• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 2 PATTALLASSANG KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 2 PATTALLASSANG KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 2 PATTALLASSANG

KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) Pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ROSTINI 28192847

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1434 H/2013 M

(2)

viii ABSTRAK

ROSTINI NIM : 28192847Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Smp Negeri 2 Pattallassang

Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa (dibimbing oleh Abd. Rahim Razaq Dan Mustahidang).

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP Negeri 2 Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Jadi penelitian ini bersifat penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Variabel penelitian ini dibagi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penulisan ini yaitu “Pengaruh Pendidikan Agama Islam” dan variebel terikat dalam penulisan skripsi ini yaitu “Pembinaan Akhlak Siswa”

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan angket dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung. Sedangkan untuk menganalisa data menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan dan menginprestasikan data-data yang telah didapat sehingga menggambarkan realita yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada.

Hasil penelitian membuktikan bahwa Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa pada SMP Negeri 2 Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa ada 80%

sangat bisa berpengaruh terhadap perubahan positif secara signifikan contohnya yaitu pada pelaksanaan shalat lima waktu, hubungan siswa dengan temannya, dan keikutsertaan dalam pelaksanaan shalat berjamaah, berdasarkan hasil data disebarkan yaitu dalam bentuk angket dan wawancara. Dan terdapat 20% yang masih kurang karena minimnya sarana dan prasarana yang mendukung.

(3)

PRAKATA

ميح رلا نمح رلا الله مسب

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga skkripisi ini yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP Negeri 2 Pattallassang Kec. Pattallassang Kab. Gowa” dapat diselesaikan

Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir masa

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa menyelesaikan studi maupun penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik bantuan materil maupun yang bersifat moril. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Drs. Abd. Rahim Razaq, M.Pd dan Dra.

Mustahidang Usman M.Si sebagai dosen pembimbing yang tulus ikhlas tak mengenal lelah meluangkan waktunya mengarahkan dan membimbing penulis dari awal hingga akhir skripsi ini selesai. Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:,

1. Terima kasih kepada suami tercinta Syarifuddin, S.Ag yang telah memberikan dorongan, semangat serta telah bersusah payah membiayai

(4)

penulis demi kesuksesan dalam menuntut ilmu sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Semoga Allah subhana wa tala merahmati dan membalas segala kebaikan beliau serta ditentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Drs. H Mawardi Pawangi , M.Pdi, selaku Dekan Fakultas Agama Islam yang telah memberi izin pelaksanaan penelitian.

4. Dra. Mustahidang Usman, M.Si selaku ketua jurusan pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik 5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar, yang telah mentransferkan ilmunya kepada penulis dan memberikan pelayanan administrasi yang maksimal selama melaksanakan proses pwekuliahan

6. Rekan-rekan mahasiswa jurusan PAI atas bantuannya serta kebersamaanya selama ini yang telah banyak merasakan suka duka bersama selama menjalani perkuliahan.

7. Saudara-saudaraku tersayang dan segenap kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan do’a dan bantuannya.

(5)

iii

Akhirnya dengan kesadaran hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengaharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Selama penyusunan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga bantuan yang diberikan bernilai ibadah di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin

Makassar, 6 Sya’ban 1434 H 15 Juni 2013

Penulis

ROSTINI

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PRAKATA ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Peneltian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Pendidikan Agama Islam ... 8

A. Pengertian akhlak ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Variable Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 42

E. Populasi Dan Sampel ... 42

(7)

F. Instrument Penelitian... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran umum SMP Negeri 2 Pattallassang ... 47

B. Hasil Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR TABEL No

Tabel

Nama Tabel Halaman

3,1 Keadaan Populasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pattallassang

42

4,1 Sarana SMP Negeri 2 Pattallassang 48

4,9 Prasarana SMP Negeri 2 Pattallassang 50

4.3 : Jumlah Guru PNS Menurut Ijazah 50

4,7 .Jumlah Pegawai / Tata Usaha 51

4,8 .kerajinan siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan baik.

52 4,9 Keikutsertaan Siswa Dalam Melaksanakan Shalat

Berjamaah

52

4,10 Hukumnya menjalankan shalat 5 waktu dan hukumnya

apabila ditinggalkan

53

4,11 pengaruh pendidikan agama islam terhadap hubungan

siswa dengan temannya dan sikap siswa terhadap guru.

53

4,12 kemampuan siswa dalam membaca dan menghafal

beberapa ayat al-Qur’an.

54

4,13 pengaruh pendidkan agama islam dalam mengatur

hubungan manusia dengan Tuhaannya, manusia dan makhluk lainnya.

54

4,14 kemampuan siswa dalam membaca dan menghafal

beberapa ayat al-Qur’an.

