• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ir. Arief Yuwono, MA

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup – Republik Indonesia

Yang terhormat,

Deputi Kementerian Riset dan Teknologi; Kepala Limnologi LIPI;

Para Pembiara Kunci;

Para Hadirin dan Undangan yang yang berbahagia,

Assalaamu ‘alaikum warohmatullaahi wabaroqaatuh Salam Sejahtera bagi kita semua,

Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kita dapat bertemu, berkumpul mencari solusi terbaik terkait limnologi danau khususnya penyelamatan 15 danau prioritas tahun 2010 – 2014.

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan secara garis besar mengenai Pengelolaan Berkelanjutan 15 Danau Prioritas Tahun 2010 - 2014 sesuai Kesepakatan Bali.

Para undangan yang saya hormati,

Hasil dari Konferensi Nasional Danau Indonesia I (KNDI I) yang dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2009 telah ditandatangani Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan oleh 9 menteri (MENLH, MENHUT, MENDAGRI, MENPU, MENTAN, MENESDM, MENRISTEK, MENKP, dan MENBUDPAR) berisi :

1. Pengelolaan Ekosistem Danau

2. Pemanfaatan Sumber Daya Air Danau

3. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi 4. Penyiapan langkah-langkah Adaptasi dan Mitigasi

5. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi 6. Peningkatan Peran Masyarakat

xxx

Pada kesepakatan Bali tersebut para menteri sepakat untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan, serta bersedia untuk bekerjasama dengan semua pihak melalui sinkronisasi dan sinergitas Program/Kegiatan Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada danau prioritas dan menerapkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Para hadirin yang berbahagia,

Adapun Program Pengelolaan Danau Prioritas Tahun 2010-2014 terdiri dari : 1. Danau Toba di Sumatera Utara

2. Danau Maninjau di Sumatera Barat 3. Danau Singkarak di Sumatera Barat 4. Danau Krisnci di Jambi

5. Danau Tondano di Sulawesi Utara 6. Danau Limboto di Gorontalo 7. Danau Poso di Sulawesi Tengah 8. Danau Tempe di Sulawsesi Selatan 9. Danau Matano di Sulawsesi Selatan

10. Danau Semayang, Melintang, Jempang di Kalimantan Timur 11. Danau Sentarum di Kalimantan Barat

12. Danau Sentani di Papua 13. Rawa Danau di Banten 14. Danau Batur di Bali

15. Danau Rawa Pening di Jawa Tengah

Berbagai masalah dihadapi di masing – masing danau dengan dimensi yang berbeda. Pada umumnya permasalahan danau di Indonesia terjadi pada :

1. Di Daerah Tangkapan Air (DTA), yang terdiri dari :

- Erosi, sedimentasi dan pendangkalan akibat kerusakan lahan (Alih fungsi, tutupan vegetasi berkurang, penambangan)

xxxi

- Pencemaran air akibat limbah domestik, dan pertanian maupun pertambangan

2. Di Perairan danau, terdiri dari :

- Kerusakan sumber daya ikan endemik akibat penangkapan (overfishing) maupun budidaya Keramba jaring Apung (KJA) yang merusak

- Pertumbuhan gulma air (eceng gondok, hidrilla dsb)

- Bencana banjir dan kekeringan

- Bencana arus balik gas sulfida terangkat

- Banyak program / kegiatan Kementerian / Lembaga, daerah dan masyarakat masih dilaksanakan sendiri-sendiri dan belum terintegrasi serta bersinergi satu sama lain sehingga perlindungan dan pengelolaan ekosistem danau belum optimal

- Tingkat kerusakan ekosistem danau > upaya perlindungan dan pengelolaan.

Para hadirin yang saya hormati,

Memperhatikan kondisi dan status ekosistem 15 danau prioritas ini sungguh sangat memprihatikan, walaupun masih ada danau yang kondisinya masih cukup baik. Kondisi Terestrial / daratan Daerah Tanggapan Air maupun Sempadannya berkisar antara terancam rusak dan rusak. Sedangkan status perairan danau pada umumnya eutrof, bahkan ada yang sudah sampai hypereutrof, namun ada juga yang masih oligotrofik yaitu danau Matano. Berikut gambaran status ekosistem 15 danau prioritas :

