• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Aparatur

Dalam dokumen Administrasi Kepegawaian Negara (Halaman 64-68)

BAB IV MANAJEMEN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

JENIS DAN JENJANG DIKLAT Pasal 9

J. Pembinaan Aparatur

yang ditujukan kepada seluruh aparatur pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah termasuk badan-badan usaha negara agar seluruh aparatur pemerintah itu menjadi alat pembangunan yang ampuh, tangguh, tanggap, dan mampu memenuhi tuntutan pembangunan yang semakin meningkat.

a. Aspek Kelembagaan

Di bidang kelembagaan, penyempurnaan atau pengembangan organisasi belum mantap dan masih menimbulkan masalah yang berhubungan dengan penyediaan tenaga, biaya, dan fasilitas. Agar aparatur pemerintah mampu meningkatkan kemampuannya dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya, diperlukan suatu wadah yang dapat dilakukan dengan penyempurnaan susunan organisasi departemen ataupun lembaga-lembaga nondepartemen. Usaha penyempurnaan tersebut mencakup segi-segi tugas pokok, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja dari semua jenis unit pelaksanaan sebagai satuan organisasi yang melaksanakan tugas-tugas departemen. Usaha penyempurnaan tersebut akan terus berlangsung karena beban tugas yang memerlukan penyesuaian organisasi terus berkembang.

Di tingkat daerah, dalam rangka penyempurnaan aparatur pemerintah, dibentuk Kantor Wilayah Departemen atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal sebagai penyelenggara tugas dan fungsi departemen di tingkat provinsi. Dengan demikian, diharapkan pula pelayanan terhadap masyarakat akan bertambah baik dan kerja sama dengan Pemerintah Daerah menjadi lebih meningkat. Serentak dengan itu, diusahakan pula penyempurnaan aparatur pemerintah daerah. Usaha yang dilakukan secara berkesinambungan ini meliputi penyempurnaan administrasi dan peningkatan kemampuan aparatur ataupun usaha memperkuat organisasi pemerintahan di daerah.

Di bidang pemerintahan, pemerintah lebih meningkatkan hubungan fungsional yang semakin mantap dengan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di samping itu, dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dalam rangka membina kesatuan bangsa, hubungan kerja yang serasi antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah terus dikembangkan atas dasar keutuhan negara kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi yang dapat mendorong kemajuan pembangunan daerah.

Untuk memperlancar tugas pemerintahan dan menyerasikan usaha-usaha pembangunan di daerah perlu ditingkatkan kemampuan dan kerja sama aparatur pemerintah yang ada di daerah, baik aparatur pusat maupun aparatur daerah. Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta menyelenggarakan administrasi desa yang semakin meluas dan efektif usaha memperkuat pemerintahan desa perlu dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.

b. Aspek Kepegawaian

Ruang lingkup pembinaan pegawai yang harus diselenggarakan oleh tiap-tiap unit organisasi kepegawaian dimulai ketika seseorang akan menjadi pegawai sampai berhenti menjadi Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut pada dasarnya meliputi:

Umum, terdiri atas:

1. penyusunan rencana formasi; 2. pengadaan pegawai;

3. pengangkatan calon pegawai; 4. penilaian pelaksanaan pekerjaan;

5. pengangkatan calon pegawai menjadi pegawai negeri; 6. penyusunan daftar susunan pangkat;

7. pendidikan dan pelatihan; 8. kenaikan pangkat;

9. kenaikan gaji berkala; 10. tunjangan;

11. mutasi jabatan (tour of duty); 12. mutasi biasa (tour of area); 13. cuti;

14. pemberian penghargaan;

15. pembinaan kesejahteraan (antara lain angkutan/kendaraan dinas, perumahan dinas, pelayanan kesehatan, dan Iain-lain); 16. taspen;

17. pemberhentian; 18. pensiun.

Khusus, terdiri atas:

1. pembinaan tenaga kekaryaan/perbantuan anggota ABRI; 2. penyelesaian kasus perorangan;

3. penggantian surat yang hilang; 4. peninjauan masa kerja;

5. penyelesaian masalah kepegawaian yang bersifat kemanusiaan 6. penyelesaian NIP/KARPEG dan Taspen.

