• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberlakuan Ketentuan Pidana pada Kasus Pelanggaran Hak Cipta Lagu terhadap Rumah Bernyanyi Karaoke di Kota Makassar

Dalam dokumen Penerapan Hukum Atas Pelanggaran Hak Cip (Halaman 80-102)

DITRES KRIMSU

B. Pemberlakuan Ketentuan Pidana pada Kasus Pelanggaran Hak Cipta Lagu terhadap Rumah Bernyanyi Karaoke di Kota Makassar

Pemberlakuan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada 29 Juli 2003 diyakini banyak pihak mampu memberantas praktik pembajakan hak 58 http://Infoteknologi.suarasurabaya.net/news/2012/111742-hingga-oktober-

2012-kerugian-negara-diperkirakan-100-miliar diakses pada tanggal 2 Januari 2013

cipta selama ini di Indonesia. Keyakinan ini didasarkan pada beberapa alasan, di antaranya adanya penyempurnaan terhadap materi UU Hak Cipta sendiri.

Beberapa penyempurnaan dalam UUHC meliputi; 1). Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi; 2). Penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel termasuk internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optical disk) melalui media audio, media audiovisual, dan/atau sarana telekomunikasi; 3). Penyelesaian sengketa oleh pengadilan niga arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa; 4) penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak; 5). Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak terkait baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung; 6). Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi; 7). Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi; 8). Ancaman pidana atas pelanggaran hak terkait; 9). Ancaman pidana dan denda minimal; 10). Ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan program komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta dimaksudkan untuk mendorong individu-individu di dalam masyarakat yang memiliki kemampuan

intelektual dan kreativitas agar lebih bersemangat menciptakan sebanyak mungkin karya cipta yang berguna bagi kemajuan bangsa.

Jenis pidana pokok (strafmaat) terhadap pelaku pelanggaran hak cipta adalah berupa sanksi pidana penjara dan sanksi pidana denda. berat ringannya pidana (strafsoort) yang dapat dikenakan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sanksi Pidana Penjara :

Pidana penjara merupakan pidana perampasan kemerdekaan yang waktu atau lamanya dari penjara sementara selama minimal 1 hari sampai dengan pidana penjara seumur hidup. Dalam hal pelanggaran hak cipta, maksimum sanksi pidana penjara yang dapat dikenakan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta adalah paling lama 7 (tujuh) tahun.

b. Sanksi Pidana Denda :

Pidana denda adalah pidana yang ditujukan terhadap harta benda, berbeda dengan pidana lainnya seperti pidana mati yang ditujukan kepada jiwa seseorang pelaku tindak pidana, sedangkan pidana penjara dan kurungan ditujukan terhadap kebebasan (kemerdekaan seseorang). Dalam hal pelanggaran hak cipta, sanksi pidana denda yang dapat dikenakan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta adalah paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Berikut Penulis akan menguraian secara lengkap mengenai sistem pemidanaan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta sebagaimana yang terdapat dalam ketentuan Pasal 72 UUHC:

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Mencermati kategorisasi dari perbuatan pidana tersebut, maka bentuk pelanggaran hak cipta lagu sesungguhnya sejalan dengan rumusan perbuatan yang pertama dan kedua.

Hak cipta sebagai hak monopoli, dimana di dalamnya terdapat dua macam hak, sangat potensial mengalami pelanggaran. Pelanggaran tersebut dapat mencakup pada pelanggaran hak moral dan hak ekonomi. Pelanggaran hak moral atas ciptaan dapat diwujudkan dengan tidak mencantumkan nama pencipta atau melakukan perubahan atas ciptaan tanpa seizin penciptanya

Sebagaimana data yang telah penulis kumpulkan dengan teknik wawancara dengan pihak kepolisian Sub Industri dan Perdagangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Daerah Sulawesi Selatan, Pihak Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Sulawesi dan Papua serta pihak- pihak Rumah Bernyanyi Karaoke di Kota Makassar. Penulis menemukan suatu perkara pelanggaran hak cipta lagu dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta yang dilakukan oleh Denpasar Mas Karaoke sekitar tahun 2005 sampai dengan 2012 di kota Makassar Sulawesi Selatan.