55

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Redja Mudiyaharjo (2002:11) Mengemukakan bahwa:

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat .

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan- rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

(10)

2

Agama Islam merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia, membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, cinta mencintai dan menhidupkan hati nurani manusia untuk memperhatikan muraqabah Allah Swt baik dalam keadaan sendirian maupun bersama orang lain.

Agama islam mendorong manusia untuk bekerja, melarang untuk bermalas- malasan dalam melaksanakan tugas, dan memilih kata sesuai dengan perbuatan sehingga tidak ternilai sebagi sifat orang- orang munafik, Allah Swt berfirman dalam surat Ash- Shaf (61) ayat 2- 3







































.

Terjemahnya :

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa- apa yang tidak kamu kerjakan (3) ((Departemen Agama RI 2009: 370) (Departemen Agama R.I 2009:928)

Agama Islam bertujuan membentuk pribadi yang cakap untuk hidup didalam masyarakat, kehidupan duniawi sebagai jembatan emas untuk mencapai kebahagiaan ukhrawi. Agama islam memberikan kepada kita nilainilai rohani yang merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia, bahkan merupakan kehidupan fitrahnya karena tanpa landasan mental sipritual, manusia tidak akan mampu mewujudkan keseimbangan antara dua kekuatan yang sling bertentangan yakni kekuatan kebaikan

(11)

3

dan kekuatan kejahatan, apalagi untuk memenangkan kebaikan sebagaimana firman Allah Swt dalam surah As-Syam (91) ayat 7-10





































Terjemahnya:

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (7 ) Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (8) Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (9) dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (10) (Departemen Agama R.I 2009:1064)

Dengan demikian dapat dipahami bahwa jika tidak ada Agama Islam menjadi landasa moral yang mengendalikan manusia maka hawa nafsu, ambisi kekuasaan dan keserakahanlah yang menguasainya serta mematikan akitivitas penilaian akalnya. Disini jelas bahwa peranan nilai sipritual dan prinsip-prinsip norma akhlak, terlebih laagi pada tahap pendidikan anak remaja karena pada fase ini dorongan nafsu lebih dominan dan lebih hebat dibandingkan dengan fase-fase yang lainnya, hanya dengan nilai spritual sajalah yang mampu membimbing manusia kejalan kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Agama Islam merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam mewujudkan kebahagiaan individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya, Agama Islam akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif, bahkan Agama Islam akan membuat hati orang menjadi jernih,

(12)

4

halus dan suci. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Fajr (89) ayat 27-30



































Terjemahnya :

Hai jiwa yang tenang. (27) kembalilah tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya, (28) maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaku(29) masuklah kedalam syurga- ku.(30) (Departemen Agama R.I 2009: 1059)

Jiwa manusia pada dasarnya berkeluh kesah berkesinambungan, kecuali dengan mengenal Allah Swt dan tunduk kepadaNya. Agama Islam adalah satu-satunya naungan yang dapat memberikan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan hati manusia di dunia dan akhirat. Tidak ada Agama selain Agama Islam yang dapat memberikan kebenaran kepada manusia dan mampu menghubungkannya dengan kebenaran itu serta menempatkannya pada jalan yang benar karenanya, manusia akan menderita hidupnya di dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Thaahaa (20) ayat 124-126

















































(13)

5













Terjemahnya:

dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (124) berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (125) Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (126) (Departemen Agama R.I 2009:

491)

Agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan dengan sesama saudaranya, ibadah yang dikerjakan manusia untuk mencari keridhaan Allah Swt sebagai pencipta, dengan melalui ibadah itu ia dapat membersihkan jiwanya, menumbuhkan rasa tenang dalam kalbunya, dibalik itu terdapat nilai-nilai atau norma-norma hukum, akhlak yang menggariskan apa yang dapat dilakukan sebagai individu, anggota keluarga atau sebagai anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dalam proposal skripsi ini minimal akan diketengahkan “Pengaruh Pendidikan Agama Islam”

kaitannya dengan pembentukan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang kec Pattallassang kabupaten Gowa. Adapun permasalahan dalam proposal skripsi ini adalah”Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP Negeri 2

(14)

6

Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa, adapun sub permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk Penerapan Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang ?

2. Faktor-faktor bagaimana yang mempengaruhi Akhlak Siswa Pada SMP Negeri 2 Pattallassang ?

3. Bagaimana Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang ?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari motif tersebut diatas maka penyusunan proposal skripsi ini dengan judul” Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa “ adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang ?

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi akhlak siswa pada SMP Negeri 2 Pattallassang ?

3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang ?

