• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: Tinjauan Teoretis

B. Pembinaan Ibadah Shalat

1. Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Pembinaan adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.”23

Arti dapat ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiks-an sehingga menjadi “proses, perbuatan, atau cara.” Sementara menurut Poerwadarminta dalam Shochibul Hujjah, mengartikan pembinaan dengan “pembangunan dan pembawaan”.24

Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan pembangunan atau pembawaan.

22

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 129

23

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 152

24

Shochibul Hujjah, Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta, 2011), h. 27

25

Sedangkan menurut Abdur Rahim, “Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentusaja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.25

Pembinaan merupakan segala usaha, ikhtiar, dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.26 Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh S. Hidayat, bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar terencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan subjek didik dengan tindakan, pengarahan, bimbingan, pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.27

Dari beberapa definisi pembinaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu upaya yang dijalankan secara sistemik sebagai usaha menuju pada perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, ciri-ciri pembinaan adalah:

25

Abdur Rahim, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67

26

Masdar Hilmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973), h. 53

27

Jumhur dan Muh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1987), h. 25

a. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan.

b. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah.

c. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan.

d. Pembinaan diartikan sebagai usaha menata kondisi yang pantas.28 Agar langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dapat terlaksana dengan efektif, perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:

a. Menganalisis kebutuhan lembaga, kebutuhan tugas dan kebutuhan siswa.

b. Menentukan sasaran dan materi program pembinaan. c. Menentukan metode dan prinsip yang digunakan. d. Mengevaluasi program pembinaan.29

2. Macam-Macam Pembinaan30

Pembinaan secara umum ada beberapa macam, yaitu: a. Pembinaan Orientasi

Pembinaan ini diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan kerja. Bagi orang yang sama sekali

28

Hadi Suyono, Social Intelegence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 180

29

Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 139

30

Juli Astuti, Pembinaan Shalat Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 10-11

27

belum berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok.

b. Pembinaan Kecakapan

Pembinaan ini untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki/mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Pembinaan Kepribadian

Pembinaan ini menekankan pada pengembangan sikap dan kepribadian. Bagaimana untuk membantu orang agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran/cita-cita hidup yang sehat dan benar.

d. Pembinaan Kerja

Pembinaan ini diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya. Pada dasarnya pembinaan ini diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu.

e. Pembinaan Penyegaran

Pembinaan ini hampir sama dengan pembinaan kerja. Pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada.

f. Pembinaan Lapangan

Pembinaan ini bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam situasi nyata agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini

membantu peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja di tempat yang dikunjungi. Hal ini dapat memberi pandangan dan gagasan yang baru dan segar.31

Pembinaan jika dikaitkan dengan pengembangan manusia merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan pembinaan adanya dari sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan.32 Pembinaan terhadap anak usia dini ini terdiri dari dua hal, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan ibadah shalat terhadap anak usia dini merupakan pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama.

3. Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat

Ibadah secara bahasa artinya taat atau patuh,33 sedangkan dari segi istilah ibadah bermakna semacam kepatuhan sampai pada batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah.34

Menurut Syeikh Syaltut dalam Mochtar Effendy, bahwa ibadah yaitu semua amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yang didasari dengan rasa ikhlas.35 Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang

31

Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.11

32

Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, h. 11

33

Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam,(ttp. central media, tt), h. 29

34

Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam, h. 33

35

Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT. Widyadara, 2001), h. 360

29

dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan tujuan untuk mencari ridha Allah.36

Mencermati ketiga definisi tersebut, menurut kesimpulan penulis, ibadah yaitu segala kegiatan yang semata-mata dikerjakan berdasarkan pada memperhambakan diri kepada Allah SWT.

Sedangkan kata shalat menurut bahasa “berdoa”, dan menurut istilah ialah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mempunyai pengertian mengkonsentrasikan akal pikiran kepada Allah untuk sujud kepada-Nya dan bersyukur serta meminta pertolongan kepada-Nya atau berarti doa.37 Imam Taqiyuddin dalam Machful memberikan komentar tentang pengertian shalat, bahwa shalat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah bermakna suatu ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dengan beberapa syarat.38

Muhsin Qira‟ati berpendapat bahwa shalat juga bisa dijadikan sarana besyukur kepada Tuhan atas segala nikmat-nikmat-Nya. Kedudukan shalat dalam Islam sebagai bendera. Ia merupakan tanda bagi agama Islam. Rasul Saw., Bersabda, “shalat adalah dasar dan tiang agama.”39

Berdasarkan dari beberapa pengertian shalat di atas penulis menyimpulkan, bahwa pada hakikatnya shalat itu berhadapannya hati

36

Depag, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), h. 385

37

Machful. M, Meninggalkan Shalat, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1992), Cet 1, h. 15

38

Machful. M, Meninggalkan Shalat, h. 16

39Muhsin Qira‟ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1990), Cet. 1, h. 62

(jiwa) kepada Allah, hadap yang mendatangkan rasa takut, mengakui kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Kemudian shalat yang diberi batasan sebagai sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka oleh takbir dan diakhiri salam juga merupakan simbol bentuk ketundukan dan kepasrahan seseorang kepada Tuhan. Setelah takbir pembuka dalam shalat seseorang dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan Allah, yaitu pencipta seluruh alam raya.

