Meningkatkan Produksi Susu Sapi Perah
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih Terhadap JSS Susu
Hasil yang diperoleh memiliki pengaruh yang positif terhadap penurunan jumlah sel somatis susu. Pengaruh perlakuan tepung daun sirih 2% dari total konsentrat terhadap jumlah sel somatis pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Peningkatan sel somatis merupakan salah satu indikator untuk memantau kesehatan kelenjar ambing dan status mastitis. Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan tepung daun sirih terhadap jumlah sel somatis menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap jumlah sel somatis pada minggu terakhir perlakuan. Jumlah sel somatis pada kontrol (P0) mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah sel somatis +17.22% pada akhir penelitian. Pemeriksaan awal pada perlakuan P2 menunjukkan jumlah sel somatis sebesar 5295 x 103 sel/ml dan mengalami penurunan sebesar 670 x 103 sel/ml (-87.35%) pada pertengahan penelitian hingga 150 x 103 sel/ml (-97.17%) pada akhir perlakuan. Sedangkan pada perlakuan P1 dan P3 juga mengalami penurunan masing-masing -95.74% dan -89.03% pada akhir perlakuan.
Tabel 1 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel somatis (x1000 sel/ml) Perlakuan
Minggu Pengamatan
0 7 15 Perubahan 0 - 15
(%) P0 6430 ± 581.8a 6560 ± 557.1c 7530 ± 1.207b +17.22 P1 9390 ± 7.399a 1660 ± 473.8ab 400 ± 375.2a -95.74 P2 5295 ± 402.4a 670 ± 727.6a 150 ± 38.29a -97.17 P3 7205 ± 2.810a 1760 ± 746.2ab 790 ± 371.5a -89.03
Keterangan : P0= sapi yang tidak diberi tepung daun sirih, P1=tepung daun sirih pemberian setiap hari, P2=tepung daun sirih pemberian selang satu minggu, P3=tepung daun sirih pemberian 1 minggu dan tidak diberi tiga minggu. . a Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) Penambahan tepung daun sirih 2% diselangi seminggu dalam konsentrat mampu menurunkan jumlah sel somatis 97.17% pada akhir minggu ke-15. Sedangkan pada perlakuan penambahan 2% tepung daun sirih setiap hari dan diselangi tiga minggu masing-masing 95.74% dan 89.03% pada minggu terakhir pengamatan. Hal tersebut terjadi akibat kandungan zat aktif tepung daun sirih mampu membutuh bakteri penyebab mastitis subklinis sehingga infeksi terhadap sel-sel ambing dapat menurun dan mengurangi peluruhan sel dan peningkatan sel darah putih.
10
Menurut Jenie et al (2001) dan Duke (2002), dalam daun sirih dapat ditemukan bahan kimia yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu ; kavikol, kavibetol, tannin, eugenol, karvakrol dan kariofilene. Sedangkan menurut Nalina dan Rahim (2006), dalam daun sirih selain terdapat hidroksikavikol juga mengandung asam stearat dan palmitat yang mempunyai aktivitas antimikroba. Minyak atsiri pada ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik dan terpenoid yang berfungsi sebagai anti mikroba karena adanya gugus OH yang bersifat racun terhadap mikroba (Harapin 1996). Daya kerja dari senyawa fenol sebagai senyawa antimikroba adalah dengan membentuk ikatan pada permukaan sel kemudian berpenetrasi kedalam sel sasaran dengan cara difusi pasif untuk bakteri Gram positif ataupun untuk bakteri Gram negatif adalah dengan mengganggu ikatan hidrofobik (Buck 2001). Pada konsentrasi rendah fenolik akan mempengaruhi membrane sel sedangkan pada konsentrasi lebih tinggi akan dapat masuk ke dalam menyerang sitoplasma sel bakteri. Fenolik akan menempel pada membrane sel dan menjadi bagian dari membran sel tersebut sehingga akan menyebabkan terganggunya lapisan fosfolipid dari membran sel bakteri (Kim et al 1995).
Penelitian Yang dan Cheng (1997), ekstrak daun sirih mempunyai kemampuan menghambat terhadap bakteri Streptococcus salivarius, S. sanguis, S. mutans; Neisseria sp; Salmonella sp; Staphylococcus aureus; Yersinia enterocolitica dan Listeria monocytogenes. Sedangkan Jenie et al (2001) memperoleh hasil bahwa ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat bakteri patogen makanan yaitu B. cereus, S. aureus, S. Typhimurium, E. coli dan L. monocytogenes. Shitut et al (1999), ekstrak daun sirih mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholera ogawa, Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumonia dan Klebsiella aerogenes.
