada usia kehamilan, cepalo pelvik disproporsi, serta komplikasi lain yang membutuhkan tindakan aktif maupun operatif .(Chochrane, 2006)

(14)

Sedangkan pandangan bidan terhadap issue pemberian makan dan minum di Belanda tidaklah berbeda dengan Inggris. Bidan dengan kewenangannya memberikan asuhan pada persalinan normal memenuhi kebutuhan makan dan minum ibu melalui oral, yaitu dengan memberikan makanan serta minuman sesuai keinginan ibu dengan beracuan pada jenis makanan serta minuman yang disarankan pada masa intrapartum yaitu makanan semi cair atau cair yang mudah dicerna.

3. Kanada

Kanada merupakan salah satu negara yang memperbolehkan ibu inpartu makan dan minum melalui oral selama persalinan. Selama keadaan ibu baik dan tanpa penurunan tingkat kesadaran karena anastesi atau pun komplikasi, ibu diperbolehkan makan dan minum dengan jenis makanan berupa snack ringan yang rendah lemak dan mengandung kharbohidrat. Pemberian makan dan minum ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan PH darah ibu sehingga menghindari terjadinya asidosis dan ketosis. (I..Chichester, 2005)

(15)

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 oleh Anderson (dalam Chochrane, 2006) memunculkan pendapat lain mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu. Ini menjadikan issue mengenai pemberian makan dan minum di Kanada bertambah. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa 50% ibu intrapartum yang tidak diberikan cairan melalui intravena mengalami ketosis, walaupun ibu tersebut makan dan minum sebelumnya. Ternyata hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan melalui oral tidak terpenuhi dengan baik dan ibu mengalami dehidrasi, akibat ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu dan menyebabkan aktivitas ibu pun terganggu, sehingga Anderson menyimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan ibu lebih baik jika diberikan bersamaan yaitu melalui oral dan intravena.(Chochrane, 2006)

Para ahli obstetric-ginekologi di Kanada melakukan penelitian kembali dan mereka mengambil kesimpulan bahwa pemberian makan serta minum selama intrapartum mendapatkan 3 pandangan yaitu bahwa:

(16)

gelisah akibat kontraksi yang lebih kuat, maka pemberian makanan serta minuman harus dihentikan. Hal ini dilakukan karena saat ibu gelisah dan mulai tidak kooperatif, dikhawatirkan makanan yang dimasukan melalui oral akan terhisap pada saluran pernafasan. Selain itu pun setelah keadaan ibu tidak kooperatif pemberian makanan dan minuman per oral dihentikan dan digantikan dengan memberikan cairan melalui intravena, untuk tetap memenuhi kebutuhan energi ibu sehingga mencegah terjadinya ketosis serta menghindari aspirasi Mendelson akibat pengosongan lambung yang lambat sehingga menyebabkan refleks muntah pada ibu dan memungkinkan sisa makanan tersebut teraspirasi pada sistem pernapasan. (Chochrane, 2006)

(17)

kasus persalinan menggunakan anastesi tidak di berikan melalui oral tetapi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasinya diberikan melalui jalur intravena. (Chochrane, 2006)

c. Keadaan yang ke tiga adalah jika ibu masuk rumah sakit dalam keadaan lemas serta ditemukannya keton dalam urine, maka dokter akan memberikan tablet dextrose pada ibu, jika kesadaran ibu masih baik dan stabil. Namun jika ibu datang dengan penurunan tingkat kesadaran dan lemas, maka akan segera diberikan rehidrasi dextrose melalui jalur invus untuk menangani keadaan tersebut, dan ibu tidak dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi serta hidrasi melalui oral.( I..Chichester, 2005)

(18)

4. Amerika Serikat

Pada awalnya di Amerika pendapat mengenai pemberian makan dan minum pada masa intrapartum melalui oral dianggap tidak selalu menguntungkan, karena hal tersebut dapat meningkatkan tekanan pada ibu akibat dari ketidaknyamanan yang dirasakan, sehingga selama masa intrapartum ibu hanya diperbolehkan menghisap potongan es untuk mencegah dehidrasi atau menghisap potongan gula.

Dengan adanya pengaruh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh negara lain seperti Kanada, Inggris serta Belanda, pandangan tersebut mulai bergeser dan praktikan medis terutama yang berhubungan dengan kesehatan maternal-neonatal mulai memperbolehkan ibu dengan proses persalinan normal makan dan minum melalui oral. Sedangkan ibu bersalin yang menggunakan anastesi atau pun analgetika lokal hanya di perbolehkan menghisap es atau gula saja. (Denis.G, 2007).

