• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PEMBINAAN NARAPIDANA TENTARA NASIONAL

C. Pembinaan yang Dilakukan oleh Pemasyarakatan Militer

Pasal 256 ayat (1) UU No.31 Tahun 1997 menegaskan kewenangan Masmil (Masmil) adalah melaksanakan pembinaan, namun dalam Pasal 256 ayat (1) UU No.31 Tahun 1997 tersebut masih digunakan kata “penjara” yang pada prinsipnya tidak mencerminkan maksud pembinaan sebagaimana ditegaskan berikut: “Pidana penjara atau kurungan dilaksanakan di Masmil atau di tempat lain menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku” kecuali yang ditegaskan dalam ayat (3) bahwa “Apabila terpidana dipecat dari dinas keprajuritan, pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Umum”, jika dilaksanakan di Lapas maka dasar hukum pembinaannya adalah UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum

tetap berupa perampasan kemerdekaan yang dijatuhkan kepada terpidana yang masih berstatus anggota TNI dilaksanakan di Masmil.

Pelaksanaan putusan dilaksanakan oleh Oditur Militer dimana bahwa Oditur berwenang mengirimkan salinan berita acara pelaksanaan putusan Pengadilan yang ditandatangani oleh Oditur, Kepala Masmil, dan Terpidana kepada Pengadilan yang memutus, Atasan yang Berhak Menghukum, dan Perwira Penyerah Perkara, selanjutnya salinan berita acara pelaksanaan putusan yang diterima Pengadilan tersebut dicatat oleh Panitera dalam buku register pengawasan dan pengamatan. Ketentuan ini ditegaskan dalam Pasal 263 ayat (1) UU No.31 Tahun 1997.

Mengenai kewenangan pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan putusan dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat (Hakim Wasmat). Para Kamasmil mempunyai kewajiban untuk melaporkan kepada Hakim Wasmat yang melakukan kunjungan atau pemeriksaan di Masmil mengenai hal-hal sebagai berikut:99

1. Kebenaran tentang pelaksanaan pidana yang dijatuhkan; 2. Perlakuan terhadap para Narapidana TNI;

3. Tata kehidupan antara sesama Narapidana TNI;

4. Sistim pembinaan yang diterapkan kepada Narapidana TNI; 5. Himpunan data mengenai perilaku Narapidana TNI; dan

6. Evaluasi mengenai hubungan antara perilaku Narapidana TNI dengan pidana yang diterimanya.

Sehubungan dengan itu dalam Pasal 262 ayat (4) UU No.31 Tahun 1997 ditentukan terhadap Hakim Wasmat mengadakan pengamatan untuk bahan penelitian

99

Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/792/XII/1997 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer, hal. 102.

demi ketepatan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku Narapidana atau pembinaan di Masmil serta pengaruh timbal balik terhadap Narapidana selama menjalani pidananya.

Oleh karena dalam Pasal 256 ayat (1) UU No.31 Tahun 1997 masih digunakannya kata “penjara” yang pada prinsipnya tidak mencerminkan maksud pembinaan, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/792/XII/1997 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer dapat dipahami secara umum pembinaan terhadap Narapidana TNI mencakup pelaksanaan rehabilitasi yaitu suatu upaya atau kegiatan dilakukan dalam rangka mengembalikan suatu keadaan narapidana TNI yang tidak baik kepada kondisi yang baik sehingga pelaksanaannya mengarah kepada konsep pembinaan bukan konsep kepenjaraan.

Melalui Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/792/XII/1997 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer dijadikan sebagai dasar pembahasan dalam sub bab ini yang di dalamnya diatur berbagai macam dan bentuk pembinaan teradap Narapidana TNI dan hingga sampai saat ini sebagai dasar pelaksanaan pembinaan Narapidana TNI di Masmil adalah Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/792/XII/1997 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer.

Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/792/XII/1997 disebutkan bahwa kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan di Masmil ditujukan kepada Narapidana TNI, maka dengan sendirinya kegiatan tersebut merupakan upaya

untuk membina para Narapidana TNI agar nantinya setelah selesai melaksanakan pidananya dapat kembali menjadi Prajurit Sapta Marga. Berhasil atau tidaknya kegiaan pembinaan tersebut, tidak terlepas juga daripada sikap maupun tingkah laku dari petugas Masmil, oleh sebabnya petugasnya harus mengetahui dan melaksanakan ketentuan yang berlaku, larangan serta kewajiban-kewajibannya.