No. Nama Danau

Status Ekosistem Terestrial Daerah Tangkapan Air Sempadan Danau Status Trofik (Perairan Danau)

1. Toba Terancam Terancam Eutrof

xxxii

3. Maninjau Rusak Rusak Hypereutrof

4. Kerinci Terancam Terancam Eutrof

5. Rawa Danau Terancam Terancam Eutrof

6. Rawapening Rusak Rusak Hypereutrof

7. Batur Terancam Terancam Eutrof

8. Tempe Rusak Rusak Eutrof

9. Matano Terancam Terancam Oligotrofik

10. Poso Terancam Terancam Eutrof

11. Tondano Rusak Rusak Eutrof

12. Limboto Rusak Rusak Eutrof

13. Mahakam (Semayang, Melintang,

Jempang) Terancam Terancam Eutrof

14. Sentarum Rusak Terancam Eutrof

15. Sentani Terancam Terancam Eutrof

Para hadirin yang berbahagia,

Kondisi dan status ekosistem danau – danau tersebut maka perlu disusun kebijakan dan strategi serta rencana aksi yang dapat mewujudkan Pengelolaan Danau Berkelanjutan. Rencana Aksi Nasional Terpadu Pengelolaan Ekosistem 15 danau prioritas disusun berdasarkan sifat dan karakteristik masing – masing danau namun secara umum dapat diuraikan mulai dari permasalahan hingga sasaran yang ingin dicapai yaitu :

1. Permasalahan, yang mencakup :

- tata ruang

- daerah tangkapan air (DTA)

- sempadan danau

- badan air/ perairan danau 2. Kegiatan :

- Pelestarian fungsi DTA danau sebagai kawasan lindung

xxxiii

- Penurunan tingkat pencemaran air danau 3. Sasaran :

- Tersusunnya penataan ruang lingkungan danau (penataan ruang di DTA maupun perairan danaunya)

- Terpulihkannya lahan kritis

- Mempertahankan luas wilayah hutan min. 30%

- Pengendalian pencemaran air domestik dan industri

- Pengendalian kegiatan penambangan galian C atau penambangan lainnya

- Peningkatan kualitas air danau sesuai peruntukkannya

- Berkurangnya sedimentasi

- Terkendalinya keseimbangan hidrologi dan tata air danau

- Meningkatnya jumlah wisatawan

- Tersedianya zona lindung ikan endemik

Para hadirin yang saya hormati,

Pada Konferensi Nasional Danau Indonesia ke 2 pada 13 - 14 Oktober 2011 di Semarang lalu telah diluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) dengan memulai Gerakan Penyelamatan Danau Rawa Pening. KLH memandang perlu untuk segera menyelamatkan Danau Rawa Pening karena jika pemerintah tidak melakukan program/ kegiatan cepat untuk menangani Danau Rawa Pening, maka pada tahun 2020 Danau Rawa Pening akan menjadi daratan.

Untuk itu dukungan penuh dari semua kementerian (9 Menteri sesuai Kesepakatan Bali 2009) termasuk LIPI, dalam sinkronisasi program/kegiatan penyelamatan 15 danau prioritas menjadi sangat penting dan mendesak. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka KLH saat ini sedang menyusun Grand Design Penyelamatan 15 Danau Prioritas. Hal ini sebagai tindak lanjut Kesimpulan Rapat Kerja dengan anggota Panitia Kerja Kawasan 15 Danau Komisi VII DPR RI 6 Pebruari 2012 lalu. Diharapkan Grand Design ini dapat menjadi acuan bersama 9 Menteri dan para pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan upaya penyelamatan 15 danau prioritas.

xxxiv

Dari uraian singkat tersebut diatas, maka dalam rangka penyelamatan danau sangat penting untuk :

1. Menguatkan komitmen politik;

2. Menata kembali kebijakan dan strategi berdasarkan Kesepakatan 9 Menteri; 3. Menyusun program dan rencana aksi yang disepakati;

4. Membangun dan menguatkan sumber daya manusia dan kelembagaan serta menguatkan partisipasi masyarakat;

5. Mendorong pengaturan pengelolaan melalui peraturan perundangan; 6. Dukungan pendanaan yang memadai;

Disamping itu penyelamatan danau memerlukan gerakan semua pemangku lingkungan berdasarkan perlindungan dan pengelolaan yang holistik dan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Rawapening merupakan contoh pengalaman berharga yang perlu didukung semua pihak dan direplikasi untuk 14 danau prioritas lainnya.