D. Manfaat Penelitian

(15)

7

Adapun manfaat penelitian yang diaharapakan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :

1. Secara praktisi

a. Seagai bahan informasi, baik guru maupun siswa mengenai pengaruh pendidikan agama islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang.

b. Sebagai masukan bagi para pendidik dan siswa untuk meningkatkan pengaruh pendidikan agama islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang.

2. Secara ilmiah

Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dapat merangsang dan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji dan mengembangkan lebih mendalam tentang pengaruh pendidikan agama islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Pattallassang.

(16)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian pendidikan agama islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan” mengandung arti perbuatan ( hal, cara dan sebagainya ). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Ramayulis (2004:1) mengemukakan bahwa: Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. (Ilmu Pendidikan Islam, Ahmad D. Marimba (1981:19) Mengemukakan bahwa:

“ pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2005:2) pendidikan yaitu:

(17)

9

Tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.

Sedangkan menurut Zakiah darajat, pendidikan Agama Islam adalah:

pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Pengertian pendidikan menurut bahasa adalah pendidik, pengasuh, mengarahkan dan menuntung. Sedangkan menurut pendapat Ahmad D. Marimba (1981: 2) ” bahwa pendidikan islam adalah bimbingan atau usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk menciptakan kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam”.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan ialah usaha sadar dan sistimatis yang dilakukan oleh sipendidik terhadap perkembangan anak baik rohani maupun jasmani tidak hanya memanusiakan manusia tetapi juga agar manusia menyadari posisinya sebagai khalifah dimuka bumi yang pada gilirannya akan semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang bertakwa, beriman, berilmu, dan beramal saleh.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.

Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup

(18)

10

( hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan ( hasanah) diakhirat kelak.

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dan mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangya melalui mata pelajaran disemua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Menurut Rifley (1998:12) bahwa :

“Pendidikan Agama merupakan pengajaran tentang keyakinan, ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan dalam kehidupannya sebgai upaya pengembangan diri."

Menurut Darajat (mohammad Ali, 2001:9) pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama

Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah mendidik anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi insan kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk

(19)

11

memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam. Abdul kadir (2008:2) mengemukakan bahwa:

Pengertian Agama berasal dari kata dan bahasa sansekerta yaitu “ A “ berarti tidak dan “Gama “ berarti kacau, jadi “ Agama “ berarti tidak kacau atau teratur, maksudnya peraturan-peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi oleh manusia semasa hidupnya sampai ia menjelang meninggal dunia.

Agama berarti religi ( Religion ) dalam bahasa latin dan dalam bahasa Arab bermakna “ Diin “ bahkan ada juga yang menyebutkan dengan istilah “ Millah”. Abuddin nata (2004:1 ) mengemukakan bahwa:

Agama ( Religi ) atau ( Diin ) menurut pengertian etimologi Agama berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata “ Gam “ yang berarti atau searti dengan “ Gaan “ dalam bahasa Belanda dan kata “ Go “ dalam bahasa Inggris yang berarti pergi jalan, kemudia akar kata “ Gam “ mendapat awalan “ A “ dan akhiran “ A “ jadilah Agama atau mendapat awalan “ U “ dan akhiran “ A “ jadilah “ Ugama “ atau mendapat awalan “ U “ dan akhiran “ A “ menjadilah “ Igama “ yang berarti jalan untuk mencapai kebahagian.

Agama berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

2. Dasar - dasar Pendidikan

Dasar pendidikan merupakan persoalan yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan karena dari pendidikan itu kemudian akan ditentukan corak, warna dan isi pendidikan itu sendiri.

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu dan mempunyai fungsi untuk memberikan arah kepada tujuan yang ingn dicapai, secara

(20)

12

umum dapat dikatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai dasar dan landasan bagi pendidikan dan menjadi cerminan falsafa hidup pada suatu Bangsa.

Berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.

1. Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religious adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama islam yang tertera dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan Agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.















Terjemahnya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (56( (Adz-Dzaariyaat ayat 56 hal 862)

2. Dasar yuridis formal

Menurut Zuhairini, dkk, yang dimaksud dengan yuridis formal pelaksanaan pendidikan agama islam yang berasal dari perundang- undangann yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama islam, di sekolah- sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

(21)

13

Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut:

a. Dasar ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari filsafat Negara: pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.

b. Dasar konsitusional/struktural

Yang dimaksud dengan dasar konsitusional adalah dasar UUD Tahun 2002 pasal 29 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :

1) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa, Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Abdul Majid (2004:135).

2) Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai Agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat islam dapat menjalankan Agamanya sesuai ajaran islam, maka diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam.

c. Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasoianl adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut UUD RI No.20 Thn 2003 tentang Sikdisnas Bab VI Pasal 30 hal. 17 .