Jumlah sel somatis dalam susu sangat tinggi pada awal laktasi hingga minggu ke-5 dan ke-6 setelah melahirkan, selanjutnya sel somatis mengalami penurunan dan kembali normal hingga minggu ke-30 sampai ke-33, jumlah sel somatis kembali mengalami peningkatan pada minggu ke-36 sampai ke-41 atau saat akan memasuki masa kering kandang (Nielsen et al 2009). Penambahan tepung daun sirih 2% dari total konsentrat selama 15 minggu pada penelitian ini mampu menurunkan jumlah sel somatis dan mempertahankan produksi susu dalam waktu lama sebelum masa kering kandang.
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih Terhadap Komposisi Susu
Perlakuan metode pemberian tepung daun sirih pada sapi yang menderita mastitis subklinis memperlihatkan perubahan rataan kandungan lemak (Tabel 2). Komposisi lemak susu berbeda nyata (P<0.05) di antara perlakuan. Kadar lemak susu kontrol (2.29) tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian tepung daun sirih P1 dan P2 (2.71 dan 2.47). Sedangkan perlakuan P3 nyata lebih rendah dari perlakuan lainnya. Perlakuan P3 yang diberikan 2% tepung sirih selang 3 minggu cenderung menurunkan rataan kandungan lemak susu.
Pembentukan lemak susu tergantung dari pakan hijauan yang diberikan kepada ternak sebab hijauan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa yang difermentasi di dalam rumen dan menghasilkan asam lemak terbang (VFA) terutama asam asetat. Asam asetat merupakan precursor yang langsung digunakan untuk pembentukan lemak susu (Tyler dan Ensiminger 2006)
11 Produksi susu berkorelasi negatif dengan kadar lemak susu sehingga peningkatan produksi susu akan mengurangi kadar lemak susu (Akers 2002). Kondisi ternak menderita mastitis subklinis, selain mengalami penurunan produksi susu, kadar lemak dan protein yang dihasilkan juga akan mengalami penurunan akibat dari peningkatan aktifitas enzim lipase dan protease (Ruegg 2001; sudarwanto dan sudarnika 2006).
Tabel 2 Pengaruh penambahan tepung daun sirih terhadap rataan komposisi susu (Lemak, Protein, BK dan BKTL) pada akhir perlakuan (%).
Perlakuan Parameter
Lemak Protein BK BKTL
P0 2.29 ± 0.58a 3.40 ± 0.56b 10.30 ± 0.81a 8.02 ± 0.33a P1 2.71 ± 0.67a 2.94 ± 0.41ab 10.67 ± 0.30a 7.96 ± 0.53a P2 2.47 ± 1.19a 2.63 ± 0.28ab 9.93 ± 1.88a 7.46 ± 0.90a P3 1.70 ± 0.85a 2.43 ± 0.67a 9.48 ± 1.56a 7.78 ± 0.87a a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda a Duncan)
Kandungan protein juga tidak berpengaruh nyata dengan penambahan tepung daun sirih (Tabel 2) dibandingkan dengan kontrol (P0). Namun ditinjau dari rataan dari setiap perlakuan, perlakuan P1 cenderung lebih tinggi (2.94) di bandingkan dengan kontrol (3.40) dan diikuti oleh perlakuan P1 dan P3 (2.63 dan 2.43). Perlakuan P1 dan P3 lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Badan standar nasional (SNI) 01-3141-1998 tentang syarat susu segar menetapkan kadar protein susu yaitu 2.70% sehingga hasil penelitian ini berada di atas syarat SNI yaitu pada perlakuan P1 (2.94) dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, masih dibawah standar.
Faktor yang mempengaruhi kadar protein susu sangat erat kaitanya dengan keseimbangan nitrogen dalam tubuh, pada kondisi kadar nitrogen dalam tubuh seimbang (positif) maka akan meningkatkan kadar protein dan sebaliknya akan menurun pada keseimbangan protein negatif (Akers 2002). Kadar protein susu merupakan salah satu komponen yang mudah berubah dan cenderung sangat penting dari segi kandungan nutrisi. Perombakan protein dapat terjadi pada susu yang berasal dari sapi perah yang terinfeksi mastitis subklinis maupun mastitis klinis, hal ini dipengaruhi oleh adanya enzim proteolitik.