(19)

Tidak berbeda dengan Belanda dan Inggris. Pendapat mengenai pemberian makan dan minum pada masa intrapartum di Amerika Serikat menjadi perdebatan diantara para ahli kebidanan, sehingga untuk memutuskan seorang ibu makan dan minum melalui oral selama persalinan ditentukan dengan kesepakatan diantara dokter kebidanan serta dokter anastesi. Sehingga di beberapa rumah sakit menjadikan pengelompokkan ibu bersalin dalam 2 kategori seperti yang dilakukan oleh negara Barat lainnya, yaitu ibu yang memiliki resiko tinggi saat persalinan dan ibu dengan resiko rendah dalam persalinan seperti yang dilakukan oleh Inggris.( I..Chichester, 2005)

Bidan di Amerika tidak berbeda dengan bidan di negara barat lainnya. Sesuai dengan kewenangannya yang hanya memberikan asuhan pada persalinan normal, pemberian makan dan minum selama intrapartum menjadi bagian dalam setiap asuhannya. Selama persalinan berjalan dengan normal tanpa ada komplikasi, bidan memberikan makan dan minum sejak awal proses persalinan yaitu dengan memberikan makanan serta minuman yang mudah dicerna serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan energi.( I..Chichester, 2005)

(20)

negara-negara Eropa serta Amerika. Sangat jarang ditemukan hasil penelitian mengenai issue pemberian makan dan minum pada masa intrapartum ini di Asia, sehingga hampir sebagian besar protap yang diadopsi oleh instansi kesehatan serta pemberi pelayanan kesehatan maternal-neonatal berasal dari hasil penelitian negara Eropa-Amerika.( Garite.et.al, 2000)

5. China

Dengan berdasarkan pada kejadian sindroma aspirasi Mendelson serta hasil penelitian yang dilakukan Tourangeau di Inggris serta para peneliti di negara Eropa-Amerika, pemberian makan dan minum di China cukup menimbulkan issue. Sebagian ahli obstetric-ginekologi melarang pemberian makan dan minum selama persalinan berlangsung dengan alasan klasik yaitu aspirasi sisa muntahan pada saluran pernafasan dan sebagian berpendapat bahwa makan minum selama persalinan sangatlah aman. (Garite.et.al, 2000)

(21)

a. Ibu tidak dalam rencana persalinan buatan dengan section secariae. Karena pada persalinan ini ibu tidak boleh makan dan minum minimalnya 2 jam sebelum dilaksanakannya section secareae.

b. Makanan yang dikonsumsi tidak memperberat kerja gastro-intestinal dan memiliki rentang waktu yang cepat dalam proses pengosongan lambung (tidak sulit untuk dicerna)

c. Selama masa persalinan kebutuhan hidrasi ibu tetap terpenuhi sehingga ibu terhindar dari dehidrasi, yaitu pemasukan cairan melalui oral minimal 600ml/ jam air.

d. Jarak makan terakhir haruslah diperhatikan serta diagnosa pasien saat pertama datang haruslah ditegakkan secara benar karena akan mempengaruhi asuhan yang diberikan

Selain itu sebelum pembedahan berlangsung ibu sudah tidak diizinkan untuk makan dan minum dalam rentang lebih dari 2 jam sebelum dilakukannya persalinan operatif. (Liu. David T.Y, 2004)

6. Jepang

(22)

pada ibu, serta penelitian Newton dan Champion, (dalam Chochrane, 2006) mengenai sindroma aspirasi Mendelson yang kemungkinan besar terjadi pada ibu inpartu dengan pengaruh anastesi, menjadi salah satu issuenya.

Tidak banyak literature yang memaparkan mengenai issue pemberian makan dan minum di Jepang. Secara umum pemberian makan dan minum pada masa intrapartum di Jepang berpedoman pada pengelompokkan ibu berdasarkan faktor resiko serta kemungkinan penggunaan anastesi dalam proses persalinan. Pemberian makan dan minum yang dijadikan protap pada asuhan ibu intranatal yaitu dengan menggunakan pengelompokkan yang dilakukan oleh Inggris, yaitu bahwa pemberian makan dan minum pada masa intrapartum sangat aman pada ibu dengan persalinan normal, dengan resiko rendah serta tidak menggunakan anastesi.( Garite.et.al, 2000)

7. Indonesia

(23)

Pemberian makan dan minum melalui intravena hanya diberikan pada ibu dengan masalah selama proses persalinan dan mempengaruhi tingkat kesadaran ibu. Sehingga ibu dengan keadaan baik dan tanpa indikasi dilakukannya persalinan buatan atau persalinan dengan cara operatif diizinkan untuk makan dan minum. Ibu dengan keadaan kesadaraan yang stabil namun memerlukan terapi obat bolus boleh makan dan minum melalui oral, namun cairan intravena tetap diberikan sebagai profilaksis dan memudahkan ibu dalam mendapatkan terapi. (www.cakulobgin.com)

Miriam (2008), memaparkan bahwa pemberian makan dan minum pada masa intrapartum tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu bertambah. Terutama karena pengosongan lambung yang lambat sehingga kemungkinan ibu menjadi mual dan muntah besar. Pendapat yang dikemukakan oleh Miriam berdasarkan pada penelitian mengenai sindroma aspirasi Mendelson serta perubahan system gastro-intestinal yang terjadi selama persalinan.