1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(22)

14

2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama

3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal

4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera dan bentuk lain yang sejenis

5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

d. Dasar psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Semua manusia yang hidup didunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut Agama, mereka merasakan bahwa jiwanya ada satu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon perolongan.

Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa yang membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Berbicara pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas social. Penanaman nilai-

(23)

15

nilai juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Menurut Abdul Majid (2002:133) bahwa:

Pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis.

Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan sekolah pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

UUD No.20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003 tentang sistem pedidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dalam rumusan diatas sudah jelas bahwa yang ingin dicapai dengan terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Cerdas dan terampil

(24)

16

c. Berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian dan memiliki semangat kebangsaan.

Dalam penyajian materi pendidikan, Al-qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui pembuktan-pembuktian, baik melalui argumentasi maupun yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia melalui penalaran akalnya.

Demikianlah selayang pandang metode pendidikan yang tempuh Al-qur’an dalam rangka mendidik umat, apabila konsep pendidikan Al- qur’an yang secara teoritis sejalan dengan dasar-dasar pendidikan Nasional. UUD Sikdisnas No. 20 Tahun 2003 Bab. I Pasal 1 Ayat 1 dan 2

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendidkan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasoinal indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Dalam persfektif pendidikan Islam, trem-trem yang digunakan untuk menunjuk kepada arti pendidikan adalah Al-Tarbiyah, Al-Ta’lim dan Al-Ta’dib, masing-masing trem ini mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan teks dan konteksnrya, hal ini tercermin dalam Surah Al-Isra (71 ( ayat 24 dan Surah Al-Baqarah (2) ayat 31

(25)

17

























Terjemahnya:

dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(24) (Departemen Agama R.I 2009: 428)

































Terjemahnya:

dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(31) (Departemen Agama R.I 2009: 14)

Muhammad Nuqaib Al-Attas mengatakan bahwa istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan secara utuh tentang konsep pendidikan Islam adalah Al-Ta’dib dengan alasan bahwa pada hakikatnya pendidikan Islam itu tidak lain adalah menanamkan adab serta perilaku sopan santun kepada setiap pribadi muslim yang pada akhirnya akan menumbuh kembangkan peradaban Islam.

Pandangan Abd Fattah Jalal bahwa istilah yang paling tepat adalah Al-Ta’lim, hal ini dasarkan pada pandangan bahwa hakikat

(26)

18

pendidikan Islam tidak lain adalah pengajaran dan penanaman ilmu pengetahuan kedalam setiap pribadi sehingga tumbuh dan berkembang ilmu pengetahuan itu dalam berbagai aspek dan cabangnya didunia Islam.

Abd Rahman Al-Nawawi (2007:2) lebih cenderung menggunakan trem Al-Tarbiyah untuk menunjukkan kepada arti pendidikan dari pada trem-trem lain dengan alasan bahwa trem Tarbiyah lebih mempunyai dasar yang kuat, lebih lanjut beliau berkata bahwa Al-Tarbiyah berakar dari tiga kata yaitu:

a. Raba’-Yarbu yang berarti bertambah, tumbuh

b. Rabiya – Yarba, yang berarti menjadi besar dalam arti pendidikan mengandung misi untuk membesarkan jiwa dan memperluas wawasan seseorang

c. Rabba – Yurabbi, yang berarti memperbaiki, menuntun dan menjaga

Dengan demikian trem-trem yang mengacu pada arti pendidikan yang populer digunakan dalam berbagai literatur kependidikan Islam, meskipun para pakar pendidikan sendiri tidak sepakat dalam hal penggunaan trem yang paling tepat, tetapi bila dikali kandungan makna dasar dari trem-trem tersebut beerdsarkan Al-qur’an, maka tanpa mereduksi sedikitpun pandangan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa trem-trem merupaka satu ksatuan yang saling berintegrasi dalam hal mengasuh, memelihara dan mengembangkan anak menjadi dewasa, jiwa dan akal peserta didik sehingga dapat mewujudkan nilai etis atau kesucian yang merupakan nilai dasar bagi seluruh aktivitas manusia sekaligus harus mampu melahirkan keterampilan dalam materi

(27)

19

yang diterimanya, hal ini menjadi keharusan karena ia merupakan salah satu tujuan dari pendidikan.

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan agama Islam

Tujuan pendidikan itu sendiri tidak akan mungkin tercapai hanya melalui dogma atau tutur kata dan nasihat semata tanpa panutan, melainkan melalui diskusi yang melibatkan akal pikiran yang menyatuh dengan jiwa serta kisah manusia yang baik dan yang buruk disertai dengan panutan yang baik dari pendidiknya.

Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy (Mahmud yunus,1983:13) merumuskan bahwa:

Tujuan pendidikan agama islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah ( keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengalaman nilai-nilai islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian islami yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan.