Lemak, laktosa, dan protein sangat mempengaruhi bahan kering (BK) susu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sirih tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan kandungan BK susu. Kandungan BK susu cenderung terlihat meningkat pada perlakuan P2. BK susu sangat di pengaruhi oleh kandungan lemak susu, semakin tinggi lemak susu maka akan semakin tinggi BK susu. BK susu yang dihasilkan berkisar antara 9.48% sampai dengan 10.67%.
Selain BK, komposisi susu yang penting lainya adalah kandungan bahan kering tanpa lemak (BKTL) meliputi kandungan laktosa dan protein. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan tepung daun sirih berpengaruh terhadap peningkatan BKTL (Tabel 2), dari rataan perlakuan kontrol lebih tinggi
12
dibandingkan dengan perlakuan penambahan tepung daun sirih. Pada perlakuan kontol (P0) menghasilkan BKTL lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1, P2 dan P3, sehingga perlakuan tepung daun sirih tidak mempengaruhi komposisi BKTL. Hasil penelitian Raluca dan Gavan (2010) mengkaji pengaruh jumlah sel somatis susu dapat menurunkan BKTL. Badan standar Nasional (SNI) 013141-1998 tentang syarat susu segar menetapkan kandungan BKTL minimal 8.0% sehingga rataan BKTL yang diperoleh dari penelitian ini masih memenuhi syarat.
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih terhadap IgG
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun sirih dalam jangka waktu lama tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rataan konsentrasi IgG selama perlakuan. Rataan nilai konsentrasi IgG kontol (0.959) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2 (0.969 dan 0.962). Sedangkan pemberian tepung daun sirih P3 nyata lebih tinggi (P<0.05) pada pemberian P1 dan P2. Perlakuan P3 (0.974) yang diberikan tepung daun sirih selang tiga minggu cenderung sedikit meningkatkan rataan immunoglobulinG. Pengaruh perlakuan tepung daun sirih 2% dari total konsentrat terhadap immunoglobulinG pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengaruh penambahan tepung daun sirih terhadap IgG dalam darah
Perlakuan Kandungan IgG (µg/ml)
P0 0.959 ± 0.016
P1 0.969 ± 0.172
P2 0.962 ± 0.009
P3 0.974 ± 0.283
Keterangan : P0= sapi yang tidak diberi tepung daun sirih, P1=tepung daun sirih pemberian setiap hari, P2=tepung daun sirih pemberian selang satu minggu, P3=tepung daun sirih pemberian 1 minggu dan tidak diberi tiga minggu.
Pada pemberian P3 sedikit meningkatkan IgG disebabkan adanya proses adaptasi kembali ternak akibat pemberian tepung daun sirih. Hal ini akibat selang pemberian yang agak lama (3 minggu) dan diberikan kembali selama satu minggu sehingga ternak membutuhkan adaptasi kembali dan secara tidak langsung terjadi peningkatan antibodi alami dalam tubuh ternak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Yamin (2013) bahwa penambahan tepung daun sirih dalam ransum sapi perah yang terinfeksi mastitis subklinis tidak memberikan pengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh namun lebih berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan bakteri.
Batavani et al. (2007) melaporkan bahwa sapi penderita mastitis subklinis (+++) meningkatkan IgG sebesar 48.20%. Peningkatan konsentrasi IgG di pengaruhi oleh peningkatan jumlah sel somatis, sehingga semakin tinggi jumlah sel somatis maka akan berdampak pada tingginya konsentrasi IgG, hal ini secara otomatis di akibatkan adanya respon tubuh dalam mengaktifkan antigen berupa bakteri.
13 Immunoglobulin memiliki beberapa fungsi penting antara laian untuk mencegah bakteri menyerang membran epitel, menghambat perbanyakan bakteri, dan menetralisir racun. Fungsi utama dari immunoglobulin adalah untuk mencegah fagositosis mikroorganisme (Batavia et al. 2007). Ketersediaan bahan baku berupa asam amino yang ada dalam darah sangat mempengaruhi limfosit dalam mensintesis IgG. Sintesis IgG berasal dari pasokan protein asal pakan dan asam amino rumen untuk menyeimbangkan pola asam amino dalam darah.
Yamin (2013) melaporkan bahwa penambahan 2% tepung daun sirih secara in-vitro menghasilkan total VFA, konsentrasi NH3 dan total bakteri rumen cenderung lebih meningkat dan menghasilkan diameter hambat tertinggi di antara perlakuan. Hal ini mampu menjaga keseimbangan kondisi ekosistem rumen sapi perah penderita mastitis subklinis. Kondisi ekosistem rumen yang seimbang memicu sel-sel pertahanan tubuh membentuk antibodi (Subronto 2007).