(24)

Selama persalinan berjalan dengan normal bidan sebagai pendamping wanita menyarankan ibu bersalin untuk makan dan minum dalam jumlah kecil yang mudah dicerna dan rendah akan lemak selama ibu menginginkannya. (Pengurus pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2006).

Walaupun beberapa penelitian tidak terlaporkan bahwa memberikan makan dan minum pada masa intrapartum itu aman, tidak pula terlaporkan bahwa efek dari pemberian makan dan minum pada intrapartum terhadap ibu dan janin. Dengan adanya hal tersebut mayoritas ahli maternitas menyebutkan bahwa “

pemberian makan dan minum melalui oral pada masa intrapartum ini aman”. (Chochran, 2006)

B. Pengertian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum

Makan adalah suatu cara makhluk hidup memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengkonsumsi makanan yang sarat dengan zat gizi.(www.nikipedia.com)

Minum merupakan proses memasukan cairan berbentuk sediaan khusus untuk dikonsumsi oleh makhluk hidup dan merupakan kebutuhan dasar manusia. (www.wikipedia.com ).

Masa intrapartum atau masa persalinan memiliki beberapa pengertian, diantaranya:

(25)

a.Kala I saat persalinan mulai hingga pembukaan lengkap (10 cm) yang biasa terjadi selama 15 jam,

b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap hingga bayi lahir. Proses ini berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi,

c. Kala III dimulai dari lahirnya bayi hingga plasenta lahir, d. Kala IV dimulai saat plasenta lahir hingga 2 jam post

partum.(buku acuan nasional pelayanan maternal neonatal,2005;101)

2. Persalinan merupakan suatu proses yang menguras begitu banyak tenaga serta memerlukan banyak stamina serta energi untuk melaluinya .( www.ivillage.co.uk, 2007)

Jadi makan dan minum pada masa intrapartum dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan energi ibu selama proses persalinan yang dapat diberikan melalui oral atau pun intravena untuk menjaga keseimbangan asam basa serta cairan dalam tubuh ibu sehingga terjadi keseimbangan metabolisma dan mencegah terjadinya asidosis serta penumpukan keton atau ketosis dalam tubuh ibu yang akan mempengaruhi kemajuan persalinan serta kesejahteraan ibu dan janinnya.(Lamaze Internation, 2002)

(26)

asuhan kebidanan untuk menjaga kesejahteraan janin dan ibu selama proses persalinan berlangsung. (www. birth.co.uk, 2007)

O&G Summer, 2006

C. Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum Ditinjau Dari Factor Budaya praktik, Sejarah Serta Sudut Pandang Praktikan

Makanan dan minuman merupakan subtansi yang sangat penting bagi makhluk hidup. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesehatan fisik maupun psikologi. Makanan serta minuman memberikan kontribusi yang besar untuk kesehatan makhluk hidup. Tidak berbeda dengan ibu bersalin, dimana keadaan fisik dan psikologi ibu dituntut untuk lebih siap dan kuat sehingga kebutuhan makan dan minum sangat penting terutama sebagai bahan utama pembentuk energi. (Mc Cormick-Champion, 2002)

1. Makan dan minum pada masa intrapartum ditinjau dari budayaan praktik

(27)

pemberian makan dan minum saat bersalin. Bahwa banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu bersalin diizinkan makan dan minum atau tidak selama persalinan berlangsung. Faktor yang memepengaruhi tersebut diantaranya aturan dari tenaga medis profesional, aturan dari bidan, posisi wanita tersebut dalam carir serta pengambil keputusan yang terlibat dalam proses persalinan tersebut (keluarga). (Mc Cormick-Champion, 2002)

Berbeda dengan dunia barat, faktor yang paling utama mempengaruhi pendapat mengenai makan dan minum saat intrapartum pada wanita Melayu dan Asia lainnya adalah kemandirian wanita dalam menentukan apa yang terbaik untuk dirinya (kemampuan wanita dalam menentukan pilihan).

