• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROKLAMASI DI TAPANULI 3.1. Proklamasi di Tapanuli

Dalam dokumen Pers Di Tapanuli 1945 – 1950 (Halaman 53-63)

Pada tanggal 28 Agustus 1945 Mr.T.M.Hasan dan Dr.M. Amir tiba dan bermalam di Tarutung menemui Dr. Ferdinan Lumbantobing dalam rangka memberikan instruksi seperti di daerah lainnya. Kepada Dr.F.L.Tobing diserahkan teks Proklamasi dan susunan gubernur serta residen-residen seluruh Indonesia. Dipihak lain sebuah pesawat terbang Belanda melintas di atas kota Sibolga dengan menyebarkan pamflet yang berisi :

“Belanda akan segera kembali dan tawanan – tawanan harus segera dilepaskan, Hidup Serikat, Hidup Indonesia “

Akibat pamflet yang disebarkan, oleh sebagian orang dari pegawai Belanda dan orang-orang yang telah menikmati keuntungan di zaman pemerintahan Belanda, bekerja untuk membentuk sebuah panitia penyambutan yang disebut dengan nama Committee

Well Come. Panitia ini dianggap sebagai kerikil tajam yang harus diwaspadai, karena

selain bertujuan untuk menyambut kedatangan Belanda juga untuk menghapus perjuangan kemerdekaan. Dalam situasi poltik yang begitu tegang, pada tanggal 28 Agustus 1945, Syariful Alamsyah menerima telegram dari Dr.A.K. Gani yang diantar langsung ke rumahnya yang menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka. Sukarno-Hatta telah memproklamirkan pada tanggal 17 agustus yang lalu. Sebelum Syariful Alamsyah menentukan sikap, Hadely Hasibuan datang menemuinya atas perintah Dr. F.L.Tobing dari Tarutung membawa konsep tentang susunan gubernur, residen-residen seluruh Indonesia dan menteri kabinet. Dalam susunan itu tercantum nama Dr. F. L.Tobing sebagai Residen Tapanuli.

Kedua orang ini kemudian bertukaran pikiran lalu Hadely Hasibuan meneruskan perjalananya ke Bukit Tinggi untuk menemui M. Syafei dan Adinegoro yang termasuk orang Indonesia yang paling tinggi kedudukannya pada masa itu. Pada tanggal 29 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat baik karena pada hari itu adalah Hari Raya Idul Fitri dimana orang-orang akan banyak hadir di lapangan. Oleh karena itu Syariful Alamsyah mengumpulkan stafnya untuk rencana pengumuman berita proklamsi yang sudah pasti. Pada tanggal 29 Agustus 1945 sesuai dengan keputusan bahwa pengumuman berita proklamasi bertempat di lapangan Simare-mare, maka banyak rakyat Tapanuli yang berkumpul baik yang beragama Islam maupun yang bukan beragama Islam. Selanjutnya setelah perayaan Idul Fitri selesai, Syariful Alamsyah naik keatas podium dan mengumumkan :

Indonesia sudah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu. Sukarno-Hatta telah memroklamirkan kemerdekaan Indonesia. Karena itu diperintahkan kepada seluruh rakyat Sibolga-Tapanuli sesudah pulang dari tempat ini segera memasang bendera merah putih di deppan rumahnya masing-masing. Juga diharuskan segera memberitahukan teman-teman yang lain, tetangga-tetangganya yang pada waktu ini kebetulan tidak hadir. Indonesia sudah merdeka, kita tidak mau dijajah lagi. Karena itu sekali lagi ditegaskan segera memasang bendera merah putih dirumahnya masing masing13

Setelah pidato Syariful Alamsyah selesai, rakyat pulang kerumahnya seakan-akan mendapat jiwa baru, jiwa merdeka dan keinginan untuk berjuang. Oleh karena itu situasi kota menjadi bertambah panas. Pada malam harinya serdadu Jepang diperintahkan untuk menangkap Syariful Alamsyah dengan alasan membuat kekacauan. Namun Syariful Alamsyah yang kaya akan pengalaman segera menghilang dan mengadakan rapat dengan teman seperjuangan sehubungan dengan tindakan Jepang tersebut.