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih terhadap Kadar Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu senyawa penyusun lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis, kemudian dialirkan dalam plasma darah dalam bentuk kilomikron (penyerapan usus setelah makan) dan sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein) yang di bentuk oleh hati dengan bantuan insulin.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sirih dalam waktu lama (15 minggu) perlakuan tidak berpengaruh terhadap kadar trigliserida serum sapi perah (P>0,05) di antara perlakuan. Kadar trigliserida kontrol (26.56) tidak berbeda jauh dengan perlakuan pemberian tepung daun sirih P1 dan P3 (26.56 dan 26.04). sedangkan perlakuan P2 (27.08) cenderung lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Perlakuan P1 dan P3 (26.56 dan 26.04) yang cenderung menurunkan rataan kadar trigliserida. Rataan kadar trigliserida selama perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap kadar Trigliserida dalam darah Perlakuan Trigliserida (µg/ml)
P0 26.56 ± 4.35
P1 26.56 ± 5.46
P2 27.08 ± 5.96
P3 26.04 ± 2.39
Keterangan : P0= sapi yang tidak diberi tepung daun sirih, P1=tepung daun sirih pemberian setiap hari, P2=tepung daun sirih pemberian selang satu minggu, P3=tepung daun sirih pemberian 1 minggu dan tidak diberi tiga minggu. Hasil analisis sidik ragam untuk kadar trigliserida menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung daun sirih dalam jangka waktu lama (15 minggu) tidak memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar trigliserida pada setiap perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari rataan kadar trigliserida (Tabel 4) pada akhir perlakuan berada di bawah nilai 150 mg/dl, yang berarti masih dikategorikan normal.
Beberapa literatur telah melaporkan bahwa terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida. Lin (2012) menyatakan bahwa status nutrisi dan hormon sangat menentukan kadar lemak darah. Kadar trigliserida dalam darah
14
menurut Tanaka (1980) juga dapat dipengaruhi oleh umur. Selain faktor umur, pemberian imbangan energi dan protein yang semakin diperluas dalam ransum menurut Batavani et al. (2007) juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar trigliserida. Trigliserida yang ada pada tubuh hewan berasal dari 95% makanan dan 5% disintesis oleh tubuh.
Serat pangan larut air sehingga dapat meningkatkan eksresi asam empedu yang berfungsi membantu penyerapan lemak/trigliserida. Bila ekskresi asam empedu semakin meningkat, maka penyerapan lemak/trigliserida juga akan terganggu, akibatnya dapat menurunkan kadar trigliserida serum. Ada kemungkinan serat dapat mengikat produk pencernaan lemak (asam lemak dan gliserol) juga dapat menghambat penyerapan dan mengakibatkan penurunan trigliserida.
Pengaruh Penambagan Tepung Daun Sirih terhadap Kadar Glukosa
Perlakuan metode pemberian 2% tepung daun sirih dalam jangka waktu lama (15 minggu) terhadap kadar gula darah pada sapi yang terinfeksi mastitis subklinis dapat dilihat pada Tabel 5. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sekali pada akhir penelitian. Darah diambil pada pagi hari jam 09.00-10.00 dimana pengambilan sampel darah ini sapi perlakuan sebelumnya sudah diberi pakan selama 3 jam. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun sirih tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rataan kadar glukosa di antara perlakuan.
Sapi perlakuan yang menderita mastitis subklinis memperlihatkan perubahan kadar glukosa dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar glukosa kontrol (56.17), perlakuan P1 dan P3 (54.24 dan 54.59) sedangkan perlakuan P2 cenderung lebih tinggi dari perlakuan lainya.