Sebagian besar boleh tidaknya makan dan minum pada saat intrapartum ditentukan atas pertimbangan dari bidan atau pun dokter. Hal ini sangat kontras dengan pengetahuan bidan yang menjadikan wanita sebagai pusat dari asuhan dan berhak untuk menentukan pilihan. Asuhan diatas terjadi sebelum departemen kesehatan menentukan wanita sebagai pusat asuhan dan dampak yang akan terjadi jika kebutuhan

nutrisi dan hidrasi ibu selama masa inpartu tidak terpenuhi. (Mc Cormick-Champion, 2002)

(28)

kebijakan untuk tidak memberikan makan dan minum pada ibu bersalin melalui oral dengan maksud untuk menjaga lambung agar tetap kosong selama proses persalinan berlangsung. (Mc Cormick-Champion, 2002)

Di Amerika, menurut catatan Amerika praktis bahwa pemberian makan dan minum pada masa intrapartum sangat dibutuhkan terutama minum selalu diberikan walaupun wanita tersebut mengalami muntah. Hal tersebut telah menjadi budaya sejak tahun 1904 hingga 1940 dalam praktik obstetric-ginekologi, karena dengan memberikan makan dan minum melalui oral dapat mencegah terjadinya komplikasi pada persalinan terutama mencegah terjadinya proses persalinan yang panjang. Namun setelah kematian ibu meningkat akibat tersedak pada tahun 1986 yaitu sekitar 2,6/1.000.000 kelahiran hidup, Amerika pun mulai menetapkan larangan untuk memberikan makan dan minum selama masa intrpartum. (Mc Cormick-Champion, 2002)

(29)

Makanan yang menjadi budaya turun temurun diberikan pada masa intrapartum oleh masyarakat Inggris diantaranya alcohol, tanaman obat yang dianggap aman, telur mentah, teh yang terbuat dari rambut manusia dan serbuk senjata. Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut jenis-jenis makanan tersebut tidak dianjurkan karena memiliki nilai keuntungan yang kecil dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya. Sebagian budaya membatasi makan melalui oral karena takut akan efek yang terjadi, yaitu aspirasi makanan.

Pada tahun 1940 dimana anastesi mulai digunakan saat memasuki proses persalinan, banyak wanita menggunakan anastesi pada kala 2 persalinan sebagai rutinitas praktik. Dimulailah pendapat mengenai pengosongan lambung oleh para ahli medis sebagai upaya pencegahan terjadinya kematian akibat aspirasi sisa makanan pada saluran pernafasan. (Mc Cormick-Champion, 2002)

(30)

sindrom. Pada keadaan tersebut persalinan normal hanya dapat terjadi sekitar 44% sedangkan 56% merupakan cara persalinan buatan baik secara section secarea atau dengan bantuan alat yang memerlukan anastesi selama persalinan baik sifatnya lokal atau umum.(Mc Cormick-Champion, 2002).

Mendelson tidak melakukan pengelompokan artikelnya mengenai praktik rutin yang dilakukan rumah sakit mengenai wanita yang menggunakan anastesi untuk kala 2 persalinan dengan wanita yang makan dan minum selama persalinan. Penelitian ini belumlah jelas menggambarkan jumlah wanita yang jatuh pada kelompok risiko tinggi yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit saat bersalin.

Dalam penelitiannya, Mendelson menemukan 45 kasus aspirasi pada ibu bersalin, dua diantaranya meninggal dunia karena terdapatnya sumbatan benda padat pada trachea yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi oksigen. Namun tidaklah jelas apakah wanita yang termasuk dalam penelitiannya memiliki masalah dengan sistem pernafasannya seperti asma, ataukah memang selama persalinan mereka makan dan minum sedangkan mereka sedang dalam pengaruh anastesi. Hasil penelitian Mendelson tersebut telah mendorong beberapa negara seperti Belanda dan Inggris untuk terus melakukan penelitian, karena angka kejadian kasus tersebut cukup menghawatirkan terutama bagi dunia obstetric-ginekologi. (Mc Cormick-Champion, 2002)

(31)

intrapartum. Hal tersebut memberikan dampak yang besar dalam praktik kebidanan terutama untuk bidan, dokter obstetric serta ahli anastesi. Parker, (dalam Mc Cormick-Champion, 2002) menerbitkan tulisan mengenai analisis kematian maternal di Birmingham akibat aspiksia pernafasan. Ia menuliskan bahwa 8 ibu meninggal karena sumbatan pernafasan dengan rasio 1/27.000 kelahiran. Dari hasil penelitiannya Parker menyimpulkan bahwa sebagian besar angka kejadian aspiksi pernafasan terjadi pada ibu bersalin dengan penggunaan anastesi umum.

3. Makan dan minum berdasarkan sudut pandang praktikan

Dari hasil pnelitian yang dilakukan mulailah muncul perbedaan pandangan mengenai pemberian makan dan minum pada masa intrapartum. Ahli medis serta beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Kanada, serta Amerika Serikat menentukan kebijakan tersendiri menanggapi issue tersebut.

