• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembredelan Surat Kabar

Dalam dokumen Pers Di Tapanuli 1945 – 1950 (Halaman 81-88)

PERANAN DAN KONTRIBUSI PERS

4.7. Pembredelan Surat Kabar

Sebagai sumber informasi surat kabar harus mampu menempatkan diri melalui berita-beritanya sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi. Pada masa perang kemerdekaan pers meneriakkan berita perjuangan bangsa. Surat kabar yang terbit awal kemerdekaan tergolong banyak untuk ukuran saat itu, namun tidak semua surat kabar bertahan terbit di daerah pendudukan. Pembredelan yang dilakukan terhadap surat kabar yang berani memberitakan kegiatan Sekutu di Medan bahkan menentangnya mengakibatkan banyak surat kabar yang berhenti terbit atau memindahkan penerbitanya ke daerah yang lebih aman karena sanksi yang diberikan sangat berat. Hanya surat kabar perjuanganlah yang mampu bertahan dengan segala resiko yang harus diterima .

Selain pembredalan yang harus dihadapi oleh para tokoh pers keadaan transportasi atau alat pengangkutan merupakan faktor penghambat pers dapat berkembang dengan sewajarnya. Selama pendudukan Sekutu pers berada dalam posisi yang tidak menguntungkan karena penerbitannya tertekan oleh kebijakan yang dikeluarkan sekutu23

Dengan demikian dapat ketahui bahwa berita-berita yang dimuat surat kabar dapat menghambat tujuan Sekutu untuk menjajah Indonesia. Terbukti dengan dikenakannya sanksi berupa pembredelan terhadap sejumlah surat kabar yang terbit di masa tersebut, .

23

latar belakang pemberian sanski ini karena pers memuat berita tentang kegiatan militer Sekutu di Indonesia. Disamping itu pers mampu memberikan penerangan kepada masyarakat mengenai bentuk pemerintahan yang sudah ada dan harus tetap dipertahankan.

4. 8. Tokoh pers juga pejuang

Berbicara mengenai peranan pers pada masa revolusi tidak terlepas dari perjuangan para tokoh-tokoh pers yang terlibat di dalamnya. Situasi Tapanuli selama perang kemerdekaan boleh dikatakan tidak pernah sepi dari suasana tembak-menembak. Para pejuang republik termasuk tokoh pers harus sangat hati-hati dalam menghadapi Sekutu, oleh karena itu tokoh pers selalu jadi incaran Belanda, sebab dianggap dapat memberi pengaruh besar terhadap rakyat dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.

Sebagaiman sering dikatakan bahwa organisasi pergerakkan dan tokoh-tokoh dan pers merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Pada masa perjuangan bukan hanya tokoh-tokoh pergerakkan saja yang sering ditangkap dan dipenjarakan atau ditahan, tetapi tokoh-tokoh pers juga mengalami hal yang sama sehingga pengalaman pejuang politik dirasakan juga oleh para tokoh-tokoh pers di Tapanuli seperti yang dialami oleh M.H. Manullang salah satu pimpinan redaksi surat kabar Soara Batak di Tarutung.

Selain berjuang melalui pena para tokoh pers juga ikut berjuang secara fisik untuk mempertahankan kemerdekaan, melaui curahan semangat dan tenaga dalam melawan pihak Sekutu. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia orang-orang yang bekerja dalam pers dianggapsebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi atau kepentingan pemerintah kepada masyarakat, demikian juga sebaliknya. Setelah kemerdekaan para

tokoh pers banyak yang menjadi tokoh nasional. Surat kabar bagaikan lembaga pendidikan yang melahirkan banyak wartawan yang kemudian tampil menjadi tokoh politik khususnya di bidang pemerintahan di antaranya Rosihan Anwar, BM Diah, dan Adam Malik.

