• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi perkataan bahwa:

23

”akhlak”berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradny

”khuluqun” (قلخ )yang menurut logat diaartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun”(قلخ ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan “khaliq”..قل خ yang berarti pencipta dan “makhluk”قلخم . yang berarti yang diciptakan.

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-qur’an, surah Al-qalam ) 68) ayat 4 sebagai berikut:











Terjemahnya:

dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (4) (Departemen Agama R.I 2009: 960)

Akhlak sering diartikan sebagai budi pekerti dan kelakuan manusia. Mustofa mengemukakan bahwa Akhlak berasal dari bahsa Arab, jamak dari kata “ Khuluqun “ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Menurut pengertian secara umum akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, Kata Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, sedang kata Akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia seperti raut wajah dan body. Dalam bahasa Yunani pengertian Khalq dipakai kata ethicos atau ethos artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan prbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.

Menurut Istilah para ahli berbeda pendapat tentang defenisi akhlak tergantung cara pandang masing-masing. Ibn Miskawaih (Zahruddin, 2004:1) mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa

24

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.

Menurut Imam Al-Ghazali bahwa:

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut akhlak yang buruk.

Menurut Nata, Abuddin (Muhammad Ali, 2003:21) bahwa:

“akhlak adalah sebagai suatu kekuatan dan kehendak yang mantap, kekuatan yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar atau pihak yang jahat.”

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.

b. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa

Akhlak yang bersumber dari dalam diri manusia apabila dibina dengan baik maka akan memciptakan akhlak yang baik demikian sebaliknya. Terutama pada anak, baik buruknya akhlak anak sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan baik dikeluarga maupun di sekolah. Sekolah adalah yang kedua setelah keluarga dalam pembentukan akhlak siswa oleh karena itu sebagai seorang pendidik maka dituntut menciptakan ketertiban, ketentraman dan kedamaian batin serta menyusun beberapa metode pembelajaran yang dapat membantu

25

membina akhlak siswa yang baik. Amirullah Syarbini (2012:44) Menge mukakan bahwa:

beberapa bentuk pembinaan akhlak yaitu: a) mendidik melalui keteladanan b) mendidik melalui perhatian c) mendidik melalui kasih sayang d) mendidik melalui nasehat mendidik melalui curhat e) mendidik melalui pembiasaan f) mendidik melalui cerita dan kasih g) mendidik melalui penghargaan dan hukuman.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Mendidik melalui keteladanan

Dalam kehidupan sehari-hari perilaku yang dilakukan siswa pada dasarnya lebih banyak mereka peroleh dari meniru. Seperti halnya dalam melakukan shalat berjamaah mereka lakukan sebagai hasil dari melihat perbuatan itu di lingkungannya, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran khusus yang intensif. Sehingga sifat meniru yang dimiliki anak ini merupakan modal positif dan potensial dalam pendidikan anak.

Agar seorang anak atau siswa meniru sesuatu yang positif dari orang tua dan guru. Mereka itu semua harus menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah dengan menampilkan diri sebagai sumber norma, budi yang luhur, dan perilaku yang mulia. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama ataupun perilaku positif lainnya merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka, yang dipelajari dari orang tua maupun guru.

Berawal dari peniruan dan selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan guru dan orang tua, anak akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, anak kelak akan

26

sulit untuk berubah dari kebiasaan itu.Terutama dalam proses pendidikan keteladanan merupakan syarat utama, tidak ada makna pendidikan jika keteladanan itu tidak tercipta di dalamnya.

b) Mendidik melalui perhatian

Pada anak yang mengalami masa pertumbuhan tentunya membutuhkan perhatian khusus terutama dalam masalah emosi. Pada usia ini orang tua berperan penting dalam membimbing anaknya.

Demikian di sekolah guru sebagai pengganti orang tua juga ikut berperan dengan memberikan perhatian terhadap siswanya, selain orang tua gurupun bisa menciptakan suasana yang terbuka terhadap siswanya.

Perhatian merupakan hal yang mutlak dilakukan disamping memberi lingkungan yang aman sehingga anak tahu harus pergi kemana disaat hatinya gundah. Karena yang dibutuhkan oleh mereka sering kali hanyalah telinga untuk mendengarkan keluh kesah yang dialaminya.

Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak yaitu penanam akidah, moral anak atau siswa, perhatian terhadap mental anak, sisi kejiwaannya, sosial, spiritual, jasmani dan intelektualnya.

c) Mendidik melalui kasih sayang

kasih sayang, adalah salah satu kebutuhan batin manusia selain itu kasih sayang dapat berfungsi untuk menjalin kerjasama antara sesama manusia. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan lahirnya rasa aman dan nyaman, baik secara jasmani maupun rohani, dan menjadi

27

solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia.