(32)

Ahli kebidanan terutama bidan yang memiliki kewenangan untuk asuhan pada persalinan normal berpandangan bahwa pemberian makan dan minum melalui oral selama intrapartum sangat dianjurkan karena dapat mencegah timbulnya masalah lain selama masa intrapartum. ( I..Chichester, 2005)

D. Fisiologi Yang Terjadi Pada Masa Intrapartum

Makan dan minum sangat dibutuhkan oleh setiap manusia pada setiap aktivitasnya, begitu juga dengan ibu hamil, ibu bersalin serta ibu pasca melahirkan. Mereka memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan wanita carir biasa.

(33)

Pada saat ibu memasuki masa persalinan, terjadi perubahan-perubahan serta aktivitas sel dan jaringan yang berbeda dari biasanya. Dimana pada saat itu otot-otot rahim akan dipaksa bekerja ekstra untuk mendorong janin keluar dari rahim dan akan menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu. Perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu diantaranya :

a. Sistem gastrointestinal

Pada saat ibu memasuki masa intrapartum, sistem pencernaan ibu dalam hal ini lambung dan usus akan mengalami penurunan aktivitas, dimana kerja lambung dan usus dalam mencerna makanan akan melambat, sehingga pengosongan lambung dapat terjadi dalam waktu lebih dari 12 jam. Walaupun pengosongan lambung terjadi sangat lambat, namun asam lambung tetap dihasilkan sehingga ibu dalam masa intrapartum tetap memerlukan asupan nutrisi dan hidrasi selain untuk mengimbangi asam lambung yang dihasilkan juga untuk mengurangi rasa mual dan muntah yang mungkin timbul. Selain itu makanan dan minuman dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mencegah dehidrasi. Pada masa intrapartum ada beberapa faktor yang menyebabkan lambatnya pengosongan lambung, yaitu:

(34)

b) Jenis makanan yang dikonsumsi mengandung kadar lemak dan serat yang tinggi sehingga memperberat kerja sistem pencernaan

c) Peningkatan dari asam lambung yang menyebabkan meningkatnya produksi dari gas sehingga mortilitas lambung bertambah lambat

d) Pengaruh anastesi serta obat analgetik yang bersifat opium (morfine) sehingga membuat otot-otot polos pencernaan menjadi lebih relaksasi dan mortilitas kembali menurun. (Stabels,Rankin,2006)

b. Aktivitas otot-otot uterus

Proses persalinan merupakan rangkaian proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang yaitu sekitar 17 jam, dan selama itu juga otot-otot rahim akan bekerja keras untuk melakukan gerakkan yang berarti hingga janin dapat dilahirkan.(synopsis obstetric,EGC.1998: 232)

(35)

c. Termoregulasi tubuh ibu

Saat proses persalinan berlangsung, ibu mengeluarkan banyak energi serta sisa metabolisma sedangkan input zat penghasil energi akan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kebutuhan. Jika kebutuhan energi ibu tidak terpenuhi, selain kerja otot-otot rahim akan terganggu, keseimbangan cairan serta elektrolit ibu pun akan terganggu dan dapat menyebabkan dehidrasi yang dalam hal ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan temperature tubuh serta metabolisme asam basa. Jika hal ini terjadi maka ibu dapat mengalami penurunan kesadaran. (www.birth.co.uk.2007)

d. Sistem pernafasan

Saat his terjadi, tubuh memerlukan asupan oksigen yang lebih banyak untuk mencegah terjadinya hipoksia jaringan serta iskemik karena peningkatan tekanan karbondioksida. Untuk mengimbangi hal tersebut, saat terjadinya his ibu akan mengambil nafas pendek dan cepat, hal tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan PH dalam darah akibat dari pemenuhan oksigen yang tidak adekuat untuk tubuh melakukan metabolisme. Untuk mengimbanginya, tubuh mensiasati hal tersebut dengan menggunakan oksigen terikat yang tersedia dalam tubuh untuk metabolisme (metabolisme anaerob).

(36)

ibu yang panjang dan dalam diantara his, serta kebutuhan karbohidrat ibu sebagai sumber energi terpenuhi (karbohidrat merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung unsur oksigen terikat dan lebih mudah menghasilkan energi). Jika hiperventilasi terjadi terus menerus serta tubuh lebih banyak melakukan metabolisma anaerob maka PH darah ibu akan menurun menjadi asam atau asidosis dan keadaan ini sama membahayakannya dengan keadaan ketosis pada ibu untuk janin (menyebabkan distress pada janin).( Stabels & Rankin, 2006)

Jika selama persalinan asupan makan serta minum ibu tidak tercukupi, maka tubuh ibu pun akan mencari cara untuk dapat memenuhi kebutuhan energinya yaitu dengan cara melakukan metabolisme besar-besaran terhadap cadangan energi dalam tubuh ibu diantaranya glukosa yang dalam hal ini tersimpan dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, protein (glikoprotein, nukloprotein, lipoprotein, mukoprotein) serta lemak. Jika metabolisma karbohidrat terjadi terus menerus tanpa adanya asupan bahan energi dari luar maka akan terbentuk sisa metabolisme yang tidak menguntungkan tubuh yaitu CO2 yang lambat-laun akan menumpuk dalam darah ibu dan menyebabkan ketidakseimbangan PH darah, dalam hal ini PH darah akan menurun dan memiliki kadar asam yang lebih tinggi atau disebut asidosis.

