• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Anggaran

Dalam dokumen 241945359 Bahan Ajar PPKN D3 Pajak pdf (Halaman 89-96)

BAB VI BELANJA PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN

E. Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Pembiayaan terdiri dari :

1. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua penerimaan pembiayaan yang berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam negeri, yang terdiri atas penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman, saldo anggaran lebih, hasil pengelolaan aset, penerbitan surat berharga negara neto, pinjaman dalam negeri, dikurangi dengan pengeluaran pembiayaan, yang meliputi alokasi untuk Pusat Investasi Pemerintah, penyertaan modal negara, dana bergulir, dana pengembangan pendidikan nasional, dan kewajiban yang timbul akibat penjaminan Pemerintah.

2. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh Pemerintah.

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

83

Pembiayaan Anggaran terdiri dari pembiayaan non utang dan perbankan dalam negeri:

1. Pembiayaan Non Utang a. Perbankan Dalam Negeri

Pembiayaan perbankan dalam negeri antara lain terdiri atas : penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman, SAL, rekening pembangunan hutan, dan rekening pemerintah lainnya. b. Non Perbankan Dalam Negeri

Pembiayaan nonperbankan dalam negeri terdiri atas: penerimaan dari hasil privatisasi dan hasil pengelolaan aset, sedangkan pengeluarannya terdiri atas dana investasi pemerintah, dana pengembangan pendidikan nasional, kewajiban penjaminan, dan pinjaman kepada PT PLN.

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

84

(1) Privatisasi

Privatisasi dilakukan dengan tujuan antara lain:

 peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan;

 perbaikan struktur keuangan dan manajemen;

 penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif;

 pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global;

 penyebaran kepemilikan oleh publik; serta

 pengembangan pasar modal domestik. (2) Hasil Pengelolaan Aset (HPA)

HPA aset yang dikelola Pemerintah yang dapat digunakan untuk pembiayaan anggaran adalah aset yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan, dan aset yang diserahkelolakan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (PT PPA). Kebijakan pengelolaan terhadap aset yang dikuasai oleh Pemerintah pada dasarnya ditempuh melalui mekanisme penjualan di muka umum atau lelang terhadap aset yang telah diverifikasi dan memiliki status free and clear, serta selanjutnya dilakukan penilaian dalam rangka menentukan nilai limit sebagai nilai dasar penjualan sesuai ketentuan pengelolaan aset yang berlaku dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Dasar hukum pengelolaan aset yang timbul dari pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) diatur dalam beberapa ketentuan, antara lain Keputusan Menteri Keuangan Nomor 213/KMK.01/2008 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 280/KMK.06/2009 sebagai Standard Operating

Procedures pengelolaan aset eks Badan Penyehatan

Perbankan Nasional (BPPN), Peraturan Menteri Keuangan nomor 93/PMK.06/2009 tentang Pengelolaan Aset Eks Kelolaan PT Perusahaan Pengelola Aset oleh Menteri Keuangan

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

85

sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.06/2009

(3) Dana Investasi Pemerintah

Dana Investasi Pemerintah terdiri atas (1) Pusat Investasi Pemerintah; (2) PMN; dan

(3) dana bergulir.

Dana investasi Pemerintah merupakan pengeluaran pembiayaan yang tidak dilakukan secara reguler, namun merupakan kebijakan Pemerintah yang bersifat ad-hoc dalam periode tertentu, seperti dukungan Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur, pendirian sebuah BUMN untuk menjalankan kebijakan Pemerintah, dan dukungan terhadap pemberdayaan KUMKM.

(4) Dana Pengembalian Pendidikan Nasional (DPPN)

Pada tahap awal, DPPN dikelola oleh Pusat Investasi Pemerintah, dan pada akhir tahun 2011 pengelolaannya dialihkan pada satker BLU Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada awal tahun 2013, LPDP mulai membuka pendaftaran program beasiswa bagi pemuda-pemudi yang memiliki prestasi akademis di jenjang pendidikan sebelumnya, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan berkomitmen untuk berkontribusi bagi Indonesia.