Tabel 5 Kadar Glukosa darah sapi yang diberi tepung daun sirih pada akhir perlakuan
Perlakuan Kandungan glukosa mg/100 ml
P0 56,17 ± 1.14
P1 54,24 ± 7.36
P2 58,09 ± 4.19
P3 54,59 ± 10.23
Keterangan : P0= sapi yang tidak diberi tepung daun sirih, P1=tepung daun sirih pemberian setiap hari, P2=tepung daun sirih pemberian selang satu minggu, P3=tepung daun sirih pemberian 1 minggu dan tidak diberi tiga minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan glukosa darah sapi perlakuan yang di beri 2% tepung daun sirih dalam jangka waktu lama (15- minggu) yang dibandingkan dengan perlakuan kontrol terlihat bahwa antara perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata. Antara perlakuan P0 (56.17 mg/dl) dan P1 (54.24 mg/dl) menurunkan kadar glukosa darah sebesar 1.95 mg/dl (3.44%). Begitu juga dengan perlakuan P3 (54.59 mg/dl) cenderung menurunkan kadar glukosa darah sebesar 1.58 mg/dl (1.58%). Sedangkan pada perlakuan P2 memiliki kadar glukosa darah 58.09 mg/dl cenderung meningkat sebesar 1.92 mg/dl (3.42%).
15 Berdasarkan hasil penelitian pada pemberian 2% tepung daun sirih pemberian setiap hari (54.24 mg/dl) dan pemberian selang tiga minggu (54.59 mg/dl) dapat direkomendasikan sebagai alternatif terapi pada sapi perah positif mastitis subklinis karena tidak mempengaruhi kadar glukosa darah dan relatif lebih aman bagi kesehatan. Glukosa darah melalui peredaran darah dihantar dari suatu organ ke organ lain. Organ seperti usus dan hati akan memberikan masukkan glukosa ke dalam darah, sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah. (Djojosoebagio 1990).
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih terhadap Produksi Susu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sirih 2% dari total konsentrat selama penelitian memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap rataan produksi susu pada kwartir yang positif mastitis subklinis. Pola produksi susu selama penelitian disajikan pada Gambar 1 yang dapat digunakan untuk mengetahui persistensi produksi dari masing-masing perlakuan. Penigkatan produksi susu dari minggu 1 sampai dengan minggu ke-15 tertinggi terjadi pada perlakuan P2 diikuti oleh perlakuan P1, P3 dan P0 (Lampiran 1).
Gambar 1 Pola produksi susu selama penelitian dari setiap kwartir yang terinfeksi mastitis subklinis ( ) tidak diberi tepung daun sirih ( ) tepung daun sirih 2% pemberian setiap hari, ( ) tepung daun sirih 2% pemberian selang satu minggu, ( × ) tepung daun sirih 2% pemberian satu minggu dan tidak diberi tiga minggu
Penurunan produksi susu merupakan dampak utama yang diakibatkan oleh mastitis subklinis, sebagai akibat dari kerusakan sel ambing yang terinfeksi mikroorganisme patogen. Mastitis menekan pembentukan susu pada kwartir yang terinfeksi atau meradang sehingga menyebabkan penurunan produksi susu.
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 P ro du k si sus u (m l/h a ri/k w a rt ir)
16
Penambahan tepung daun sirih dalam konsentrat diharapkan mampu meningkatkan permeabilitas sel epitel ambing melalui peningkatan daya tahan tubuh ternak.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P3 berbeda nyata dengan perlakuan P2, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol). Dengan kata lain pemberian tepung daun sirih sebesar 2% dari total konsentrat selama 15 minggu (persistensi) berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu sapi perah yang menderita mastitis subklinis. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan zat aktif tepung daun sirih yang mampu membunuh bakteri penyebab mastitis subklinis sehingga infeksi terhadap sel-sel ambing menurun dan mengurangi peluruhan sel dan meningkatkan sel darah putih.
Peningkatan produksi pada perlakuan P2 terjadi pada minggu ke-4, minggu ke-8 dan meningkat kembali pada minggu ke-15 perlakuan, dimungkinkan pada minggu ke-4 perlakuan pemberian tepung daun sirih 2% selang seminggu melalui konsentrat mulai mempengaruhi sel-sel alveoli ambing yang terinfeksi dan dapat berhubungan dengan penurunan jumlah sel somatis dan pengobatan (Benneddgaard et al. 2003). Kemampuan untuk mempertahankan produksi susu terus menerus dalam waktu yang lama (persistensi) akan meningkatkan total produksi susu yang lebih tinggi (Phillips 2001, Tyler dan Ensminger 2006).
Peningkatan produksi susu yang lebih tinggi pada perlakuan P2 sejalan dengan total VFA, konsentrasi NH3 dan total bakteri rumen pada perlakuan in-vitro penggunaan tepung daun sirih 2% yang di laporkan Yamin (2013) bahwa penambahan tepung daun sirih 2% cenderung meningkatkan konsentrasi VFA, kadar NH3 dan menghasilkan diameter hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri, sehingga mampu menjaga keseimbangan ekosistem rumen sapi perah penderita mastitis subklinis dan meningkatkan kadar konsentrasi VFA yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan produksi sapi perah penderita mastitis subklinis.