(37)

dan jika kadar keton ditemukan dalam urine maka keadaan ini sangat tidak menguntungkan ibu serta janin karena tingkat keasaman pada darah pun telah meningkat (ketoasidosis).( Mc Cormick-Champion,2002).

E. Protap/ Standar Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum Dari issue-issue mengenai pemberian makan dan minum pada masa intrapartum di setiap negara, muncul pendapat-pendapat yang dijadikan acuan dalam pemberian makan dan minum tersebut. negara-negara yang melakukan penelitian mengenai hal ini, menjadikan salah satu issue dari hasil penelitian sebagai acuan dasar pemberian makan dan minum pada ibu bersalin. Seperti Kanada, Belanda serta Amerika sebelum memperbolehkan pemberian makan dan minum pada ibu inpartu mereka menilai ibu tersebut apakah termasuk dalam kelompok resiko tinggi atau resiko rendah.

Di Inggris tepatnya di salah satu rumah sakit di Nottingham dalam praktik asuhan persalinannya dengan memberikan anastesi maupun analgesi lokal, menentukan aturan dalam pemberian makan dan minum sebagai berikut :

a. Ibu dengan proses persalinan normal sangat dianjurkan utuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya melalui oral sesuai dengan keinginan ibu dengan jenis makanan serta minuman yang dianjurkan

(38)

c. Penggunaan anstesi lokal serta analgetik lokal membebaskan ibu untuk makan dan minum sesuai dengan jenis yang disarankan

( Mc Cormick-Champion,2002)

Pemaparan diatas dapat diperjelas dalam bagan protap pemberian makan dan minum pada masa intrapartum di bawah ini:

(Mc Cormick-Champion, 2002: )

Makan dan minum Makan dan minum Air saja

(39)

Protap diatas telah dijadikan sebagi protap dasar pemberian makan dan minum pada masa intrapartum di rumah sakit Nottingham, Inggris. Persamaan persepsi pada pelayanan maternal-neonatal di negara-negara Eropa-Amerika menjadikan protap rumah sakit Nottingham sebagai acuan dasar dalam pemberian makan dan minum pada masa intrapartum. Protap tersebut telah dijadikan evidence dasar asuhan hampir di setiap rumah sakit di Eropa-Amerika (Mc Cormick-Champion, 2002).

F. Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum

Issue mengenai makan dan minum pada masa intrapartum tidaklah berkutat diantara boleh atau tidaknya ibu inpartu diberikan makanan serta minuman, tetapi issue tersebut membahas pula mengenai kriteria ibu inpartu yang dibolehkan untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisinya melalui oral, jenis makanan serta minuman yang dianjurkan pada ibu intrapartum, serta kapan waktu yang tepat untuk pemberian makan dan minum pada ibu inpartu.

Sebagian besar jurnal mengenai makan dan minum selama masa intrapartum menjelaskan dasar dari issue-issue yang ada serta pertanyaan lainnya yang menyertai, dan hampir sebagian besar jurnal serta teks books memberikan jenis makanan serta minuman yang sama untuk menjadi bahan konsumsi bagi ibu intranatal.

1. Jenis Makanan Dan Minuman Pada Masa Intrapartum

(40)

frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi, menyebabkan timbul beberapa ketidaknyamanan yang cukup menggangu keadaan ibu, dan hal ini berpengaruh langsung pada asupan nutrisi dan hidrasi ibu.

Pelambatan pada usus dan lambung saat mencerna makanan sangat berlawanan dengan kinerja otot-otot uterus yang terus bekerja dan mengharuskannya memecah energi yang tersedia dalam tubuh, sedangkan keinginan ibu untuk makan serta minum akan semakin berkurang akibat ketidaknyamanan yang terjadi. Akibatnya tubuh akan melakukan metabolisma cadangan makanan yang tersedia dalam tubuh secara besar-besaran dan mengakibatkan tingginya kadar asam serta keton dalam darah serta urine ibu. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut makanan serta minuman merupakan jalan keluarnya, padahal keinginan ibu untuk makan dan minum akan berkurang dan kerja lambung dalam mencerna pun akan sangat lambat.(Lamaze Internation, 2002.)