.

13

Tim Asistensi Pangdam II/BB, Sejarah Perjuangan Daerah Militer II Bukit Barisan (periode 1945-1950) Mempertahankan Kemerdekaan, Medan : Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1977, hlm. 170.

Semua ex heiho, gyugun, dan orang pergerakan radikal dipanggil untuk mengadakan rapat guna membicarakan dua masalah pokok yaitu :

1. Proklamasi harus dipertahankan dan ditegakkan dengan kerelaan berjuang dan semangat berkorban.

2. Segera mengerakan tenaga pemuda untuk mempertahankan

Tugas ini diutamakan kepada pemuda yang berpengalaman terutama ex heiho dan gyugun untuk merebut senjata dari tangan Jepang sebagai kekuatan mempertahankan Proklamasi. Semua peserta rapat merasa tergugah dan tanpa rasa ragu-ragu segera mendaftarkan diri antara lain : Maraden Panggabean, Bangun Siregar, Situmeang. Mulai sejak itu perampasan senjata Jepang terjadi dimana-mana. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah menangkapi semua panitia Well Come, dari 43 yang terdaftar sebanyak 29 orang tertangkap dan di penjara.

Dalam suasana Hari Raya Idul Fitri, semangat kemerdekaan yang telah didengungkan menjalar ke Tapanuli Selatan. Ketika itu pada tanggal 18 September 1945 di Padang Sidempuan telah terbentuk sebuah badan yang terdiri dari orang-orang terkemuka dan para pemimpin rakyat dengan maksud untuk mengadakan persiapan berkaitan dengan Proklamsi. Badan itu diketuai oleh Radja Junjungan. Badan tersebut mengutus Hamzar Lubis ke Bukit Tinggi menemui M. Syafei, Adinegoro, Chatib Sulaiman dan Basyrah Lubis yang sedikit banyak lebih mengetahui tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Badan ini kemudian memutuskan supaya pengumuman Proklamasi kemerdekaan dan pembentukan KNI (Komite Nasional Indonesia) sebaiknya dilakukan di Tarutung, karena sebagai kota Keresidenan Tapanuli juga lebih muda dalam menyebarkan berita

kemerdekaan keseluruh daerah di Tapanuli. Selain Dr. F. L.Tobing terdapat juga Abdul Hakim dan Sutan Naga. Hasil rapat memutuskan agar Radja Junjungan segera berangkat menuju Tarutung dengan membawa mandat penuh, yang telah ditandatangani oleh M. S. Chatib dan Kari Ahmad Taib atas nama rakyat Mandailing. Isi mandat tersebut antara lain berbunyi :

“ Kami rakyat Mandailing ( Tapanuli ) memberi kuasa penuh kepada Radja Junjungan untuk bermusyawarah dengan yang mulia Dokter Ferdinan Lumbantobing, badan Keselamatan Rakyat dan orang-orang terkemuka di Padang Sidempuan dan Tarutung dengan tujuan :

1. Supaya di Mandailing khususnya dan Tapanuli umumnya diresmikan Proklamasi oleh Sukarno-Hatta yang telah

memaklumkan keseluruh dunia tentang kemerdekaan Indonesia.

2. Supaya di Mandailing khususnya dan Tapanuli umumnya dibentuk Komite Nasional Indonesia sebagai yang diperintahkan oleh Ir. Sukarno, Presiden Republik Indonesia, bahwa ditiap– tiap daerah diseluruh Indonesia mesti didirikan Komite nasional Indonesia yang membantu Presiden.

