• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: Tinjauan Teoretis

B. Visi Misi dan Tujuan

3. Tujuan

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun informal. b. Menanamkan jiwa religius pada peserta didik.

c. Mengembangkan kemampuan IPTEK yang sejalan dengan Iman dan Taqwa.

d. Menghasilkan lulusan peserta didik yang mampu menerapkan konsep IPTEK dalam kehidupan sehari-hari.10

3. Tujuan

a. Membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK.

b. Mengembangankan intelegensi peserta didik yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.

c. Menjadikan peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya dalam lingkungan sosial yang edukatif dan menyenangkan.

d. Menjadikan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sebagai Raudhatul Athfal yang menghasilkan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akademik dan non akademik.11

9

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6, wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

10

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

11

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

C. Sarana dan Prasarana

Raudhatul Atfhal Insanul Kamil saat ini telah mendapatkan akreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun 2011. Dan memiliki standar bangunan yang ideal untuk sebuah Raudhatul Athfal, dengan klasifikasi luas tanah 324M2 dan luas bangunan 189M2. Yang berada di bawah naungan Yayasan Insanul Kamil dengan NPWP: 02.182.687.0-006.000.12

Pada bangunan tersebut terdapat perpustakaan, loker anak, box holder, TV, satu komputer dan laptop, fasilitas untuk bermain anak didik di luar lapangan, dan alat-alat untuk proses pembelajaran dan bermain, seperti buku-buku perpustakaan berjumlah 20, 2 set balok bangunan, 3 buah boneka, 5 mobil-mobilan, 10 puzzle, 1 bola basket, 2 bola kaki, 3 boneka tangan, 1 simpai, 5 angklung, 2 timbangan, dan 3 tape recorder. Sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah:

Tabel. 1

Sarana dan Prasarana Raudhatul Atfhal Insanul Kamil

NO FASILITAS SARANA

DAN PRASARANA

JUMLAH KONDISI

1 Mainan di luar lapangan 6 Baik

2 Balok bangunan 2 set Baik

3 Boneka 3 Baik

4 Mobil-mobilan 5 Baik

5 Puzzle 10 Baik

6 Bola Basket 1 Baik

7 Bola Kaki 2 Baik

8 Boneka tangan 3 Baik

9 Simpai 1 Baik

10 Angklung 5 Baik

11 Timbangan 2 Rusak

12

Wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

37

12 Laptop 1 Baik

13 Komputer 1 Baik

14 TV 1 Baik

15 Tape Recorder 3 Baik

16 Perpustakaan 1 ruang Baik

17 Buku Perpustakaan 20 Rusak

18 Box holder 2 Baik

19 Loker anak 3 Baik

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, pengamatan secara langsung dan wawancara dengan para guru Pembina ibadah shalat13

Sumber pendanaan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil yang digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana serta kegiatan belajar mengajar di sekolah, berasal dari Yayasan Insanul Kamil Hamduna dan Infak Wali murid.

D. Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal 1. Profil Guru Pembina Ibadah Shalat

Guru pembina ibadah shalat berjumlah 5 orang, 2 guru untuk kelompok A dan 3 guru untuk kelompok B. Guru untuk kelompok A terdiri dari Nurhikmah Yanti, beliau alumnus dari UIJ. Dan, Miftahus Sa‟dah alumnus MAN 8 Cakung.

13

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 9, hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan guru-guru pembina ibadah shalat.

Tabel. 2 Guru Kelompok A

No Nama Pendidikan Jenis Kelamin Usia

1 NurhikmahYanti, S.Pd.I Universitas Islam Jakarta (UIJ) Perempuan 32 2 Miftahus Sa'adah MAN 8 Cakung Perempuan 19

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A14

Sedangkan untuk guru kelompok B terdiri dari Khairiah, beliau alumnus STAI Babunnajah. Maemunah alumus STAI Shalahuddin Al-Ayyub dan Rukoyah alumnus Universitas Attahiriyah.

Tabel. 3 Guru Kelompok B

No Nama Pendidikan Jenis Kelamin Usia

1 Khairiah, S.Pd.I

STAI Babunnajah

Perempuan 38

2 Maemunah, S.Pd.I STAI Perempuan 34

14

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat RA Insanul Kamil Cakung Kelompok A.

39 Shalahuddin Al-Ayyub 3 Rukoyah, S.Pd.I Universitas Attahiriyah Perempuan 37

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B15

2. Profil Murid Raudhatul Atfhal

Murid-murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berjumlah 70 orang, 21 murid tergabung dalam kelompok A, terdiri dari 10 murid perempuan dan 11 murid laki-laki. Pada murid perempuan 5 anak berusia 5 tahun dan 5 anak berusia 6 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 4 anak berusia 5 tahun dan 7 anak berusia 6 tahun.

Tabel. 4 Murid Kelompok A No Jenis Kelamin Usia Jumlah 5 Tahun 6 Tahun 1 Perempuan 5 5 10 2 Laki-laki 4 7 11

Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A16

15

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok B.