(5) Kewajiban Pinjaman untuk PT PLN, PDAM, dan Proyek Infrastruktur melalui Kerja Sama Pemerintah dan Swasta

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan proyek infrastruktur, Pemerintah telah memberikan jaminan kepada kreditur perbankan/badan usaha yang turut berperan serta dalam pembangunan proyek:

 Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara (Proyek 10.000 MW Tahap I);

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

86

 Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas (Proyek 10.000 MW Tahap II);

 Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. (6) Pinjaman Kepada PT PLN

Pinjaman kepada PT PLN tersebut dilakukan oleh PIP berdasarkan Perpres Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Penugasan Kepada Pusat Investasi Pemerintah untuk Memberikan Pinjaman dengan Persyaratan Lunak kepada PT PLN (Persero).

2. Pembiyaan Utang

Instrumen pembiayaan utang terdiri atas SBN, pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri.

Tabel 11 Pembiayaan Utang

a. Surat Berharga Negara (SBN)

Pemilihan jenis instrumen SBN yang akan diterbitkan mengacu pada strategi pengelolaan utang yang ditempuh Pemerintah, baik strategi tahunan maupun strategi jangka menengah. Secara umum, berdasarkan strategi pengelolaan

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

87

utang, penerbitan SBN tetap diprioritaskan untuk dilakukan di pasar keuangan domestik. Hal ini bertujuan untuk:

(1) meminimalkan risiko utang, khususnya yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar;

(2) mengembangkan pasar keuangan domestik; dan

(3) memberikan benchmark bagi penerbitan obligasi swasta di dalam negeri. Dalam pelaksanaannya, penerbitan SBN di dalam negeri harus dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan memperhitungkan kapasitas daya serap pasar keuangan domestik. Hal ini diperlukan guna menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik apabila sektor swasta hendak mencari pembiayaan yang berasal dari pasar modal.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, target pembiayaan utang melalui penerbitan SBN diharapkan dapat dipenuhi dengan biaya dan risiko yang terukur serta efisien.

Target penerbitan SBN (bruto) dipenuhi melalui dua instrumen, yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Instrumen SUN yang diterbitkan terdiri atas Obligasi Negara (ON) dengan:

(1) tingkat suku bunga tetap, yaitu seri fixed rate (FR) dan Obligasi Negara Ritel (ORI);

(2) tingkat suku bunga mengambang, yaitu seri variable rate (VR);

(3) tanpa bunga, yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Zero

Coupon Bond (ZC); serta

(4) ON valas.

Sementara itu, instrumen SBSN yang diterbitkan terdiri atas Ijarah Fixed Rate (IFR), Sukuk Ritel (SUKRI), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), Project Based Sukuk (PBS), dan sukuk valas.

b. Pinjaman Luar Negeri

Realisasi penarikan pinjaman program secara umum mencapai target yang direncanakan dalam APBN. Keberhasilan pencapaian target tersebut didorong oleh pemenuhan policy matrix secara tepat waktu. Policy matrix merupakan kegiatan atau program prioritas Pemerintah yang wajib dilaksanakan pada tahun berjalan.

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

88

c. Pinjaman Dalam Negeri

Sesuai ketentuan dalam PP Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerinta. Penggunaan Pinjaman Dalam Negeri diutamakan untuk pengadaan barangbarang yang diproduksi di dalam negeri, meningkatkan produktivitas industri strategis di dalam negeri, dan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di dalam negeri . Penggunaan pinjaman dalam negeri sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN dimulai sejak tahun 2010. Sejauh ini pinjaman dalam negeri digunakan untuk mendukung pemenuhan pembiayaan alutsista TNI dan almatsus Polri.

RANGKUMAN

1) Belanja dibagi menurut fungsi, organisasi dan jenis/ekonomi. Adapun menurut jenis dibagi menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Subsidi, Hbah, Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-lain.

2) Belanja Pemerintah Pusat ke Daerah atau Transfer ke Daerah terdiri dari Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, serta Dana

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.

3) Pembiayaan Anggaran terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiyaan. Penerimaan Anggaran terdiri dari Pembayaraan non utang dan utang. Pembayaran non utang melalui perbankan Dalam Negeri dan non perbankan. Sedangkan pembayaran utang terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN), Pinjaman Luar Negeri, dan Pinjaman Dalam Negeri.

LATIHAN

1) Jelaskan klasifikasi belanja menurut jenis/ekonomi.

2) Hal baru apa berlaku sejak APBN 2014 terkait dengan Transfer ke Daerah, jelaskan. 3) Mengapa dilakukan pembiayaan anggaran? Jelaskan.

STAN-2014

|

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

89

Dalam dokumen 241945359 Bahan Ajar PPKN D3 Pajak pdf (Halaman 89-96)

Dokumen terkait