Segala soal yang berhubungan dengan kedua tujuan diatas berhaklah utusan kami Radja Junjungan untuk memutuskannya dan

memperbincangkannya”

Pada tanggal 12 September 1945, Radja Junjungan, Kari Usman dan Facharuddin Nasution berangkat dari Padang Sidempuan menuju Tarutung untuk membahas isi mandat tersebut. Pada tanggal 14 September, para pemuda di Tarutung dan sekitarnya mengadakan demonstrasi ke kantor Tyokan Jepang, menuntut supaya segala urusan pemerintahan diserahkan kepada pemerintah Indonesia14

14

Kementerian Penerangan, Propinsi Sumatera Utara, Jakarta : 1953, hlm.33.

. Sejak kekalahan Jepang diumumkan pada bulan Agustus, di Tarutung telah terbentuk satu badan yang diberi nama Badan Keselamatan Rakyat (BKR). Badan tersebut bersifat sosial untuk membantu rakyat dengan menjual bahan-bahan pakaian dan makanan dari persediaan Jepang dengan

harga murah. Badan ini diketuai oleh Dr.F.L.Tobing, dibantu oleh Abdul Hakim, Mr. Rufinus L.Tobing, Mr. Silitonga, dan Dr. Luhut L. Tobing15

Dengan surat ketetapan Gubernur Sumatera tanggal 3 Oktober 1945, Dr.F. L.Tobing diangkat menjadi Residen Tapanuli. Oleh karena itu Keresidenan Tapanuli dibuka dengan resmi serta para pegawai Pemerintah Nasional melepaskan diri dari Jepang. Pegawai-pegawai yang sudah dibersihkan dari unsur-unsur panitia Well Come dianjurkan untuk memulai aktifitasnya untuk menjalankan roda pemerintahan. Selanjutnya pada keesokan harinya tanggal 5 Oktober seluruh rakyat Tapanuli diwajibkan mengibarkan bendera merah putih. Puncak perayaan proklamasi di Tapanuli adalah pada tanggal17 Oktober 1945 tepat dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan di kumandangkan di Jakarta. Pada waktu itu berlangsung upacara resmi untuk memperingati

.

Pembentukannya atas kebijaksanaan Dr. F. L.Tobing dengan mengambil alih Cyo

Hook Kai yang dibentuk oleh militer Jepang menjadi BKR berikut semua cabang-

cabangnya. Selanjutnya hasil permusyawaratan Radja Junjungan dengan pengurus BKR di Tarutung menetapkan Abdul Hakim sebagai formatur pembentukan Komite Nasional Indonesia di Tapanuli. Dengan terbentuknya KNI di Tapanuli, maka dengan sendirinya BKR menjadi bubar. Seluruh inventarisserta tugasnya dilimpahkan kepada KNI yang kemudian mengadakan rapat umum tentang proklamasi kemerdekaan secara serentak di setiap Kewedanan. Tanpa mendapat rintangan KNI terbentuk di seluruh Keresidenan Tapanuli. Serentak dengan berdirinya KNI, para pemuda dalam badan Pemuda Republik Indonesia (PRI), untuk mengumpulkan biaya perjuangan. Di beberapa tempat didirikan “Fond’s Kebangsaan” yang pada tanggal 5 Oktober berubah menjadi “Fond’s Kemerdekaan”.

15

hari Kemerdekaan Indonesia di Tarutung dengan melakukan penghormatan terhadap bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan. Lapangan tempat berlangsungnya upacara kemerdekaan penuh sesak oleh karena banyaknya rakyat yang datang dari segenap pelosok. Tidak kurang dari 15.000 orang datang untuk menghadiri upacara bersejarah tersebut. Di bawah lambaian Sang Saka Merah Putih diucapkan Ikrar bersama yang isinya antara lain :

Demi Allah Kami rakyat Tapanuli bersumpah akan memenuhi kewajiban kami sebagai rakyat dari Negara Republik Indonesia, setia kepada Presiden, bersedia mengorbankan harta, tenaga, pikiran dan jiwa raga untuk keselamatan Negara Republik Indonesia.