Setiap petugas di samping menunjukkan sikap tegas dan berdisiplin, harus juga memiliki sifat kemanusiaan, kejujuran, dan kecakapan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya di dalam melaksanakan tugasnya. Setiap petugas harus bisa menjadi contoh tauladan terhadap para Narapidana TNI serta memberikan perlakuan yang sama terhadap para Narapidana TNI tanpa memandang suku dan agama. Sedapat mungkin kebiasaan dalam agama serta adat istiadatnya juga harus diperhatikan. Terhadap petugas Masmil yang tidak mengindahkan ketentuan tersebut akan diambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehubungan dengan itu, terhadap para petugas ditentukan larangan sebagai berikut:

1. Menerima hadiah atau pinjaman baik dalam bentuk uang maupun barang dari Narapidana TNI atau keluarganya;

2. Menerima hadiah baik langsung ataupun tidak langsung dari orang lain yang ada hubungannya dengan Narapidana TNI;

3. Membawakan barang atau alat milik Narapidana TNI ke dalam maupun ke luar Masmil dengan maksud yang tidak wajar; dan

4. Membawa/menganjurkan Narapidana TNI untuk keluar dari Masmil guna menemui keluarga namun tujuannya agar petugas tersebut mendapatkan imbalan berupa uang.

Dalam hal kewajiban yang wajib dilakukan para petugas dalam Masmil adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing;

2. Membantu Kamasmil untuk ikut mengawasi segala tingkah laku para Narapidana TNI sehari-hari; dan

3. Melaporkan semua pelanggaran atau permasalahan yang terjadi di lingkungan Masmil kepada Kamasmil untuk diselesaikannya sebagaimana mestinya.

Ditentukan pula larangan terhadap para Narapidana TNI agar tidak diperkenankan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Para Narapidana TNI tidak diperbolehkan memakai tanda pangkat ataupun atribut TNI lainnya selama melaksanakan pidananya melainkan harus disimpan pada Urusan Penitipan Barang di Masmil;

2. Tanpa ijin dari petugas, para Narapidana TNI dilarang berada di tempat lain selain yang telah ditentukan baginya;

3. Setiap Narapidana TNI dilarang membuat kegaduhan, baik dengan ucapan maupun dengan tindakan-tindakan sehingga ketenteraman di Masmil terganggu;

4. Setiap Narapidana TNI dilarang membuat tulisan, lukisan ataupun coretan pada bagian bangunan serta benda-benda lain di Masmil; dan

5. Setiap Narapidana TNI dilarang menambah, mengurangi serta merubah barang-barang atau peralatan yang dipercayakan kepadanya, sehingga keadaannya menjadi tidak sesuai dilihat dari segi keamanan, kebersihan, dan keindahan.

Bidang-bidang kegiatan yang dilakukan di Masmil dalam rangka melakukan pembinaan terhadap para Narapidana TNI meliputi: pembinaan pendidikan, keterampilan, olah raga, kesenian, dan lain-lain. Kegiatan dalam bidang pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat pokok dalam rangka pembinaan terhadap Narapidana TNI. Pembinaan dalam bidang pendidikan ini meliputi:

1. Pembinaan Rohani. Meliputi pemberian pelajaran atau ceramah-ceramah yang berkaitan dengan keagamaan dan pemberian kesempatan kepada para Narapidana TNI untuk melaksanakan ibadah sesusi dengan agamanya;

2. Bintara Juang. Meliputi: Pelestarian nilai-nilai-45; Sapta Marga; Sumpah Prajurit100

100

Moch. Faisal Salam, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Op. cit., hal. 153. Pengertian “militer” dan “prajurit” adalah sama, hanya yang berbeda adalah selera pengguanaan istilah saja atau penerapannya oleh pembentuk undang-undang.

; Delapan wajib TNI; Nilai-nilai sejarah perjuangan TNI; Kesadaran nasional; Etos kerja; Bin MATRA (AD, AL, AU); Mental ideologi; Penyuluhan hukum; penerapan Peraturan Militer Dasar (Permildes) misalnya: Peraturan Baris-Berbaris (PBB), Peraturan Penghormatan Militer (PPM),

Peraturan Disiplin Militer (PDM), Peraturan Urusan Dalam (PUD), dan Peraturan Dinas Garnisum (PDG).