Pengamatan produksi susu dilakukan pada setiap kwartir yang terinfeksi mastitis subklinis. Penurunan produksi susu yang terjadi akibat terinfeksi mastitis subklinis berbeda untuk masing-masing kwartir. Hal ini sangat nyata tergantung dari tingkat infeksi oleh bakteri pathogen yang menyerang ambing. Peradangan yang dialami oleh kwartir lain tidak berefek sama dan belum tentu akan perpengaruh pada kwartir lainnya, hal ini dikarenakan bakteri pathogen menyebabkan mastitis subklinis tidak dapat berpindah atau menular secara langsung antar kwartir (Ruegg 2001).
Mastitis merupakan radang ambing yang disertai dengan terjadinya perubahan fisik, kimia, mikrobiologik dan adanya kenaikan jumlah sel somatis susu serta terjadi perubahan pathologis pada jaringan ambing sehingga produksi susu menurun atau tidak sama sekali. Produksi susu selama laktasi bergantung pada substrat untuk perakitan komponen susu dan laju kematian sel-sel kelenjar susu. Dengan penambahan tepung daun sirih 2% dari total konsentrat mampu untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi susu dalam waktu yang lama (persintesis). Pemberian tepung daun sirih yang merupakan bahan yang memiliki zat aktif karvikol yang berfungsi sebagai antiseptik yang efektif sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
17
Penelitian II : Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sirih Sejak Awal Laktasi Terhadap Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah
Jumlah Sel Somatis dan Kejadian Mastitis Subklinis
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel somatis disajikan pada Tabel 6. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, penambahan tepung daun sirih dalam konsentrat sejak awal laktasi memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kejadian mastitis pada awal laktasi. Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan tepung daun sirih sejak awal laktasi terhadap jumlah sel somatis menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0.05).
Pada kontrol memiliki jumlah sel somatis yang meningkat sebesar 115% pada akhir penelitian dan terdeteksi mengalami mastitis subklinis yang makin parah seiring berjalannya waktu penelitian. Sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 90% dan 76%, dan bebas mastitis pada akhir penelitian. Jumlah sel somatis pada akhir penelitian (P1 dan P2) nilainya 20.000 – 166.333 sel/ml sehingga susu dinyatakan dalam kondisi masih segar dan kondisi kelenjar ambing normal, apabila jumlah mikroba susu lebih dari 200.000 cfu/ml menunjukkan kondisi ambing abnormal dan apabila melebihi standar tersebut dapat dinyatakan sapi menderita mastitis (Aritonang, 2003).
Minyak atsiri pada ekstrak daun sirih mampu membunuh bakteri penyebab mastitis subklinis sehingga infeksi terhadap sel-sel ambing dapat menurun dan mengurangi peluruhan sel dan peningkatan sel darah putih. Hasil tersebut didukung oleh percobaan in vitro yang menunjukkan bahwa tepung daun sirih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp (Yamin 2013). Minyak atsiri daun sirih mengandung senyawa fenolik dan terpenoid yang berfungsi sebagai anti mikroba karena adanya gugus OH yang bersifat racun terhadap mikroba (Harapin 1996)
Tabel 6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel somatis susu
Pengamatan
Perlakuan Awal Akhir Perubahan (%)
P0 (kontrol) 866 667a 1 863 333b (+) 115
P1 (setiap hari) 390 000a 20 000a (-) 90
P2 (selang satu hari) 690 500a 166 333a (-) 76 a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)
Penelitian Yang dan Cheng (1997), ekstrak daun sirih mempunyai kemampuan menghambat terhadap bakteri Streptococcus salivarius, S. sanguis, S. mutans; Neisseria sp; Salmonella sp; Staphylococcus aureus; Yersinia enterocolitica dan Listeria monocytogenes. Sedangkan Jenie et al (2001) memperoleh hasil bahwa ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat bakteri patogen makanan yaitu B. cereus, S. aureus, S. Typhimurium, E. coli dan L. monocytogenes. Shitut et al (1999), ekstrak daun sirih mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholera ogawa, Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumonia dan Klebsiella aerogenes
18
Produksi susu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pemberian tepung daun sirih 2% sejak awal laktasi dari total konsentrat selama penelitian memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap rataan produksi susu. Pemberian tepung daun sirih 2% dalam konsentrat sejak awal laktasi diharapkan mampu