Seluruh rakyat Tapanuli merayakan hari kemerdekaan itu dengan penuh rasa haru dan gembira sambil mengucapakan Ikarar dengan hati yang tulus dan iklas. Rapat samudera berlangsung di Tarutung pada tanggal 17 Oktober 1945 untuk membuktikan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sudah terlaksana di Tapanuli. Dengan demikian secara resmi sudah berdirilah Pemerintahan Republik Indonesia di Tapanuli walau dalam kondisi yang sangat sederhana.

Pada masa revolusi terutama pada saat Indonesia mengalami ketidakstabilan politik dimana kekuasaan pemerintah pusat belum begitu kuat, sementara kondisi rakyat cenderung ke arah perpecahan, hal ini ditandai dengan terjadinya pergolakan daerah. Untuk itu pers sebagai lembaga sosial yang berfungsi sebagai sumber informasi turut memberikan penerangan yang luas dan benar kepada masyarakat baik mengenai pemerintah republik maupun pemimpin bangsa. Hal tersebut sangat wajar, sebab salah satu fungsi surat kabar adalah untuk menyajikan berita-berita tentang kejadian atau peristiwa pada masa itu kepada masyarakat, sehingga fakta-fakta sejarah yang berkaitan

dengan suatu peristiwa seperti apa yang terjadi, kapan,dimana dan siapa pelakunya dapat ditemukan jawabannya dalam surat kabar.

3. 2. Pers dan Berita Proklamasi

Sejak penyarahan Jepang pada tanggal 14 Agustus 1945, para pegawai kantor berita Domei yang berkebangsaan Indonesia yang sebelumnya bertugas untuk mengirim dan menerima berita akhirnya dilarang masuk ke ruangan kerja dengan tujuan agar tidak mengetahui perkembangan apa yang sedang terjadi pada saat itu. Semua tugas penerimaan dan pengiriman berita dikerjakan oleh pihak pegawai Jepang. Tindakan Jepang yang mengekang segala alat penerimaan seperti pers dan radio tidak membuat masyarakat Tapanuli buta akan berita akan berita proklamasi, namun tidak demikian karena berita proklamasi kemerdekaan masih saja lolos dalam pemberitaan pers di Tapanuli.

Kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak secara serentak dapat diterima oleh tiap-tiap daerah ada yang cepat dan ada yang lambat. Hal ini disebabkan alat komunikasi massa yang ada pada saat itu sedang berada dalam pengawasan Jepang. Disamping itu untuk mempersulit hubungan komunikasi, Jepang membagi-bagi wilayah Indonesia ke dalam komando yang berbeda-beda serta membuat peraturan yang berberbeda-beda pula, sehingga pada awal kemerdekaan tidak ada surat kabar di Tapanuli yang menyiarkan berita proklamasi karena setiap daerah yang akan diberitakan atau dimuat terlebih dahulu diseleksi oleh Bunkaka (kantor penerangan militer Jepang). Dalam setiap siaran radio pun hanya menyiarkan berita bahwa sekutu menginstruksikan kepada Jepang untuk bertanggung jawab menjaga keamanan dan tidak

menyerahkan senjata kepada kaum revolusi. Dengan semangat juang yang tinggi para tokoh-tokoh pers berusaha untuk mencari informasi tentang desas-desus berita proklamasi yang telah diumumkan di Jakarta, melalui selebaran yang ditempel ditempat-tempat umum diharapkan rakyat dapat segera mengetahui kebenaran dari berita bahwa Indonesia sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 194516

Akibat tindakan Jepang yang sangat kejam terhadap republik, maka perlawanan yang dilakukan rakyat semakin meningkat pula yang mengakibatkan Jepang terdesak dan tidak mempunyai pilihan lain kecuali berpura-pura baik terhadap Indonesia. Oleh sebab itu, pada tahun 1944 Jepang memberikan janji kepada rakyat Indonesia yang mengatakan bahwa kemerdekaan senantiasa akan segera diberikan. Di Tapanuli janji kemerdekaan telah disiarkan melalui saluran-saluran resmi seperti pers, radio dan pidato-pidato.