Dan 49 murid tergabung dalam kelompok B. terdiri dari 21 murid perempuan dan 28 murid laki-laki. Pada murid perempuan 12 anak berusia 6 tahun dan 9 anak berusia 7 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 14 anak berusia 6 tahun dan 14 anak berusia 7 tahun.

Tabel. 4 Murid Kelompok B No Jenis Kelamin Usia Jumlah 6 Tahun 7 Tahun 1 Perempuan 12 9 21 2 Laki-laki 14 14 28

Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B17

E. Historisitas Kegiatan

Sejak berdiri sampai sekarang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sudah beberapa kali mengikuti kegiatan perlombaan. Pada tahun pelajaran 2009-2010 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara III Lomba Menari, Juara III Lomba Menyanyi, Juara Harapan II untuk Shalat Berjamaah. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara I Lomba Menari, dan Juara III Puitisasi al-Qur‟an.

16

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A.

17

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B.

41

Tabel. 5

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2009 – 2010

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Menari Juara III IGRA

Menyanyi Juara III IGRA

Shalat Jama'ah Juara Harapan II IGRA Kalimat Thoyyibah Juara II LBP

Menari Juara I LBP

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan18

Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara Harapan I Lomba Menyanyi Bersama dan Juara I Lomba Asmaul Husna. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara III Puitisasi al-Qur‟an, Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara II Lomba Menari, Juara III Shalawat Badar dan Juara Harapan III Shalat Berjama‟ah.

Tabel. 6

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2010 – 2011

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Menyanyi Bersama Juara Harapan I IGRA

Asmaul Husna Juara I IGRA

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP Kalimat Thoyyibah Juara II LBP

Menari Juara II LBP

Shalawat Badar Juara III LBP Shalat Jama'ah Juara Harapan III LBP

18

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan19

Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan Membaca Iqra yang diadakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, dan menjadi Juara II. Juara Harapan II Puitisasi al-Qur‟an pada perlombaan yang diadakan oleh IGRA. Selain itu mengikuti perlombaan yang diadakan oleh LBP dan berhasil menjadi Juara II Doa Harian, Juara III Puitisasi al-Qur‟an, Juara Harapan I Shalawat Badar dan Juara Harapan I Shalat Berjama‟ah.

Tabel. 7

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2011 – 2012

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Membaca Iqra Juara II Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama

Puitisasi al-Qur'an Juara Harapan II IGRA

Doa Harian Juara II LBP

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP Shalawat Badar Juara Harapan I LBP Shalat Jama'ah Juara Harapan I LBP

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan20

19

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.

20

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.

43 BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama berada di lokasi penelitian. Penulis melihat proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih.1 Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk menjadikan siswa saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya. Sehingga diharapakan siswa mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah dilakukannya. Dan juga guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam pemahaman dan pengucapan bacaan pada ibadah shalat, hal ini dilakukan ketika guru mengajukan pertanyaan yang memancing siswa untuk merespon pertanyaan guru.

Meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas tersebut termasuk komunikasi kelompok kecil. Sewaktu-waktu Guru mengubahnya menjadi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dengan menggunakan metode dialog, yakni guru menjadi komunikator dan siswa menjadi komunikan. Metode dialog ini digunakan apabila para murid bersifat

1

Berdasarkan hasil pengamatan penulis secara langsung pada proses pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat.

responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta.

Kelebihan dari komunikasi antarpribadi ini yakni anak mendapat rangsangan (stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan umpan balik (feed back) pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan ada juga yang sulit.

Oleh sebab itu, guru di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dituntut memiliki keahlian untuk mengajak para murid-murid agar terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tersebut. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.2

Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pembinaan ibadah shalat yang telah dilakukan oleh guru terhadap murid di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, menurut pengamatan penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan tersebut.

Proses pembinaan ibadah shalat yang terjadi di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face). Dan, komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil jika dilihat dari segi sasaran dan situasinya, merupakan komunikasi kelompok

2

Wawancara pribadi dengan NurhikmahYanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

45

dalam bentuk kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih. Kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator, dan pada saat itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.3

Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi ini dilakukan, bahwasanya pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru terhadap murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, merupakan salah satu program wajib yang ada di sekolah tersebut. Program pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ini, untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah.4 Selain itu untuk melatih disiplin waktu, kebersihan sejak dini, kepemimpinan, dan mampu membaca bacaan shalat sejak dini, maka program pembinaan ibadah shalat mulai diterapkan sejak anak terdaftar menjadi peserta didik di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5

Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tersebut, para guru sering kali menggunakan pendekatan komunikasi, salah

3

Wawancara pribadi dengan Miftahus Sa‟adah, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

4

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2013), h. 6

5

Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

satunya adalah dengan pendekatan komunikasi antar pribadi.6 Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pentingnya komunikasi antar pribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif.

Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama.

Komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi.7 Misalnya pribadi guru pembina menyentuh pribadi anak didiknya. Ketika guru pembina ibadah shalat menyampaikan pesan, umpan

6

Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

7

Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

47

balik berlangsung seketika. Guru mengetahui pada saat itu tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah, dan gaya bicara.8

Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) yang dilakukan oleh para guru dengan para murid secara tatap muka melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pembinaan ibadah shalat di dalam kelas. Bagi siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan, diminta untuk mendemonstrasikannya di hadapan teman-teman kelasnya. Sehingga murid yang belum menguasai materi tersebut menjadi paham.9

Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar proses pembinaan ibadah shalat. Dengan bentuk komunikasi ini, hubungan antara guru pembina dengan anak didiknya sangat baik. Sehingga materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh para guru tersebut, sangat membantu anak didik yang mempunyai kesulitan dalam memahami materi pada pembinaan ibadah shalat.

Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi guru pembina ibadah shalat dan guru-guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil lainnya adalah untuk dapat mengetahui secara langsung diri murid selengkap-lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian guru dapat mengarahkan anak didik pada suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran yang efektif.10

8

Hasil pengamatan langsung pada pembinaan ibadah shalat, saat guru pembina sedang memberikan materi tentang cara-caranya sujud atau gerakan sujud di dalam shalat.

9

Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

10

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.

Pada proses pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penulis menemukan beberapa unsur-unsur komunikasi, yakni guru pembina sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran/ pembinaan ibadah shalat) kepada para muridnya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi pelajaran/pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru pembina kepada anak didiknya. Anak didik sendiri sebagai komunikan atau penerima pesan yang telah disampaikan oleh guru pembina tersebut. Sedangkan yang menjadi medianya adalah CD, televisi, dan kertas. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana anak didik dapat memahami ibadah shalat. Selain melalui materi-materi yang sudah di ajarkan oleh guru, juga melalui praktek-praktek yang dilakukan secara langsung.

Penyampaian materi-materi yang diajarkan oleh para guru Pembina dalam pembinaan ibadah shalat melalui beberapa metode pengajaran yang menyenangkan. Penggunaan beberapa metode ini untuk mendukung pola komunikasi pembinaan ibadah shalat.11 Oleh sebab itu metode dan materi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dilaksanakan dalam konteks “bermain sambil Belajar” yang disesuaikan dengan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.12

Untuk menyukseskan pola komunikasi pembinaan ibadah shalat, para guru menerapkan beberapa metode pengajaran. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai berikut:

11

Wawancara pribadi dengan Nurhikmah dan Khairiah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

12

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 12 dan hasil wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat.

49

1. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya atau sebaliknya.

Para guru manyampaikan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil. Setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka guru mempersilahkan kepada anak didik yang hendak bertanya apabila materi yang dijelaskan belum dapat dimengerti dan dipahami. Maka guru akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik.

2. Metode Peraga

Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan gerakan, kejadian, aturan dan urutan yang ada dalam ibadah shalat. Kegiatan di lakukan secara langsung dan melalui penggunaan media komunikasi yang relevan dengan materi yang sedang diajarkan.

Setelah guru memaparkan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa, kemudian guru memberikan sebuah pelatihan kepada murid untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam materi diterima baik atau tidak. Dalam pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh guru, terkadang siswa mendapat ketidakpahaman terhadap materi yang sudah disampaikan. Dengan terjadinya hal tersebut maka siswa langsung bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahami, kemudian

guru menerangkan pertanyaan yang diajukan murid tersebut dengan penerapan pola komunikasi antar pribadi. Dengan begitu terciptalah komunikasi dua arah dikarenakan murid bersikap responsif, mengajukan pendapat/pertanyaan, dengan begitu masalah yang tidak dipahami dapat terjawab langsung

Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ibadah shalat. Dan, dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan. Karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan memperagakannya secara langsung.

Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari maupun latihan secara continue sehingga siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan anak didik dalam proses pembinaan ibadah shalat.13

3. Metode Menghafal

Pada metode menghafal ini para siswa diajarkan untuk menghafal beberapa surat pendek yang biasa dibaca di dalam ibadah shalat. Seperti surat al-Fatihah, al-Ashr, al-Ikhlas dan al-Kautsar, serta bacaan-bacaan lainnya, seperti bacaan yang ada pada adzan, takbiratulikhram, rukuk, sujud dan lain-lain.

13

Wawancara pribadi dengan Miftah Hussaidah dan Maemunah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

51

Metode menghafal ini selain ditujukan untuk menguatkan hafalan para murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil terhadap bacaan-bacaan tersebut. Juga untuk mengetahui bacaan-bacaan apa saja yang sukar untuk di hafalkan oleh anak didik. Sehingga para guru pembina dapat segera mencari solusi yang tepat untuk meminimalisir kesukaran-kesukaran tersebut.14

Metode dan materi di atas mempermudah para guru pembina dalam menyampaikan pesan (materi pembinaan ibadah shalat) kepada anak didiknya. Dan anak didik pun dapat dengan mudah untuk memahaminya. Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh guru pembina ibadah shalat dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa.

Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan`efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan ibadah shalat tersebut. Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampaian

Dokumen terkait