Uraian mengenai pelaksanaan pembinaan dalam bidang pendidikan ada 3 (tiga) yakni: bersifat pokok; bersifat penunjang; dan rohani. Pembinaan peniddikan yang bersifat pokok berlaku ketentuan berikut:

1. Dilaksanakan sebagaimana yang berlaku di Masmil; 2. Diberikan di ruang kelas yang telah tersedia di Masmil;

3. Banyaknya jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran disesuaikan dengan jenis mata pelajaran yang diberikan;

4. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit;

5. Diadakan test setiap mata pelajaran yang telah selesai diberikan dengan maksud untuk mengetahui sampai dimana kemampuan tiap Narapidana TNI menghayati dan menyerap pengetahuan yang diberikan kepadanya; dan

Bidang pendidikan yang bersifat penunjang secara teori diberikan di dalam ruang kelas dan praktiknya dilaksanakan di lapangan, berlaku:

1. Untuk pelajaran teori setiap jam mata pelajaran lamanya 45 menit;

2. Banyaknya pelajaran untuk setiap mata pelajaran disesuaikan dengan jenis mata pelajaran yang diberikan;

3. Kepada Narapidana TNI diberikan kesempatan untuk memilih jenis mata pelajaran yang diminatinya dengan pertimbangan harus tetap juga mengikuti semua mata pelajaran keterampilan yang diberikan; dan

4. Diadakan test ketarampilan di lapangan terhadap masing-masing pelajaran yang diminatinya.

Pembinaan di bidang pendidikan yang bersifat rohani adalah pembinaan yang diberikan berdasarkan sudut pandang religi atau keagamaan. Melalui pemberian ceramah-ceramah agama agar dijadwalkan dan diberikan di ruang kelas. Pemberian kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut Narapidana TNI yang bersangkutan misalnya untuk yang beragama Islam ditekankan melaksanakan Sholat lima waktu dan melaksanakan Sholat Juma’at dan lain sebagainya. Untuk yang beragama Nasrani diharuskan melaksanakan kebaktian setiap pada hari minggu. Begitu pula bagi Narapidana TNI yang memeluk agama lainnya tetap diberikan kesempatan melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama yang dianutnya.

Mengenai waktu yang disiapkan untuk keperluan belajar, melakukan pekerjaan serta keperluan istirahat, hendaknya diupayakan dibuat berimbang dengan maksud agar mengindari perasaan jenuh di kalangan Narapidana TNI, memberikan cukup waktu untuk meresapkan setiap ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya baik dari pembina maupun pengajar, serta menjaga kondisi para Narapidana TNI agar selalu sehat dalam menjalani masa pidananya di Masmil.

Kegiatan dalam bidang keterampilan merupakan pendidikan yang bersifat penunjang dan merupakan kegiatan yang diberikan kepada para Narapidana TNI dengan maksud untuk mengurangi rasa jenuh selama melaksanakan pidananya dan dapat berguna bila selesai menjalankan pidana. Bidang-bidang keterampilan ini meliputi: pengetahuan pertanian, pengetahuan pertukangan kayu, pengetahuan

perikanan, pengetahuan menjahit, pengetahuan anyam-menganyam, dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan dalam keterampilan ini disesuaikan dengan sarana yang tersedia di masing-masing Masmil.

Selain memberikan pengetahuan keterampilan terhadap Narapidana TNI, di luar jam kerja kepada Narapidana TNI juga diberikan pekerjaan untuk kepentingan dinas yang jenis dan waktunya ditentukan oleh Kamasmil. Beberapa hal yang diperhatikan dalam pemberian pekerjaan adalah:

1. Dengan pekerjaan tersebut, para Narapidana TNI melakukan pemeliharaan kesehatan, mengembangkan dan mempertinggi daya maupun keterampilan kerja;

2. Pemberian pekerjaan tersebut jangan sampai menimbulkan kesan sebagai pengurus tenaga Narapidana TNI dengan dalih untuk kepentingan dinas serta lamanya kerja tidak dibenarkan sampai 8 (delapan) jam dalam satu hari; 3. Jika ada hasil pekerjaan yang dapat dipasarkan, maka kepada Narapidana TNI

yang bersangkutan wajib diberikan imbalan yang ditentukan oleh Kamasmil yang disesuaikan dengan nilai serta volume hasil pekerjaan tersebut; dan 4. Imbalan yang diterima Narapidana TNI yang bersangkutan tersebut ditabung

secara tercatat untuk keperluan Narapidana itu sendiri sewaktu-waktu atas ijin Kamasmil.