Dan dari pengertian tentang ibadah dan shalat yang sudah penulis simpulkan di atas, penulis menyimpulkan, bahwa ibadah shalat adalah segala bentuk kegiatan untuk memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.

Shalat merupakan keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah Saw dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah shalat diawali dengan peristiwa Isra Mikraj. Allah SWT langsung mengundang Rasulullah Saw ke langit. Nilai strategis dan keistimewaan shalat sudah tidak terbantahkan lagi. Menurut Ratmiyati ada beberapa keistemawaan shalat,40 diantaranya:

a. Amalan pertama yang diwajibkan atas Rasulullah Saw. b. Tiang yang menyangga bangunan Islam.

c. Pembeda atau pemisah antara seorang Muslim dan kafir.

40

Ratmiyati, Merindukan Shalat, (http://www.mail-archive.com/smun65@yahoogroups. com/msg00210.html), h. 2

31

d. Amalan yang pertama dihisab.

e. Kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup. f. Penggugur dosa-dosa.

g. Kunci kesuksesan seorang hamba.

h. Sarana pengundang datangnya pertolongan Allah.

i. Saat istimewa bagi seorang hamba, karena ia bisa berhadapan langsung dengan Tuhannya.

32

RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL

A. Sejarah Berdiri

Cikal bakal pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tak bisa dilepaskan dari keberadaan Yayasan Ala Hamid wa Basyir Cakung Jakarta Timur, selaku induk naungan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat untuk mempersiapkan putra-putrinya di pendidikan formal.1

Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas di Sekolah Dasar adalah anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Atfhal, Taman Bermain, dan sejenisnya. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuannya untuk memasuki Sekolah Dasar. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dengan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah mengalami kejutan dan tidak dapat menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia pra sekolah.2

Berdasarkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ingin menjadi mentari pagi yang selalu menyinari kegelapan. Seperti ilmu pengetahuan yang telah menyinari manusia dari kebodohan dan kebatilan.

1

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2012), h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.

2

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.

33

Sesuai dengan namanya, “Insanul Kamil” yang berarti “manusia paripurna (sempurna)”, berusaha mencetak generasi paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK. Karena Raudhatul Atfhal Insanul Kamil memiliki semangat untuk maju membina anak bangsa menuju ridho Allah SWT.3

Maka atas inisiatif Hj. Nuroniyah, S.Pd.I –yang kelak menjadi Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil– setelah bermusyawarah dengan segenap jajaran pengurus dan anggota Yayasan Ala Hamid wa Basyir, serta beberapa tokoh masyarakat di Pulo Gebang Indah Blok K4 Cakung Jakarta Timur disepakati untuk membentuk pendidikan pra sekolah yang kental dengan nuansa keagamaan.4

Oleh sebab itu dibentuklah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil pada tahun 1989, pada awal berdiri bernama Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir dan berdomisili di Jl. Raya Bekasi km. 23,5 Cakung, Jakarta Timur. Di bawah naungan Yayasan Ala Hamid wa Basyir. Kemudian pada tahun 1997 Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir berganti nama menjadi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5

Dalam perjalanannya, Raudhatul Atfhal Insanul Kamil banyak memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan dan mengalami pasang surut. Akan tetapi, semangat juang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut dan akan selalu berkobar seiring

3

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

4

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

5

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.

dengan perubahan zaman dan globalisasi. Dan tentu saja, untuk menegakkan syiar agama Allah di bumi ini.6

Dengan dedikasi yang tinggi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil selalu berusaha membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK. Untuk mewujudkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil melakukan strategi pendidikan dan pengajaran yang berbasis Islami, menyenangkan, dan mengedepankan akhlakul karimah. Juga ingin menanamkan IMTAQ dalam diri peserta didik, serta IPTEK yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan perkembangannya. Oleh sebab itu, 5 bidang pengembangan yang menjadi acuan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sesuai dengan KTSP yang berlaku, yaitu ASK (Akhlakul Karimah, Sosial Emosional, dan Kemandirian), PAI (Pendidikan Agama Islam), Bahasa, Kognitif, dan Fisik Motorik.7

Saat ini Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berlokasi di Pulo Gebang Indah Blok. K4 No. 36, Cakung, Jakarta Timur.8

B. Visi Misi dan Tujuan

Dokumen terkait