Para hadirin yang berbahagia,

Demikian yang dapat saya sampaikan sebagai pengantar dalam Seminar Nasional Limnologi – LIPI ke VI Tahun 2012 ini. Tema Mitigasi Kerusakan Ekosistem Danau Prioritas Nasional Berbasis Tinjauan Limnologis Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan sangat selaras dengan permasalahan danau yang perlu upaya segera dan mendesak penyelamatannya. Semoga hal – hal yang disampaikan dapat memberikan gagasan dan sekaligus tindakan nyata yang dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan ke masyarakat.

Terima kasih atas waktu yang disediakan.

Wassalamu alaikum warohmatullaahi wabaroqaatuh. Jakarta, 16 Juli 2012

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dan Perubahan Iklim,

xxxv

PEMBICARA KUNCI III

Ir. Diah Indrajati, M.Sc

Kasubdit Konservasi dan Rehabilitasi –Ditjen. Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri – Republik Indonesia

PERAN PEMERINTAH DAERAH

DALAM PENGELOLAAN DANAU PRIORITAS (Dalam Koridor UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah)

Yth. Bapak Ir. Arief Yuwono, M.A. Deputy Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim – KLH

Yth. Bapak Dr. Tri Widiyanto, Kepala Pusat Penelitian Limnologi – LIPI Yth. Prof. Fukushima Takehiko, Universitas Tsukuba – Jepang

Bapak-ibu peserta Seminar Nasional Limnologi VI yang kami muliakan

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas berkah rahmat dan sehat, sehingga kita dapat berkumpul di ruangan yg megah ini dalam keadaan sehat wal’afiat.

Kedua, ijinkan kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih kami, bahwa kami diberikan kesempatan untuk dapat menyampaikan keynote di dalam acara yang sangat penting ini. Semoga apa yang kami sampaikan, dapat bermanfaat bagi pengembangan program penyelamatan danau ke depan.

Bapak-ibu yang kami hormati,

Sejak usainya Perang Dunia ke dua hingga sekarang, negara-negara di dunia melakukan pembangunan. Namun demikitan, pembangunan sering diidentikkan dengan pembangunan ekonomi yang diukur dengan laju pertumbuhan ekonomi dan indikator- indikator ekonomi lainnya. Padahal, pembangunan ekonomi yang tidak mempertimbangkan kepentingan sosial-budaya dan lingkungan hidup tidak akan dapat berkelanjutan dalam jangka panjang, dan justru dapat menimbulkan biaya yang sangat mahal yang harus dibayar berupa rusaknya tatanan sosial-budaya dan hancurnya sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dan ternyata di banyak negara hal ini sudah terjadi. Di

xxxvi

satu sisi, mereka memperoleh manfaat ekonomi tetapi disisi lain mereka harus menanggung biaya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta lunturnya budaya dan kearifan lokal.

Dalam semangat dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka pada tahun 1987 United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa - PBB) mengadopsi Report of the World Ciommision on Environment and Development (Brundtland Report) menjadi Resolusi PBB No. 42/187 tertanggal 11 Desember 1987. Resolusi tersebut memuat konsep pembangunan berkelanjutan yang menganut prinsip "memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan." Pembangunan berkelanjutan ditopang oleh keseimbangan tiga pilar utama (ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup) yang saling bergantung dan memperkuat. Pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial (Munasinghe 1993). Tujuan ekonomi terkait dengan masalah efisiensi dan pertumbuhan; tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya alam; dan tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan dan pemerataan hasil pembangunan.

Untuk kondisi kita di Indonesia, 3 tantangan utama terwujudnya pembangunan berkelanjutan di daerah adalah : 1). Tidak sinkronnya antara perencanaan pembangunan yang tertuang dalam RPJPD/RPJMD dengan perencanaan ruang dalam RTRW beserta rencana rincinya; 2). Tidak sinerginya antara perencanaan dimaksud antara perencanaan tingkat nasional, provinsi, dan kab/kota; kemudian yang ke 3). Belum diitegrasikannya prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai arus utama proses perencanaan pembangunan.