Denpasar Mas Karaoke telah melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa pengumuman

musik / lagu ditempat usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta atau pencipta lagu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 dengan cara pengunjung memesan ruangan untuk melakukan hiburan berupa bernyayi dan pihak manajemen Denpasar Mas Karaoke mengantarkan pengunjung ke dalam ruangan yang telah dipesan, sesampainya diruangan pengunjung bebas memilih kategori lagu yang terdiri dari lagu Indonesia, lagu barat, lagu daerah, lagu keroncong, dan lagu dangdut, seperti lagu daerah bugis makassar (lagu Bangkenga Cini dengan pencipta Iwan Tompo) serta bisa mencari lagu berdasarkan nama artis yang menyayikan atau judul lagu yang kesemuanya itu ditampilkan dilayar monitor yang terdapat dalam ruangan tersebut. setelah selesai melakukan aktivitas bernyanyi pengunjung ke kasir untuk membayar sesuai dengan lama waktu pemakaian ruangan atau room

sesuai jenis ruangan yang dipakai59. Sebagai pihak yang telah diberi kuasa oleh kurang lebih 3000an pemilik ciptaan lagu di Indonesia, YKCI mengirimkan surat sebanyak 3 (tiga) kali kepada Denpasar Mas Karaoke tetapi pihak Denpasar Mas Karaoke tidak menghiraukan surat tersebut. Oleh karena Denpasar Mas Karaoke ini telah termasuk dalam kategori users yang bermasalah selanjutnya pihak YKCI melaporkan masalah tersebut ke polisi.

Disaat tulisan ini dibuat perkara ini telah dialihkan ke kejaksaan dan telah dinyatakan P21 (berkas dinyatakan sudah lengkap). Oleh karena

59 Resume Laporan Polisi No. Pol.: LPB/ 176/ IV/ 2012/SPKT, tanggal 17 April 2012. (Resume terlampir)

perkara ini belum memperoleh keputusan yang inkrahk (yang berkekuatan hukum tetap) dari Majelis Hakim maka terhadapnya berlaku asas praduga tak bersalah (presumption of innocence).

Dari sinopsis kasus yang telah Penulis paparkan dan didasarkan atas kesimpulan yang diambil oleh penyidik di Subdit 1 Reskrimsus Polda Sulsel setelah mendengar keterangan para saksi, keterangan ahli dan keterangan tersangka dihubungkan dengan barang bukti yang ada, pengelola Denpasar Mas Karaoke telah melakukan pelanggaran atas karya cipta lagu. Selama pendirian usaha tersebut. Yohanes Saleha selaku Manajer Denpasar Mas Karaoke dalam penggunaan lagu hasil karya ciptaan seorang pencipta dengan tujuan komersil tidaklah memperoleh izin atau tidak megurus izin penggunaan lagu tersebut dari pencipta atau pemegang hak cipta lagu.

Dalam kasus ini tersangka dipersangkakan melanggar Pasal 72 ayat (1), Jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang RI No. 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta. Pasal 72 Ayat (1) UUHC yang rumusannya adalah sebagai berikut :

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu Juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

Uraian dari setiap unsur tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, unsur barangsiapa. Ini menandakan yang menjadi subjek delik adalah “siapapun”. Kalau menurut KUHP yang berlaku sekarang, hanya

manusia yang menjadi subjek delik, sedangkan badan hukum tidak menjadi subjek delik. Tetapi, dalam undang-undang khusus seperti undang-undang tindak pidana ekonomi, badan hukum atau korporasi juga menjadi subjek delik. Dalam UUHC, “barangsiapa” bisa ditunjuk antara lain, kepada pelaku dan produser rekaman suara. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklore, atau karya seni lainnya. Produser rekaman suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya. Dalam kasus ini Unsur “Barang Siapa“ ditujukan kepada Manajer Denpasar Mas Karaoke sebagai subjek hukum, maka Penulis berpendapat unsur barang siapa terpenuhi.

Kedua, unsur dengan sengaja dan tanpa hak. Kebanyakan tindak pidana mempunyai unsur kesengajan atau opzet bukan unsur culpa (kelalaian). Ini adalah layak, oleh karena biasanya yang pantas mendapat hukuman pidana itu ialah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja. Kesengajan ini dapat berupa kesengajaan yang bersifat tujuan (oogmerk), kesengajaan secara keinsafan kepastian (Opzet bij zekerheidsbewustzijn), dan kesengajaan secara keinsfan kemungkinan (Opzet bij mogelijkheidsbewustzjin).