Kegiatan lainnya yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas pembinaan di Masmil adalah kegiatan olah raga. Kepada para Narapidana TNI diberikan juga ksemepatan untuk melakukan kegiatan olah raga dalam waktu yang

cukup dan apabila perlu serta dengan pertimbangan keamanan yang mengijinkan dapat dilakukan di luar Masmil di bawah pengawasan dan penjagaan petugas yang cukup. Adapun jenis-jenis olah raga tersebut meliputi: Sepak Bola, Bola Volly, Bulu Tangkis, Bola Basket, Tenis Meja, dan lain sebagainya.

Jenis olah raga yang kemungkinan tidak bisa dilakukan di dalam Masmil dan memingkunkan dilakukan di laur Masmil haruslah jenis olah raga yang dilakukan secara bersama seperti Sepak Bola, Bola Volly dan lain-lain. Sementara untuk jenis olah raga perorangan yang dilakukan di dalam Masmil tetap diawasi agar tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan asas-asas pembinaan dan keamanan. Semua perlengkapan dan peralatan alah raga disediakan oleh Masmil dan waktunya diatur oleh Kamasmil. Selain kegiatan olah raga sebagaimana disebutkan di atas, setiap melaksanakan apel pagi, kepada para Narapidana TNI diwajibkan untuk melakukan senam pagi bersama. Diadakan pula latihan kesemaptaan jasmani dan bela diri. Dalam hal kegiatan kesenian, terhadap para Narapidana TNI seharusnya diberikan waktu untuk melakukan kegiatan kesenian, misalnya latihan musik, sandiwara dan lain-lain. Kegiatan tersebut, di samping sebagai penyaluran minat dan bakat juga sebagai sarana hiburan.

Perpustakaan pada setiap Masmil hendaknya disediakan yang isi buku- bukunya bernuansa keagamaan, ilmu pengetahuan dan lain-lain yang berguna untuk membantu dan menambah pengetahuan para Narapidana TNI. Tetapi dilarang terhadap buku-buku yang isinya dapat mempengaruhi jiwa Narapidana TNI atau

kemungkinan dapat berakibat buruk atau kurang baik dampaknya bagi Narapidana TNI.

Dalam hal menerima kunjungan keluarga dan tamu Narapidana TNI, para Narapidana TNI diberikan kesempatan untuk menerima kunjungan dari keluarga maupun rekannya. Kunjungan dilaksanakan pada tempat yang telah disediakan dan kalau memungkinkan, penentuan tempat tersebut dibagi menurut klasifikasi Narapidana TNI dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan. Kunjungan dilakukan pada hari kerja atau pada hari-hari besar tertentu (hari raya agama yang diakui Pemerintah) seperti: hari kerja Senin sampai dengan Kamis jam 10.00 WIB s/d 12.30 WIB dan hari libur/besar jam 10.00 WIB s/d 12.30 WIB.

Begitu pula dalam hal kiriman barang-barang dari setiap pengunjung maupun rekan-rekannya yang dapat diterimakan kepada Narapidana TNI berupa: alat-alat untuk membersihkan badan sepanjang alat-alat tersebut tidak membahayakan; minuman yang tidak mengandung alkohol dan tidak memabukkan; dan makanan- makanan yang tidak perlu dimasak lagi. Selain itu, diperbolehkan pula alat-alat olah raga sepanjang alat-alat tersebut baik bentuk maupun keadaannya tidak dapat digunakan untuk usaha-usaha melarikan diri atau untuk membuat gangguan ketertiban di dalam Masmil.