Ibu-bapak peserta workshop yang berbahagia,

Prinsip pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah ada diadopsi dalam beberapa undang-undang (UU) di Indonesia. Di antara UU dimaksud antara lain adalah UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dari telaah

xxxvii

ketentuan-ketentuan tentang prinsip pembangunan berkelanjutan yang termuat dalam beberapa UU tersebut dapat ditarik kesimpulan atau sintesis sebagai berikut.

Pertama, UU memuat ketentuan bahwa pembangunan berkelanjutan memiliki dua tujuan utama, yaitu: (a) menjamin keutuhan lingkungan hidup – lingkungan hidup yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional; dan (b) menjamin keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup manusia/bangsa Indonesia. Kedua, tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut harus dicapai dengan cara: (a) memanfaatkan sumber daya hayati dengan tidak melebihi kemampuan regenrarisnya, dan/atau memanfaatkan sumberdaya non hayati dengan tidak melibihi atau seiring dengan laju inovasi substitusinya (b) memanfaatkan sumber daya alam saat ini dengan tidak mengorbankan kebutuhn generasi yang akan datang; dan (c) memanfaatkan sumber daya yang belum diketahui dampaknya secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.

Ibu-bapak peserta seminar yg berbahagia,

Perencanaan pembangunan daerah harus mempedomani Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan aturan turunannya. Pasal 3 PP No. 8/2008 memuat ketentuan bahwa perencanaan pembangunan daerah harus berlandaskan pada beberapa prinsip, salah satunya adalah prinsip keberlanjutan. Oleh karena itu, tidak ada pilihan bagi Pemerintah Daerah, Provinsi maupun Kabupaten/Kota, kecuali untuk menyelenggarakan pembangunan dengan menganut dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Sudahkan pembangunan daerah di Indonesia menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan?

Memang tidak mudah untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan baik di tingkat nasional maupun daerah karena dua alasan. Pertama, pada tataran konseptual konsep pembangunan berkelanjutan masih terus berkembang. Emil Salim (2007) sebagai contoh berpendapat bahwa konstruksi paradigma pembangunan berkelanjutan meliputi: (a) pola-pikir jangka-panjang; (b) keseimbanan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan; (c) penempatan kepentingan publik di atas kepentingan individu; (d) koreksi kegagalan pasar dan internalisasi biaya eksternal yang berkaitan dengan pembangunan sosial dan lingkungan; dan (e) peran pemerintah untuk

xxxviii

mengoreksi kegagalan pasar lewat kebijakan yang tepat. Konsep pembangunan berkelanjutan terus dikembangkan dan diperdebatkan di antara para pakar di dunia.

Kedua, walaupun sudah banyak UU yang mengamanatkan diterapkannya prinsip- prisip pembanguanan berkelanjutan, namun di tingkat operasional belum ada peraturan pemerintah dan/atau peraturan menteri yang mangatur dan memandu penerapan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah. Selain itu, kalau pun sudah ada petunjuk operasional penerapan konsep pembangunan berkelanjutan harus berhadapan dengan banyak tantangan besar karena harus merombak habis paradigma pembangunan konvenisonal, merubah nilai dan orientasi, membangun sistem insentif dan disinsentif, menciptakan tekanan sosial dan kelompok, dan tantangan-tantangan lain (Emil Salim, 2007).

Ibu-Bapak yang berbahagia,

Terkait dengan pengelolaan danau prioritas, tentu tdk akan terlepas dari upaya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di daerah. Merujuk pada hasil kesepakatan Bali bulan Agustus 2011 tentang Kesepakatan Pengelolaan 15 Danau Prioritas yang telah menyepakati untuk melakukan langkah-langkah :

1. pengelolaan ekosistem danau; 2. pemanfaatan sumber daya air danau;

3. pengembangan sistem monev dan informasi danau;

4. penyiapan langkah-langkah adaptasi & mitigasi perubahan iklim thd danau; 5. pengembangan kapasitas, kelembagaan, dan koordinasi pengelolaan danau; 6. peningkatan peran masyarakat; dan

7. pendanaan berkelanjutan

masing-masing Kemeterian/Lembaga mempunyai tugas sesuai dengan mandat masing- masing. Menteri Dalam Negeri, berkewajiban melakukan :