Adapun tujuan pendidikan Islam antara lain :

a. Membina siswa unuk beriman kepada Allah Swt mencinti, menaatiNya dan berkepribadian yang mulia sebab anak didik terutama pada tingkat

(28)

20

sekolah dasar akan memiliki akhlak melalui pengalaman, sikap dan kebiasaan yang akan membina kepribadiannya untuk mencapai masa depannya.

b. Memperkenalkan hukum-hukum Agama dengan cara-cara menunikan ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar Agama dan mentaatinya.

c. Mengembangkan pengetahuan Agama mereka dengan memperkenalkan adab sopan santun serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan dalam menjalankan ajaran Agama Islam.

d. Memantapkan rasa ke Agamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang mazmumah.

e. Membina perhatia siswa terhadap aspek-aspek kesehatan seperti memelhara kebersihan dalam beribadah, belajar, olahraga, makanan bergizi, menjaga kesehatan dan berobat.

f. Membiasakan sopan santun dirumah, sekolah dan dijalan, sopan santun berbicara, mendengar pembicaraan orang lain, berdiskusi dan pertemuan umum lainnya, dengan demikian mereka mengetahui bagaiman hidup dengan tingkah laku yang terpuji di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan.

Tujuan dari Pendidikan Agama Islam itu sendiri berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial atau lebih jelas lagi, ia

(29)

21

berkisar pada pembinaan warga negara muslim yang baik, yang percaya pada tuhan dan agamnya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia , hal ini sesuai dengan pendapat para tokoh penddidik Agama Islam seperti pendapat : Al-Attas ( 1979 ) menjelaskan bahwa: tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang baik.

Al-Abrasyi ( 1974 ) menjelaskan bahwa: tujuan pendidikan Islam membentuk manusia berakhlak baik.

Dalam konferensi dunia Islam pertama tentang pendidikan Islam ( 1977 ) berkesimpulan bahwa: tujuan pendidikan Agama Islam adalah manusia yang menyerahkan diri kepada Allah Swt secara mutlak.

Lanjut Al-Abrasyi ( 1977 ) menjelaskan tujuan akhir pendidikan Islam adalah :

1)Pembinaan akhlak. 2) Menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akhirat. 3) Penguasaan ilmu dan keterampilan, bekerja dalam masyarakat sebagai pedoman dalam penjabaran pendidikan Islam.

Menurut kurikulum 2004 pendidikan Agama mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut :

a. Pendidikan Agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kerukunan, hubungan inter dan antar umat ber Agama

(30)

22

b. Pendidikan Agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan pserta didik dalam memahami, mnghayati dan mengamalkan nilai-nilai Agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

Bertolak dari fungsi dan tujuan diatas, pendidikan Agama Islam pada dasarnya hedak menghantarkan siswa agar memiliki kemantapan akidah dan kedalaman spritual serta keunggulan akhlak. Fungsi pendidikan Agama Islam menurut Darajat ( 2001 : 174 ) yaitu:

1) untuk Menumbuhkan rasa keimanan yang kuat 2) Menumbuh kembangkan kebiasaan dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak mulia 3) Menumbuh kembangkan semangat untuk mengelola alam sekitar sebagai anugrah dari Allah Swt.

Menurut Azra ( 1999 : 57 ) bahwa:

“pendidikan Agama Islam disetiap jenjangnya mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan Nasional untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.”

Dengan demikian pendidikan Agama di Sekolah sebagai salah satu bentuk untuk mengembangkan kepribadian, kemampuan dalam mengembangkan pemahaman keagamaan yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt serta kemuliaan akhlak.

B. Pembinaan Akhlak a. Pengertian akhlak

Pengertian akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi perkataan bahwa:

(31)

23

”akhlak”berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradny

”khuluqun” (قلخ )yang menurut logat diaartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun”(قلخ ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan “khaliq”..قل خ yang berarti pencipta dan “makhluk”قلخم . yang berarti yang diciptakan.

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-qur’an, surah Al-qalam ) 68) ayat 4 sebagai berikut:











Terjemahnya:

dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (4) (Departemen Agama R.I 2009: 960)

Akhlak sering diartikan sebagai budi pekerti dan kelakuan manusia. Mustofa mengemukakan bahwa Akhlak berasal dari bahsa Arab, jamak dari kata “ Khuluqun “ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Menurut pengertian secara umum akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, Kata Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, sedang kata Akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia seperti raut wajah dan body. Dalam bahasa Yunani pengertian Khalq dipakai kata ethicos atau ethos artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan prbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.

Menurut Istilah para ahli berbeda pendapat tentang defenisi akhlak tergantung cara pandang masing-masing. Ibn Miskawaih (Zahruddin, 2004:1) mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa

(32)

24

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.