Keinginan untuk merubah watak anak yang buruk, membentuk jati dirinya, dan menanamkan keyakinan yang benar tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya cinta dan motivasi menuju perkembangan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, sebagai orang tua atau pendidik tidaklah mengabaikannya karena cinta dan kasih sayang mampu ormembangun hubungan yang baik dengan anak didiknya, pesan-pesan pendidikan yang diberikan mudah mereka terima.

Seorang guru yang lebih dahulu membuka pintu mata hatinnya ketimbang penalaran dan pemikirannya, akan lebih memberikan pengaruh terhadap anak didiknya. Memberikan kasih sayang merupakan metode yang sangat berpengaruh dan efektif dalam mendidik anak. Sebab kasih sayang memiliki daya tarik dan motivasi akhlak yang baik, serta ketenangan kepada anak yang nakal sekalipun. Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan dan kedamaian anak-anak terutama di lingkungan keluarga maupun disekolah.

d) Mendidik anak melalui nasehat

Nasihat adalah sebuah pembuka mata anak-anak pada hakekat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Nasihat yang tulus, berbekas, dan berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir,

28

maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan dan meninggalkan bekas yang mendalam.

Metode pendidikan dengan nasihat pun tertuang dalam Al-qur’an yang penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode nasihat (memberikan pengajaran) sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan individu, dan memberi petunjuk kepada berbagai kelompok. Adapun metode pendidikan dengan nasihat memiliki ciri seperti berikut ini:

1. Menyeru untuk Memberikan Kepuasan dengan Kelembutan atau Penolakan.

2. Metode Cerita dengan disertai Tamsil Ibarat dan Nasihat Penasihat yang sadar, pendidik yang bijaksana, dan da’i yang berpengaruh dapat menyampaikan kisah dengan gaya bahasa dan struktur yang sesuai dengan daya tangkap orang-orang. Dengan alasan tersebut, hendaklah para pendidik berusaha menggugah emosi dan perhatian anak-anak, ketika menyampaikan cerita.

e) Mendidik melalui curhat

Metode curhat dalam bentuk saling bertanya merupakan cara paling baik untuk mendekati anak dan dengan jawaban penuh perasaan hati maka anak akan merasa tenang . Dengan curhat maka anak dan orang tua atau pendidiknya akan terjadi interaksi. pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan.

29 f) Mendidik melalui pembiasaan

Pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama islam ( beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasihat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku anak yang menyimpang dapat dikendalikan. Jika metode ini dilaksanakan akan menguatkan karakter mulia anak.

Pendidikan agama islam sebagai sumber nilai akhlak harus dijadikan landasan pendidik dalam membina akhlak anak, karena agama merupakan pedoman hidup serta memberikan landasan yang kuat bagi diri anak. Di samping itu, pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik sehari-hari, seperti halnya dalam shalat, membaca Al-qur’an, puasa dan perilaku santunan lainnya merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak.

g) Mendidik melalui cerita dan kisah

Harapan seorang pendidik terhadap siswanya yaitu diterimanya materi pelajaran yang diberikannya. Dalam pemberian materi agar siswa mudah memahami apa yang diberikan guru ada baiknya jika mengangkat suatu cerita yang menyimpan pesan-pesan moral yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran. Dengan bercerita maka dapat mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai tujuan mendidik. Bila isi cerita mengaitkan dengan kehidupan anak sekarang, maka mereka lebih mudah memahami isi dari cerita itu.

30

Tujuan dari pemberian metode bercerita yaitu agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cerita maka nilai-nilai islam dapat tertanam di dalamnya.

h) Mendidik melalui penghargaan dan hukuman

Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi.

Reward itu tidak harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward dengan syarat : a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivas ibagi anak didik yang lain. Secara kongkret ganjaran atau reward dalam pendidikan tidak hanyaberupa materi, apresiasi yang baik juga merupaka reward yang bernilai tinggi.

Reward hendaknya diberikan dengan tujuan : Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yangmalas dan lemah, Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.

Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar.

Dan hukuman untuk anak tidak boleh dilakukan dengan memperlihatkan kekerasan dan sebagai tindakan balas dendam.

Hukuman yang semacam itu menurut Djaka Cstidak memperbaiki, tetapi

31

menyakiti hati anak, jadi tidak mendidik. Oleh karenaitu pendidik, harus dapat menahan hati dan bersabar. Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam memberikan hukuman, yaitu : hukuman harus adil dan diberikan agar anak didik mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa.

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak seperti yang dikemukakan berry (www.faktor yang mempengaruhi akhlak siswa : 2011) yaitu: 1. Insting 2. Adat istiadat 3. Milieu.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Amirullah syarbini (2012:46) menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.

b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).

32

c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu.