1. Koordinasi bersama instansi terkait dalam pengelolaan danau di daerah; 2. Pembinaan dan fasilitasi pemerintah provinsi/kab./kota untuk mendorong

partisipasi lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat dlm menjaga pengelolaan danau;

3. Pembinaan kepada PEMDA dalam melaksanakan GNKPA dan RHL pada kawasan danau dan sekitarnya;

xxxix

5. Memfasilitasi pemda dalam rangka kerjasama hulu-hilir;

Sehingga, dari langkah-langkah kesepakatan dimaksud, serta tugas yang diberikan kepada Kementerian Dalam Negeri, maka dapat dikatakan bahwa daerah mempunyai tugas sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya adalah :

1. Pengaturan terhadap partisipasi lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat dlm menjaga pengelolaan danau;

2. Pelaksanaan GNKPA dan RHL pada kawasan danau dan sekitarnya; 3. Pemanfaatan tata ruang di daerah;

4. Kerjasama hulu-hilir dalam pengelolaan danau;

Ibu-bapak yang berbahagia,

Dengan demikian, beberapa langkah ke depan harus segera dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan daerah. Saat ini banyak sekali danau-danau di Indonesia yang kondisinya sudah sangat rusak, bukan saja yang 15 danau dicanangkan Pemerintah sangat prioritas. Karena langkah-langkah nyata juga tidak banyak dilakukan, maka percepatan kerusakannya jauh melebihi upaya pelestariannya. Upaya –upaya pelesatrian danau ini harus sudah menjadi suatu Gerakan Nasional, apabila kita tidak ingin kondisi danau kita semakin menurun bahkan, bukan tidak mungkin lama-lama akan hilang. Daerah yang diwilayahnya memiliki danau, agar benar-benar melakukan langkah- langkah pengelolaannya, dari mulai penertiban terhadap masyarakat atau terhadap para “operator” yang memanfaatkan danau, kepada para pemasok pakan ikan, melakukan penanaman pohon di wilayah hulu, melakukan kerjasama hulu hilir dengan daerah lain yang berada pada DAS (catchment) yang sama dimana danau itu berada, mengendalikan pemanfaatan ruang, membuat zonasi pemanfaatan danau, menggalang dana untuk pengelolaan danau misalnya melalui dana CSR, dll.

Grand design pengelolaan danau prioritas telah disusun oleh Kementrian LH. Mari kita cermati bersama, bahas bersama agar dapat menjadi pegangan bagi kita bersama dalam mewujudkan danau yg layak untuk menjadi modal pembangunan ekonomi untuk mensejahterakan rakyat, namun keberadaan dan fungsinya bisa tetap terjaga.

Kemudian, mari kita cermati bersama seluruh kebijakan, rencana dan program yang ada di dalam RTRW maupun RPJMD dari wilayah yang terkait dengan ekosistem danau,

xl

baik di hulu maupun di hilir...apakah sudah berpihak terhadap pelesatrian ekosistem danau.

Harapan kami, kebijakan, rencana dan program yang ada di dalam grand design itu kemudian dapat disinergikan dengan indikasi program 5 tahunan yang ada di RTRW dan yang ada di RPJMD serta Renstra SKPD, agar kemudian setiap tahun dapat dialokasikan dana untuk pengelolaan danau yang bersangkutan.

Bapak-ibu peserta seminar yang berbahagia,

Sebagai penutup, ijinkan saya mengusulkan bahwa kita tahu saat ini Kementerian LH sudah menyelesaikan rancangan grand design pengelolaan danau prioritas. Kita perlu sinergikan grand design ini dengan RTRW dan RPJPD maupun RPJMD daerah. Kami mengusulkan agar kita bisa memiliki road map atau peta jalan yang disepakati bersama terhadap rencana pengelolaan danau prioritas ini. Kemudian kita lakukan ujicoba pengelolaan danau sesuai dengan grand design dan roadmap dimaksud, setelah itu di- evaluasi, dan pembelajarannya bisa kita gunakan untuk penyempurnaan rancangan grand design kemudian dapat di-replikasi kan ke danau-danau yang lain.

Demikian yang dapat kami sampaikan.

Selamat melakukan Seminar hari ini dan round table discussion besok, dengan harapan dapat dihasilkan pokok-pokok pikiran dan rencana aksi yang lebih konkrit terkait penyelamatan danau prioritas.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

1

DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN DAERAH TANGKAPAN DAN