Menurut Imam Al-Ghazali bahwa:

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut akhlak yang buruk.

Menurut Nata, Abuddin (Muhammad Ali, 2003:21) bahwa:

“akhlak adalah sebagai suatu kekuatan dan kehendak yang mantap, kekuatan yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar atau pihak yang jahat.”

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.

b. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa

Akhlak yang bersumber dari dalam diri manusia apabila dibina dengan baik maka akan memciptakan akhlak yang baik demikian sebaliknya. Terutama pada anak, baik buruknya akhlak anak sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan baik dikeluarga maupun di sekolah. Sekolah adalah yang kedua setelah keluarga dalam pembentukan akhlak siswa oleh karena itu sebagai seorang pendidik maka dituntut menciptakan ketertiban, ketentraman dan kedamaian batin serta menyusun beberapa metode pembelajaran yang dapat membantu

(33)

25

membina akhlak siswa yang baik. Amirullah Syarbini (2012:44) Menge mukakan bahwa:

beberapa bentuk pembinaan akhlak yaitu: a) mendidik melalui keteladanan b) mendidik melalui perhatian c) mendidik melalui kasih sayang d) mendidik melalui nasehat mendidik melalui curhat e) mendidik melalui pembiasaan f) mendidik melalui cerita dan kasih g) mendidik melalui penghargaan dan hukuman.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Mendidik melalui keteladanan

Dalam kehidupan sehari-hari perilaku yang dilakukan siswa pada dasarnya lebih banyak mereka peroleh dari meniru. Seperti halnya dalam melakukan shalat berjamaah mereka lakukan sebagai hasil dari melihat perbuatan itu di lingkungannya, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran khusus yang intensif. Sehingga sifat meniru yang dimiliki anak ini merupakan modal positif dan potensial dalam pendidikan anak.

Agar seorang anak atau siswa meniru sesuatu yang positif dari orang tua dan guru. Mereka itu semua harus menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah dengan menampilkan diri sebagai sumber norma, budi yang luhur, dan perilaku yang mulia. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama ataupun perilaku positif lainnya merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka, yang dipelajari dari orang tua maupun guru.

Berawal dari peniruan dan selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan guru dan orang tua, anak akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, anak kelak akan

(34)

26

sulit untuk berubah dari kebiasaan itu.Terutama dalam proses pendidikan keteladanan merupakan syarat utama, tidak ada makna pendidikan jika keteladanan itu tidak tercipta di dalamnya.

b) Mendidik melalui perhatian

Pada anak yang mengalami masa pertumbuhan tentunya membutuhkan perhatian khusus terutama dalam masalah emosi. Pada usia ini orang tua berperan penting dalam membimbing anaknya.

Demikian di sekolah guru sebagai pengganti orang tua juga ikut berperan dengan memberikan perhatian terhadap siswanya, selain orang tua gurupun bisa menciptakan suasana yang terbuka terhadap siswanya.

Perhatian merupakan hal yang mutlak dilakukan disamping memberi lingkungan yang aman sehingga anak tahu harus pergi kemana disaat hatinya gundah. Karena yang dibutuhkan oleh mereka sering kali hanyalah telinga untuk mendengarkan keluh kesah yang dialaminya.

Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak yaitu penanam akidah, moral anak atau siswa, perhatian terhadap mental anak, sisi kejiwaannya, sosial, spiritual, jasmani dan intelektualnya.

c) Mendidik melalui kasih sayang

kasih sayang, adalah salah satu kebutuhan batin manusia selain itu kasih sayang dapat berfungsi untuk menjalin kerjasama antara sesama manusia. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan lahirnya rasa aman dan nyaman, baik secara jasmani maupun rohani, dan menjadi

(35)

27

solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia.

Keinginan untuk merubah watak anak yang buruk, membentuk jati dirinya, dan menanamkan keyakinan yang benar tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya cinta dan motivasi menuju perkembangan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, sebagai orang tua atau pendidik tidaklah mengabaikannya karena cinta dan kasih sayang mampu ormembangun hubungan yang baik dengan anak didiknya, pesan-pesan pendidikan yang diberikan mudah mereka terima.

Seorang guru yang lebih dahulu membuka pintu mata hatinnya ketimbang penalaran dan pemikirannya, akan lebih memberikan pengaruh terhadap anak didiknya. Memberikan kasih sayang merupakan metode yang sangat berpengaruh dan efektif dalam mendidik anak. Sebab kasih sayang memiliki daya tarik dan motivasi akhlak yang baik, serta ketenangan kepada anak yang nakal sekalipun. Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan dan kedamaian anak-anak terutama di lingkungan keluarga maupun disekolah.

d) Mendidik anak melalui nasehat

Nasihat adalah sebuah pembuka mata anak-anak pada hakekat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Nasihat yang tulus, berbekas, dan berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir,

(36)

28

maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan dan meninggalkan bekas yang mendalam.