Pada awal kemerdekaan Indonesia dimana situasi politik dan ekonomi masih dalam suasana kacau dikarenakan Indonesia masih dalam tahap pembentukan lembaga, namun pers tetap terus berjuang mengemban tugasnya sebagai salah satu media pemberi informasi bagi rakyat Tapanuli. Dengan situasi ekonomi yang sulit dikarenakan beberapa faktor seperti banyaknya mata uang yang beredar, kas Negara kosong lantaran biaya perang selama berjuang untuk mencapai kemerdekaan bahkan setelah merdeka pun bangsa Indonesia masih terus berjuang agar diakui secara internasional sebagai bangsa yang berdaulat. Dengan latar belakang seperti inilah para pekerja surat rela bekerja tanpa upah sebagai pengganti lelah mereka. Tidak hanya kondisi seperti itu saja yang mereka alami, untuk membeli kertas pun peecetakan surat kabar tidak mampu, seperti yang dialami surat kabar Suara Nasional yang pernah terbit di Sibolga, dimana pada penerbitan pertamanya para karyawan rela bekerja dengan tidak digaji selama tiga bulan. Bahkan ketika surat kabar perjuangan harus dibredel untuk mendapatkan nasi bungkus pun sangatlah susah, sehingga terkadang mereka mencari makan sendiri-sendiri24

Pejuang pers juga rela meninggalkan keluarga, anak dan istri ketika penerbitannya harus diungsikan ke tempat yang aman atau sebaliknya keluarga diungsikan ke tempat yang aman sementara para pejuang pena ini tetap bertahan di daerah konflik dengan tujuan agar surat kabar ini tetap dapat terbit. Sekutu juga mengadakan show of force serta menggeledah setiap pejuang yang ditemukan kemudian ditahan, oleh karena itu untuk

.

24

mengatasi masalah tersebut terkadang para wartawan ini tidur di kantor di antara tumpukan kertas. Selama menginap di kantor mereka selalu mengerjakan tugas-tugas penerbitan bahkan mereka sampai lupa untuk menjaga kesehatannyadan akhirnya meninggal dunia. Oleh karena itu sewajarnyalah kita memberi penghormatan kepada para pejuang pers yang selalu setia melayani pembacanya yang haus akan informasi khususnya berita-berita tentang perkembangan Indonesia selama perang kemerdekaan berlangsung. Mengingat alat transportasi yangmasih sangat sederhana di masa revolusi, maka penyebarluasan surat kabar pun membutuhkan perjuangan. Mereka yang berada di luar kota harus rela menempuh jarak yang cukup jauh untuk dapat sampai ke tempat yang mereka tuju, semua itu dilakukan dengan berjalan kaki melewati semak belukar yang merupakan nie’mansland (daerah tak bertuan). Kemudian setelah kembali ke tempat asal mereka langsung menyambung pendistribusiannya ke pedalaman, untuk itu para tokoh pers sering tertangkap oleh patroli Belanda, maka selanjutnya mereka dihukum bahkan dipukuli, sementara surat kabarnya langsung dibuang sehingga tidak dapat dipungut kembali25.

Perjuangan para tokoh pers di Tapanuli tidak terlepas dari penerbitan surat kabar yang difungsikan sebagai media untuk menyampaikan kritik ataupun perlawanan terhadap Belanda. Disamping itu surat kabar juga dijadikan sebagai media yang sifatnya sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah.

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Salah satu unsur yang berperan penting dalam menyebarkan informasi serta menumbuhkan kesadaran sekaligus memberi motivasi tentang sesuatu tujuan bagi rakyat adalah pers. Kemampuan yang dimiliki oleh pers dalam menyampaikan informasi kepada seluruh rakyat Tapanuli dalam jangka waktu yang singkat tidak diragukan lagi, oleh karena itu pers atau dalam hal ini surat kabar di Tapanuli berperan aktif sebagai penyebar informasi mengenai seluruh kegiatan ataupun kebijaksanan yang pernah dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa itu. Disamping itu rakyat juga dapat menjadikan pers sebagai sarana penyalur aspirasi dan pendapat, melakukan kritik (kontorl sosial) terhadap penguasa kolonial di Tapanuli dengan memuat berita-berita yang dianggap penting bagi kepentingan rakyat Tapanuli.