Kewajiban yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh seorang pegawai negeri sipil dapat diklasifikasi menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut.

1. Kewajiban dan larangan serta sanksi terhadap kewajiban dan larangan yang tidak ditaati.

2. Kewajiban yang ditentukan dalam beberapa ketentuan dan peraturan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.

3. Kewajiban yang berdasarkan atas kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Usaha lain di bidang kepegawaian yang telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan dasar-dasar formasi, pengadaan pegawai, peraturan gaji, pengangkatan, penilaian pelaksanaan pekerjaan, dan pembentukan badan pertimbangan kepegawaian.

c. Ketatalaksanaan

Ketatalaksanaan meliputi pedoman, petunjuk dan ketentuan mekanisme perencanaan, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan, baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, maupun kegiatan rutin dan administrasi yang masih terbatas.

Dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan, prosedur kerja memegang peranan penting. Karena kompleksnya sistem dan prosedur kerja yang dihadapi, sistem dan prosedur ini perlu disederhanakan dan kemampuan aparatur harus disesuaikan dengan penyederhanaan sistem dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Penyederhanaan ini mempunyai arti penting karena menyangkut pertanggungjawaban bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan dengan cara efisien dan ekonomis.

Proses penyederhanaan ini sedang berjalan dan apabila dapat berlanjut dapat dijadikan sebagai konsep pembaharuan manajemen pelaksanaan pembangunan di daerah, terutama terhindar dari pemborosan di bidang pembiayaan.

Penyederhanaan kerja ini memerlukan pengintegrasian antara manajemen dan teknik perbaikan dalam hubungan pendelegasian wewenang, tanggung jawab yang tegas dan jelas, seleksi pengawasan, penilaian jabatan dan pembiayaan, sehingga aparatur negara yang tersedia dan berkewajiban dapat didayagunakan secara efisien. Semua ini dapat terlaksana dengan baik apabila manusia sebagai pelaksana pembangunan dapat didayagunakan secara maksimal.

2. Pendayagunaan Aparatur Negara

Pendayagunaan aparatur negara adalah segala usaha untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Usaha ini tidak terlepas dari upaya pembinaan yang meliputi kemampuan dalam menyusun pedoman dan program, kemampuan merumuskan kebijaksanaan, dan kemampuan dalam pelaksanaan serta kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan secara efisien dan efektif.

Dengan demikian, upaya peningkatan pendayagunaan aparatur negara pada hakikatnya adalah peningkatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui tugas pokok dan fungsinya dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan itu, aparatur negara dapat menjadi sasaran pembangunan ataupun sebagai pelaksanaan pembangunan.

a. Aparatur Negara sebagai Sasaran Pembangunan

Sasaran akhir pembangunan di bidang aparatur negara adalah terwujudnya aparatur negara yang bersih dan berwibawa. Untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan berbagai upaya yang sejalan dengan pelaksanaan pembangunan nasional sehingga aparatur negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dan menjadi salah satu sasaran pembangunan.

b. Aparatur Negara sebagai Pelaksana Pembangunan

Kemampuan aparatur negara diperlukan untuk menggerakkan partisipasi rakyat dalam mendukung pelaksanaan program pemerintah, serta menumbuhkan rasa memiliki dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

Dalam upaya menjadikan aparatur negara yang memiliki kemampuan melaksanakan peningkatan hasil pembangunan, pendayagunaan harus dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi bidang organisasi, tatalaksana, dan kepegawaian. Upaya pendayagunaan ini akan berhasil apabila dalam diri aparatur negara timbul upaya untuk selalu memperbaiki diri dengan cara mengorganisasi kegiatannya dalam berbagai tugas dan fungsinya sesuai dengan tuntutan pembangunan.

Landasan hukum pegawai sebagai aparatur sipil negara terdapat dalam Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-undang ini terbit dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan,

Dalam dokumen Administrasi Kepegawaian Negara (Halaman 64-68)