Mengenai arti tanpa hak dari sifat melanggar hukum, dapat dikatakan bahwa mungkin seseorang tidak mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan yang sama sekali tidak dilarang oleh suatu peraturan hukum. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4 UUHC, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta. Pemilik hak cipta dapat mengalihkan atau menguasakan sebagian atau seluruh haknya kepada orang/badan hukum baik melalui perjanjian, surat kuasa maupun dihibahkan atau diwariskan. Tanpa pengalihan atau kuasa tersebut, maka tindakan itu merupakan “tanpa hak” bahwa Denpasar Mas Karaoke telah melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa pengumuman musik / lagu ditempat usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasa atas lagu. Unsur ini terpenuhi karena manajemen Denpasar Mas Karaoke dengan sadar telah mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa pengumuman musik / lagu ditempat usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasa atas lagu sendiri yang diakui oleh Yohanes Saleha sendiri60.

Hal ini pun didukung oleh keterangan yang mengatakan bahwa Muh. Mustafa selaku Kepala Yayasan Karya Cipta Indonesia Wil. Sulawesi dan Papua telah mengirimkan surat pemberitahuan, surat pengingat, dan surat peringatan kepada pihak Denpasar Mas Karaoke namun tidak diacuhkan. 60 Resume Laporan Polisi terlampir

Inilah hal yang menampakkan bahwa Denpasar Mas Karaoke dengan sengaja melakukan pelanggaran hak cipta61.

Keempat, unsur perbuatan dapat dikualifikasikan dalam bentuk mengumumkan. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (5) UUHC, pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun, sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain; dan unsur memperbanyak (perbanyakan), menurut ketentuan Pasal 1 ayat (6) UUHC, adalah penambahan jumlah suatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Dalam kasus ini Denpasar Mas Karaoke memperdengarkan / mempertontonkan /menyiarkan ciptaan lagu kepada umum yang memutar lagu yang dinyanyikan pengunjung karaoke Denpasar Mas.

Terhadap Perkara Denpasar Mas Karaoke, Penulis belumlah dapat menguraikan bentuk pelanggaran perbanyakan yang dilakukan oleh Denpasar Mas Karaoke karena penelitian terhadap kasus Denpasar Mas Karaoke hanya berdasarkan pada resume laporan Polisi yang tidak dapat membuktikan bahwa rumah bernyanyi karaoke melakukan perbanyakan atas hak cipta lagu. Akan tetapi hal ini tidaklah membuktikan bahwa rumah 61 Resume Laporan Polisi terlampir

bernyanyi karaoke tidaklah melakukan pelanggaran dalam bentuk perbanyakan. Penelitian ini akan membuktikan bahwa rumah bernyanyi karaoke selain melakukan pelanggaran dalam hal mengumumkan hak cipta lagu sebagaimana perkara Denpasar Mas Karaoke juga melakukan pelanggaran perbanyakan hak cipta lagu.

Telah diketahui bahwa tidak akan terjadi pelanggaran hak cipta setelah penggunaan materi yang di dalamnya terdapat suatu hak cipta telah memperoleh lisensi dengan syarat dan batasan waktu tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan dalam undang-undang.

Setiap tahunnya pihak rumah bernyanyi karaoke memperoleh sertipikat lisensi hak untuk mengumumkan dari YKCI setelah rumah bernyanyi karaoke tersebut membayar royalti kepada YKCI. Diluar dari hak yang diperoleh dari YKCI, rumah bernyanyi karaoke tidak diperkenankan melakukan eksploitasi lain dari materi hak cipta tersebut. Berikut bentuk perbuatan yang juga Penulis kategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Selain mengumumkan, rumah bernyanyi karaoke juga melakukan penggandaan atau perbanyakan62 terhadap materi ciptaan yang telah memperoleh hak cipta. Rumah bernyanyi karaoke membeli lagu yang kemudian lagu tersebut dikopi ke server atau player music milik mereka. Menurut Penulis hal ini dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran hak 62 Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama,termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (Pasal 1 angka 6 UUHC).

cipta karena lisensi yang diperoleh oleh rumah bernyanyi karaoke hanyalah hak untuk mengumumkan bukan untuk memperbanyak atau menggandakan materi hak cipta. Untuk lebih jelasnya Penulis akan menguraikan pemberian kuasa dalam pemungutan royalti antara pencipta lagu dengan YKCI serta sertipikat perjanjian lisensi yang diterbitkan YKCI untuk rumah bernyanyi karaoke.