Menyadari sepenuhnya bahwa media massa (surat kabar), mempunyai tugas utama sebagai penyebar luas informasi kepada khalayak ramai, maka peranan dan tanggung jawab ini sesungguhnya tidak terlepas dari peran wartawan dalam mengumpulkan, meliput dan sekaligus menulis berita yang pada akhirnya akan disampaikan kepada para pembacanya di Tapanuli.

Awal kemunculan pers di Tapanuli maupun di daerah lain di Nusantara tidak terlepas kaitannya dengan keadaan pada masa kolonial Belanda. Pada masa itu pers muncul sebagai akibat dari kegiatan perdangan yang membuat orang membutuhkan informasi bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pada masa itu konsep nasionalisme

sengaja dikesampingkan, sehingga sebagian surat kabar isinya bersifat keagamaan dan kesukuan.

Surat kabar sebagai salah satu media massa memberikan peranan yang besar bagi bangsa Indonesia, khususnya selama meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Perananya terlihat dalam penyebaran berita proklamasi serta berita-berita perjuangan yang dapat membangkitkan semangat, selain itu surat kabar juga dijadikan sebagai media untuk menyalurkan aspirasi rakyat khususnya dalam melakukan kontrol sosial. Surat kabar yang lahir pada masa itu tidak menitik beratkan pada usaha untuk mencari keuntungan tetapi lebih kepada upaya perjuangan dan pengabdian yang tulus terhadap bangsa dan negara. Di zaman perjuangan pers sejalan dengan pergerakan nasional, surat kabar republiken serta dorongan kearah kemerdekaan tumbuh bersama dan saling memupuk satu sama lain. Berita yang dimuat dalam surat kabar bagi para pejuang dijadikan sebagi gambaran dalam mengambil langkah dalam mengatur strategi perjuangan. Disamping itu sebagian tokoh pers daerah merupakan anggota organisasi pergerakan politik sehingga setelah kemerdekaan banyak diantaranya menjadi tokoh nasional dan akhirnya menjadi pemimpin bangsa.

Kehidupan surat kabar pada masa perang kemerdekaan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan karena mendapat tekanan dari pihak penjajah. Masa perang kemerdekaan banyak surat kabar yang terbit, tetapi secepat pertumbuhannya secepat itu pula surutnya. Bagaimanapun sulitnya ancaman perekonomian dan hambatan lain yang dihadapi didaerah pendudukan namun beberapa surat kabar perjuangan tetap mengemban tugasnya sebagai media yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

5. 2. Saran

Mengingat luasnya cakupan penulisan karya ilmiah ini maka tidaklah heran kalau masih terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, baik berupa sumber yang tidak cukup banyak maupun kurangnya waktu yang diperoleh penulis dalam mengembangkan karya ilmiah ini untuk menuju kesempurnaan maka penulis menerima segala kritik terhadap tulisan ini. Karena melalui kritik yang membangun penulis akan menyadari apa yang menjadi kekurangannya sehingga pada masa yang akan datang penulis mampu menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Terlepas dari kekurangan yang dialami penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis juga menerima segala saran yang diharapkan bisa membangun menuju yang lebih baik lagi. Karena melalui saran yang diperoleh dari pembaca maka terjadi sinergi dan komunikasi antara penulis dan pembaca seperti yang penulis harapkan. Hal inilah yang menjadi tujuan utama penulis pada awal penulisan karya ilmiah ini. Melalui saran ini juga penulis berharap karya ini terus dikembangkan dan disebar luaskan sehingga tujuan penulisan ini tercapai yaitu membuka wawasan tentang Pers di Tapanuli sehingga masyarakat dan pembaca khususnya generasi muda terpancing dan terilhami untuk melakukan penelitian karena masih banyaknya sejarah di daerah ini yang belum digali dan di kembangkan.

Demikianlah penulisan ini disajikan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Semoga karya ilmiah ini membuka pengetahuan kita dan merangang untuk melakukan penulisan-penulisan yang sejenis untuk mengembangkan sejarah daerah kita. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka penulis mempersembahkan karya ini untuk dibaca dan diterima dengan baik ditengah masyarakat serta memberikan penilaian yang objektif.

Dalam dokumen Pers Di Tapanuli 1945 – 1950 (Halaman 81-88)

Dokumen terkait