Metode pendidikan dengan nasihat pun tertuang dalam Al-qur’an yang penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode nasihat (memberikan pengajaran) sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan individu, dan memberi petunjuk kepada berbagai kelompok. Adapun metode pendidikan dengan nasihat memiliki ciri seperti berikut ini:

1. Menyeru untuk Memberikan Kepuasan dengan Kelembutan atau Penolakan.

2. Metode Cerita dengan disertai Tamsil Ibarat dan Nasihat Penasihat yang sadar, pendidik yang bijaksana, dan da’i yang berpengaruh dapat menyampaikan kisah dengan gaya bahasa dan struktur yang sesuai dengan daya tangkap orang-orang. Dengan alasan tersebut, hendaklah para pendidik berusaha menggugah emosi dan perhatian anak-anak, ketika menyampaikan cerita.

e) Mendidik melalui curhat

Metode curhat dalam bentuk saling bertanya merupakan cara paling baik untuk mendekati anak dan dengan jawaban penuh perasaan hati maka anak akan merasa tenang . Dengan curhat maka anak dan orang tua atau pendidiknya akan terjadi interaksi. pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan.

(37)

29 f) Mendidik melalui pembiasaan

Pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama islam ( beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasihat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku anak yang menyimpang dapat dikendalikan. Jika metode ini dilaksanakan akan menguatkan karakter mulia anak.

Pendidikan agama islam sebagai sumber nilai akhlak harus dijadikan landasan pendidik dalam membina akhlak anak, karena agama merupakan pedoman hidup serta memberikan landasan yang kuat bagi diri anak. Di samping itu, pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik sehari-hari, seperti halnya dalam shalat, membaca Al-qur’an, puasa dan perilaku santunan lainnya merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak.

g) Mendidik melalui cerita dan kisah

Harapan seorang pendidik terhadap siswanya yaitu diterimanya materi pelajaran yang diberikannya. Dalam pemberian materi agar siswa mudah memahami apa yang diberikan guru ada baiknya jika mengangkat suatu cerita yang menyimpan pesan-pesan moral yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran. Dengan bercerita maka dapat mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai tujuan mendidik. Bila isi cerita mengaitkan dengan kehidupan anak sekarang, maka mereka lebih mudah memahami isi dari cerita itu.

(38)

30

Tujuan dari pemberian metode bercerita yaitu agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cerita maka nilai-nilai islam dapat tertanam di dalamnya.

h) Mendidik melalui penghargaan dan hukuman

Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi.

Reward itu tidak harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward dengan syarat : a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivas ibagi anak didik yang lain. Secara kongkret ganjaran atau reward dalam pendidikan tidak hanyaberupa materi, apresiasi yang baik juga merupaka reward yang bernilai tinggi.

Reward hendaknya diberikan dengan tujuan : Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yangmalas dan lemah, Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.

Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar.

Dan hukuman untuk anak tidak boleh dilakukan dengan memperlihatkan kekerasan dan sebagai tindakan balas dendam.

Hukuman yang semacam itu menurut Djaka Cstidak memperbaiki, tetapi

(39)

31

menyakiti hati anak, jadi tidak mendidik. Oleh karenaitu pendidik, harus dapat menahan hati dan bersabar. Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam memberikan hukuman, yaitu : hukuman harus adil dan diberikan agar anak didik mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa.

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak seperti yang dikemukakan berry (www.faktor yang mempengaruhi akhlak siswa : 2011) yaitu: 1. Insting 2. Adat istiadat 3. Milieu.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Amirullah syarbini (2012:46) menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.

b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).

(40)

32

c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu.

2. Adat/Kebiasaan

Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat:

perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. Selain Wirotsah (keturunan) juga ikut mempengaruhi,wirotsah Maksudnya adalah Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

3. Milieu

Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. Juhaya (2010: 21) mengemukakan milieu ada 2 macam yaitu lingkungan alam

(41)

33

dan lingkungan pergaulan. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.

b. Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya.

Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.

Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah. Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.

(42)

34

Ridwan (www.guru agama & pembinaan akhlak siswa) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:

1) Aliran Nativisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.

2) Aliran Empirisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

3) Aliran Konvergensi

Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.

Dan dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak ada dua, yaitu faktor dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua, guru disekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

d. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa.

Pendidikan berperan untuk memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Poerwadarminta pendidikan adalah juga bisa berarti perbuatan, hal, cara mendidik serta dapat dirtikan pengetahuan tentang didik / pendidikan, pemeliharaan, latihan-latihan badan, batin dan jasmani. Pendidikan dapat berarti proses

(43)

35

membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan.