(41)

Adapun jenis makanan serta minuman yang dianjurkan oleh para ahli obstetric ginekologi berkaitan dengan perubahan yang terjadi diantaranya adalah:

a.Asupan air yang cukup sehingga mencegah dehidrasi, adapun jenis minuman yang disarankan :

a) minuman sari buah atau jus b) minuman ber-ion

c) minuman yang mengandung glukosa d) air mineral

e) teh dengan campuran madu atau gula f) ice cream

g) yoghurt

b.Makanan yang mengandung karbohidrat serta protein namun memiliki kadar lemak yang rendah, seperti :

a) roti panggang dengan menggunakan selai buah-buhan b) sereal gandum atau sereal jagung

c) telur d) agar-agar

e) kentang dihaluskan f) soup tanpa cream g) coklat

(42)

sehingga kebutuhan energi akan tetap terpenuhi. Hindarkan makanan yang mengandung lemak tinggi karena akan merangsang muntah dan tidak efektif untuk dicerana saat itu. Usahakan makanan tidak berbentuk padatan namun semi cair atau cair, karena makanan padat akan lebih sukar dicerna dan dimetabolisma oleh tubuh dibandingkan dengan makanan cair atau semi cair.( Brenda Lane, 2004)

Mc Cormick dan Champion (2002), menganjurkan wanita dalam masa intrapartum normal mengkonsumsi makanan serta minuman per oral dengan kriteria berikut:

a. Jenis minuman yang dianjurkan

a) Yoghurt dengan kandungan lemak yang rendah (52 kal/100gr)

b) Jus buah segar seperti apel, lemon, nanas, dan buah lainnya yang dapat memelihara keseimbangan asam-basa tubuh (450 kal/100gr)

c) Sup tomat, ayam, daging (± 500 kal/100gr) d) Teh dengan susu skim (362 kal/100gr)

e) Minuman isotonis tetapi bukan minuman berkonsentrat tinggi

f) Air mineral

(43)

c) Hindari makanan yang terlalu asam atau pedas d) Makanan harus dikunyah dengan sempurna

e) Roti bakar dengan selai atau madu (± 450 kal/lembar) f) Biscuit (458 kal/100gr)

g) Sereal dengan susu skim (±248 kal/100gr) h) Wafer coklat (±428 kal/100gr)

c. Makanan dan minuman (berbentuk cair) yang disarankan pada ibu bersalin dengan resiko rendah dan menggunakan anastesi epidural hanya boleh diberikan cairan dengan contoh pada poin ‘a’ dengan jumlah lebih dari 100cc/jam melalui oral

d. Makanan dan minuman yang tidak disarankan

a) Minuman berkarbonat (minuman bersoda) karena mengandung CO2 yang dapat menyebabkan produksi gas berlebih pada lambung sehingga menyebabkan tidak nyaman (kembung)

b) Susu full crim (tinggi lemak) c) Minuman dengan kadar gula tinggi d) Segala jenis makanan padat

e) Madu atau selai dimakan tanpa pendamping lain (tanpa roti)

f) Minuman sari buah atau jus dengan kadar keasaman kurang dari 3

(44)

e. Wanita dengan resiko tinggi persalinan diberikan cairan melalui intravena. Jika terdapat komplikasi hipoglikemi berikan dextrose 10%.

Makanan yang disarankan umumnya makanan tersebut haruslah rendah lemak, tinggi karbohidrat serta protein, mudah dicerna, memiliki PH yang seimbang, suhu makanan netral maksudnya tidak merangsang pencernaan, disukai ibu serta memiliki rasa yang enak untuk ibu. Namun jenis makanan serta minuman diatas hanya diberikan pada ibu dengan masa intrapartum yang normal, dalam hal ini ibu tidak dalam pengaruh anastesi sehingga ibu dalam keadaan sadar. Jika ibu membutuhkan anastesi umum maka nutrisi serta hidrasi ibu diberikan melalui intravena untuk menghindari terjadinya aspirasi pernapasan. Adapun jenis cairan yang diberikan adalah cairan isotonis yang dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh ibu dan jika tanda-tanda ketosis atau pun hipoglikemi ditemukan maka diberikan cairan dextrose.(Mc Cormick-Champion, 2002)

2. Cara Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Intrapartum

Cara pemberian makan dan minum pada masa intrapartum merupakan inti dari issue. Hal ini merupakan hal yang dijadikan perdebatan di dunia kebidanan.

(45)

ditentukan oleh 1 ahli kebidanan namun harus mengikutsertakan pendapat dari ahli medis lain yang berkaitan pada proses persalinan. Jika ahli anastesi, bidan serta dokter kebidanan menyetujui ibu diberikan makan dan minum melalui oral dan itu tidak berbahaya baginya, maka pemberian makan dan minum pun diberikan melalui oral.