.

3. 3. Perang Kemerdekaan di Tapanuli

Membicarakan peristiwa revolusi merupakan salah satu tema yang menarik dalam penulisan sejarah, hal ini tidak lain karena istilah revolusi mengandung arti perubahan dalam masyarakat yang terjadi dalam waktu yang relatif cepat. Perubahan ini menunjukkan perbedaan yang tampak jelas dengan waktu sebelumnya. Periode revolusi merupakan daya tarik tersendiri, karena menggambarkan perubahan-perubahan politik baru untuk meruntuhkan rezim yang lama oleh rezim atau kekuasaan yang baru, yang disertai adanya tindakan kekerasan dengan segala akibatnya dalam tatanan kehidupan masyarakat. Proses revolusi merupakan pemutusan atau penolakan terhadap situasi atau struktur masyarakat yang tidak disukai.

16

Walaupun kemerdekaan yang dijanjikan itu belum jelas kapan waktunya akan diberikan, namun bayangan kemerdekaan seakan sudah di depan mata.

Masyarakat berharap agar penderitaan di bawah pendudukan Jepang akan segera berakhir, namun ketenangan itu seakan sirna melihat situasi di Tapanuli yang mulai panik sejak pesawat terbang sekutu menyebarkan pamflet-pamflet tentang pernyataan perang telah selesai, karena Jepang merupakan pihak yang kalah dan akhirnya menerima kemenangan sekutu. Dalam pamflet tersebut juga dinyatakan bahwa siapa saja yang bekerja sama dengan Jepang akan ditindak. Kepanikan semakin bertambah ketika tanggal 22 Agustus 1945, Gubernur militer Jepang di Tapanuli memberitahukan kepada rakyat bahwa Jepang sudah kalah. Akhirnya berita ini disambut dengan gembira sekaligus cemas akan kedatangan kembali Belanda di Indonesia karena sebagian masyarakat menyambut kembali kedatangan Belanda ini dengan membentuk sebuah komite Selamat Datang. Sebuah organisasi bernama PADI, beranggapan bahwa kehidupan dibawah penjajahan Belanda lebih aman, disamping itu mereka juga takut akan kehilangan kedudukannya apabila Indonesia merdeka. Tampaknya informasi tentang proklamasi sudah mulai menyebar dikalangan tokoh-tokoh pergerakan. Informasi ini berasal dari salah seorang markonis di Tapanuli yang pada tanggal 19 Agustus 1945 telah menerima berita tentang proklamasi kemerdekaan dari Jakarta17

Kedatangan sekutu ke Indonesia sebenarnya adalah untuk melucuti tentarajepang serta mengembalikan ke negaranya, tetapi ternyata kedatangannya akhirnya adalah untuk membantu Belanda dalam menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Datangnya sekutu dengan membonceng NICA, menjadi faktor pendorong timbulnya gerakan

.

17

Mereka ini adalah kelompok yang pro kepada Belanda yang tidak senang mendengar bahwa Indonesia telah merdeka, oleh karena itu kabar tentang proklamasi pun terlambat sampai ke Tapanuli. Ibid., hlm. 225.

nasionalis pro republik untuk segera mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai. Pertempuran yang terjadi selama perang kemerdekaan tidak hanya melawan sekutu (Inggris), tetapi juga termasuk Belanda yang ingin berkuasa kembali dimana Jepang sebagai penjaga keamanan selama sekutu belum mendarat di Indonesia.

Selang tiga bulan setelah kemerdekaan Indonesia, bertambah lagi lawan untuk kembali berkuasa hal ini ditandai dengan dibentuknya Poh An Tui atas izin Sekutu. Maka mereka memanggil pimpinan Tionghoa di Tapanuli dan menyarankan supaya mempersenjatai dirinya masing-masing dengan alasan agar keberadaan mereka tidak terhalang lagi.

BAB IV

Dalam dokumen Pers Di Tapanuli 1945 – 1950 (Halaman 53-63)

Dokumen terkait