Dalam buku Ensiklopedia Indonesia dikemukakan bahwa pendidikan adalah memberi teladan, baik latihan untuk membentuk kebiasaan memberi perintah, memberi pujian dan hadiah.

Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulai dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (Al- Fadhilah). Ramayulis (2004 :115) mengemukakan bahwa:

setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan ahklak diatas segalagalanya.

Barmawie Umary (1988:2) menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk.

Sedangkan Mustofa, A (1997:346) mengemukakan bahwa:

Tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagiaa, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk.

(44)

36

Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak, budi pekerto dan akhlak merupakan dua istilah yang memilki kesamaan esensi walupun akhlak memiliki cakupan yang lebih luas, didalam akhlak terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran Agama maupun dari kebudayaan manusia, budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam dalam tingkah laku baik dan buruk yeng etrukur oleh norma-norma sopan santun, tata krama dan adat istiadat sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma Agama.

Akhlak merupakan fungsionalisasi Agama artinya keberagaman menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan akhlak. Akhlak merupakan perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan, dalam kerangka yang lebih luas berakhlak berarti hidup untuk menjadi rahmat berguna bagi kehidupan keseluruhan umat manusia.

Dari prespektif Islam, anak adalah amanat Allah Swt yang diberikan kepada orang tua yang perlu diberikan makanan batin semenjak dini, niscaya ia akan tumbuh dan memiliki pribadi yang kuat, makanan yang paling cocock adalah pendidikan akhlak sejak dini sehingga akan melahirkan sumber daya yang kuat, handal, memiliki wawasan yang lebih luas.

Pendidikan Agama dalam konteks ini, dipandang dan diyakini sebagai salah satu upaya utama dalam pembinaan akhlak dan mental

(45)

37

anak karena pendidikan Agama berperan langsung dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan betaqwa, ia akan lahir sebagai generasi yang bertanggung jawab, berguna dilingkungan masyarakat dan menjadi tokoh yang disegani dalam lingkungan masyarakat. Sri Barsy Nun (Ramayulis, 2004:5) Mengatakan bahwa:

sesungguhnya pendidikan harus memberikan warna dan karakter setiap individu dan identitasnya dalam situasi sosial tertentu, teori ini telah jelas bahwa pendidikan yang diharapkan adalah yang mampu memberikan kemampuan pada seseorang dalam adaptasinya dengan lingkungan dan mampu memberikan solusi- solusi terhadap masyarakat melalui penanaman akhlak mulia.

Dengan demikian pendidikan akhlak menghendaki siswa / peserta didik menjadi manusia yang paripurna, menurut Ahmad Tafsir dengan mengutip pendapat Jalal bahwa tujuan pendidikan dalam sudut pandang Islam ialah terwujudnya peserta didik sebagai manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah Swt sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 56.















Terjemahnya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(56) (Departemen Agama R.I 2009: 862)

Islam sebagai Agama yang universal, yang oleh pemeluknya diakui sebagai pandanga hidup dalam aktivitas sehari-hari, pendidikan pada posisi yang sangat strategis, bila asumsi ini menilai pendidikan sebagai penentu segala-galanya, maka pendidika Islam tidak dipandang

(46)

38

secara fungsional sebagai sarana pemuas kebutuhan manusia sesaat didunia melainkan untuk menjangkau segala kebutuhan manusia untuk masa depan yang esensial diakhirat, sebagaiman dijelas Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d (13) ayat 11.









































































Terjemahnya:

bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(11) (Departemen Agama RI 2009:

370)

Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah, Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Secara konkret dalam sudu pandangan manusia tujuan fungsional pendidikan adalah pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen angket digunakan untuk mengukur pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dan pengaruhnya terhadap kualitas perilaku

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari 21 orang responden, responden yang memilih bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa di

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan akhirnya menghasilkan sesuatu kesimpulan sebagai berikut: pertama, bahwa strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Metode keteladanan sebagai metode yang digunakan untukmerealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladananyang baik kepada siswa, agar mereka dapat

Berdasarkan pernyataan siswa dan penjelasan guru Pendidikan Agama Islam, maka dapat disimpulkan bahwa Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri I Bontonompo Selatan

Untuk mewujudkan anak didik yang berakhlakul karimah, maka guru pendidikan agama Islam harus menguasai dan memahami berbagai startegi dalam pembinaan akhlak

3 Upaya pembinaan guru pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa merupakan suatu keharusan dalam pariode anak-anak, yang kita katakan sebagai masa yang masih fitrah, jernih serta

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kreativitas siswa guru membuat Perangkat Pembelajaran berupa Silabus, Rencana