Buku-buku bacaan yang tidak dilarang oleh yang berwajib dan tidak boleh dikirimkan secara berlebihan serta jumlahnya harus dibatasi. Kamasmil akan menentukan lebih lanjut tentang jumlah dan jenis barang kiriman yang harus diterima oleh Narapidana TNI setelah melalui pemeriksaan petugas. Sebab, pada waktu

berkunjung tamu-tamu wajib lapor terhadap petugas dan melalui pemeriksaan serta dilarang membawa senjata tajam maupun alat-alat lain yang membahayakan.

Terhadap Narapidana TNI yang berkelakuan baik dan telah memenuhi syarat- syarat yang telah ditentukan pada setiap tanggal 17 Agustus dapat diusulkan untuk diberikan remisi atau pengurangan masa pidana dengan tujuan pemberian remisi tersebut adalah sebagai dorongan bagi para Narapidana TNI agar selalu berkelakuan baik selama melaksanakan pidananya.

Remisi diberikan harus terlebih dahulu ada dilakukan penilaian dan penghargaan dari Kamasmil terhadap Narapidana TNI. Penilaian dilakukan secara berkala terhadap Narapidana TNI dengan maksud agar petugas mengetahui apakah pembinaan yang dilakukan tersebut berhasil atau tidak, dapat menentukan sikap atau langkah selanjutnya yang akan dilakukan apakah Narapidana TNI tersebut masih bisa dibina atau kemungkinan disarankan kepada DANSAT-nya untuk diberhentikan secara tidak hormat. Penilaian itu juga dilakukan sebagai dorongan atau rangsangan terhadap para Narapidana TNI untuk selau berbuat baik selama melaksanakan pidananya dan pada akhirnya mendapatkan remisi dari Kamasmil.

Selama menjanai masa pidananya, Narapidana TNI yang berbuat baik patut dipuji dan diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan tersebut sebagai dorongan agar para Narapidana TNI selalu berbuat baik dan menambah rasa tanggung jawab dalam rangka memasyarakatkan dirinya. Bentuk penghargaan tidak boleh berupa bahan pokok kebutuhan sehari-hari melainkan memberikan fasilitas tertentu. Bagi Narapidana TNI yang selalu menunjukkan tingkahlaku yang baik atau telah berjasa

besar terhadap negara, dapat diusulkan untuk memperoleh remisi, baik sebagaian atau seluruhnya.

Apabila Narapidana TNI mengalami sakit dan mesti harus ditangani oleh dokter ahli di bidangnya, maka harus diperlukan ijin berobat yang dikeluarkan oleh Kamasmil. Perobatan itu dilakukan ke laur dari Masmil apabila tidak tersedia unit kesehatan tertentu sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Penunjukan dokter hali tersebut harus pula melalui dokter TNI yang telah memeriksa penyakit Narapidana TNI tersebut. Apabila Narapidana TNI yang bersangkutan harus dirawat di rumah saki, maka harus di rumah sakit TNI agar memudahkan pengawasan dan tetap dalam pengawalan.

Ada kalanya Narapidana TNI yang sedang menjalani masa pidanaya di Masmil diperlukan sebagai saksi dalam persidangan baik dalam perkara perdata maupun pidana, maka harus ada: pemberitahuan dari instansi yang memerlukannya; tetap harus dikawal oleh petugas dari Masmil; dan jika Narapidana TNI tersebut harus menginap di luar Masmil maka tempat menginapnya adalah di Rutan TNI terdekat terhadap tempat tujuan ijinnya. Berbeda dengan dalam kondisi penyidikan terhadap Narapidana. Penyidikan jika diperlukan terhadapnya, maka penyidik harus melakukan penyidikan itu tetap berada di dalam Masmil dan petuas penyidik diijinkan untuk memasuki Masmil.

Pemberian ijin lainnya seperti mengunjungi kelaurganya sendiri (misalnya: Istri, Suami, anak-anak yang masih dalam tanggungan) yang sakit keras atau meninggal dunia. Diberikan pula ijin dalam hal menjadi wali untuk pernikahan

anaknya dan hal ini hanya dapat dimintakan ijin dari Kapusmasmil dan diketahui Kepala Pengadilan Militer setempat selaku Hakim Pengawas dan Pengamat (Hakim Wasmat). Mengenai tanggungan biaya-biaya ijin keluar dari Masmil terkait dengan urusan pribadi Narapidana TNI ditanggung sendiri olehnya atau kelaurganya.