Pemberian kuasa yang dilakukan oleh pencipta lagu kepada YKCI dalam memungut royalti dari users berdasarkan perjanjian pemberian kuasa secara penuh untuk mengelola perizinan hak mengumumkan dibidang musik dan pengalihannya kepada pihak lain menurut ketentuan-ketentuan yang dituangkan ke dalam surat perjanjian kerja sama antara pencipta lagu dengan YKCI. Untuk keperluan itu penerima kuasa diberi hak untuk melakukan perundingan-perundingan, menandatangani kontrak-kontrak dengan pihak lain yaitu pemakaian pada umumnya, tentang hak mengumumkan karya cipta musik pencipta baik di Indonesia maupun di luar negeri; mengadakan pendaftaran repertoire karya cipta musik, baik yang berupa instrumental maupun non-instrumental; menandatangani surat-surat, dokumen-dokumen, dan surat perjanjian dengan pihak lain berhubungan dengan pengelolaan hak mengumumkan karya cipta musik pencipta dan melakukan segala hal yang perlu untuk kepentingan pemberi kuasa sesuai

repertoire yang diserahkan dan didaftarkan kepada YKCI; memungut dan menagih royalti atas pemakaian hak mengumumkan (performing right) dan

menandatangani kuitansi penerimaan royalti; melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan pemberi kuasa termasuk urusan menghadap ke pengadilan63.

Dari uraian surat kuasa di atas diketahui bahwa YKCI hanya menagih royalti dari users atas penggunaan hak mengumumkan dari ciptaan lagu pencipta. Tampaklah bahwa YKCI diberikan kuasa oleh pencipta lagu untuk mengalihkan hak ekonomi dari ciptaan tersebut hanya sebatas untuk mengumumkan lagu pencipta. Di atas Penulis telah menyinggung perolehan sertipikat lisensi yang diberikan oleh YKCI setelah rumah bernyanyi karaoke membayar royalti kepada YKCI sekali setahun. Oleh karena pemberian kuasa hanya sebatas untuk mengumumkan lagu maka YKCI pun hanya berhak menerbitkan sertipikat dalam hal pengumuman lagu. Lebih jelasnya Penulis akan memberikan uraian mengenai isi dari sertipikat lisensi itu sendiri.

Sertipikat lisensi yang diberikan YKCI kepada rumah bernyanyi karaoke itu berjudul “Sertipikat Lisensi Hak Pengumuman Karya Cipta Lagu”. Yang memberikan rumah bernyanyi karaoke hak untuk mengumumkan, menyiarkan, memutar, atau memainkan musik dalam bentuk karaoke64.

Berdasarkan surat kuasa dan sertipikat lisensi yang telah Penulis jelaskan di atas dapat ditarik simpulan bahwa rumah bernyanyi karaoke

63 Surat kuasa antara Pencipta lagu dengan YKCI terlampir 64 Sertipikat lisensi YKCI terlampir

hanya dapat menggunakan hak ekonomi ciptaan lagu sebatas mengumumkan lagu tersebut. Tetapi kenyataanya, penelitian yang melibatkan 11 rumah bernyanyi karaoke ini menunjukkan bahwa rumah bernyanyi karaoke telah melakukan suatu perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta.

Terlebih dahulu Penulis akan mendeskripsikan bahwa ke-11 rumah bernyanyi karaoke menggunakan player music berbentuk hard disc dengan kapasitas rata-rata yang dimiliki adalah terabyte. Dengan jumlah lagu pada masing-masing rumah bernyanyi karaoke tentulah berbeda. Dua diantara ke- 11 rumah bernyanyi karaoke memiliki jutaan lagu dengan hard disc hingga 12 terabytes. Tentunya ke-11 rumah bernyanyi karaoke ini mengakui bahwa mereka telah memperoleh sertipikat pengalihan hak atas lagu yang terdapat pada server mereka. Tapi hasil penelitian menunjukkan bahwa ada rumah bernyanyi karaoke yang sertipikat lisensinya telah daluwarsa65.

Perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta yang menurut Penulis dikategorikan sebagai salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh rumah bernyanyi karaoke, yaitu dengan mengurangi besar ukuran file tiap lagu66. Dengan pengurangan ini kualitas tampilan video lagu dapat menjadi menurun. Penulis mengambil contoh dari Rumah Bernyanyi Orange Karaoke

65 Hasil wawancara dengan Muhammad Mustafa, kepala cabang YKCI wilayah Sulawesi dan Papua tanggal 20 Desember 2012

Makassar yang memiliki hard disc berkapasitas 12 terabytes dengan jumlah lagu sebanyak 14 juta buah67.