2. Adat/Kebiasaan

Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat:

perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. Selain Wirotsah (keturunan) juga ikut mempengaruhi,wirotsah Maksudnya adalah Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

3. Milieu

Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. Juhaya (2010: 21) mengemukakan milieu ada 2 macam yaitu lingkungan alam

33

dan lingkungan pergaulan. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.

b. Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya.

Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.

Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah. Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.

34

Ridwan (www.guru agama & pembinaan akhlak siswa) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:

1) Aliran Nativisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.

2) Aliran Empirisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

3) Aliran Konvergensi

Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.

Dan dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak ada dua, yaitu faktor dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua, guru disekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

d. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa.

Pendidikan berperan untuk memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Poerwadarminta pendidikan adalah juga bisa berarti perbuatan, hal, cara mendidik serta dapat dirtikan pengetahuan tentang didik / pendidikan, pemeliharaan, latihan-latihan badan, batin dan jasmani. Pendidikan dapat berarti proses

35

membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan.

Dalam buku Ensiklopedia Indonesia dikemukakan bahwa pendidikan adalah memberi teladan, baik latihan untuk membentuk kebiasaan memberi perintah, memberi pujian dan hadiah.

Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulai dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (Al- Fadhilah). Ramayulis (2004 :115) mengemukakan bahwa:

setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan ahklak diatas segalagalanya.

Barmawie Umary (1988:2) menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk.

Sedangkan Mustofa, A (1997:346) mengemukakan bahwa:

Tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagiaa, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk.

36

Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak, budi pekerto dan akhlak merupakan dua istilah yang memilki kesamaan esensi walupun akhlak memiliki cakupan yang lebih luas, didalam akhlak terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran Agama maupun dari kebudayaan manusia, budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam dalam tingkah laku baik dan buruk yeng etrukur oleh norma-norma sopan santun, tata krama dan adat istiadat sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma Agama.

Akhlak merupakan fungsionalisasi Agama artinya keberagaman menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan akhlak. Akhlak merupakan perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan, dalam kerangka yang lebih luas berakhlak berarti hidup untuk menjadi rahmat berguna bagi kehidupan keseluruhan umat manusia.

Dari prespektif Islam, anak adalah amanat Allah Swt yang diberikan kepada orang tua yang perlu diberikan makanan batin semenjak dini, niscaya ia akan tumbuh dan memiliki pribadi yang kuat, makanan yang paling cocock adalah pendidikan akhlak sejak dini sehingga akan melahirkan sumber daya yang kuat, handal, memiliki wawasan yang lebih luas.

Pendidikan Agama dalam konteks ini, dipandang dan diyakini sebagai salah satu upaya utama dalam pembinaan akhlak dan mental

37

anak karena pendidikan Agama berperan langsung dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan betaqwa, ia akan lahir sebagai generasi yang bertanggung jawab, berguna dilingkungan masyarakat dan menjadi tokoh yang disegani dalam lingkungan masyarakat. Sri Barsy Nun (Ramayulis, 2004:5) Mengatakan bahwa:

sesungguhnya pendidikan harus memberikan warna dan karakter setiap individu dan identitasnya dalam situasi sosial tertentu, teori ini telah jelas bahwa pendidikan yang diharapkan adalah yang mampu memberikan kemampuan pada seseorang dalam adaptasinya dengan lingkungan dan mampu memberikan solusi-solusi terhadap masyarakat melalui penanaman akhlak mulia.

Dengan demikian pendidikan akhlak menghendaki siswa / peserta didik menjadi manusia yang paripurna, menurut Ahmad Tafsir dengan mengutip pendapat Jalal bahwa tujuan pendidikan dalam sudut pandang Islam ialah terwujudnya peserta didik sebagai manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah Swt sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 56.



mengabdi kepada-Ku.(56) (Departemen Agama R.I 2009: 862)

Islam sebagai Agama yang universal, yang oleh pemeluknya diakui sebagai pandanga hidup dalam aktivitas sehari-hari, pendidikan pada posisi yang sangat strategis, bila asumsi ini menilai pendidikan sebagai penentu segala-galanya, maka pendidika Islam tidak dipandang

38

secara fungsional sebagai sarana pemuas kebutuhan manusia sesaat didunia melainkan untuk menjangkau segala kebutuhan manusia untuk masa depan yang esensial diakhirat, sebagaiman dijelas Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d (13) ayat 11.



bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(11) (Departemen Agama RI 2009:

370)

Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah, Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Secara konkret dalam sudu pandangan manusia tujuan fungsional pendidikan adalah pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan

39

tradisi, tingkah laku, adat istiadat, budaya, kesukuan, sistem pemikiran, kemasyarakatan dan seterusnya menjadi pedoman pengenalan dan pemahaman satu sama yang lainnya, firman Allah Swt dalam surah Al-Hujuraat (49) ayat 13 dan surah Al-Baqarah (2) ayat 263



Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Dokumen terkait