Gracia dan Garfort ( dalam www.mrwinterscience.wiley.com, 2005) berpendapat bahwa persalinan tanpa melibatkan anastesi serta dokter ahli kebidanan memperbolehkan ibu makan dan minum selama persalinan maka pemberian per oral aman.

Evidence base mengenai pemberian makan dan minum dipaparkan dalam buku eating and drinking in labour, 2002 bahwa ibu dengan proses persalinan normal pemberian makan dan minum diberikan melalui oral, dengan jenis makanan yang dianjurkan. Sedangkan ibu dengan masalah selama persalinan diperbolehkan makan dan minum selama persalinan jika ibu tidak mengalami penurunan kesadaran serta hanya menggunakan anastesi dan analgesi lokal yang berarti tidak mempengaruhi tingkat kesadaran ibu (epidural), dan ibu dengan komplikasi yang memungkinkan penggunaan anastesi umum, maka ibu hanya diberikan cairan melalui intravena.

(46)

Mengenai waktu yang paling tepat dalam pemberian makan dan minum melalui oral, tidak banyak sumber yang membahasnya, salah satu sumber yang membahas mengenai pemberian makan dan minum adalah buku eating and drinking in labour tahun 2002. Dalam buku ini pun tidak dikatakan kapan waktu yang paling tepat diperbolehkannya makan serta minum dalam masa intrapartum, namun buku tersebut hanya memaparkan persentase ibu yang memilih makan serta minum di setiap kala dalam persalinan.

Menurut hasil penelitian Roberts dan Ludka (dalam Chochran, 2006) pada tiga Rumah sakit dimulai dari daerah Utara hingga timur Amerika secara acak didapatkan dari 75 wanita inpartu tanpa anastesi seluruhnya minum pada saat persalinan dan 65 wanita diantaranya (80%) makan selama persalinan (pada kala I persalinan). Makanan yang mereka pilih memiliki porsi yang bervariasi, dimulai dari porsi kecil, sedang hingga besar dan semuanya terhindar dari aspirasi pernafasan. Wanita yang memilih minum selama kala II persalinan hanya 20 orang dan 1 orang memilih makan saat kala II. Dari penelitian tersebut 80% ibu tidak mengalami muntah dan 63% tidak mengalami mual.

(47)

transisi dan 2 ibu saat kala II. 55 ibu makan makanan saat awal persalinan, 7 ibu saat fase aktif, 1 ibu saat masa transisi dan tidak ada ibu yang memilih makan saat kala II persalinan. Dari 55 ibu inpartu yang memilih makan selama persalinan, 20 ibu muntah. 7 ibu muntah saat awal persalinan (kala I), 15 ibu saat fase aktif (5 diantaranya telah muntah sebelumnya), 6 ibu selama transisi. Sedangkan dari 23 ibu yang memilih minum saat persalinan, 1 ibu muntah saat kala I, 5 orang saat kala II dan 1 orang saat masa transisi (kala IV).(Chochran, 2006).

Nasional Birthday melakukan penelitian yang sama pada tahun 1997 di Inggris. Dari total ibu yang memilih persalinan di rumah oleh bidan, yaitu 4.191 ibu, lebih dari 80% ibu memilih minum selama persalinan. 57,5% ibu minum pada awal persalinan, 75,7% saat pertengahan persalinan (fase aktif hingga kala II) dan 50.5% saat akhir persalinan. Sedangkan dari 3470 ibu yang memilih bersalin di Rumah sakit, 62,9% memilih minum pada awal persalinan, 71,2% saat pertengahan persalinan dan 44,4% saat akhir persalinan. (Chochran, 2006).

(48)

Amerika, dari 11.814 ibu bersalin 41,4% mengkonsumsi makanan dan berbagai jenis minuman selama persalinan.(Chochran, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Setelah belajar mengenai program dan berbagai proses seperti input output, deklarasi dan operasi variabel, logika bercabang / if  , dan looping, bagian terakhir dari dasar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ubi jalar ungu dengan air memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap pH, total asam (%), total padatan terlarut ( o Brix),

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang aktivitas antifungi air perasan daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap Candida albicans, dapat disimpulkan bahwa

Peningkatan kemampuan kelancaran prosedural matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada

Dengan administrasi / pengelolaan kelas yang baik dan menarik dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik, yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik pula, dan pada gilirannya

Cara perhitungannya sama dengan yang diatas, dan sub aspek yang dipilih untuk jadi core factor bagi aspek sikap kerja misalnya 1, 2 dan 5 , sedangkan sub aspek sisanya akan