Tabel 3. Binary Digit68 = Tera byte Giga Byte Mega byte Kilo Byte Byte 1 Terabyte 1 1.024 1.048. 574 1.073.741.82 4 1.099.511.627.77 6 1 Gigabyte - 1 1.024 1.048.574 1.073.741.824 1 Megabyte - - 1 1.024 1.048.574 1 Kilobyte - - - 1 1.024 1 Byte - - - - 1

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa 1 Terabyte itu sama dengan 1.024 Gigabytes sama dengan 1.048.576 Megabytes. Apabila hard disc

berkapasitas 12 terabytes maka total ukuran file lagu atau video yang dapat ditampung hard disc tersebut adalah 12.582.912 Megabytes. Dengan memerhatikan perhitungan tersebut 12 terabytes = 12.582.912 megabytes, dengan jumlah lagu sebanyak 14.000.000 buah lagu dan setiap lagu tersebut berukuran puluhan megabytes sebagaimana ukuran rata-rata video orisinalnya, maka:

14.000.000 x ± 40 megabytes = ± 560.000.000 megabytes

Hal ini melebihi kapasitas hard disc rumah bernyanyi Orange Karaoke Makassar yang hanya berkapasitas 12.582.912 megabytes. Kemungkinan 67 Hasil wawancara dengan supervisor Orange Karaoke Makassar pada tanggal 19 Nopember 2012

68www.whatsabyte.com, diakses pada tanggal 2 Desember 2012 Pukul 10.17 Wita

yang ada adalah setiap lagu yang berbentuk video tersebut ukuran file-nya telah diperkecil.

12 terabytes = 12.884.901.888 kilobytes 12.884.901.888 kilobytes : 14.000.000 = ± 920 kilobytes

Jadi, berdasarkan perhitungan di atas telah dipastikan bahwa dengan

hard disc berkapasitas 12 terabytes dengan Video lagu sebanyak 14.000.000 buah hanya dapat dimasukkan ke dalam player music dengan lagu yang telah diperkecil ukurannya hingga kurang lebih 920 kilobytes/video lagu69.

Apabila pelaku usaha ini telah meminta izin akan bentuk eksploitasian video lagu tersebut maka pelaku usaha ini tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggar hak cipta. Tetapi pelaku usaha karaoke yang dijadikan contoh pada penulisan ini hanyalah mengurus izin pengalihan hak di YKCI70.

Di rumah bernyanyi karaoke yang berbeda, Penulis juga menemukan bentuk perbuatan yang menurut Penulis dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi semakin modern dan terus berkembang, hal ini pun dimanfaatkan oleh rumah bernyanyi karaoke ini. Dengan pemanfaatan itu pelanggaran pun tak dapat dielakkan. Sebagai contoh pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh rumah 69 Keadaan ini hampir sama disaat pertama kali ditemukannya MP3 oleh Karl Heinz Brandenburg seorang ilmuwan dari Jerman. Dengan setiap keping CD (Compact Disc) berkapasitas 700 Mb sanggup menyimpan kurang lebih 200 lagu. Sebuah lagu dengan durasi 3 menit dapat menyita alokasi hard disc sebesar 30 Mb. Lagu yang sama dengan format MP3 hanya membutuhkan ruang sebesar 3 Mb dengan penurunan kualitas walau hanya minimum tentunya. Trerdapat dalam

www.anehdidunia.com, diakses tanggal 15 Januari 2013

70 Bentuk pengurangan ukuran fle lagu termasuk salah satu hak moral dari pencipta yang hanya bisa dialihkan melalui wasiat. Lihat penjelasaan Pasal 24 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

bernyanyi karaoke yaitu lagu yang telah dibeli oleh pihak rumah bernyanyi karaoke kemudian lagu-lagu tersebut di bawah ke Surabaya yang selanjutnya file lagu tersebut dipecah menjadi empat bagian yang kemudian dikirim ke Bali untuk diaransemen ulang71. Menurut Penulis aransemen ulang itu bertujuan untuk menambahkan lirik pada lagu sehingga lirik lagu tersebut dapat dibaca.

Dari data di atas Penulis melihat perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar hak pencipta yang dilakukan oleh rumah bernyanyi karaoke tidak hanya dalam ranah hak ekonomi pencipta tetapi juga dalam hak moral pencipta72. Dari temuan tersebut Penulis melihat bahwa rumah bernyayi karaoke telah melanggar hak integritas pencipta. Hak integritas merupakan bagian dari hak moral pencipta itu sendiri. Hal ini pun telah Penulis kemukakan pada sub bab sebelumnya. Hak integritas ini bertujuan untuk melindungi ciptaan pencipta dari

Dalam dokumen Penerapan Hukum Atas Pelanggaran Hak Cip (Halaman 80-102)