Setiap Narapidana TNI diberikan pula kesempatan untuk mengirim atau menerima surat dari keluarga atau kesatuannya dan harus diperiksa oleh petugas Masmil terlebih dahulu. Terhadap suart-surat yang isi dan maksudnya dapat mempengaruhi Narapidana TNI untuk berbuat melanggar ketentuan di Masmil, maka petugas harus membatasinya dan tidak perlu diteruskan kepada yang bersangkutan.

Setiap Narapidana TNI dapat mengajukan surat permohonan ataupun pengaduan yang ditujukan kepada Kamasmil baik mengenai perlakuan ataupun perawatan yang diberikan oleh petugas Masmil yang tidak sesuai pada tempatnya maupun mengenai persoalan yang menyangkut dirinya sendiri. Terhadap Narapidana TNI sebagai pelaku dengan sengaja mengajukan permohonan atau membuat surat pengaduan yang tidak benar serta isinya bersifat fitnah atau menghina baik terhadap sesama Narapidana TNI maupun petugas, maka terhadap pelaku (oknum) harus diambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Masmil.

Sebagai bagian dari pembinaan Narapidana TNI, perlu pula diperhatikan kesejahteraan terhadap Narapidana TNI misalnya di dalam Masmil disediakan kantin yang menyediakan barang-barang keperluan sehari-hari dimana barang-barang tersebut tidak diberikan oleh Masmil serta dijual dengan harga yang patut dan tidak dibenarkan memungut keuntungan yang besar. Dalam hal ini Kamasmil membuat

ketentuan lebih lanjut mengenai waktu dan lamanya kantin tersebut dibuka, macam dan jenis barang yang boleh dijual serta daftar harga dan lain-lain yang dianggap perlu.

Selama melaksanakan kegiatan pembinaan di Masmil, jika ada Narapidana TNI yang melakukan pelanggaran tata tertib yang berlaku di Masmil, maka petugas melalui kewenangan Kamasmil harus memberikan sanksi. Misalnya tindakan paksa dilakukan terhadap Narapidana TNI (pelaku) yang sengaja tidak taat ataupun melakukan pelanggaran terhadap tata tertib Masmil. Tujuannya adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan agar Narapidana TNI yang lainnya tidak mengikuti jejak atau langkah dari rekannya yang melakukan pelanggaran tersebut. Hukuman yang dijatuhkan terhadapnya berupa pengasingan dari Narapidana TNI yang lainnya serta dimasukkan ke dalam kamar atau sel khusus untuk tidak lebih dari 8 (delapan) hari. Hukuman yang dijatuhkan tersebut dicatat dalam Register Hukuman Tatib Masmil.

Perlakuan terhadap Narapidana TNI yang dipidana mati harus ditempatkan di kamar sel khusus yang terpisah dari sel kamar sel lainnya. Kepadanya diberikan kesempatan untuk membersihkan diri/mandi dan menghirup udara segar. Sekalipun pidana mati yang dijatuhkan oleh Hakim sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap artinya terpidana mati tidak memohon banding, tidak memohon grasi, bahkan menerima pidana tersebut, namun pidana mati belum boleh dilaksanakan sebelum

turun keputusan dari Presiden mengenai pelaksanaannya. Hal ini diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No.3 Tahun 1950 LN No.40 Tahun 1950 tentang Grasi.101

Pelaksanaan pembinaan di Masmil dilakukan sampai pada akhirnya Narapidana TNI yang bersangkutan bebas dari pelaksanaan hukuman pidanan atau pembebasan. Pembebasan terhadap Narapidana TNI yang dibina di Masmil harus berdasarkan surat keputusan ataupun pemberitahuan secara tertulis dari instansi yang menitipkan (misalnya instansi yang menitipkan itu adalah Pengadilan Militer). Kelengkapan administrasi berupa surat perintah pembebasan dibuat oleh Kamasmil. Kamasmil menyerahkan Narapidana TNI tersebut kepada instansi yang menitipkan. Sebelum melaksanakan pembebasannya, Narapidana TNI yang akan dibebaskan itu wajib mengisi formulir angket yang disediakan guna sebagai bahan evaluasi pentelenggaraan pemasyarakatan di Masmil.

101

SR. Sianturi, Hukum Pidana Militer di Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Tentara Nasional Indonesia, 2010), hal. 75.

Dokumen terkait